Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP

PERSENTASE UMBI BAWANG MERAH LAYAK JUAL

Oleh:

M. Achrom, Dadang R. , Joni H., Sunarto

BALAI UJI TERAP TEKNIK DAN METODE KARANTINA PERTANIAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
BEKASI
2012
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bawang merah (Allium cepa L. var. ascalonicum Backer) merupakan
komoditas yang mempunyai nilai ekonomi penting bagi Indonesia. Selain sebagai
negara produsen, Indonesia juga sebagai negara pengimpor bawang merah dengan
volume yang cukup tinggi. Produksi nasional tahun 2010 mencapai 1 048 934 ton
(Badan Pusat Statistik 2012), dengan estimasi kebutuhan domestik tahun 2010
sebesar 976 284 ton (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005) dan
ekspor tahun 2010 sebesar 1.237 ton (Badan Karantina Pertanian 2012).
Meskipun kebutuhan domestik dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri, impor
bawang merah tetap dilakukan. Impor bawang merah tahun 2011 mencapai
158.288 ton yang didatangkan dari negara Filipina, Thailand, Vietnam, India,
Myanmar, dan China. Bawang merah yang diimpor berupa bahan konsumsi
maupun dalam bentuk bibit (Badan Karantina Pertanian 2012).
Tingginya volume impor bawang merah perlu mendapat perhatian dilihat
dari sisi potensi masuk dan tersebarnya OPTK (Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina) kategori A1 dari negara asal ke dalam wilayah Indonesia.
Potensi tersebarnya OPTK menjadi semakin besar karena di lapangan petani
sering melakukan pengalihan tujuan penggunaan bawang merah, dimana bawang
merah konsumsi digunakan sebagai bibit tanaman.
Untuk mencegah masuk dan tersebarnya OPTK yang berpotensi terbawa
umbi bawang merah, pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 18 Tahun 2008. Peraturan ini mempersyaratkan impor komoditas Allium
dari lokasi produksi yang bebas OPTK, dan dilakukan devitalisasi terhadap Allium
dengan perlakuan membersihkan perakaran dan daun yang tersisa. Selain itu,
direkomendasikan penggunaan fumigasi metil bromida dengan dosis tinggi
sebagai teknik perlakuan karantina (Departemen Pertanian 2008). Namun upaya
tersebut belum memberikan hasil optimal, terutama dalam hal menghilangkan
daya tumbuh (devitalisasi) Allium. Penggunaan metil bromida pada produk yang
bersifat sukulen (kadar air tinggi) seperti umbi bawang merah berdampak pada
percepatan kerusakan fisik produk (Badan Karantina Pertanian 2006).
Pengembangan teknologi perlakuan karantina perlu dilakukan untuk
mengeliminasi OPTK yang terbawa umbi sekaligus menghilangkan daya tumbuh
umbi bawang merah.
Penggunaan iradiasi sinar gamma dengan karakteristik daya penetrasi yang
tinggi mampu mengeliminasi mikroorganisme pada bahan pangan dan dapat
menghambat perkecambahan umbi tanaman (Arvanitoyannis & Stratakos 2010a;
International Atomic Energy Agency 1997). Iradiasi sinar gamma sebesar 150 Gy
dapat menghambat daya tumbuh kentang dan bawang bombai (Matsuyama &
Umeda 1983). Namun belum banyak diketahui dosis iradiasi sinar gamma yang
efektif untuk tujuan tindakan karantina terhadap impor bawang merah ke
Indonesia.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
Menilai kelayakan penggunaan iradiasi sinar gamma sebagai teknik perlakuan
karantina terhadap impor bawang merah untuk konsumsi.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
1) Iradiasi sinar gamma dapat menghambat perkecambahan bawang merah dan
meningkatkan persentase umbi layak jual untuk konsumsi;
2) Iradiasi sinar gamma layak sebagai teknik perlakuan karantina terhadap impor
bawang merah untuk konsumsi.
TINJAUAN PUSTAKA

Iradiasi Sinar Gamma dan Penggunaannya dalam Tindakan Karantina


Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber
energi. Radiasi dengan tingkat energi yang terukur atau diketahui dosisnya
disebut iradiasi. Iradiasi dengan energi yang tinggi dapat mengadakan reaksi
dengan obyek yang dikenai dengan cara ionisasi, yaitu dihasilkannya ion-ion
dalam bahan yang ditembus oleh energi tersebut (Badan Tenaga Nuklir Nasional
2009).
Terdapat beberapa tipe radiasi yang digunakan dalam radiasi komersial
yaitu radiasi sinar X, sinar gamma, dan tembakan elektron (electron beam).
Iradiasi sinar gamma dipancarkan dari isotop radioaktif yang dihasilkan oleh
cobalt-60 (60Co) (Gambar 1) dan cesium-137 (137Cs). Panjang gelombang sinar
gamma lebih pendek dari sinar X dan tembakan elektron, sehingga daya
tembusnya lebih kuat dibanding keduanya (Riganakos 2010).
Sinar gamma dapat menembus jaringan tanaman hingga beberapa
sentimeter, dan merusak jaringan yang dilewatinya. Iradiasi sinar gamma
menghasilkan radikal bebas yang reaktif dan bereaksi dengan molekul di dalam
sel. Reaksi yang terjadi mengacaukan proses-proses biokimia di dalam sel
sehingga mengganggu keseimbangan sel. Keadaan ini menyebabkan molekul lain
di dalam sel tidak dapat bekerja seperti semula (Skou 1971). Iradiasi dapat
menginduksi terjadinya mutasi pada sel tanaman. Sel yang terpapar iradiasi akan
dibebani oleh energi kinetik yang tinggi sehingga mempengaruhi atau mengubah
reaksi kimia sel tanaman. Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya
perubahan susunan kromosom tanaman (Poespodarsono 1988).
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun
1986 telah menyetujui penggunaan perlakuan iradiasi sinar gamma pada buah dan
sayuran sampai dengan dosis 1000 Gy. Iradiasi dapat digunakan untuk
membunuh atau mencegah perkembangan hidup berbagai serangga hama penting
pada buah dan sayuran. Hasil-hasil penelitian telah menunjukkan bahwa dosis
yang diperlukan untuk membunuh serangga di bawah 750 Gy, sedangkan dosis
yang efektif untuk mengendalikan kebusukan pada buah dan sayuran lebih besar
dari 1000 Gy (Mitcham 1999).

Gambar 1 Iradiator sinar gamma di BATAN, (1) iradiator untuk dosis


rendah; (2) iradiator untuk dosis sedang hingga tinggi; (a) bagian
iradiator untuk tempat meletakkan produk; (b) mesin yang
mengandung sumber iradiasi 60Co dengan aktivitas radiasi rendah;
(c) konveyor tempat meletakkan produk; dan (d) sumber iradiasi
60
Co dengan aktivitas radiasi tinggi.

Departemen Pertanian California telah menyetujui perlakuan karantina


dengan iradiasi pada dosis 165 Gy untuk membunuh Cylas formicarius yang
terbawa oleh ubi jalar dari Florida (Hallman 2010). Pada tahun 2006 Animal and
Plant Health Inspection Service (APHIS), lembaga perkarantinaan dibawah
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), mempublikasikan petunjuk
penggunaan iradiasi yang mencantumkan dosis generik radiasi untuk perlakuan
karantina. Ditetapkan bahwa dosis radiasi untuk lalat buah (Tephritidae) sebesar
150 Gy, dan 400 Gy untuk semua serangga lain kecuali famili Lepidoptera.
Perlakuan dosis generik radiasi berlaku untuk semua komoditas hortikultura
bentuk segar (Follet 2001).
International Plant Protection Convention (IPPC) menerbitkan
International Standards for Phytosanitary Measures (ISPM) nomor 28 tahun
2007 tentang standar minimum dosis iradiasi perlakuan karantina untuk mencegah
menetasnya serangga dewasa Ceratitis capitata sebesar 100 Gy (Food and
Agriculture Organization 2009).

Pengaruh Iradiasi terhadap Tanaman dan Benih Tanaman


Penelitian penggunaan iradiasi pada tanaman sebagai prosedur karantina
telah dilakukan pada tanaman hias dalam pot dengan dosis 300 Gy hingga 750
Gy. Tanaman anggrek spesies tertentu tahan terhadap iradiasi sinar gamma
hingga dosis 750 Gy. Namun pada spesies anggrek yang lain, dosis 300 Gy
menyebabkan tangkai bunga mengalami kerusakan, terhambatnya pembukaan
kuncup bunga, dan terdeteksi adanya fitotoksik yang tinggi. Iradiasi sinar gamma
menyebabkan kerusakan tanaman diantaranya klorosis pada daun, nekrosis pada
daun dan bunga, terhambatnya pertumbuhan, dan kematian tanaman (Manners
2011).
Penggunaan iradiasi sinar gamma pada umbi tanaman seperti umbi kentang,
bawang bombai, dan bawang merah juga telah banyak dilaporkan. Telah
diketahui bahwa dosis optimum untuk menghambat perkecambahan pada umbi
tanaman berkisar antara 20 sampai 70 Gy, jika perlakuan dilakukan segera setelah
panen atau pada saat periode dormansi (BPOM 2004). Iradiasi mengganggu
pembentukan asam nukleat yang akhirnya menekan kemampuan perkecambahan
umbi bawang bombai. Iradiasi sebesar 30 Gy sampai 100 Gy pada bawang
bombai dapat menghentikan pembentukan asam nukleat ditempat penyimpanan,
dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kerusakan secara langsung (Skou
1971).
Kandungan asam nukleat pada bakal tunas umbi bawang bombai saat
berkecambah normal meningkat 4 sampai 5 kali. Pada perlakuan iradiasi dosis
100 Gy hanya terjadi sedikit peningkatan asam nukleat. Iradiasi dengan dosis
tinggi antara 120 Gy sampai 250 Gy dan lebih akan menyebabkan stimulasi
perkecambahan pada bawang bombai. Namun pertumbuhan kecambah tidak
berlanjut dan selanjutnya mengalami kelayuan. Iradiasi dosis tinggi juga dapat
mendorong peningkatan kebusukan dan pengaruh lain yang merugikan pada
iradiasi komersial (Matsuyama & Umeda 1983).
Iradiasi sinar gamma pada benih gandum, jagung, dan buncis dengan dosis
hingga 10.000 Gy, menunjukkan bahwa pada dosis lebih besar dari 2000 Gy benih
tidak berkecambah (Khawar et al. 2010). Iradiasi sinar gamma dengan dosis lebih
dari 35 Gy pada stek anggrek Vanda Genta Bandung berukuran 90 cm
menyebabkan pertumbuhan anggrek terhambat, dan akhirnya mengalami
kematian (Suskandari et al. 1999). Kecambah benih gandum yang terpapar sinar
gamma sebesar 100 Gy dan 200 Gy memperlihatkan peningkatan pada jumlah
klorofil a, b dan jumlah total klorofil jika dibandingkan dengan yang tidak
diiradiasi. Jumlah klorofil meningkat sebesar 64.5% pada kecambah yang
diiradiasi pada dosis 100 Gy (Borzouei et al. 2010).
Penelitian prospek iradiasi sinar gamma dalam peningkatan mutu benih
tanaman hutan juga sudah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
variasi genetik dan pemecahan masa dormansi benih. Peningkatan mutu fisiologis
benih tanaman hutan dapat dilakukan dengan iradiasi dosis rendah dibawah 40 Gy
(Sudrajat & Zanzibar 2009).
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Balai Uji Terap
Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP) Bekasi, Pusat Aplikasi
Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Jakarta,
dan PT. Rel-Ion Sterilization Bekasi dari bulan Agustus 2011 sampai Januari
2012.

Metode Penelitian

Uji Pengaruh Iradiasi terhadap Persentase Umbi Layak Jual


Persentase umbi layak jual dihitung dari jumlah total umbi yang diuji
dikurangi jumlah umbi yang busuk, berkecambah, dan kering setelah perlakuan
iradiasi. Dosis iradiasi yang digunakan adalah 0 (kontrol), 50, 75, 100, 125, 150,
175, 200, 225, dan 1000 Gy. Bawang merah setelah perlakuan iradiasi disimpan
pada rak penyimpanan pada suhu ruang 26.oC-30.oC. Pengamatan dilakukan
setiap 7 hari selama 4 bulan. Pengujian menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 ulangan.

Penilaian Kelayakan Iradiasi Sinar Gamma


Penilaian kelayakan penggunaan iradiasi sinar gamma sebagai teknik
perlakuan karantina terhadap bawang merah didasarkan pada asumsi-asumsi ideal.
Asumsi ideal tersebut dibuat berdasarkan tujuan kegiatan impor, pelaksanaan
tindakan karantina di tempat-tempat pemasukan, dan perilaku konsumen (petani)
dalam pemanfaatan bawang merah impor.
Suatu teknik perlakuan karantina harus mampu mengeliminasi OPTK yang
terbawa umbi bawang merah. Perlakuan karantina juga harus mampu
menghilangkan atau menghambat daya kecambah umbi bawang merah agar tidak
dijadikan sebagai bibit oleh petani. Persentase umbi berkecambah maksimal 30%
pada 2 bulan setelah perlakuan. Pada persentase tersebut diasumsikan akan
merugikan bagi petani jika tetap menggunakan umbi yang telah diberi perlakuan
sebagai bibit tanaman. Waktu 2 bulan yang diberikan berkaitan dengan waktu
kecepatan distribusi bawang merah untuk sampai ke konsumen. Selain itu,
bawang merah yang telah diberi perlakuan harus tetap layak jual agar tidak
merugikan pihak importir. Persentase umbi layak jual minimal 90% pada 2 bulan
setelah perlakuan, dengan asumsi jumlah tersebut masih menguntungkan bagi
importir.
Asumsi ideal dalam penilaian kelayakan penggunaan iradiasi sinar gamma
meliputi kemampuan teknik perlakuan untuk menghasilkan 1) persentase umbi
berkecambah maksimal 30% pada 2 bulan setelah perlakuan; 2) persentase umbi
layak jual minimal 90% pada 2 bulan setelah perlakuan; dan 3) tidak ditemukan
OPTK setelah perlakuan. Data hasil penelitian berupa persentase umbi
berkecambah, persentase umbi layak jual, dan kelimpahan patogen tumbuhan
selanjutnya dibandingkan dengan hasil ideal. Perlakuan iradiasi sinar gamma
dikatakan layak sebagai teknik perlakuan karantina jika hasil penelitian memenuhi
asumsi ideal seperti dalam Gambar 2.

100 10
90
umbi berkecambah

80 8
dan layak jual (%)

70
60 6
cfu/g
Log

50
40 4
30
20 2
10
0 0
Ideal
layak jual kecambah patogen

Gambar 2 Hasil ideal yang diharapkan dari perlakuan iradiasi sinar gamma
sebagai teknik perlakuan karantina pada bawang merah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Umbi Layak Jual
Perlakuan beberapa dosis iradiasi sinar gamma terhadap bawang merah
memberikan pengaruh yang berbeda pada persentase umbi layak jual. Iradiasi
sinar gamma dengan dosis 225 Gy dan 1000 Gy menyebabkan penurunan
persentase umbi layak jual jika dibandingkan dengan kontrol. Iradiasi sebesar 50
Gy sampai 75 Gy dapat meningkatkan masa simpan bawang merah, meskipun
dalam analisis ragam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 1).
Iradiasi dosis 50 Gy meningkatkan persentase umbi layak jual sebesar 8.7%.
Peningkatan jumlah umbi yang layak jual berarti juga memperpanjang masa
simpan bawang merah. Iradiasi dengan dosis 50 Gy dan 75 Gy mampu
meningkatkan jumlah umbi layak jual mulai minggu ke-8 hingga minggu ke-16
(Gambar 3).
Penggunaan iradiasi sinar gamma dosis 225 Gy dan 1000 Gy menyebabkan
penurunan persentase umbi layak jual jika dibandingkan dengan kontrol.
Perlakuan iradiasi dosis tinggi dapat mendorong peningkatan kebusukan dan
pengaruh lain yang tidak dikehendaki yang merugikan pada iradiasi komersial
(Matsuyama & Umeda 1983). Skou (1971) menyatakan bahwa peningkatan dosis
iradiasi akan menyebabkan peningkatan kebusukan umbi di tempat penyimpanan.
Iradiasi sebesar 5000 Gy menyebabkan kebusukan yang parah pada umbi bawang
bombai.
Tabel 1 Persentase umbi bawang merah layak jual setelah perlakuan iradiasi
Dosis Iradiasi (Gy) Umbi layak jual (%)*
Kontrol 74.667 ab
50 83.333 a
75 82.667 a
100 68.000 bc
125 74.000 ab
150 71.667 abc
175 72.667 abc
200 62.333 bc
225 56.667 c
1000 17.333 d
F hitung : 18.47 dan P value : 0.000
Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%
*
Pengamatan selama 60 hari setelah perlakuan.
100
90
80
70
Umbi layak jual (%)

60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Waktu simpan (minggu)
Kontrol 50Gy 75Gy 100Gy 125Gy
150Gy 175Gy 200Gy 225Gy 1000Gy

Gambar 3 Persentase umbi bawang merah layak jual setelah perlakuan iradiasi
selama 16 minggu penyimpanan.

Kerusakan umbi setelah iradiasi berupa kebusukan terjadi karena adanya


kematian sel akibat paparan iradiasi pada umbi bawang merah. Kematian sel akan
menyebabkan disfungsi jaringan tanaman, kerusakan jaringan, hingga kebusukan
jaringan tanaman (Badan Pengawas Obat dan Makanan 2004). Kandungan air
yang tinggi pada umbi akan meningkatkan jumlah radikal bebas dari molekul air.
Hal ini meningkatkan pengaruh tidak langsung terhadap sel tanaman akibat
reaksinya dengan radikal bebas. Selain itu, umbi bawang merah yang telah diberi
perlakuan iradiasi lebih rentan terhadap serangan mikroorganisme dari luar
dibandingkan dengan yang tidak diiradiasi (Skou 1971).
Keefektifan iradiasi dalam mempertahankan daya simpan atau
meningkatkan jumlah umbi bawang merah yang layak jual bervariasi. Hal ini
tergantung pada ukuran umbi, kondisi tanah dan iklim selama pertumbuhan di
pertanaman. Kerusakan umbi dapat terjadi sejak di lahan selama pemanenan,
pengeringan, selama pengangkutan ke gudang penyimpanan, dan selama
pengemasan. Pemanenan secara mekanis dan penanganan yang kurang baik
selama di pergudangan dapat memperberat kerusakan fisik, terutama memar pada
umbi bawang merah (Badan Pengawas Obat dan Makanan 2004).

Kelayakan Teknik Perlakuan Iradiasi Sinar Gamma


Data kelimpahan patogen tumbuhan, persentase umbi berkecambah dan
umbi layak jual setelah iradiasi menunjukkan bahwa tidak terdapat dosis iradiasi
sinar gamma yang mampu memenuhi ketiga asumsi ideal. Untuk tujuan
devitalisasi umbi dan meningkatkan persentase umbi layak jual, diperoleh dosis
optimal sebesar 50 Gy. Namun dosis tersebut belum mampu mengeliminasi
OPTK sasaran karena masih terdapat patogen tumbuhan model yang hidup
(Gambar 4). Dosis yang mampu mengeliminasi patogen lebih besar dari 5000 Gy,
tetapi dosis tersebut menyebabkan kerusakan pada umbi bawang merah.
Kaitannya dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 Tahun 2008,
iradiasi sinar gamma tidak dapat digunakan untuk memenuhi persyaratan impor
bawang merah. Tidak terpenuhinya ketiga asumsi ideal menjadi dasar untuk tidak
merekomendasikan iradiasi sinar gamma sebagai alternatif perlakuan karantina
terhadap impor bawang merah untuk konsumsi ke Indonesia.
Iradiasi sinar gamma dapat digunakan untuk keperluan karantina pada
kisaran dosis yang disesuaikan dengan jenis OPTK, dan tingkat kerentanan
produk terhadap iradiasi. Perlakuan iradiasi sinar gamma dengan dosis rendah
(kurang dari 1000 Gy) dapat menghambat perkecambahan umbi, pertunasan,
pertumbuhan akar, menghambat pemasakan buah, membunuh serangga pada biji-
bijian, buah, dan kacang-kacangan. Iradiasi pada dosis sedang (1000 Gy sampai
10.000 Gy) dapat menghilangkan mikroba termasuk patogen tanaman pada biji-
bijian dan kacang-kacangan (Arvanitoyannis & Stratakos 2010b). Dosis iradiasi
untuk tujuan karantina pada lalat buah (Tephritidae) telah ditetapkan sebesar 150
Gy, dan 400 Gy untuk semua serangga lain kecuali famili Lepidoptera. Perlakuan
dosis radiasi tersebut berlaku untuk semua komoditas hortikultura bentuk segar
(Follet 2001). Namun iradiasi sinar gamma dengan dosis lebih dari 1000 Gy tidak
dapat digunakan untuk produk-produk segar seperti umbi bawang merah karena
menyebabkan kerusakan umbi (International Atomic Energy Agency 1997).
100 10
dan kelimpahan Cercospora (%)

90
Umbi layak jual, kecambah,

80 8
70
60

log cfu/g
6
50
40 4
30
20 2
10
0 0
ideal kont 50 75 100 125 150 175 200 225 1000
Dosis (Gy)
kecambah layak jual Cercospora Erwinia Pseudomonas

Gambar 4 Perbandingan nilai ideal dan dosis iradiasi sinar gamma terhadap
persentase umbi berkecambah, umbi layak jual, dan kelimpahan
OPT setelah perlakuan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu
1) penggunaan iradiasi sinar gamma sebesar 50 Gy efektif menghambat
perkecambahan bawang merah, dan meningkatkan jumlah umbi layak jual untuk
konsumsi selama penyimpanan; dan 2) iradiasi sinar gamma tidak
direkomendasikan sebagai alternatif perlakuan karantina terhadap impor bawang
merah untuk konsumsi ke Indonesia.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kombinasi perlakuan
iradiasi sinar gamma dengan teknik perlakuan lain misalnya perlakuan panas,
yang berpotensi layak untuk diterapkan sebagai teknik perlakuan karantina dalam
impor bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed. San Diego (US): Academic Press.
Arabi MIE, Charbaji T, Jawhar M. 2004. Efficiency of gamma irradiation on
conidial germination and mycelial growth of Botrytis allii. J Veget Crop
Prod. 10 (1): 51-56.
Arvanitoyannis IS, Stratakos AC. 2010a. Irradiation of fruits and vegetables. Di
dalam: Arvanitoyannis IS, editor. Irradiation of Food Commodities:
Techniques, Applications, Detection, Legislation, Safety and Consumer
Opinion. London (UK): 467-535.
Arvanitoyannis IS, Stratakos AC. 2010b. Irradiation of cereals. Di dalam:
Arvanitoyannis IS, editor. Irradiation of Food Commodities: Techniques,
Applications, Detection, Legislation, Safety and Consumer Opinion.
London (UK): 451-466.
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek
dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. Jakarta (ID):
Balitbangtan.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2006. Manual Fumigasi Metil Bromida
Untuk Perlakuan Karantina Tumbuhan. Jakarta (ID): Barantan.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2008a. Peraturan Perundang-Undangan
Karantina Pertanian. Jakarta (ID): Barantan.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2008b. Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Persyaratan
dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan
Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia. Jakarta (ID): Barantan.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2012. Electronic System For Plant
quarantine. Jakarta (ID): Barantan.
Barnett HL, Hunter BB. 1999. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. 4th ed. St.
Paul (US): APS Press.
[BATAN] Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2009. Dasar Proteksi Radiasi.
Jakarta (ID): PPP BATAN.
Beraha L, Ramsey GB, Smith MA, Wright WR. 1959. Effects of gamma
radiation on some important potato tuber decays. Am Pot J. 36: 333-338.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Cara Iradiasi yang Baik
Untuk Menghambat Pertunasan Pada Umbi Lapis dan Umbi Akar. Jakarta
(ID): BPOM.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Bawang Merah, 2009-2010. Jakarta (ID): BPS.
Cock A. 2000. Fungal databases nomenclature and species banks [internet].
[diunduh tahun 2012 Mei 08]. International mycological association.
Tersedia pada: http://www.mycobank.org/Biolomics.aspx?Table=Mycobank
&MycoBankNr_=164762.
Davis RM. 1999. Diseases of bulbs caused by fungi. Blue mold. Di dalam:
Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of Onion and Garlic
Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hlm 28-29.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Program Nasional Perlindungan
Tanaman dan Kesehatan Hewan Tahun 2003-2004. Jakarta (ID): Deptan.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Keputusan Menteri pertanian No.38
Tahun 2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Golongan I Kategori A1 Dan A2, Golongan II Kategori A1 dan
A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18
Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk
Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Jakarta (ID): Deptan.
Diphayana W. 2009. Karantina Tumbuhan di Indonesia. Jakarta (ID): PT.
Lantana Camara.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2009. International Standar For
Phytosanitary Measures No. 28. IPPC FAO: 367-389.
Follett PA. 2001. Irradiation as a quarantine treatment for mango seed weevil.
Proc Hawaiian Entomol Soc. 35: 85-90.
Geweely NSI, Nawar LS. 2006. Sensitivity to gamma irradiation of post-harvest
pathogens of pear. Intl J Agric Biol. 8(6): 710-716.
Goszczynska T, Serfontein JJ, Serfontein S. 2000. Introduction to Practical
Phytobacteriology. Pretoria (SA): Plant Protection Research Institute.
Hallman GJ. 2010. Irradiation of insect: disinfection. Di dalam: Arvanitoyannis
IS, editor. Irradiation of Food Commodities: Techniques, Applications,
Detection, Legislation, Safety and Consumer Opinion. London (UK): 113–
130.
Havey MJ. 1999. Diseases of subterranean parts caused by fungi. Fusarium
basal plate rot. Di dalam: Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of
Onion and Garlic Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hlm 10-11.
[IAEA] International Atomic Energy Agency. 1997. Irradiation of Bulbs and
Tuber Crops. Vienna (Austria): IAEA.
Jitareerat P, Kriratikron W, Phochanachai S, Uthiratanakij A. 2005. Effects of
gamma irradiation on fungal growths and their pathogenesis on banana. Di
dalam: International Symposium New Frontier of Irradiated Food and
Non-Food Products; Bangkok, 22 Sept 2005. Bangkok (Thai): CV. Kluai
Kai.
Khawar A, Bhatti IA, Mehmood QK, Bhatti BH, Munir AS. 2010. A
germination test: an easy approach to know the irradiation history seed. Pak
J Agric Sci. 47(3): 279-285.
Lelliott RA, Stead DE. 1987. Methods For the Diagnosis of Bacterial Diseases
of Plants. London (UK): Blackwell Scientific.
Lo TC. 1963. Control of seed borne diseases by radioactive irradiation. Bot Bull
Acad Sin. 5: 8-10.
Manners A. 2011. Prioritisation of potential interstate quarantine treatments for
nursery stock. Kachenko A, Prince R, editor. Nursery Environmental and
Technical Research and Extension. Hort Aust Lim. Hlm 351-351.
Matsuyama A, Umeda K. 1983. Sprout inhibition in tubers and bulbs. Di dalam:
Josepson ES, editor. Preservation of Food by Ionizing Radiation. Florida
(US): CRC Press.
Mitcham B. 1999. Irradiation As a Quarantine Treatment. Irlandia: Dep Pomol
UCD. Hlm 19-21.
Mohan SK. 1999a. Diseases of bulbs caused by bacteria and a yeast. Soft rot.
Di dalam: Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of Onion and
Garlic Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hlm 32.
Mohan SK. 1999b. Diseases of bulbs caused by bacteria and a yeast. Slippery
Skin. Di dalam: Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of Onion
and Garlic Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hlm 32-33.
Nosanchuk JD, Casadevall A. 2006. Impact of melanin on microbial virulence
and clinical resistence to antimicrobial compounds. Antimicrob Agent
Chemot. 50(11): 3519-3528.
Poespodarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID):
IPB Press. Hal 168-169.
Riganakos KA. 2010. Food irradiation techniques. Di dalam: Arvanitoyannis IS,
editor. Irradiation of Food Commodities: Techniques, Applications,
Detection, Legislation, Safety and Consumer Opinion. London (UK): 21-
42.
Saleh YG, Mayo MS, Ahearn DG. 1988. Resistance of some common fungi to
gamma irradiation. Appl Environ Microbiol. 54 (8): 2134-2135.
Schaad NW, Jones JB, Chun W. 2001. Laboratory Guide For Identification of
Plant Pathogenic Bacteria. Ed ke-3. Minnesota (US): APS Press.
Skou JP. 1971. Studies on the effects of ionizing radiation for extending the
storage lives of onions. Dan Atom Energ Com. 238: 37-38.
Spalding DH, Reeder WF. 1986. Influence of hot water and gamma irradiation
treatments on bacterial soft rot of tomatoes. Proc Fla State Hort Soc.
99:145-148.
Sudrajat DJ, Zanzibar M. 2009. Prospek teknologi radiasi sinar gamma dalam
peningkatan mutu benih tanaman hutan. Info Benih. 13(1): 158-163.
Sumner DR. 1999. Diseases of bulbs caused by fungi. Mushy rot. Di dalam:
Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of Onion and Garlic
Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hal 29-30.
Suskandari K, Soertini S, Rianawati. 1999. Mutasi induksi sinar gamma pada
anggrek Vanda Genta Bandung. Zuriat. 10 (1) : 27-34.

Anda mungkin juga menyukai