Oleh:
Latar Belakang
Bawang merah (Allium cepa L. var. ascalonicum Backer) merupakan
komoditas yang mempunyai nilai ekonomi penting bagi Indonesia. Selain sebagai
negara produsen, Indonesia juga sebagai negara pengimpor bawang merah dengan
volume yang cukup tinggi. Produksi nasional tahun 2010 mencapai 1 048 934 ton
(Badan Pusat Statistik 2012), dengan estimasi kebutuhan domestik tahun 2010
sebesar 976 284 ton (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005) dan
ekspor tahun 2010 sebesar 1.237 ton (Badan Karantina Pertanian 2012).
Meskipun kebutuhan domestik dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri, impor
bawang merah tetap dilakukan. Impor bawang merah tahun 2011 mencapai
158.288 ton yang didatangkan dari negara Filipina, Thailand, Vietnam, India,
Myanmar, dan China. Bawang merah yang diimpor berupa bahan konsumsi
maupun dalam bentuk bibit (Badan Karantina Pertanian 2012).
Tingginya volume impor bawang merah perlu mendapat perhatian dilihat
dari sisi potensi masuk dan tersebarnya OPTK (Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina) kategori A1 dari negara asal ke dalam wilayah Indonesia.
Potensi tersebarnya OPTK menjadi semakin besar karena di lapangan petani
sering melakukan pengalihan tujuan penggunaan bawang merah, dimana bawang
merah konsumsi digunakan sebagai bibit tanaman.
Untuk mencegah masuk dan tersebarnya OPTK yang berpotensi terbawa
umbi bawang merah, pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 18 Tahun 2008. Peraturan ini mempersyaratkan impor komoditas Allium
dari lokasi produksi yang bebas OPTK, dan dilakukan devitalisasi terhadap Allium
dengan perlakuan membersihkan perakaran dan daun yang tersisa. Selain itu,
direkomendasikan penggunaan fumigasi metil bromida dengan dosis tinggi
sebagai teknik perlakuan karantina (Departemen Pertanian 2008). Namun upaya
tersebut belum memberikan hasil optimal, terutama dalam hal menghilangkan
daya tumbuh (devitalisasi) Allium. Penggunaan metil bromida pada produk yang
bersifat sukulen (kadar air tinggi) seperti umbi bawang merah berdampak pada
percepatan kerusakan fisik produk (Badan Karantina Pertanian 2006).
Pengembangan teknologi perlakuan karantina perlu dilakukan untuk
mengeliminasi OPTK yang terbawa umbi sekaligus menghilangkan daya tumbuh
umbi bawang merah.
Penggunaan iradiasi sinar gamma dengan karakteristik daya penetrasi yang
tinggi mampu mengeliminasi mikroorganisme pada bahan pangan dan dapat
menghambat perkecambahan umbi tanaman (Arvanitoyannis & Stratakos 2010a;
International Atomic Energy Agency 1997). Iradiasi sinar gamma sebesar 150 Gy
dapat menghambat daya tumbuh kentang dan bawang bombai (Matsuyama &
Umeda 1983). Namun belum banyak diketahui dosis iradiasi sinar gamma yang
efektif untuk tujuan tindakan karantina terhadap impor bawang merah ke
Indonesia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
Menilai kelayakan penggunaan iradiasi sinar gamma sebagai teknik perlakuan
karantina terhadap impor bawang merah untuk konsumsi.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
1) Iradiasi sinar gamma dapat menghambat perkecambahan bawang merah dan
meningkatkan persentase umbi layak jual untuk konsumsi;
2) Iradiasi sinar gamma layak sebagai teknik perlakuan karantina terhadap impor
bawang merah untuk konsumsi.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Penelitian
100 10
90
umbi berkecambah
80 8
dan layak jual (%)
70
60 6
cfu/g
Log
50
40 4
30
20 2
10
0 0
Ideal
layak jual kecambah patogen
Gambar 2 Hasil ideal yang diharapkan dari perlakuan iradiasi sinar gamma
sebagai teknik perlakuan karantina pada bawang merah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Umbi Layak Jual
Perlakuan beberapa dosis iradiasi sinar gamma terhadap bawang merah
memberikan pengaruh yang berbeda pada persentase umbi layak jual. Iradiasi
sinar gamma dengan dosis 225 Gy dan 1000 Gy menyebabkan penurunan
persentase umbi layak jual jika dibandingkan dengan kontrol. Iradiasi sebesar 50
Gy sampai 75 Gy dapat meningkatkan masa simpan bawang merah, meskipun
dalam analisis ragam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 1).
Iradiasi dosis 50 Gy meningkatkan persentase umbi layak jual sebesar 8.7%.
Peningkatan jumlah umbi yang layak jual berarti juga memperpanjang masa
simpan bawang merah. Iradiasi dengan dosis 50 Gy dan 75 Gy mampu
meningkatkan jumlah umbi layak jual mulai minggu ke-8 hingga minggu ke-16
(Gambar 3).
Penggunaan iradiasi sinar gamma dosis 225 Gy dan 1000 Gy menyebabkan
penurunan persentase umbi layak jual jika dibandingkan dengan kontrol.
Perlakuan iradiasi dosis tinggi dapat mendorong peningkatan kebusukan dan
pengaruh lain yang tidak dikehendaki yang merugikan pada iradiasi komersial
(Matsuyama & Umeda 1983). Skou (1971) menyatakan bahwa peningkatan dosis
iradiasi akan menyebabkan peningkatan kebusukan umbi di tempat penyimpanan.
Iradiasi sebesar 5000 Gy menyebabkan kebusukan yang parah pada umbi bawang
bombai.
Tabel 1 Persentase umbi bawang merah layak jual setelah perlakuan iradiasi
Dosis Iradiasi (Gy) Umbi layak jual (%)*
Kontrol 74.667 ab
50 83.333 a
75 82.667 a
100 68.000 bc
125 74.000 ab
150 71.667 abc
175 72.667 abc
200 62.333 bc
225 56.667 c
1000 17.333 d
F hitung : 18.47 dan P value : 0.000
Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%
*
Pengamatan selama 60 hari setelah perlakuan.
100
90
80
70
Umbi layak jual (%)
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Waktu simpan (minggu)
Kontrol 50Gy 75Gy 100Gy 125Gy
150Gy 175Gy 200Gy 225Gy 1000Gy
Gambar 3 Persentase umbi bawang merah layak jual setelah perlakuan iradiasi
selama 16 minggu penyimpanan.
90
Umbi layak jual, kecambah,
80 8
70
60
log cfu/g
6
50
40 4
30
20 2
10
0 0
ideal kont 50 75 100 125 150 175 200 225 1000
Dosis (Gy)
kecambah layak jual Cercospora Erwinia Pseudomonas
Gambar 4 Perbandingan nilai ideal dan dosis iradiasi sinar gamma terhadap
persentase umbi berkecambah, umbi layak jual, dan kelimpahan
OPT setelah perlakuan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu
1) penggunaan iradiasi sinar gamma sebesar 50 Gy efektif menghambat
perkecambahan bawang merah, dan meningkatkan jumlah umbi layak jual untuk
konsumsi selama penyimpanan; dan 2) iradiasi sinar gamma tidak
direkomendasikan sebagai alternatif perlakuan karantina terhadap impor bawang
merah untuk konsumsi ke Indonesia.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kombinasi perlakuan
iradiasi sinar gamma dengan teknik perlakuan lain misalnya perlakuan panas,
yang berpotensi layak untuk diterapkan sebagai teknik perlakuan karantina dalam
impor bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed. San Diego (US): Academic Press.
Arabi MIE, Charbaji T, Jawhar M. 2004. Efficiency of gamma irradiation on
conidial germination and mycelial growth of Botrytis allii. J Veget Crop
Prod. 10 (1): 51-56.
Arvanitoyannis IS, Stratakos AC. 2010a. Irradiation of fruits and vegetables. Di
dalam: Arvanitoyannis IS, editor. Irradiation of Food Commodities:
Techniques, Applications, Detection, Legislation, Safety and Consumer
Opinion. London (UK): 467-535.
Arvanitoyannis IS, Stratakos AC. 2010b. Irradiation of cereals. Di dalam:
Arvanitoyannis IS, editor. Irradiation of Food Commodities: Techniques,
Applications, Detection, Legislation, Safety and Consumer Opinion.
London (UK): 451-466.
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek
dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. Jakarta (ID):
Balitbangtan.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2006. Manual Fumigasi Metil Bromida
Untuk Perlakuan Karantina Tumbuhan. Jakarta (ID): Barantan.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2008a. Peraturan Perundang-Undangan
Karantina Pertanian. Jakarta (ID): Barantan.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2008b. Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Persyaratan
dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan
Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia. Jakarta (ID): Barantan.
[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2012. Electronic System For Plant
quarantine. Jakarta (ID): Barantan.
Barnett HL, Hunter BB. 1999. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. 4th ed. St.
Paul (US): APS Press.
[BATAN] Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2009. Dasar Proteksi Radiasi.
Jakarta (ID): PPP BATAN.
Beraha L, Ramsey GB, Smith MA, Wright WR. 1959. Effects of gamma
radiation on some important potato tuber decays. Am Pot J. 36: 333-338.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Cara Iradiasi yang Baik
Untuk Menghambat Pertunasan Pada Umbi Lapis dan Umbi Akar. Jakarta
(ID): BPOM.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Bawang Merah, 2009-2010. Jakarta (ID): BPS.
Cock A. 2000. Fungal databases nomenclature and species banks [internet].
[diunduh tahun 2012 Mei 08]. International mycological association.
Tersedia pada: http://www.mycobank.org/Biolomics.aspx?Table=Mycobank
&MycoBankNr_=164762.
Davis RM. 1999. Diseases of bulbs caused by fungi. Blue mold. Di dalam:
Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of Onion and Garlic
Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hlm 28-29.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Program Nasional Perlindungan
Tanaman dan Kesehatan Hewan Tahun 2003-2004. Jakarta (ID): Deptan.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Keputusan Menteri pertanian No.38
Tahun 2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Golongan I Kategori A1 Dan A2, Golongan II Kategori A1 dan
A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18
Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk
Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke
Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Jakarta (ID): Deptan.
Diphayana W. 2009. Karantina Tumbuhan di Indonesia. Jakarta (ID): PT.
Lantana Camara.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2009. International Standar For
Phytosanitary Measures No. 28. IPPC FAO: 367-389.
Follett PA. 2001. Irradiation as a quarantine treatment for mango seed weevil.
Proc Hawaiian Entomol Soc. 35: 85-90.
Geweely NSI, Nawar LS. 2006. Sensitivity to gamma irradiation of post-harvest
pathogens of pear. Intl J Agric Biol. 8(6): 710-716.
Goszczynska T, Serfontein JJ, Serfontein S. 2000. Introduction to Practical
Phytobacteriology. Pretoria (SA): Plant Protection Research Institute.
Hallman GJ. 2010. Irradiation of insect: disinfection. Di dalam: Arvanitoyannis
IS, editor. Irradiation of Food Commodities: Techniques, Applications,
Detection, Legislation, Safety and Consumer Opinion. London (UK): 113–
130.
Havey MJ. 1999. Diseases of subterranean parts caused by fungi. Fusarium
basal plate rot. Di dalam: Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of
Onion and Garlic Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hlm 10-11.
[IAEA] International Atomic Energy Agency. 1997. Irradiation of Bulbs and
Tuber Crops. Vienna (Austria): IAEA.
Jitareerat P, Kriratikron W, Phochanachai S, Uthiratanakij A. 2005. Effects of
gamma irradiation on fungal growths and their pathogenesis on banana. Di
dalam: International Symposium New Frontier of Irradiated Food and
Non-Food Products; Bangkok, 22 Sept 2005. Bangkok (Thai): CV. Kluai
Kai.
Khawar A, Bhatti IA, Mehmood QK, Bhatti BH, Munir AS. 2010. A
germination test: an easy approach to know the irradiation history seed. Pak
J Agric Sci. 47(3): 279-285.
Lelliott RA, Stead DE. 1987. Methods For the Diagnosis of Bacterial Diseases
of Plants. London (UK): Blackwell Scientific.
Lo TC. 1963. Control of seed borne diseases by radioactive irradiation. Bot Bull
Acad Sin. 5: 8-10.
Manners A. 2011. Prioritisation of potential interstate quarantine treatments for
nursery stock. Kachenko A, Prince R, editor. Nursery Environmental and
Technical Research and Extension. Hort Aust Lim. Hlm 351-351.
Matsuyama A, Umeda K. 1983. Sprout inhibition in tubers and bulbs. Di dalam:
Josepson ES, editor. Preservation of Food by Ionizing Radiation. Florida
(US): CRC Press.
Mitcham B. 1999. Irradiation As a Quarantine Treatment. Irlandia: Dep Pomol
UCD. Hlm 19-21.
Mohan SK. 1999a. Diseases of bulbs caused by bacteria and a yeast. Soft rot.
Di dalam: Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of Onion and
Garlic Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hlm 32.
Mohan SK. 1999b. Diseases of bulbs caused by bacteria and a yeast. Slippery
Skin. Di dalam: Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of Onion
and Garlic Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hlm 32-33.
Nosanchuk JD, Casadevall A. 2006. Impact of melanin on microbial virulence
and clinical resistence to antimicrobial compounds. Antimicrob Agent
Chemot. 50(11): 3519-3528.
Poespodarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID):
IPB Press. Hal 168-169.
Riganakos KA. 2010. Food irradiation techniques. Di dalam: Arvanitoyannis IS,
editor. Irradiation of Food Commodities: Techniques, Applications,
Detection, Legislation, Safety and Consumer Opinion. London (UK): 21-
42.
Saleh YG, Mayo MS, Ahearn DG. 1988. Resistance of some common fungi to
gamma irradiation. Appl Environ Microbiol. 54 (8): 2134-2135.
Schaad NW, Jones JB, Chun W. 2001. Laboratory Guide For Identification of
Plant Pathogenic Bacteria. Ed ke-3. Minnesota (US): APS Press.
Skou JP. 1971. Studies on the effects of ionizing radiation for extending the
storage lives of onions. Dan Atom Energ Com. 238: 37-38.
Spalding DH, Reeder WF. 1986. Influence of hot water and gamma irradiation
treatments on bacterial soft rot of tomatoes. Proc Fla State Hort Soc.
99:145-148.
Sudrajat DJ, Zanzibar M. 2009. Prospek teknologi radiasi sinar gamma dalam
peningkatan mutu benih tanaman hutan. Info Benih. 13(1): 158-163.
Sumner DR. 1999. Diseases of bulbs caused by fungi. Mushy rot. Di dalam:
Schwartz HF, Mohan SK, editor. Compendium of Onion and Garlic
Diseases. Minnesota (US): APS Press. Hal 29-30.
Suskandari K, Soertini S, Rianawati. 1999. Mutasi induksi sinar gamma pada
anggrek Vanda Genta Bandung. Zuriat. 10 (1) : 27-34.