Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA PENGGUNAAN ABM KRUK DENGAN

PROSTESIS TERHADAP MOBILITAS PASIEN PASCA AMPUTASI


TRANSTIBIAL

Yopi Harwinanda Ardesa, Cica Tri Mandasari Ningsih,


Muhammad Syaifuddin
Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Ortotik Prostetik

Abstract
Background: To know the difference between using crutches utch and prosthesis on
patient mobility after transtibial amputation, Research Design is type of pre-
experimental study with static comparation group research design. The subjects of this
study were transtibial amputation patients divided into two groups. Each group consists
of 15 people. Methods: Type of group in this study is a paired group in which one
person gets two treatments. PT Kuspito Ortotik Prostetik Karanganyar, Time: June to
October 2017 .One person gets two treatments in the form of Kruk and prosthesis,
prosthesis user will be tested with AMPpro test and Kruk user usage will be tested using
AMPnopro, Measurements: AMPpro 20 test and AMPnopro 21 test, different test with
Wilcoxon Signed Ranks Test. Results: Showed an average balance in the crutches
group (15,32) while the mean balance was in the prosthesis group (45,38). The result of
statistical test with man whitney shows p value 0,000 <0,05 so there is difference of
effect of crutch and prosthesis on patient mobility after transtibial amputation.
Conclusion: The results of this study indicate that there is a difference between the use
of Kruk and the prosthesis of mobility, the mobility of the prosthesis user has a higher
level at the level of k-4, while the Kruk level is the k-3 level.

Keywords: Crutches, Prostheses, Mobility, Transtibial Amputations

PENDAHULUAN amputasi yang sering dilakukan (vitriana,


Hilangnya sebagian alat gerak 2002).
akan menyebabkan ketidakmampuan Dari data WHO, Penyebab
seseorang dalam derajat yang bervariasi, amputasi sangat bervariasi di seluruh di
tergantung dari luas hilangnya alat gerak, dunia, 3 penyebab utama adalah diseas,
usia pasien, ketepatan operasi dan trauma dan conginetal deformitas.
management pasca operasi. salah satu Disease dan trauma merupakan penyebab
faktor ini bertanggung jawab atas kondisi utama amputasi, 30% kasus amputasi
ketdakmampuan pasien untuk kembai ke disebabkan oleh trauma. Suatu negara
kemampuan funsional seperti sebelumnya. dengan sejarah perang atau negara konflik
Berdasarkan penelitian saat ini amputasi 80% amputasi disebabkan oleh tauma.
pada anggota gerak bawah mencapai negara industri seperti USA dan Denmark
85%-90% dari seluruh amputasi dan sekitar 65% amputasi disebabkan karena
amputasi bawah lutut (transtibial disease. Disease yang sering terjadi adalah
amputation) merupakan jenis operasi vascular disease, diabetes juga termasuk
disease yang banyak terjadi karena

44
Yopi Harwinanda Ardesa, Perbedaan Pengaruh Antara Penggunaan 45

terdapat sekitar 135 juta orang penderita membantu ambulasi atau mobilitas
diabetes di seluruh dunia. Conginetal disbilitas pada kegiatan sehari –hari.
amputation merupakan penyebab yang Sekitar 84 – 95 % pasien amputasi
paling sedikit, terdapat sekitar 3% menggunakan prostesis hampir setiap hari
amputasi conginetal (WHO, 2004). tapi pada lansia, mereka tidak dapat
Amputasi bawah lutut tidak hanya berjalan seaktif pasien amputasi dengan
memberikan efek pada kemampuan usia muda sehingga para lansia lebih
berjalan, tapi juga mempunyi dampak memilih mengunakan alat bantu mobilitas
terhadap tingkat partisipasi seseorang berupa kursi roda sebagai alternatif
dalam aktivitas sosial di masyarakat, pilihan (Steward, 2008).
prespektif atau pandangan masyarakat dan Berdasarkan uraian tersebut di
kualitas hidup. bagaimanapun juga tingkat atas, penulis tertarik dengan fungsi dari
kualiitas hidup setelah amputasi alat bantu mobilitas kruk dan prosthesis.
berhubungan erat dengan mobilitas dan Maka dari itu peneliti akan mengangkat
kemampuan berjalan. Maka dari itu tujuan topik di atas dalam bentuk penelitian
utama dari proses rehabilitasi medis dengan judul “Perbandingan antara
adalah meningkatkan status fungsional, penggunaan ABM (Alat Bantu Mobilitas)
meningkatkan mobilitas atau ambulasi dan kruk dengan penggunaan prostesis
meningkatkan kualitas hidup. Dalam terhadap mobilitas pasien pasca amputasi
proses rehabilitasi pasien amputasi, transtibial”. Peneliti mengambil tempat
dengan meningkatkan mobilitas pasien penelitian di daerah Karanganyar,
amputasi dapat dibantu menggunakan alat dikarenakan terdapat beberapa klinik
bantu mobilitas dan prostesis Ortotik Prostetik di kabupaten
(velzen,2006). karanganyar, dan juga pendidikan Ortotik
Salah satu alat bantu mobilitas prostetik yang bertempat di karanganyar,
yang sering dipakai pasien amputasi sehingga peneliti bisa mengambil sampel
adalah kruk. sangat penting bagi orang dari pasien pembelajaran di Kampus
dengan disabilitas untuk bisa nyaman Ortotik Prostetik.
menggunakan kruk dengan rasa nyaman Mobilitas atau mobilisasi
maka fungsi kruk bisa maksimal. merupakan kemampuan individu untuk
penggunaan kruk sangat membantu para bergerak secara bebas, mudah dan teratur
disabilitas untuk bergerak lebih mobile dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
sehingga dapat melakukan berbagai aktivitas guna mempertahankan
aktivitas dengan nyaman. Keuntungan lain kesehatannya (Aziz, 2006). Sehingga,
dari kruk adalah bisa digunakan untuk mobilitas adalah suatu usaha untuk
banyak individu dengan kondisi amputasi, berpindah atau bergerak dengan
paraplegia, patah tulang, orang cidera menggunakan kemampuan fisik guna
ligamen dan lain – lain (Shorthel, 2001) untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Alat mobilitas lain yang dapat Mobilisasi diperlukan untuk
digunakan adalah prostesis, Prostesis meningkatkan kemandirian diri,
adalah suatu alat pengganti bagian tubuh meningkatkan kesehatan, memperlambat
yang hilang. Prostesis ini mengganti proses penyakit khususnya penyakit
fungsi yang sangat komplek dari anggota degenerative, dan untuk aktualisasi diri
gerak. fungsi utama prostesis adalah untuk (Murbarak, 2008). Tujuan mobilitas yaitu
46 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 8, No 1, Mei 2019, hlm 01-129

(1) memenuhi kebutuhan dasar manusia, ke atas dan kelemahan rotasi eksternal
(2) mencegah terjadinya trauma,(3) pada tangan (Shabas dan Scheiber, 1986).
mempertahankan tingkat kesehatan, (4) Indikasi penggunaan kruk yaitu (1)
mempertahankan interaksi sosial dan dapat berjalan tetapi merasa kurang stabil
peran sehari – hari, (5) mencegah dan membutuhkan bantuan, (2) fungsi
hilangnya kemampuan fungsi tubuh. arm, shoulder dan tangan masih baik, (3)
Alat Bantu Mobilitas adalah suatu seseorang yang kehilangan salah satu
alat yang dibuat untuk membantu anggota gerak bawah atau keduanya, dan
seseorang dalam meningkatkan fungsional (4) individu yang mempunyai kondisi
anggota gerak tubuh yang mengalami dimana diharuskan untuk non weight
gangguan agar menjadi lebih baik dan bearing pada anggota gerak bawah,
lebih mandiri. Alat bantu mobilitas dapat misalnya fraktur pada lower limb, post
dengan mudah dan praktis digunakan operasi, cidera dan lain-lain ( National
sehari – hari dalam fungsi mobilitas. Alat Multiple Sclerosis Society, 2005).
bantu mobilitas memunyai fungsi yaitu (1) Kelebihan penggunaan kruk yaitu
sebagi kompensasi untuk kondisi tertentu, (1) memberi kestabilan saat berjalan, (2)
(2) membantu individu yang mempunya membuat base of support lebih lebar saat
gangguan keseimbangan dan kesetabilan, berjalan, sehingga mengurangi resiko
(3) memberi support pada kondisi jatuh, (3) offload body weight saat
kekuatan dan kemampuan tubuh yang berjalan atau beraktivitas, dan (4) tinggi
menggalami penurunan, (4) kruk dapat di sesuaikan ( National
mengakomodasi seseorang dengan Multiple Sclerosis Society, 2005).
koordinasi yang buruk, (5) membantu Kekurangan penggunaan kruk
mobiitas pasien amputasi anggota gerak yaitu (1) jika ukuran tidak tepat maka
bawah dan (6) rellief, untuk kondisi akan menimbulkan masalah pada wrist,
individu yang sakit saat menumpu dan elbow dan shoulder, (2) postur tubuh akan
kondisi fraktur (Department of Vermont terganggu karena tubuh akan cenderung
Health Access, 2014). kedepan saat menggunakan kruk, (3)
Kruk merupakan salah satu alat karena penggunaan kruk di kontrol oleh
bantu mobilitas atau alat bantu jalan, shoulder dan arm, dan (4) maka pengguna
tidak hanya memberikan keuntungan harus mempunyai fungsi lengan yang baik
tetapi juga menyisakan permasalahan atau (National Multiple Sclerosis Society,
efek negatif, seperti kurang nyaman saat 2005).
digunakan oleh pengguna dan peningkatan
resiko cedera. Shabas dan Scheiber (1986) METODE PENELITIAN
menjelaskan kasus yang dijumpai pemakai Pada penelitian perbedaan
kruk yang ukurannya tidak pas dan letak pengaruh antara penggunaan ABM kruk
penekanan pada bahu yang berlebihan, dengan penggunaan prostesis terhadap
disertai dengan ayunan kruk yang mobilitas pasien pasca amputasi
berlebihan pada saat pemakaian akan transtibial menggunakan desain penelitian
meningkatkan resiko terjadinya cedera pra-eksperimental dan rancangan
bahu. Cedera bahu akan menyebabkan penelitian adalah Static Group
efek seperti kesulitan mengangkat lengan Comparison. static group comparison
merupakan modifikasi dari desain pre and
Yopi Harwinanda Ardesa, Perbedaan Pengaruh Antara Penggunaan 47

post test. Dalam desain ini terdapat dua menjadi 20 test. Hasil test berupa skor,
kelompok yang dipilih sebagai objek untuk masing- masing test mempunyai
penelitian. Kelompok pertama dan kedua skor antara 0,1,2,3,4,5 dan hasil total dari
mendapatkan perlakuan dan kelompok skor dapat di katogorikan menurut
kedua berfungsi sebagai kelompok klasifikasi MFCL, klasifikasi MFCL
pembanding. pengukuran efektivitas adalah klasifikasi 5 level fungsional untuk
perlakuan adalah hasil penilaian kelompok mendeskripsikan kemampuan fungsional
pertama dibandingkan dengan penilaian seseorang yang mengalami amputasi
kelompok pembanding. Pada penelitian transtibial( Gailey, 2002).
ini kelompok pertama di beri perlakuan
berupa ABM kruk dan di ukur dengan Berikut klasifikasi MFCL :
instrumen alat ukur AMPnopro, kemudian K-level Tidak mempunyai kemampuan
kelompok kedua sebagi pembanding 0 atau potensial untuk ambulasi,
menggunakan prostesis yang di ukur berpindah secara aman dengan
dengan instrumen alat ukur AMPpro dan atau tanpa bantuan dan
kedua hasil perlakuan tersebut di prostesis tidak dapat
bandingkan hasilnya. meningkatkan kualitas hidup
atau mobilitasnya.
Lokasi dan Waktu Penelitian K-level Mempunyai kemampuan atau
Penelitian ini dilakukan di PT 1 potensial untuk menggunakan
Kuspito Ortotik Prostetik Karanganyar, prostesis untuk berpindah atau
waktu pada bulan Juni s/d Oktober 2017. ambulasi pada kondisi
Populasi yang diambil peneliti adalah permukaan yang stabil.
semua pasien amputasi transtibial di PT K-level Mempunyai kemampuan atau
Kuspito Ortotik Prostetik Karanganyar. 2 potensi untuk ambulasi pada
lingkungan dengan rintangan
Alat Ukur Penelitian pada level ringan seperti
Alat ukur untuk penelitian ini tangga, permukaan tanah yang
adalah AMPpro (amputee mobility tidak rata dan rintangan.tipe
predictor with prosthesis) dan AMPnopro komunitas yang memiliki
(amputee mobility predictor without keterbatasan ambulasi.
prosthesis), alat ukur ini berupa 21 test K-level Mempunyai kemampuan atau
padaAMPpro dan 20 test pada AMPnopro 3 potensi untuk ambulasi dengan
yang dapat menjadi ukuran tingkat kondisi yang berubah-ubah.
mobiitas dan fungsional prosthesis Tipe dari komunitas amputee
maupun alat bantu mobilitas. Test ini di yang mempunyai kemampuan
rancang untuk mengukur kemampuan pada lingkungan yang cukup
fungsional pasien tanpa menggunakan banyak halangan dan mungkin
prosthesis dan menggunakan prosthesis. membutuhkan bimbingan,
Test yang di terapkan pada AMPpro dan latihan dan terapi yang
AMPnopro sama Cuma terdapat 1 test diperlukan untuk penggunaan
yang tidak bisa diterapkan pada pasien prosthesis.
ketika tanpa menggunakan prosthesis, K-level Mempunyai kemampuan dan
sehingga test yang di terapkan AMPnopro 4 potensial untuk ambulasi
48 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 8, No 1, Mei 2019, hlm 01-129

menggunakan prostesis yang dikonversi dalam kategori level fungsional


melebihi skil kemampuan mobbiitas (k-level).
dasar mobilitas, yang
memperihatkan pengaruh yang HASIL PENELITIAN
besar, tekanan, atau level Perbedaan Pengaruh Antara
energi. Tipikal ini di jumpai Penggunaan Abm Kruk Dengan Prostesis
pada anak, pasien dewasa yang Terhadap Mobilitas Pasien Pasca
aktif atau atlet. Amputasi Transtibial
Kruk adalah salah satu alat Hasil uji normalitas dengan
mobilitas dasar yang digunakan pasien shapiro wilk diketahui bahwa nilai p value
pasca amputasi untuk melakukan mobilitas pasien sebesar 0,001 < 0,05
mobilitas sehari-hari. Dalam penelitian ini sehingga data tidak normal maka
akan diteliti seberapa besar ingkat digunakan statistik non parametrik yaitu
mobilitas pasien pasca amputasi bawah uji man whitney. Hasil penelitian
lutut yang menggunakan ABM kruk perbedaan pengaruh penggunaan kruk dan
dengan diukur menggunakan instrumen prostesis terhadap mobilitas pasien pasca
ukur mobilitas yaitu AMPnopro yang di amputasi transtibial dapat dilihat pada
dalamnya terdapat beberapa test yang tabel berikut :
meliputi test kemampuan keseimbangan
statis, dinamis dan ambulasi yang Tabel 1. Perbedaan Pengaruh Antara
merupakan unsur dasar mobilitas dan hasil Penggunaan ABM Kruk Dengan Prostesis
dari test tersebut berupa data numerik Terhadap Mobilitas Pasien Pasca
yang dapat dikonversi dalam kategori Amputasi Transtibial
level fungsional mobbiitas (k-level). Variabel Perlakuan Mean Z p
Mobilitas pengguna prostesis pada pasien value
amputasi transtibial Mobilitas Prostesis 45,38 -
pasien 0,000
Prostesis adalah salah satu alat Kruk 15,32 6,63
bantu pengganti anggota gerak tubuh yang Hasil penelitian menunjukkan rata-
hilang yang mana sangat membantu rata keseimbangan pada kelompok kruk
pengguna dalam mobilitasnya. fungsi (15,32) sedangkan rata-rata keseimbangan
prostesis adalah selain pengganti anggota pada kelompok prosthesis (45,38). Hasil
gerak juga sebagai pengganti fungsi uji statistik dengan man whitney
anggota gerak yang hilang maka fungsi menunjukkan p value 0,000 < 0,05
peranan prostesis sangat berpengaruh sehingga terdapat perbedaan pengaruh
dalam tingkat mobilitas pasien pasca penggunaan kruk dan prostesis terhadap
amputasi transtibial. Tingkat mobiitas mobilitas pasien pasca amputasi
menggunakan prostesis dapat di ukur transtibial.
dengan instrumen alat ukur AMPpro yang
di dalamnya terdiri test mobilitas test PEMBAHASAN
kemampuan keseimbangan statis, dinamis Hasil penelitian menunjukkan
dan ambulasi ynag merupakan unsur dasar bahwa terdapat perbedaan pengaruh
mobilitas dan hasil dari test tersebut penggunaan kruk dengan prosthesis pada
berupa data numerik yang dapat mobilitas pasien pasca amputasi transtibial
(0,000 < 0,05), hal ini juga diketahui
Yopi Harwinanda Ardesa, Perbedaan Pengaruh Antara Penggunaan 49

bahwa rata-rata keseimbangan pada mengganti anggota gerak tubuh yang


kelompok kruk (15,32) sedangkan rata- hilang tepatnya pada bawah lutut,
rata keseimbangan pada kelompok sehingga seseorang yang kehilangan
prosthesis (45,38). Hal ini di dukung oleh anggota gerak bawah dapat kembali
penelitian sebelumnya dari Aaron Moles berjalan dengan menggunakan transtibial
(2013) yang menyatakan bahwa instrumen prostesis.
alat ukur Ampro sangat kompitabel dalam
menjadi tolak ukur untuk mengukur KESIMPULAN DAN SARAN
fungsional mobilitas individu pasca 1. Hasil penelitian menunjukkan
amputasi. Hasil dari penelitian tersebut bahwa terdapat perbedaan pengaruh
adalah prosthesis meningkatkan penggunaan kruk dengan prosthesis pada
fungsional pasien pasca amputasi dari segi mobilitas pasien pasca amputasi transtibial
peningkatan mobilitasnya. (0,000 < 0,05)
Hasil tersebut juga didukung dari 2. Hal ini juga diketahui bahwa rata-
teori Sarinem yaitu Gangguan mobilisasi rata keseimbangan pada kelompok kruk
adalah suatu keadaan keterbatasan (15,32) sedangkan rata-rata keseimbangan
kemampuan pergerakan fisik secara pada kelompok prosthesis (45,38).
mandiri yang dialami oleh seseorang Disimpulkan bahwa penggunaan prostesis
(Sarinem, 2010). Teori tersebut pada pasien amputasi transtibial
menguraiakan tentang berbagai mempunyai keseimbangan yang lebih baik
permasalahan yang dihadapi oleh dibanding penggunaan ABM Kruk.
penyandang disabilitas fisik. Disabilitas Saran yang dapat diberikan antara
fisik yang di alami seseorang dapat lain adalah sebagai berikut :
mengakibatkan gangguan kemampuan 1. Bagi masyarakat.
fisik untuk melakukan suatu perbuatan Bagi difabel amputasi transtibial dan
atau gerakan tertentu berhubungan dengan keluarganya perlu meningkatkan
kegiatan hidup sehari-hari. Keterbatasan pemahaman tentang himbauan
fisik menyebabkan tidak dimilikinya tindakan rehabilitasi pada amputasi
ketrampilan kerja (produksi). Hal ini transtibial yang baik dan benar dalam
menyebabkan rendahnya pendapatan dan pandangan medis sehingga dapat
berada di bawah aris kemiskinan. Secara mengembalikan fungsi berjalan secara
sosial, disabilitas fisik mempengaruhi maksimal dan tidak menimbulkan
ketidakmampuan hubungan dalam secondary deformity
mengambil peranan dalam kegiatan sosial 2. Bagi Institusi Pendidikan
atau kelompok, kecanggungan hubungan Institusi pendidikan hendaknya
antar manusia dimasyarakat, dan berperan untuk memberikan edukasi
ketidakmampuan saling pengaruh- dan meningkatkan pengetahuan
mempengaruhi dalam suatu kelompok masyarakat tentang peran dan manfaat
sosial atau interaksi sosial. Sehingga ortotik prostetik perlu terus
diperlukan alat bantu untuk bisa ditingkatkan melalui pemberian
melakukan mobilitas dengan baik. konsultasi ataupun mengadakan
Transtibial prosthesis itu sendiri seminar kesehatan.
merupakan salah satu jenis prostesis 3. Bagi Praktisi Ortotis Prostetiis
anggota gerak bawah yang didesain untuk
50 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 8, No 1, Mei 2019, hlm 01-129

Praktisi hendaknya terus mengadakan Journal of rehabilitation research


inovasi dengan melakukan penelitian and development,38 (1). Hal 23-
tentang manfaat, kelebihan dan 32.
kekurangan dari bahan-bahan yang Smith, D,G., 2003; transtibial amputations
dipilih untuk mengembangkan successes and challenges, diakses
pengetahuan ortotik prostetik dan tanggal 8/5/205, dari
pelayanan ortotik prostetik di http://www.amputee-coalition.org/
masyarakat. Smith, D,G., 2009; Transtibial
Amputation General Principles &
DAFTAR RUJUKAN The Extended Posterior Flap
Alimul H., A. Aziz. 2006; Pengantar Technique, diakses tanggal
Kebutuhan Dasar Manusia- 7/12/2015, dari
Aplikasi Konsep dan Proses http://www.ispo.nl/
Keperawatan, 1. Jakarta: Salemba Stewart.,2008; Lower Limb Amputation;
Medika diakses tanggal 4/8/2015, dari
Dahlan, S., 2004; statitiska untuk https://www.gov.uk/government/u
kedokteran dan kesehatan; seri 1, ploads/system/uploads/attachment
arkans, jakarta, hal 68-72 _data/file/384461/amputations_lo
Department of Vermont Health Access, wer_limb.pdf
2014 ; Ambulatory Assistive Sugiyono, 2008; Metode Penelitian
Devices, diakses tanggal Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Bandung
10/11/2015, dari Alfabeta.
www.dvha.vermont.gov Velzen, V, 2006; Physical capacity and
Kaluf, B.d., 2014; evaluation of amputee walking ability after lower limb
mobility through routine adoption amputation: a systematic review;
of amp and peq-ms in clinical diakses tanggal 6/8/2015,
practice: initial 6 month http://dspace.ubvu.vu.nl/
retrospective chart review; diakses Vitriana., 2002; rehabilitasi pasien
tanggal 10/10/2015, dari amputasi bawah lutut dengan
http://www.oandp.org/ menggunakan immediate post
publications/jop/2014/2014-35.pdf operative prosthetic; diakses
National multiple sclerosis society, 2005; tanggal 5/8/2015, dari
How to Choose the Mobility http://pustaka.unpad.ac.id/
Device that is Right for You; WHO. 2004; “The Rehabilitation of
diakses tanggal 21/ 10/2015, dari People with Amputations”.
http://www.nationalmssociety.org/ Diakses tanggal 26/5/2015, dari
Rostiana & Damayanti, S. 2003; http://www.posna.org/.
Dinamika emosi penyandang Wilson, B., 1970; Artificial Limbs, No 1,
tunadaksa pasca kecelakaan. Jurnal Vol 14, hal.1
Psikologi Arkhe, edisi 1, hal 15-
28.
Shortell,D., Kucer,J., Neeley, W,L., &
Leblanc, M. 2001; The design ofa
compliant composite crutch.

Anda mungkin juga menyukai