Anda di halaman 1dari 15

KANKER OVARIUM

KELOMPOK I :

AINUL MARDIAH SARI

LISMAR

TESA NOVITA

CINDY RAHMA DINI

NANA WAHYUNI PUTRI

ELFI RAHMI

JULICA GAHO

SINDI ELFANITA

WINDY SARTIKA

RENDI ANANDA PUTRA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat Allah SWT kita ucapkan puji sukur kepada Allah SWT yang
telah memperkenankan kami menyusun makalah ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada
junjungan kami Baginda tercinta Rasululah SAW.

Melalui makalah ini kami ingin menjelaskan tentang kanker ovarium. Terima kasih kepada
semua pihak yang membantu, hingga selesainya makalah ini.

Seperti pepatah yang mengatakan bahwa, “Tak ada gading yang tak retak” demikian pula dengan
makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu kepada para
pembaca khususnya dosen mata kuliah dimohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi
bertambahnya wawasan kami di bidang ini.
DAFTAR ISI

Halaman judul.......................................................................................................i

Kata pengantar.......................................................................................................ii

Daftar isi.................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latarbelakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan

BAB 11 PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Pengertian

B. Anatomi

C. Etiologi

D. Patofisiologi

E. Menifestasi Klinis
F. Komplikasi

BAB 1V PENUTUP.....................................................................................................

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker ovarium merupakan salah satu kanker terbanyak di bidang ginekologi. Namun
tumorigenesis tumor ovarium, proses molekulernya, dan sifat alamiahnya belum dipahami
sepenuhnya. Penelitian-penelitanpun masih terus dikembangkan sampai saat ini. Gambaran
histologis yang begitu bervariasi, masih sering menjadi perdebatan di dalam penggolongannya.
Hal tersebut berpengaruh terhadap diagnosis dan terapi. Sampai saat ini belum ada suatu cara
deteksi dini serta pendekatan terapi yang berarti dan efektif sehingga tindakan pencegahan dan
penanganannya belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai
faktor yang terlibat di dalamnya seperti kebanyakan kasus sering ditemukan pada stadium lanjut
sehingga prognosisnya buruk.

Salah satu kanker atau tumor ganas yang paling sering dijumpai di bidang ginekologi
adalah kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi
wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi
wanita setahunnya (Wiknjosastro, 2009). Setiap tahun di seluruh dunia terdiagnosis 204.000
kasus baru dan 125.000 perempuan meninggal akibat kanker ovarium (Schorge, 2008). Angka
harapan hidup lima tahun pada stadium awal sekitar 80 – 90 % sedangkan pada stadium lanjut
sekitar 25 %. Kejadian kanker ovarium di Rumah Sakit Sanglah tahun 2004 sebesar 35% dari
seluruh kanker ginekologi (Karyana, 2004).

Berdasarkan luas proliferasi serta pola diferensiasi lapisan epitelnya, secara histopatologi
tumor ovarium epitelial dibagi menjadi tumor jinak (benigna), borderline (low malignant
potential) dan ganas (true malignant). Tumor ganas mempunyai kemampuan untuk berinvasi
kemudian bermetastasis dan dipermudah dengan terbentuknya neoangiogenesis. Sifat
bermetastasis ini yang membedakannya dengan tumor jinak (Aziz, 2010). Kemampuan untuk
berinvasi tersebut memerlukan proses proteolisis baik intraseluler ataupun ekstraseluler. Protease
yang terlibat pada proses proteolitik terdiri dari beberapa kelas yaitu: matrix metalloproteinase
(MMP), serine protease, cystein protease, aspartic acid protease, integral membran protease.
Namun, kegagalan MMP inhibitor spektrum luas dalam uji klinis (Coussens et al., 2002)
membuka pintu untuk protease lain sebagai target-target penelitian. Salah satunya adalah sisteine
protease. Sisteine protease salah satunya cathepsin B diketahui terlibat dalam proses degradasi
matriks ekstraselular, memudahkan pertumbuhan, invasi, metastasis sel-sel tumor, tumor
angiogenesis, dan apoptosis. Joyce et al. (2004) menunjukkan hubungan peningkatan aktivitas
cathepsin dengan angiogenesis vaskular dan proses invasi tumor selama tumorigenesis pada
model-model tikus transgenik secara invivo. Catehpsin B juga ditemukan meningkat secara
signifikan pada cairan kista ovarium. Pada penelitian yang dilakukan oleh Warwas (1994) di
Polandia, menemukan adanya peningkatan kadar serum cathepsin B pada kanker ovarium,
namun pada penelitian lain (Nishikawa et al, 2007) tidak menemukan adanya perbedaan
bermakna. Aktivitas cathepsin B juga ditemukan meningkat pada arthritis rheumatoid, di
jaringan kanker payudara, kanker serviks, dan kanker kolorektal. Pemeriksaan kadar Cathepsin B
dalam darah sebagai marker perkembangan kanker menarik untuk dilakukan karena mudah
dikerjakan dan praktis (Berdowska, 2004).

Diketahui pada tumor-tumor ovarium epitelial yang memiliki potensi keganasan bahwa
walaupun secara histologi masih pada tahap awal, namun tumor ini sudah tergolong high grade
dan morfologinya sama dengan tumor pada tahap advance (lanjut) (Tavassoli dan Devilee,
2002). Karena pada 95 % kasus adalah asimptomatis, terutama pada stadium dini (Rasjidi, 2007),
dan penilaian stadium baru dapat dilakukan saat operasi (laparotomy staging), sehingga secara
dini sulit menilai adanya mikrometastasis, invasi sel ganas, dan peralihan dari tumor jinak atau
borderline menjadi ganas. Perbedaan prognosis antara pasien pada stadium dini dengan stadium
lanjut sangat berbeda, karena itulah penting untuk mendeteksi penyakit ini sedini mungkin.
Terlebih lagi pemberian inhibitor cathepsin berspektrum luas efektif memblok beberapa tahap
tumorigenesis pada model tikus transgenik, hal ini menawarkan peluang-peluang terapi baru
dalam pengobatan kanker.

Skrining dianjurkan pada kelompok risiko tinggi yang sifatnya individual, yaitu wanita
dengan keluarga yang menderita kanker seperti kanker ovarium, payudara, dan kolon
(Andrijono, 2004). Untuk mengurangi angka kematian akibat kanker ovarium maka diperlukan
upaya untuk dapat melakukan deteksi dini dan menentukan faktor prognosis yang dapat
digunakan untuk penanganan kanker ovarium yang lebih baik. Hal tersebut membuat penelitian
ini menarik untuk dikerjakan. Penghitungan kadar cathepsin B serum pada tumor ovarium
epitelial jinak, borderline dan ganas menjadi tujuan dalam penelitian ini, sehingga diharapkan
dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan yang ke depannya diharapkan cathepsin B dapat
digunakan dalam deteksi dini, menentukan prognosis, serta keberhasilan terapi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian dari kanker ovarium?
2. Bagaimanakah anatomi visiologi ovarium?
3. Bagaimanakah etilogi kanker ovarium?
4. Bagaimanakah patofisiologi kanker ovarium?
5. Bagaimanakah menifestasi klinis kanker ovarium?
6. Bagaimanakah komplikasi kanker ovarium?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Bagaimana pengertian dari kanker ovarium
2. Bagaimana anatomi visiologi ovarium
3. Bagaimana etilogi kanker ovarium
4. Bagaimana patofiosiologi kanker ovarium
5. Bagaimana menifestasi klinis kanker ovarium
6. Bagaimana komplikasi kanker ovarium

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).

Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10%
terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi
juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low – maligna potensial)
dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).

Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker
ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak
mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah
menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 1999).

B. Anatomi Fisiologi Ovari

Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna. Organ interna berfungsi
dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi,sebagai tempat fertilisasi sel
telur dan perpindahan blastosis, ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta
sebagai tempat implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan dan
kelahiran janin.

1. Organ eksterna
2. Organ internal
a. Vagina

Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas dan ke


belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina mempunyai panjang kurang lebih 7,5
cm dan dinding posteriornya 9 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran
keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus, dan kotoran menstruasi, sebagai organ kopulasi dan
sebagai bagian jalan lahir saat persalinan.

Dinding vagina terdiri atas empat lapisan : Lapisan epitel gepeng berlapis : pada lapisan
ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan akan merembes melalui epitel untuk memberikan
kelembaban, Jaringan kolektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik, Jaringan otot polos
berserabut longitudinal dan sirkuler, Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih.

Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat servik menuju kedalam
kubah vagina terbentuk sebuah selokan melingkar yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi
menjadi empat bagian: fornik posterior, anterior dan dua buah fernik latera.
b. Uterus

Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau serosa.
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada
rongga panggul antara kandung kemih di anterior dan rectum posterior.

Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cmpada wanita
multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram sedangkan pada yang
belum pernah melahirkan beratnya 80 gram atau lebih.

Uterus terdiri dari :

1) Fundus uteri

Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi berinsersi ke uterus. Di
dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan
dapat di perkirakan dengan perabaan fundus uteri.

2) Korpus uteri

Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum
uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai
fungsi utama sebagai perkembangan janin.

3) Serviks uteri

Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak di bawah isthmus. Servik
memiliki serabut otot polos namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan
elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan secret yang kental dan
lengket dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat dapat berbentuk kista,
retensi berdiameter beberapa millimeter yang disebut sebagai folikel nabothian.

c. Tuba Falopi

Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi
antara 8-14 cm, tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane mukosa.
Tuba falopi terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang terdapat di dinding uterus), Pars
Ismika (merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya), Pars Ampularis (bagian yang
terbentuk agak lebar, tempat konsepsi terjadi), Pars Infudibulum (bagian ujung tuba yang terbuka
kearah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap
telur dan kemudian menyalurkan ke dalam tuba).

d. Ovarium

Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus, di
bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan
folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel
graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.

Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum, Memproduksi hormone


estrogen, Memproduksi hormone progesterone.

Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan bulbus dan
tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di
dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan ovum dan
menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus
menstruasi.

Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut medulla ovary
di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler
saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-kantong kecil
yang berdinding epithelium dan berisi ovum.

Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus, menghasilkan
hormon estrogen dan progesterone. Hormon ini dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi
sifat-sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan lain-lain.

Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah di dalam rongga folikel
dan sel yang berwarna kuning yang berasal dari dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan
membentuk korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan menjadi besar. Bila ovum tidak
di buahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat sebelum masa menstruasi
berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.

Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan uterus dimana masa
menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masa ini epithelium permukaan dinding uterus
terlepas dan terjadi sedikit perdarahan.

Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan yang berlangsung 9
hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahap ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan
pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating Hormon) terjadi pada hari
ke14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di kendalikan oleh progesterone.

C. Etilogi

Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker,
biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda.
Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat
60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium.
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan
penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi
kanker ovarium, diantaranya:

1. Hipotesis incessant ovulation


2. Hipotesis androgen
D. Patofisiologi

Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat
ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada masa
reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor
predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan
sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan
implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan
asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium
kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi
tumor-tumor tersebut.

1. Akibat pertumbuhan

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut,
tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.
Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar
dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.

2. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.

3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
b. Torsi
c. Infeksi pada tumor
d. Robekan dinding kista
e. Perubahan keganasan
E. Menifestasi Klinis

Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik.

1. Stadium Awal

a. Gangguan haid

b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)

c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)

d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)


e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)

f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada lapisan rahim,


pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut).

2. Stadium Lanjut

a. . Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)

c. Perut membuncit

d. Kembung dan mual

e. Gangguan nafsu makan

f. Gangguan BAB dan BAK

g. Sesak nafas

h. Dyspepsia

Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002) :

Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium

Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluas pelvis

Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis diluar pelvis
atau nodus inguinal atau retro peritoneal positif

Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium dengan metastasis jauh.

F. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :

1. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke strukturstruktur yang
berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui
cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju
pleura.

Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :

1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause

2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul
masalah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis

3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula
dan edema ekstremitas bawa
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada ovarium atau indung
telur, yaitu dua organ yang berada di sisi kanan dan kiri Rahim. Kanker ini bisa terjadi pada
wanita berusia menengah maupun wanita yang telah lanjut.

Penyebab kanker ovarium hingga saat ini, dokter tidak memiliki kesimpulan pasti untuk
masalah ini. Secara umum kanker biasanya terjadi dikarenakan adanya perubahan gen pada
tubuh seseorang yang menyebabkan sel sel normal berkembang menjadi sel sel kanker.
Kemudian, sel sel tersebut menduplikasikan diri dan membuat tumor. Selain itu, sel sel ini juga
menyerang sel-sel sekitarnya dan menyerang ogan lainnya.

Pengobatan kanker ovarium: operasi, kemoterapi dan radioterapi


DAFTAR PUSTAKA

Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.

——–. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.

Nettina M. Sandra. 1996. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: ——–

DRUGS. 2008. Idiophatic (imunue) trombocytopenic purpura. Medications.


http:html//www drugs.com/condition/idiophatic – imunue – trombocytopenic – purpura
.diakses pada tanggal 26 maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai