Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana


sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa
akomodasi dibiaskan tidak tepat di retina.Kelainan refraksi dikelompokkan atas
miopia, hipermetropia dan astigmatisma

Kelainan refraksi merupakan penyebab terbanyak gangguan penglihatan di


seluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab kebutaan. Menurut WHO
dalam Global Data On Visual Impairments 2010, disebutkan bahwa 285 juta
penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan dengan penyebab terbanyak
adalah kelainan refraksi yang tidak diatasi yaitu 43% dan menjadi penyebab
kebutaan sebanyak 3 % .Di Indonesia kelainan refraksi juga merupakan penyebab
terbanyak gangguan penglihatan. Berdasarkan hasil survei kesehatan indera
penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, kelainan refraksi menempati
urutan pertama dalam 10 penyakit mata terbesar di Indonesia dengan prevalensi
sebesar 22,1 %. Kelainan refraksi juga merupakan penyebab kebutaan dengan
prevalensi sebesar 0,14 %.Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di
Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.

Hipermetropi merupakan kelainan refraksi, dimana dalam keadaan mata


beristirahat (tanpa akomodasi), semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda
pada jarak tak terhingga, dibiaskan dibelakang retina, dan sinar divergen, yang
datang dari benda-benda pada jarak dekat, dibiaskan dengan lebih jauh lagi
dibelakang retina.

Berdasarkan penelitian Seang-Mei Saw dkk yang melakukan penelitian tentang


prevalensi kelainan refraksi di Sumatera yang dilakukan pada orang dewasa berumur 21
tahun atau lebih, prevalensi miopia (koreksi ≥ -0.50 D) sebesar 48,1 %, hipermetropia
(koreksi ≥ +0.50D) sebesar 15,8 %, astigmatisma (koreksi ≥ 0,50 D) sebesar 47,2 % .

Anda mungkin juga menyukai