Anda di halaman 1dari 11

PENTINGNYA PERAWAT MENERAPKAN POSISI ERGONOMIS SAAT

BEKERJA DI RUMAH SAKIT

Novita Asyiah
novitaasyiah@gmail.com

ABSTRAK
Ergonomi merupakan penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan
ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian. Posisi ergonomi merupakan
posisi kerja yang seharusnya dilakukan selama melakukan intervensi keperawatan untuk
mencegah terjadinya resiko akibat kerja. Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan
faktor resiko paparan yang paling besar. Melakukan intervensi keperawatan seperti
mengangkat pasien, memindahkan pasien atau perawatan luka membutuhkan posisi yang
ergonomis untuk mencegah resiko akibat kerja. Penyakit akibat kerja disebabkan oleh
pekerjaan dan sikap kerja. Salah satu penyakit akibat kerja pada tulang belakang adalah nyeri
punggung bawah, yang timbul karena posisi statis dalam bekerja dan bersifat continue. Lebih
dari 50% pekerja mengalami gangguan muskuloskeletal di negara berkembang dan negara
maju (5–8). Pekerjaan keperawatan melibatkan banyak aktivitas berisiko terkait gangguan
muskuloskeletal. Prevalensi gejala muskuloskeletal berkisar40-80%. Hal ini menunjukkan gejala
muskuloskeletal relatif tinggi pada pekerja di Indonesia Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan
sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon,
pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja.

KATA KUNCI : Ergonomis, Gangguan Muskuloskeletal, Intervensi Keperawatan


LATAR BELAKANG yang dialami oleh perawat, sebagai
Perawat merupakan tenaga kesehatan contoh; penerangan yang kurang, tata-
yang ruang lingkupnya tidak terlepas letak tempat tidur pasien dan alat – alat
dari rumah sakit ataupun pusat – kesehatan yang kurang tertata dengan
pusat pelayanan kesehatan. Berdasarkan baik, kebisingan, dll. Selain itu gangguan
data BPPSDMK (2017), tercatat cedera otot rangka atau musculoskeletal
sebanyak 309.017 perawat yang disorders (MSDs) juga merupakan risiko
diberdayakan di pusat-pusat layanan fisik yang sering dialami oleh
kesehatan di seluruh Indonesia.Sedangkan perawat(Jellad et al., 2013). Resiko MSDs
di Bali jumlah perawat yang bekerja di merupakan kasus yang paling banyak
pusat – pusat kesehatan sebanyak 6.751 terjadi pada tenaga kesehatan dan
perawat. Rasio perawat terhadap jumlah keperawatan. Hal ini berpotensi
penduduk Bali per 100.000 penduduk mempengaruhi ketersediaan tenaga
adalah 1 : 163 dengan total Fasyankes perawat dikarenakan pekerjaan tersebut
sebanyak 242 buah (BPPSDMK, 2017)). beresiko dan banyaknya perawat yang sakit
Data ini menunjukkan masih kurangnya (de Castro, 2006).
tenaga kesehatan di fasilitas – fasilitas Berdasarkan observasi yang dilakukan
kesehatan. Masih kurangnya rasio perawat terhadap 10 perawat yang bekerja di RS
dengan jumlah penduduk menyebabkan Universitas Udayana didapatkan bahwa
resiko beban kerja perawat meningkat. sebagian besar perawat melakukan
Beban kerja perawat yang meningkat tindakan keperawatan tanpa
ini dapat menyebabkan resiko-resiko memperhitungkan faktor ergonomi. Seperti
terkait pekerjaan, khususnya berkaitan contoh, saat memasang infus, perawat tidak
dengan resiko fisik. Resiko fisik yang mempertimbangkan tinggi tempat tidur dan
dapat dialami oleh perawat disebabkan tidak memposisikan dengan baik peralatan
oleh dua hal yaitu faktor lingkungan kerja yang dibawa. Begitu pula saat melakukan
dan faktor internal (Tarwaka, Bakri, & rawat luka. Kurangnya paparan informasi
Sudiajeng, 2004), (Manuaba, 2015). tentang posisi ergonomis saat bekerja dapat
Lingkungan kerja yang kurang kondusif berpengaruhterhadap perilaku perawatdalam
sangat berpengaruh terhadap risiko fisik
memberi asuhan keperawatan (Prapti, peralatan yang dibawa. Begitu pula saat
Nurhesti, & Tirtayasa, 2017). melakukan rawat luka. Kurangnya paparan
Penyebab dari banyaknya kasus MSDs informasi tentang posisi ergonomis saat
pada perawat umumnya dikarenakan berdiri bekerja dapat berpengaruh terhadap perilaku
terlalu lama dan menjaga posisi tubuh perawatdalam memberi asuhan
yang statis (Jellad et al., 2013), postur keperawatan (Prapti et al., 2017).
tubuh yang tidak ergonomis, gerakan Keluhan pada sistem muskuloskeletal
yang berulang-ulang,termasuk mengangkat tidak terjadi secara langsung, namun
beban pasien yang berat, postur keluhan akan timbul dalam waktu yang
membungkuk (Kurniawidjaja, Purnomo, cukup lama(Jellad et al., 2013).Penelitian
Maretti,&Pujiriani 2013), seringnya yang dilakukan pada tiga RS di
melakukan gerakan yang dipaksakan dan Jakarta menyimpulkan bahwa transfer
memutar, (Rogers,Buckheit, & Ostendorf, pasien merupakan bagian tugas perawat
2013). yang paling beresiko dan menyebabkan
Karakteristik tubuhpasien yang asimetris, keluhan nyeri punggung pada
berat, dan bergerak tanpa koordinasi perawat(Kurniawidjaja et al.,
membuat penanganan pasien menjadi tidak 2013).Nyeri pinggang dan punggung
mudah bagi tubuh perawat (Garg, Owen, paling banyak terjadi ketika perawat
& Carlson, 1992). melakukan transfer pasien tanpa alat
Selain itu luas ruangan yang tidak cukup bantu serta kondisi ruangan yang
memaksa perawat membuat postur yang kurang cukup untuk bermanuver(Rogers
buruk (de Castro, 2006). Berdasarkan et al., 2013)(de Castro, 2006).
observasi yang dilakukan terhadap 10 Penerapan prinsip - prinsip ergonomi
perawat yang bekerja di RS Universitas ditempat kerja masih kurang tersentuh atau
Udayana didapatkan bahwa sebagian mendapat perhatian secara penuh terutama
besar perawat melakukan tindakan pada pekerjaan perawat di rumah sakit.
keperawatan tanpa memperhitungkan Penggunaan media yang interaktif dan
faktor ergonomi.Seperti contoh, saat inovatif seperti video dapat
memasang infus, perawat tidak mempengaruhi pemahaman terhadap
mempertimbangkan tinggi tempat tidur suatu informasi (Wijayanti, 2018).
dan tidak memposisikan dengan baik Pemberian pemahaman secara
komprehensif dapat meningkatkan posisi ergonomis dengan intervensi
pengetahuan dan sikap dalam penerapan keperawatan.
posisi yang ergonomis (Prapti et al.,
2017). HASIL
Lebih lanjut disebutkan bahwa sikap Berdasakan hasil dari beberapa literatur
dan posisi kerja yang ergonomis dapat diketahui bahwa Lebih dari lima puluh
mengurangi kelelahan dan rasa sakit persen perawat memiliki pengetahuan
saat bekerja, sehingga menimbulkan ergonomi kurang baik dan hanya beberapa
kenyamanan dalam melakukan pekerjaan yang memiliki sikap kerja ergonomis yang
tersebut. baik. Pengetahuan yang kurang dan tingkat
pendidikan yang kurang membuat
TUJUAN masyarakat kurang memperhatikan
Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui pentingnya posisi yang benar dalam aktivitas
hubungan antara kesalahan perawat dalam kerja maupun keseharian. Perempuan
melakukan posisi ergonomis dengan dengan aktivitas kerja keseharian yang
intervensi keperawatan yang akan perawat menumpuk seringkali lalai untuk menjaga
lakukan saat bekerja. kesehatan diri sendiri. Tingkat pendidikan
yang rata-rata masih rendah menunjukkan
METODE pengetahuan yang diterima oleh orang
Penelitian ini menggunakan metode tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan
literature riview yaitu penelitian yang seseorang, semakin banyak pengetahuan
menggunakan cara menggali informasi yang didapatkan (Andini, 2015).
sebanyak banyak nya dari sumber sumber Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
yang ada. Sumber yang digunakan yaitu mengandung dua aspek yaitu aspek positif
jurnal jurnal, e-book, penelitian penelitan dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan
sebelumnya dan text book dalam jangka menentukan sikap seseorang. Semakin
waktu 10 tahun terakhir. Penelitian ini tidak banyak aspek positif maka akan
dilakukan langsung di lapangan hanya menimbulkan dampak
sebatas melakukan pencarian informasi dari positif terhadap objek tertentu (Wawan,
berbagai sumber yang bersangkutan dengan 2010).Dan menunjukkan terdapat hubungan
antara jenis kelamin, usia,dan tingkat
pendidikan pada perawat dengan keluhan Dalam kehidupan manusia selalu
gangguan muskuloskeletal. Dengan mengadakan berbagai macam aktifitas.
bertambahnya usia, keluhan-keluhan otot Salah satu aktivitas yang rutin dilakukan
skeletal akan sering dirasakan seperti setiap orang adalah bekerja. Bekerja dapat
keluhan nyeri yang disebabkan oleh diartikan sebagai kegiatan manusia dalam
penurunan kepadatan tulang (Guyton & melaksanakan suatu tugas yang diakhiri
Hall, 2007). dengan buah karya yang dapat dinikmati
Masa kerja, pengetahuan ergonomi, dan oleh manusia yang bersangkutan1. Apapun
sikap kerja berhubungan dengan keluhan profesi yang dipilih, bekerja bagi setiap
gangguan muskuloskele- tal pada perawat. orang selalu dilakukan dalam rangka
asa kerja, pengetahuanergonomi, dan sikap memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari
kerja berkontribusi terhadap keluhan pekerjaan yang berisiko rendah hingga
gangguan muskuloskeletal. Hasil penelitian pekerjaan yang berisiko tinggi.
menyebutkan bahwa seseorang yang bekerja Pekerja rumah sakit memiliki risiko lebih
lebihdari 5 tahun meningkatkan risiko tinggi mengalami penyakit dan kecelakaan
terjadinya nyeri punggung bawah akibat kerjadi banding pekerja industri lain.
dibandingkan kurang dari 5 tahun (Alfiani & Secara global,petugas kesehatan terutama
Basri, 2016). perawat berisiko tinggi untuk terkena
Paparan yang terus menerus dan dalam gangguan muskuloskeletal. Salah satu
jangka waktu lama menyebabkan potensi bahaya di rumah sakit adalah faktor
penyempitan pada rongga diskus sehingga ergonomi. Perawat di negara berkembang
terjadi degenerasi tulang belakang yang memiliki sedikit pengetahuan prinsip
berujung pada nyeri punggung bawah kronis ergonomi di tempat kerja dan tidak dilatih
(McGill, 2007). untuk mencegah dan mengendalikan bahaya
Yeo et.all (2019) dalam penelitiannya kerja.
bahwa prevalensi kejadian musculoskeletal Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari
disorder pada staf perawat tinggi terutama perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pada perawat yang tidak berolahraga, pekerjaan mereka. Sasaran penelitian
bekerja shif malam. ergonomi adalah manusia pada saat bekerja
dalam lingkungan. Secara singkat dapat
PEMBAHASAN dikatakan bahwa ergonomi adalah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi Padahal bahaya ergonomi dapat
tubuh manusia yang ditujukan untuk menimbulkan kerugian di tempat kerja,
menurunkan stress yang akan dihadapi. dimana bahaya ergonomi dapat
Upayanya antara lain berupa penyesuaian mengakibatkan produktivitas dan kualitas
ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh pekerja menurun serta dapat menimbulkan
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, penyakit akibat kerja. Pengetahuan
cahaya dan kelembaban sesuai dengan ergonomi membantu perawatmenghindari
kebutuhan tubuh manusia. faktor risiko tertentu yang berkontribusipada
Pekerja yang lebih memahami prinsip gangguan muskuloskeletal dan
ergonomi ditempat kerja berisiko lebih meningkatkankeselamatan dan kesehatan di
rendah mengalami cedera.Pelatihan tempat kerja. Pengetahuan ergonomi
membuat staf perawat terbiasa memengaruhi sikap kerja saat melakukan
denganprinsip ergonomi pada pekerjaan tindakan keperawatan. Salah satu tindakan
mereka danmening-katkan produktifitas dan keperawatan yang berisiko terhadap
mengurangi cedera fisik .Oleh karena itu, gangguan muskuloskeletal adalah perawatan
perhatian khusus harus diberikan untuk luka. Perawatan luka membutuhkan fokus
meningkatkan pengetahuan mereka dan durasi waktu lama, bahkan sering
tentangergonomi di rumah sakit. Studi dilakukan dengan sikap kerjatidak
sebelumnya berfokuspada pentingnya ergonomis.
pengetahuan manfaat penerapan ergonomi Rathore et.all (2017) menyebutkan bahwa
untuk mengurangi cedera dan masalah perawat sangat rentan terhadap gangguan
terkait pekerjaan (16). Melalui pendidikan musculoskeletal disorder yang berhubungan
danpelatihan, pekerja menjadi lebih dengan pekerjaan, karena perawat menjadi
memahami lingku-ngan dan alat kerja bagian integral dari tim layanan kesehatan
sehingga diharapkan dapatmelakukan yang berperan dalam menjembatani antara
penyesuaian dan inovatif dalam melaku-kan dokter dengan pasien dan memfasilitasi
upaya pencegahan terhadap risiko sakit pemberian layanan kesehatan di rumah sakit.
akibatkerja. Absensi pada perawat yang diakibatkan sakit
Bahaya ergonomi merupakan salah satu pinggang lebih kecil, hal ini bukan
potensi bahaya dalam K3 yang kurang disebabkan karena perawat lebih fit, tetapi
menjadi perhatian dalam suatu tempat kerja. mungkin disebabkan tingginya stoicism
(sikap tenang, sabar, dan tabah). lama menyebabkan penyempitan pada
(Ergonomics, Work and Health). Low back rongga diskus sehingga terjadi degenerasi
pain (LBP) merupakan salah satu jenis tulang belakang yang berujung pada nyeri
kelainan atau penyakit Cumulatif Ttauma punggung bawah kronis (McGill, 2007).
Disorder (CTDs) yang terjadi pada bagian Berdasarkan score REBA, intervensi
tubuh pungggung bawah. CTDs bukan keperawatan yang dilakukan di IRD berada
merupakan diagnosis klinis melainkan rasa pada katagori tinggi, sedang dan rendah.
nyeri karena kumpulan cedera pada system Intervensi yang termasuk dalam katagori
musculoskeletal akibat gerakan kerja tinggi adalah menjahit luka/hecting,
biomekanika berulang-ulang merawat luka dan pengambilan sampel
darah. Sedangkan intervensi keperawatan
Penelitian yang dilakukan oleh (Jellad et al.,
dengan katagori sedang adalah tindakan
2013) menyebutkan bahwa usia dan masa
keperawatan membuka jahitan luka dan
kerja secara signifikan berpengaruh terhadap
melakukan perekaman EKG. Mengukur
keluhan muskuloskeletal pada perawat.
tanda vital dan pemberian obat supositoria
Meningkatnya usia menyebabkan terjadinya
termasuk dalam katagori rendah. Sikap kerja
degenerasi pada tulang dan keadaan ini
yang dominan saat melakukan semua
mulai terjadi disaat seseorang memasuki usi
intervensi tersebut adalah berdiri,
dewasa muda yaitu 30 tahun. Pada usia 30
membungkuk dan memutar. Terkadang
tahun akan terjadi degenerasi tulang berupa
posisi janggal juga mucul saat melakukan
kerusakan jaringan, munculnya jaringan
beberapa intervensi keperawatan.
parut serta pengurangan cairan yang
Dilihat dari sikap kerja dapat disimpulkan
berdampak terhadappenurunan stabilitas
bahwa mayoritas intervensi keperawatan
tulang dan otot.
dilakukan dengan sikap berdiri. Berat tubuh
Selain usia, masa kerja juga berpengaruh
manusia akan ditopang oleh satu ataupun
terhadap terjadinya keluhan musculoskeletal
kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri.
.Hasil penelitian menyebutkan bahwa
Aliran beban berat tubuh mengalir pada
seseorang yang bekerja lebih dari 5 tahun
kedua kaki menuju tanah yang
meningkatkan risiko terjadinya nyeri
disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi.
punggung bawah dibandingkan kurang dari
Posisi beridi menggunakan kedua kaki
5 tahun (Alfiani & Basri, 2016). Paparan
berpengaruh terhadap kestabilan tubuh. Kaki
yang terus menerus dan dalam jangka waktu
yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dalam waktu yang cukup
dengan tulang pinggul akan menjaga tubuh lama(McGill,2007).
dari tergelincir (McGill, 2007). Selain itu Sikap kerja membungkuk dapat
kelurusan antara anggota tubuh bagian atas menyebabkan “slipped disks”, bila dibarengi
dengan anggota tubuh bagian bawah perlu dengan pengangkatan beban berlebih.
dijagauntuk mempertahankan keseimbangan Prosesnya sama dengan sikap kerja
tubuh. membungkuk, tetapi akibat tekanan yang
Sikap kerja berdiri memiliki beberapa berlebih menyebabkan ligamen pada sisi
permasalahan system musculoskeletal. Nyeri belakang lumbar rusak dan penekanan
punggung bagian bawah (low back pain) pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan
menjadi salah satu permasalahan posisi oleh keluarnya material pada invertebratal
sikap kerja bediri dengan sikap punggung disk akibat desakan tulang belakang bagian
condong ke depan (Wajdi & Kusmasari, lumbar (Guyton & Hall, 2007).
2015). Sikap kerja yang sering dilakukan oleh
Posisi berdiri yang terlalu lama akan perawat dalam melakukan pekerjaan antara
menyebabkan penggumpalan pembuluh lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok,
darah vena, karena aliran darah berlawanan berjalan dan lain-lain. Sikap kerja tersebut
dengan gaya gravitasi. Kejadian ini bila dilakukan tergantung dari kondisi dalam
terjadi pada pergelangan kaki dapat lingkungan kerja yang ada. Kondisi sistem
menyebabkan pembengkakan(Potter & kerjanya yang tidak sehatakan menyebabkan
Perry, 2006); (Guyton & Hall, 2007). kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan
Selain posisi berdiri, membungkuk dan pekerjaan yang tidak aman (Rogers et al.,
memutar atau posisi janggal juga sering 2013), (Eileen, 2001), (Tarwaka et al.,
dilakukan oleh perawat saat melakukan 2004). Sikap kerja yang salah, canggung dan
intervensi keperawatan. Membungkuk diluar kebiasaan akan menambah resiko
merupakan salah satu sikap kerja yang tidak cidera pada bagian musculoskeletal
nyaman diterapkan dalam pekerjaan. Posisi (Kurniawidjaja et al., 2013).
ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika Faktor lain yang berpengaruh pada
bekerja. Keluhan nyeri pada punggung keluhangangguan muskuloskeletal adalah
bagian bawah (low back pain) akan terjadi masa kerja. Peneliti-an lain menemukan
bila kegiatan dilakukan secara berulang dan korelasi antara masa kerja dengan low back
pain. Masa kerja menyebabkan beban muskuloskeletal. Jika terjadi sikap kerja
statikyang terus menerus apabila pekerja tidak fisiologis berarti ada kekurang serasian
tidak memper-hatikan faktor-faktor antara manusia dan stasiun kerjanya,
ergonomi akan lebih mudah menimbulkan sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak
keluhan low back pain. Umur dan masa diinginkan (dapat dikatakan sebagai dampak
kerja yang lebih lama berhubungan dengan jangka pendek) seperti cenderung terjadi
lowback pain pada pekerja furnitur. kesalahan kerja, kurang produktif dan
munculnya biaya-biaya pengeluaran.
PENUTUP
KESIMPULAN SARAN
Sikap kerja atau kondisi kerja Pperawat Dari hasil beberapa sumber penelitian maka
yang tidak ergonomis pada akhirnya dapat sarannya adalah:
menimbulkan keluhan-keluhan seperti
a. Perlu adanya komitmen dari top
gangguan pada sistem musculoskeletal.
manajemen untuk meningkatkan
Sikap tubuh yang buruk (tidak fisiologis)
keselamatan dan kesehatan kerja
sewaktu bekerja dan berlangsung lama
pada perawat yang berkaitan dengan
menyebabkan adanya beban pada sistem
risiko ergonomi.
muskuloskeletal dan berefek negatif pada
b. Latihan peregangan dan penguatan
kesehatan, disamping itu pekerja tidak
yang tepat dan melaksanakan
mampu mengerahkan kemampuannya secara
program aerobic progresif untuk
optimal. salah satu akibat dari stasiun kerja
meningkatkan kebugaran tubuh
yang tidak ergonomis akan muncul sikap
secara menyeluruh.
kerja yang tidak fisiologis seperti jongkok,
c. Rumah sakit harus mempunyai
duduk membungkuk, duduk bersila di lantai
baseline data tentang penyakit pada
dan sebaginya. Faktor risiko keluhan
semua pekerja, serta dilakukannya
gangguan muskuloskeletal perawat adalah
medical check up yang spesifik
pengetahuan ergonomi, sikap kerjadan masa
terhadap bahaya ergonomic sebagai
kerja. Pendidikan dan pelatihan
biomonitoring dan personal control
ergonomidan sikap kerja yang benar harus
serta tindakan pencegahan.
diperkenalkan di tempat kerja untuk
mengurangi risiko keluhangangguan
5. Harwanti, Siti., Aji, Budi., dan Ulfah
Nur. (2016). Pengaruh Posisi Kerja
DAFTAR PUSTAKA Ergonomi Terhadap Low Back Pain
(Lbp) Pada Pekerja Batik Di Kauman
1. Anggraika, Putri., Apriany, Anita.,
Sokaraja Influence Ergonomic
dan Pujiana, Dewi. (2019).
Working Position Againts Low Back
Hubungan Posisi Duduk Dengan
Pain (Lbp) In Batik Workers
Kejadian Low Back Pain (Lbp) Pada
Kauman Sokaraja. Jurnal Kesmas
Pegawai Stikes. Jurnal Aisyiyah
Indonesia, 8(1), hlm 49- 55
Medika, 4(1), hlm 1-10
6. Natosba, Jum., dan Jaji. (2016).
2. Balaputra, Ishana., dan Sutomo, A.
Pengaruh Posisi Ergonomis
H. (2017). Pengetahuan Ergonomi
Terhadap Kejadian Low Back Pain
Dan Postur Kerja Perawat Pada
Pada Penenun Songket Di Kampung
Perawatan Luka Dengan Gangguan
Bni 46. Jurnal Keperawatan
Muskuloskeletal Di Dr. H. Koesnadi
Sriwijaya, 3(2), hlm 8 – 16
Bondowoso. Berita Kedokteran
7. Novziransyah, Nanda., Syahputra,
Masyarakat (BKM Journal of
Deny., Depiantis, Erika., dan
Community Medicine and Public
Mukhtar, M. R. (2018). Hubungan
Health), 33(9), hlm 445-448
Posisi Kerja Dengan Keluhan
3. Dewi, N. F. (2019). Risiko
Muskuloskeletal Pada Karyawan-
Musculoskeletal Disorders (Msds)
Aryawati Swalayan Diamond Medan
Pada Perawat Instalasi Gawat
Johor The Relationship Of Work
Darurat (Igd). Jurnal Vokasi
Position With Musculoskeletal
Indonesia, 7(2), hlm 39 – 48
Complaintsin Employees In
4. Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019,
Diamond Shop Medan Johor. Jurnal
March). Investigating nurses’ coping
Riset Hesti Medan, 3(2), hlm 88 – 93
strategies in their workplace as an
8. Purwantini, Dwi.(2017). Tingkat
indicator of quality of nurses’ life in
Pengetahuan Posisi Ergonomi Dalam
Indonesia: a preliminary study.
Pencegahan Nyeri Punggung Bawah.
In IOP conference series: Earth and
Jurnal Penelitian Kesehatan, 4(2),
Environmental science (Vol. 248,
hlm 79 – 84
No. 1, p. 012031). IOP Publishing.
9. Putri, S. K., Suwandi, Tjipto., dan Partners Part Of Pt 'X' Manufacture
Makomulamin (2018). Hubungan Tobacco Products Hubungan Postur
Angkat Angkut Pasien Dengan Kerja Dengan Keluhan Low Back
Keluhan Musculoskeletal Disorders Pain Pada Pekerja Bagian
(Msd’s) Pada Perawat Ruang Rawat Pengepakan Pt ‘X’ Industri Hasil
Inap Rsud Teluk Kuantan Tahun Tembakau. Journal of Vocational
2018 The Correlation Between Health Studies 03. Hlm 126 – 130
Patient Lifting With Musculoskeletal 14. Windi., dan Samad, Rasmidar.
Disorders (Msd’s) Complaint On (2015). Penerapan Postur Tubuh
Inpatient Room Nurses At Teluk Yang Ergonomis Oleh Mahasiswa
Kuantan General Hospital 2018. Tahap Profesi Fakultas Kedokteran
Jurnal Photon, 9(1), hlm 112 – 121 Gigi Universitas Hasanuddin Selama
10. Prapti, N. K. G., Nurhesti, P. O. Y., Prosedur Perawatan (Application Of
dan Tirtayasa, K. (2018). Kajian Ergonomic Posture By Clinical
Ergonomi Pada Tindakan Dental Students Of Faculty Of
Keperawatan Di Ird Rs Universitas Dentistry Hasanuddin University
Udayana, Badung, Bali. Jurnal During Treatment Procedure).
Keperawatan Respati Yogyakarta, Journal of Dentomaxillofacial
5(3),hlm 414-419 Science, 14(1), hlm 32-37
11. Simamora, R. H. (2020). Learning of
Patient Identification in Patient
Safety Programs Through Clinical
Preceptor Models. Medico Legal
Update, 20(3), 553-556.
12. Suarn iti, L. P.(2015). Risiko
Ergonomi Penyakit Akibat Kerja
Pada Perawat Gigi. Jurnal
Kesehatan Gigi, 3(2), hlm 113 – 123
13. Suryadi, Iwan., dan Rachmawati,
Siti. (2020). Work Posture Relations
With Low Back Pain Complaint On

Anda mungkin juga menyukai