Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

TEKNOLOGI ENZIM

OLEH :

KELOMPOK 7

1. Fajri Adhiyat Rifyant (18032051)

2. Gilang Amanda (18032055)

3. Nandia (18032017)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
I

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena dengan izin dan
kuasa-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak


kendala sehingga masih banyak terdapat kekurangan,oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan ini.

Kepada semua pihak secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
kesempurnaan penulis makalah ini diucapkan banyak terima kasih yang sedalam-
dalamnya khususnya kepada dosen pengajar mata kuliah ini,yang telah memberikan
arahan dan masukan sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya.

Akhirnya, hanya kepada Allah-lah kita kembali dan hanya kepada-Nyalah


terdapat kesempurnaan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin

Padang, 25 Maret 2021

Penulis
II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………….…..…1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….…....2
C. Tujuan……………………………………………………………………..….2

BAB II PEMBAHASA

A. Produk Enzim……………………………..…………………………………..3
B. Pemurnian Enzim dan Imobilisasi Enzim…………………………………….7
C. Emzim-Enzim yang Diproduksi Secara Bioteknologi…………………….....14
D. Peluang Pengembangan Teknologi Enzim di Indonesia…………………..…17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….…… 18
B. Kritik atau saran………………………………………………………..…….18

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup yang menyusun
sebagian besar total protein dalam sel. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator yaitu
mempercepat laju suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Sifat
enzim adalah spesifik terhadap substratnya sehingga reaksi kimia yang terjadi akan
menghasilkan produk sesuai dengan spesifisitas enzim dengan substrat.

Enzim sangat bermanfaat untuk diaplikasikan dalam bidang pangan, kesehatan,


farmasi, energi alternatif, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan enzim dalam
kehidupan sehari-hari menuntut adanya produksi enzim secara komersial. Enzim
dapat diproduksi secara komersial dengan memanfaatkan sumber yang ada di alam,
meliputi sumber dari hewan, tumbuhan, jamur, alga, maupun mikroorganisme.

Pemanfaatan enzim dan produksinya dari sumber alam harus didasarkan oleh
berbagai pertimbangan meliputi ketersediaan sumber, jumlah enzim yang akan
diperoleh dan diproduksi, aktivitas enzim, kemampuan enzim untuk diimobilisasi,
serta efisiensi biaya produksi. Pengetahuan tentang teknologi enzim sangat diperlukan
sebelum melakukan penelitian, produksi enzim secara komersial, serta aplikasinya
dalam dunia industri.

Enzim merupakan biomolekul organik kompleks biasanya tersusun atas


polipeptida (protein globuler). Enzim memiliki bentuk (konformasi) tertentu yang
spesifik terutama pada sisi tempat berikatan dengan substrat sehingga enzim hanya
berikatan dengan substrat yang spesifik atau terbatas. Enzim bersifat spesifik sebab
memiliki tempat aktif yang mengakomodasi substratnya. Teknologi enzim memiliki
pengertian penggunaan enzim dalam berbagai proses industri. Teknologi enzim
meliputi purifikasi, isolasi, produksi, immobilisasi dan penggunanan enzim pada
sistem reaktor. Kontribusi teknologi enzim dalam produksi makanan, preservasi dan
sortasi energi, dan meningkatkan kualitas lingkungan.

Enzim memiliki peran sebagai biokatalisator dalam perubahan substansi kimia.


Enzim sebagai biokatalisator berperan mempercepat terjadinya suatu reaksi tetapi
2

tidak ikut bereaksi. Zat yang dikerjain oleh enzim disebut substrat, sedangkan
hasilnya disebut dengan produk. Pada prinsipnya, nggak hidup tanpa enzim. Sebagai
contoh, dalam metabolisme glukosa yaitu perubahan glukosa menjadi alkohol atau
asam laktat melibatkan berbagai jenis enzim yang terdapat dalam mikroba fermenter.
Selain itu, produk dari reaksi awal digunakan sebagai substrat reaksi enzim berikutnya
dan seterusnya sampai dihasilkan produk akhir.

Perkembangan ipteks khususnya biokimia telah dapat diidentifikasi berbagai jenis


enzim dalam makhluk hidup dan cara kerjanya. Beberapa peran enzim adalah
memecah ikatan molekul-molekul zat makanan dari rantai panjang menjadi rantai
pendek. Pada umumnya enzim pencernaan bekerja sebagai enzim hidrolitik
(hidrolase). Teknologi enzim memiliki pengertian penggunaan enzim dalam berbagai
proses industri. Teknologi enzim meliputi purifikasi, isolasi, produksi, immobilisasi
dan penggunanan enzim pada sistem reaktor. Kontribusi teknologi enzim dalam
produksi makanan, preservasi dan sortasi energi, dan meningkatkan kualitas
lingkungan. Teknologi baru ini berasal dari biokimia, dan kontribusi mikrobiologi,
kimia, dan rekayasa. Ke depan, teknologi enzim dan rekayasa genetika akan sangat
diperlukan untuk ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja produk enzim?

2. Bagaimana permunian enzim dan imobilisasi enzim?

3. Apa saja enzim-enzim yang diproduksi secara bioteknologi?

4. Bagaimana peluang teknologi enzim di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui Apa saja pproduk enzim

2. Mengetahui permunian enzim dan imobilisasi enzim

3. Mengetahui enzim-enzim yang diproduksi secara bioteknologi

4. Mengetahui peluang teknologi enzim di Indonesia


3

BAB III

PEMBAHASAN

A. Produk Enzim
Enzim merupakan biomolekul organik kompleks biasanya tersusun atas
polipeptida (protein globuler). Enzim memiliki bentuk (konformasi) tertentu yang
spesifik terutama pada sisi tempat berikatan dengan substrat sehingga enzim hanya
berikatan dengan substrat yang spesifik atau terbatas. Enzim bersifat spesifik sebab
memiliki tempat aktif yang mengakomodasi substratnya.

Beberapa enzim memerlukan konsentrasi yang cocok dari kofaktor spesifik untuk
aktivitas maskimumnya. Bagian enzim yang berupa logam anorganik (mineral) seperti
Mn+2. Mg+2, Zn+2, Fe+2, dsb. Selain itu, beberapa enzim juga memiliki bagian
organik (non protein), berat molekul kecil, yang secara aktif berperan menerima atau
melepaskan gugus kimia tertentu sehingga membantu aktivitas maksimum disebut
koenzim; misalnya: vitamin B.

Enzim allosteric adalah enzim yang memiliki beberapa bentuk yang


diinduksi oleh ikatan modulator-modulator metabolit kecil atau kofaktor.
Inhibitor enzim penghambatan aktivitas enzim merupakan suatu mekanisme
kontrol yang penting di dalam sistem biologis (feedback), oleh produk.

 Enzim dehidrogenase bekerja sebagai pemecahan gugus hidrogen. Sebagai


contoh; hydroxysteroid dehydrogenase.

 Enzim oxido-reductase untuk mengakatalisis oksidasi dan reduksi keton


atau alkohol pada C-3, 11, 17, atau 20.

 Enzim sitokrom P-450 (cytochrome P-450) untuk mengkatalisis pemecahan


rantai samping karbon dari inti sterol, memberi gugus OH, sebagai contoh;
sitokrom P-450sidechain cleavage (P-450scc); sitokrom P-45017α-
hydroxylase (P-450c17)

Sampai saat ini lebih dari 200 enzim telah diisolasi dari mikroorganisme,
tumbuhan dan hewan, tetapi kurang dari 20 macam enzim yang digunakan pada skala
komersial atau industri. Kini, produsen enzim komersial memasarkan enzim dalam
bentuk kasar karena proses isolasinya lebih sederhana, terutama digunakan dalam
4

industri detergen (menggunakan enzim amilase), industri roti (menggunakan enzim


proteinase), industri bir (menggunakan enzim betaglukanase, amiloglukosidase),
industri tekstil (menggunakan enzim amilase), industri kulit (menggunakan enzim
tripsin), industri farmasi dan obat-obatan (menggunakan enzim tripsin).

Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan termasuk protease


(papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim khusus tertentu.
Enzim utama dari jaringan hewan adalah tripsin pankreas, lipase dan enzim untuk
pembuatan mentega. Enzim dari tumbuhan dan hewan tersebut memungkinkan timbul
banyak persoalan. Enzim dari tumbuhan, persoalan yang timbul antara lain variasi
musim, konsentrasi rendah dan biaya proses yang tinggi. Sementara enzim dari
hewan, selain jumlahnya terbatas juga dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Dengan
demikian, sumber enzim tradisional ini (dari tumbuhan dan hewan) tidak memenuhi
syarat untuk mencukupi kebutuhan enzim masa kini. Oleh karena itu, peningkatan
sumber enzim banyak dilakukan dari mikroba penghasil enzim.

Enzim dan sumbernya


5

Produksi enzim diawali dengan proses pemilihan mikroorganisme penghasil


enzim yang diinginkan. Proses seleksi dapat pula ditambah dengan memilih enzim
intraseluler atau ekstraseluler. Jika enzim yang diproduksi akan dimanfaatkan dalam
industri pangan, maka mikroorganisme harus memenuhi kriteria generally recognized
as safe (GRAS), yaitu mikroorganisme yang tidak menghasilkan toksikan dan bukan
merupakan mikroorganisme patogen. Beberapa mikroorganisme yang masuk dalam
kategori GRAS yaitu Bacillus subtilis, B. licheniformis, Saccharomyces cerevisiae,
Aspergillus niger dan A. oryzae. Mikroorganisme yang dipilih harus stabil material
genetiknya dan tidak mudah mengalami mutasi. Konsiderasi yang lain yaitu
mikroorganisme harus dapat hidup dalam medium yang murah dan stabil terhadap
perubahan suhu lingkungan.

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan sebagai starter dalam proses enrichment


culture serta melalui proses purifikasi. Medium khusus dan zat anti dapat digunakan
supaya mikroorganisme lain yang tidak diinginkan tidak dapat tumbuh dalam medium
starter. Uji aktivitas enzim perlu dilakukan guna mengetahui seberapa tinggi aktivitas
enzim yang diinginkan. Karakterisasi sifat enzim berupa pH optimum, suhu optimum,
dan stabilitas. Kultur murni bakteri dapat disimpan dalam agen kriogenik seperti 20%
gliserol pada suhu 4°C atau - 20°C dan -196°C dalam nitrogen cair. Proses freeze
drying juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penyimpanan kultur
mikroorganisme.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam produksi enzim oleh


mikroorganisme adalah tipe dari mikroorganisme, komposisi medium yang tepat
(sumber C, N, P, mineral dan vitamin), suhu dan pH lingkungan, transfer oksigen, dan
level karbondioksida, stimulator dan inhibitor.

Dalam mendesain medium untuk kultur mikroorganisme guna memproduksi


enzim, sebaiknya digunakan adalah sumber yang biayanya murah dan mudah
diperoleh. Sumber karbon dapat berupa karbohidrat sepertii glukosa, laktosa, sirup
sukrosa, molase, pati jagung, pati kentang, pati ketela, dan hidrolisat pati. Sumber
nitrogen dapat berupa amonia dan garam amonium, tepung kedelai, ekstrak khamir,
ekstrak daging, dan limbah cair industri tahu tempe. Kontrol pH juga perlu dilakukan
dengan cara penambahan asam maupun basa. Mineral yang dibutuhkan dapat berupa
kalsium, magnesium, fosfor, potasium, tembaga, klorida, seng, dan besi. Penggunaan
6

surfaktan (Tween 80, Triton X100, SDS) terkadang diperlukan untuk meningkatkan
produksi enzim. Tambahan induktor dan represor dalam produksi enzim terkadang
diperlukan untuk menginduksi produksi katabolit enzim maupun untuk merepresi
katabolit.

 Produksi Enzim Mikroba menggunakan Media Padat (solid-state)

Salah satu media yang digunakan dalam produksi enzim oleh mikrooorganisme
adalah media padat. Media padat seringkali digunakan untuk produksi enzim oleh
kapang atau khamir. Media padat bersifat solid dengan kelembaban sekitar 60%.
Dalam praktek pembuatan tempe, koji, dan miso, media padat sangat cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Enzim dan protein yang terkandung dalam tepung
kedelai, beras, gandum dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam enzim.
Teknik sterilisasi yang tepat untuk media padat adalah dengan cara menyesuaikan pH
menjadi asam dan pengukusan media. Setelah didinginkan, media ditabur dengan
spora dari mikroorganisme secara merata. Teknik produksi enzim menggunakan
media padat memiliki kelemahan karena memerlukan ruang yang besar, pengendalian
selama fermentasi yang sulit, yield yang tidak seragam, dan mudah terkontaminasi.
Namun, penggunaan media padat memiliki keunggulan yaitu konsentrasi enzim yang
diperoleh pada saat panen sangat tinggi.

 Produksi Enzim Mikroba menggunakan media cair (submerged)

Selain penggunaan media padat, penggunaan media cair sangat populer dalam
produksi enzim. Penggunaan media cair memiliki beberapa keunggulan, yaitu proses
sterilisasi mudah, kontrol proses fermentasi yang sederhana dan tidak memakan
banyak tenaga, pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat jika dengan agitasi dan
aerasi yang cukup. Disamping itu, penggunaan media cair dalam proses fermentasi
memudahkan proses pemanenan produk enzim.

Faktor lingkungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan


produksi enzim adalah suhu, pH dan oksigen terlarut. Temperatur dan pH optimum
untuk pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda. Beberapa mikroorganisme
menyukai suhu dingin, dan beberapa menyukai suhu tinggi. Jika suhu tidak sesuai,
maka pertumbuhan mikroorganisme tidak optimal. Sebagai contoh Trichoderma
reesei memproduksi selulase selama dua hari pada suhu 31 °C dan pada pH 3.0.
7

Aspergillus niger memiliki pH optimum untuk produksi lipase pada 7,0. Kadar
oksigen terlarut untuk 7-10 ppm, merupakan kadar oksigen yang tepat untuk tumbuh
mikroorganisme, guna meningkatkan kadar oksigen terlarut dapat dilakukan dengan
aerasi dan agitasi dalam fermentor.

B. Pemurnian Enzim dan Imobilitas Enzim

Enzim adalah katalis biologis yang terdiri dari protein atau glikoprotein. Enzim
telah dimanfaatkan dalam proses industri makanan, minuman, farmasi, tekstil dan
deterjen. Meskipun demikian, dalam penggunaannya, enzim memiliki keterbatasan,
seperti harganya yang mahal, terutama enzim yang tingkat kemurniannya tinggi, serta
tingkat stabilitas enzim yang rendah. Pada umumnya, reaksi katalisis memerlukan
enzim larut sehingga enzim tidak dapat digunakan kembali.

Dengan demikian, dalam produksi berbagai senyawa dengan menggunakan


katalis enzim, biaya yang diperlukan menjadi lebih tinggi. Untuk mengatasi masalah
ini, kemampuan enzim dalam mengkatalisis suatu reaksi dapat dipertahankan dengan
cara melakukan imobilisasi dalam matriks pendukung yang tidak larut dalam reaksi.
Enzim amobil atau imobil adalah enzim yang melekat pada inert, bahan yang tidak
larut seperti kalsium alginate (diproduksi dengan mereaksikan campuran larutan
natrium alginat dan larutan enzim dengan kalsium klorida). Imobilisasi enzim dapat
meningkatkan ketahanan enzim terhadap perubahan pH dan suhu. Imobilisasi juga
bertujuan untuk mendapatkan enzim yang dapat dipisahkan dari produk dan dapat
digunakan kembali setelah melalui proses reaksi katalisis. Penggunaan enzim imobil
memiliki keunggulan dibandingkan penggunaan enzim larut, yaitu:

1. Enzim dapat digunakan kembali

2. Mampu menghasilkan produksi yang berkelanjutan dan terkontrol dengan baik

3. Hasil dari enzim dapat dipisahkan dengan mudah

4. Dalam beberapa kasus, stabilitas enzim imobil dapat ditingkatkan, enzim


imobil biasanya memiliki stabilitas termal dan operasional yang lebih jika
dibandingkan enzim larut

5. Dapat digunakan bersama-sama dengan enzim lain dalam suatu proses


manufaktur yang kompleks
8

Sedangkan kelemahan imobilisasi enzim adalah:

1. Biaya carrier/penyangga dan proses imobilisasi cukup besar

2. Terjadi perubahan karakteristik enzim

3. Pembatasan transfer massa (problem dengan kofaktor dan regenerasi, serta


problem dengan sistem multienzim)

4. Aktivitas enzim hilang selama imobilisasi

Terdapat berbagai cara untuk membuat enzim imobil, seperti membuat enzim
dalam bentuk larut seperti adsorpsi pada manik-manik alginate, kaca berpori dengan
daya apung, menggabungkan dengan ikatan kovalen pada gel matriks penahan, atau
dalam membran dengan ukuran pori yang lebih kecil dari ukuran enzim, atau
menjebak enzim dengan menggunakan matriks

Metode imobilisasi enzim. a) memperbaiki daya apung, b) imobilisasi dengan ikatan


kovalen, c) menjerab enzim dalam matrik pendukung, d) crosslinked, penahanan
enzim dalam membran (Chaplin dan Bucke, 1990).
9

Klasifikasi teknik imobilisasi enzim (Tischer and Wedekind, 1999).

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam teknik imobilisasi enzim adalah


bagaimana cara supaya enzim tersebut tetap stabil. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dan dimanipulasi dalam imobilisasi enzim adalah saling terkait
seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini

.Faktor-faktor yang perlu dicermati dalam proses imobilisasi enzim (Cao, 2005).

Metode cross-linking
10

Metode ini berdasarkan pembentukan ikatan kimia seperti dalammetode ikat


kovalen, namun pembawa yang tidak larut dalam air tidak digunakan dalam metode
ini. Imobilisasi enzim dilakukan dengan pembentukan ikat silang intermolekuler
diantara molekul enzim dengan penambahan reagent bi- atau multifungsional.
Preparasi enzim imobil dengan menggunakan metode ini yaitu dengan menciptakan
ikatan kovalen tanpa bantuan penyangga padat. Enzim diimobilisasi dengan cara
ikatan silang antara molekul enzim dengan agen pengikat (matriks alifatik diamin,
dimetilsuberimidat, formaldehid, dan glutaraldehid) sehingga molekul enzim menjadi
tidak larut (insoluble).

Teknik imobilisasi enzim secara cross-linking

Keuntungan dari metode ini adalah dapat digunakan hanya dalam enzim
imobilisasi tunggal dan reaksi silang terjadi dengan mudah. Kelemahannya adalah
bahwa dalam keadaan seperti gel, kemampuan enzim untuk beraktivitas pada kondisi
yang sesuai pada agen cross-linking berkurang, perlu diperhatikan adanya kondisi
yang sesuai yaitu pH, konsentrasi ion, suhu dan waktu. Enzim yang menggunakan
teknik ini adalah golongan glukosa isomerase. Dalam industri, penisilin asilase, EC
3.5.1.11 sudah digunakan dengan baik.

Metode support-binding/ carrier-binding

Metode adsorpsi fisik

Dengan metode ini, enzim diimobilisasi dengan berikatan hydrogen, Van der
Waals dan sifat hidrofobik penyangga solid. Metode ini berdasarkan pada adsorpsi
fisika dari protein enzim pada permukaan pembawa yang tidak larut dalam air.
Kelemahan dari metode ini dimana enzim yang diserap dapat bocor selama
pemakaian karena gaya ikat antara protein enzim dan pembawa lemah, serta enzim
mudah dirusak oleh enzim protease dan mikroorganisme. Contoh carrier untuk
11

adsorbsi fisik adalah: Karbon aktif, hidroksil apatit, gelas porous, gel Ca-fosfat, tanah
liat, pati, kaolin, gluten, alumina, butil sefarosa, silika gel, concana valin A, bentonit.

Metode adsorbsi fisik

Metode pengikatan ionik

Metode pengikatan ionik pada teknik imobilisasi enzim adalah berdasarkan


pengikatan ionik dari protein enzim pada pembawa yang tidak larut dalam air yang
mengandung residu penukar ion. Terjadi ikatan ionik antara enzim dengan “carrier”
yang tidak larut air dan mengandung residu penukar ion. Matriks penukar ion yang
digunakan antara lain selulosa, DEAE-sefadex, “glass-fibre paper”, dan polistiren
sulfonat. Kelemahan metode ini dimana kebocoran dapat terjadi dimana dalam larutan
substrat dengan kekuatan ionik yang tinggi atau pada variasi pH.

Ionik antara enzim dengan matriks penukar ion

Metode pengikatan kovalen

Pada metode ini diperlukan kondisi reaksi yang sulit dan biasanya dilakukan
dalam keadaan yang khusus bukan pada suhu ruangan. Gugus fungsional enzim yang
berperan dalam metode imobilisasi ini adalah α atau βamino, α, β, atau γ-karboksil,
sulfohidril, hidroksil, imidazole, dan fenolik. Sedangkan dalam matriks carrier
mengandung gugus reaktif diazonium, asam azida, isosianat, cyanogen bromide, dan
12

lain sebagainya. Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa ikatan kovalen mengubah
bentuk konformasi dan pusat aktif enzim yang mengakibatkan kehilangan aktivitas
atau perubahan spesifitas aktivitas.

Ikatan kovalen antara enzim dengan matriks binding

Carrier yg memiliki gugus hidroksil (polisakarida, manik gelas) dapat diaktivasi


dengan menggunakan cyanogen bromide untuk menghasilkan turunan imidokarbonat
yang reaktif lalu berikatan dengan gugus amino enzim.

Interaksi antara gugus hidroksil karier dengan gugus amin enzim

Metode penjeraban (Entrapment method)

Metode penjeraban berdasarkan pengikatan enzim dalam kisi matriks polimer


atau melingkupi enzim dalam membrane semipermeabel dan dibagi menjadi tipe kisi
dan mikrokapsul. Teknik penjeraban yang umum untuk mikroorganisme dalam
butiran adalah ionotropic gelation dari makromolekul dengan kation multivalensi.
Penjebakan dapat terjadi dengan mencampurkan mikroorganisme dengan polimer
anionik dan kemudian diikat – silang larutan tersebut dengan kation multivalensi
sehingga membentuk struktur yang menjerab mikroorganisme tersebut (Barret, 1995).
13

Stabilitas dari enzim ditentukan dengan lamanya pemakaian dimana enzim tersebut
masih aktif dan dapat mengkatalisis serta berdasarkan teknik imobilisasi yang
digunakan (Jhonson, 2002).

Tipe kisi (lattice type)

Metode penjebakan tipe kisi meliputi penjeraban enzim dalam bidang batas
(interstitial space) dari suatu ikat – silang polimer yang tidak larut dalam air misalnya
gel matrik.

Metode imobilisasi tipe kisi, enzim tidak terikat pada matriks

Penjeraban enzim dalam matriks gel poliakrilamid

Pemanfaatan enzim murni:


1. Proses industri
2. Kedokteran klinis
3. Laboratorium praktis
4. Detergen biologis, proteinase (dihasilkan oleh ekstraseluler bakteri), digunakan
untuk merendam dan diberikan langsung pada cairan
1. Ada beberapa manfaat enzim terimobilisasi, antara lain: Imobilisasi mencegah
difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan memperoleh kembali enzim tersebut
dari aliran produk dengan teknik pemisahan padat/cair yang
14

sederhana. Imobilisasi enzim digunakan untuk meningkatkan proses yang sudah


ada atau menghasilkan sesuatu yang baru. Hingga tahun 1983 penerapan
imobilisasi enzim terbatas pada 7 (tujuh) glukosa isomerase, 4 (empat) penisilin
amidase, 3 (tiga) amino asilase dan laktase, 2 (dua) glukoamilase, 1 (satu)
aspartase, dan 1 (satu) fumarase. Penggunaan lebih lanjut dari imobilisasi enzim
dapat dilakukan untuk analisis dan penerapan medis dan dihasilkan lebih banyak
dari ide baru. mengikat enzim secara kovalen ke permukaan bahan yang tak larut
dalam air pengikatan silang dengan bahan yang cocok untuk menghasilkan
partikel yang larut penjebakan dalam suatu matrik atau gel yang permiabel
terhadap enzim, substrat dan produk dengan enkapsulasi dan dengan adsorbsi
pada zat pendukung. skema berikut menjelaskan prosedur immobilisasi enzim

C. Enzim-Enzim yang Diproduksi Secara Bioteknologi

Bioteknologi Enzim Protease Protease adalah enzim pemecah protein yang


merupakan salah satu primadona ditinjau dari aplikasinya yang luas di industri,
dengan nilai komersial yang tinggi. Pangsa pasar protease mencapai 60% dari total
penjualan enzim dunia yang saat ini sudah mencapai 2 milyar AS. Dengan peranan
yang demikian menonjol, studi dan penelitian di segala aspek protease telah banyak
dilakukan. Aplikasi enzim di dunia industri, bidang medis maupun sebagai alat yang
membantu sejumlah metodologi penelitian telah menjadi populer karena berbagai
alasan. Enzim adalah biokatalisator yang bekerja sangat efisien dan tidak pernah
diperlukan dalam jumlah banyak, spesifik tanpa produk samping, dan ramah
lingkungan karena merupakan komponen alamiah sel hidup. Daya guna enzim
protease dalam dunia industri berkaitan dengan peranan alamiah yang sangat luas dari
enzim tersebut. Enzim protease yang bersifat ekstraseluler umumnya bertugas
menghidrolisa substrat polimer protein berukuran besar menjadi kecil sehingga dapat
dimanfaatkan oleh sel yang menghasilkannya Jenis protease intraseluler, yaitu yang
berada di dalam sel memegang peranan penting di dalam proses pembentukan dan
germinasi spora, aktifitas sifat patoganik beberapa virus, proses pematangan protein,
proses fertilisasi pada mamalia, proses koagulasi darah, fibrinolisis, pengontrolan
tekanan darah, turn over protein, proses diferensiasi, modifikasi dan sekresi berbagai
enzim.
15

Enzim protease terdapat pada semua makhluk hidup. Namun demikian terdapat
beberapa sumber penghasil protease yang sudah dimanfaatkan oleh dunia industri.
Dari dunia tumbuh-tumbuhan dikenal getah pepaya sebagai penghasil papain dan
nanas (daun, batang, buah) sebagai penghasil bromelin. Bagian hewan yang
digunakan sebagai penghasil protease komersial adalah saluran pencernaannya
(lambung, perut, usus), yang dikenal adalah bagian abomasum anak sapi sebagai
penghasil renin. Pada saat ini, yang paling banyak dimanfaatkan sebagai sumber
protease adalah mikroorganisme, terutama bakteri golongan Bacillus, dan kapang
Rhizopus, Aspergillus, dan Mucor. Jenis mikroorgnisme lain yang telah dilaporkan
sebagai penghasil protease adalah Proteus, Seratia, Endithia, Streptomyces, Thermus,
Pseudomonas, dsb. Kecenderungan penggunaan protease asal mikroorganisme yang
semakin meningkat ada kaitannya dengan kemudahan di dalam membudidayakan
mikroorganisme sebagai pabrik hidup penghasil enzim, peningkatan efisiensi dalam
waktu dan penanganan proses produksi, pengurangan ketergantungan terhadap
lingkungan di dalam produksi enzim serta peluang yang lebih baik di dalam
pengingkatan produksi enzim maupun perbaikan kualitas enzim melalui optimasi
media dan lebih-lebih lagi teknik mutasi rekayasa genetik.

Beberapa enzim yang digunakan dalam teknologi DNA rekombinasi

No. Enzim Fungsi

1. Restriksi endonuklease tipe II Memotong DNA pada urutan basa yang spesifik

2. DNA Ligase Menyambungkan dua molekul/ fragmen DNA

3. DNA Polimerase I (E.coli). Mengisi kekosongan dalam dupleks dengan


penambahan nukleotida pada ujung 3’

4. Transkriptase balik (reverse Membuat salinan DNA dari molekul RNA


transcriptase)

5. Polinukleotida kinase Menambah fosfat pada ujung 5’-OH polinukleotida


untuk melabel atau melangsungkan terjadinya ligasi

6. Terminal transferase Menambahkan ekor homopolimer pada ujung 3-OH


dupleks linier

7. Endonuklease III Menghilangkan residu nukleotida dari ujung 3’ untai


DNA

8. Bakteriofaga lambda- Menghilangkan residu nukleotida dari ujung 5’


eksonuklease suatu dupleks untuk membuka ujung 3’ untai tunggal
16

9. Fosfatase Basa Menghilangkan terminal fosfat dari ujung 5’ atau 3’


atau keduanya.

Pemanfaatan enzim oleh manusia sudah dilakukan sejak masa lampau. Aktivitas
pemanfaatan enzim di waktu lampau misalnya pembuatan mentega dan keju yang
memanfaatkan ekstrak dari rumen sapi, preparasi kecap kedelai koji yang
memanfaatkan protease dan amilase dari tepung dan kedelai, pemanfaatan kotoran
burung merpati untuk proses tanning dalam penyamakan kulit, proses fermentasi wine
beras yang memanfaatkan amilase dan protease dari pepaya dan nanas, dan lain
sebagainya. Ada dua cara penggunaan enzim dalam industri, yaitu (1) memanfaatkan
enzim yang secara alami ada dalam sel dari mikroorganisme, jaringan tanaman dan
jaringan hewan (enzim endogen), dan (2) menambahkan enzim dari luar ke dalam
proses produksi suatu industri (enzim eksogen). Berbagai enzim yang digunakan
secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan, dan dari mikroorganisme
yang terseleksi. Proses fermentasi yang memanfaatkan enzim dilakukan dengan dua
cara yaitu fermentasi dalam media cair (submerged fermentation) dan media padat
(solid-state fermentation).

Sampai saat ini lebih dari 200 enzim telah diisolasi dari mikroorganisme,
tumbuhan dan hewan, tetapi kurang dari 20 macam enzim yang digunakan pada skala
komersial atau industri. Kini, produsen enzim komersial memasarkan enzim dalam
bentuk kasar karena proses isolasinya lebih sederhana, terutama digunakan dalam
industri detergen (menggunakan enzim amilase), industri roti (menggunakan enzim
proteinase), industri bir (menggunakan enzim betaglukanase, amiloglukosidase),
industri tekstil (menggunakan enzim amilase), industri kulit (menggunakan enzim
tripsin), industri farmasi dan obat-obatan (menggunakan enzim tripsin).

Enzim yang secara tradisional diperoleh dari tumbuhan termasuk protease


(papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim khusus tertentu.
Enzim utama dari jaringan hewan adalah tripsin pankreas, lipase dan enzim untuk
pembuatan mentega. Enzim dari tumbuhan dan hewan tersebut memungkinkan timbul
banyak persoalan. Enzim dari tumbuhan, persoalan yang timbul antara lain variasi
musim, konsentrasi rendah dan biaya proses yang tinggi. Sementara enzim dari
hewan, selain jumlahnya terbatas juga dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Dengan
17

demikian, sumber enzim tradisional ini (dari tumbuhan dan hewan) tidak memenuhi
syarat untuk mencukupi kebutuhan enzim masa kini.

D. Peluang Pengembangan Teknologi Enzim di Indonesia

Banyak orang berpendapat bahwa teknologi enzim adalah teknologi yang


tergolong baru. Perlu diketahui, enzim sudah dimanfaatkan oleh manusia sejak masa
awal peradaban. Selama manusia telah mengkonsumsi roti dan keju, meminum
anggur dan bir, maka sejak itulah manusia sudah menggunakan enzim. Dan sekarang
enzim banyak dimanfaatkan untuk berbagai industri. Ini semua karena 4 sifat enzim
yang luar biasa tadi. Enzim mengambil perannya tidak hanya pada industri makanan,
namun sudah merambah ke industri plastik, deterjen, pakan ternak, kosmetik, obat-
obatan, bahkan energi. Peran Enzim di Dunia Industr yang juga tak kalah penting
adalah peran enzim yang juga bersifat ramah lingkungan. Dengan semakin
meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan dan industri ramah lingkungan, maka
dapat dipastikan bahwa peran enzim akan semakin meningkat dan kuat dalam dunia
industri.

 Ribuan tahun yang lalu proses seperti membuat bir, membuat roti, dan produksi
keju melibatkan enzim yang belum diketahui jenisnya. Dalam cara konvensional ini,
teknologinya dipercayakan pada konversi enzim sebelum bangun pengetahuan yang
koheren dikembangkan. Di negara barat, industri menggunakan enzim pada produksi
yeast dan ragi dimana pembuatan bir dan roti secara tradisional sudah jarang
dikembangkan. Beberapa perkembangan awal biokimia dipusatkan pada fermentasi
yeast dan konversi energi pada glukosa. Di negara timur, industri yang sama
memproduksi sake dan banyak makanan fermentasi, semuanya dibuat dari
filamentous fungi sebagai sumber aktivitas enzim.

Pada tahun 1896, memperlihatkan permulaan yang sebenarnya dari teknologi


mikrobia enzim dengan pemasaran pertama takadiastase, campuran kasar dari enzim
hidrolitik yang disiapkan pada pertumbuhan jamur Aspergillus oryzae pada tepung
gandum. Perkembangan lebih lanjut dari penggunaan enzim meningkatkan proses
secara konvensional ke era baru. Meskipun sebagian besar produksinya masih
menghasilkan enzim kasar. Sampai saat ini lebih dari 200 enzim telah diisolasi dari
mikroorganisme, tumbuhan dan hewan, tetapi kurang dari 20 macam enzim yang
digunakan pada skala komersial atau industri. Kini, produsen enzim komersial
18

memasarkan enzim dalam bentuk kasar karena proses isolasinya lebih sederhana,
terutama digunakan dalam makanan dan dalam industri detergen (menggunakan
enzim amilase), industri roti (menggunakan enzim proteinase), industri pembuatan bir
(menggunakan enzim betaglukanase, amiloglukosidase), industri tekstil
(menggunakan enzim amilase), industri kulit (menggunakan enzim tripsin), industri
farmasi dan obat-obatan (menggunakan enzim tripsin, enzim pankreatic tripsin).

Enzim banyak digunakan di berbagai bidang kegiatan. Enzim digunakan secara


luas dalam bidang industri, terutama industri bioteknologi. Dalam bidang ini, baik
yang konvensional maupun yang mutakhir, yang mengandalkan teknik rekombinasi
gen, pengetahuan dan penggunaan enzim merpakan syarat mutlak untuk berhasil.
Dalm segmen bioteknologi tradisional dan skala kecil, seperti berbagai industri
makanan tingkat rumah tangga, pengetahuan empiris tentang enzim diwariskan secara
turun- temurun dan biasanya bercampur dengan pengetahuan empiris tentang
penggunaan praktis mikroorganisme, yang secara umum dinamai ragi. Selain itu,
enzim juga dipakai secara luas dalam industri lain yang tidak tergolong ke dalam
industri bioteknologi dalam arti luas. Contohnya adalah industri tekstil dan industri
kertas. Dalam bidang teknologi lingkungan, enzim juga telah digunakan dalam
pengolahan air limbah serta dalam pengolahan sampah, terutama sampah
organik. Saat ini sebagian besar produk enzim untuk industri (99%) masih diimpor
dari luar negeri. Nilai pasar perdagangan enzim dunia pada tahun 2015 diperkirakan
mencapai   4,4  milyar US dollar. Sedangkan konsumsi enzim untuk industri di dalam
negeri dengan pertumbuhan volume 4-6% per tahun, diperkirakan mencapai sekitar
2.500 ton pada tahun 2015  dengan nilai impor sebesar Rp 187,5 Milyar. Kebutuhan
ini akan cenderung meningkat seiring dengan makin berkembangnya industri di tanah
air dan kesadaran masyarakat terhadap produk yang ramah lingkungan. Aplikasi
teknologi enzim dibutuhkan untuk mendukung proses produksi yang bersih dan
berwawasan lingkungan (green industry). Ini merupakan peluang bisnis sehingga PT.
Petrosida tertarik untuk membangun industri enzim nasional dengan dukungan
teknologi dari BPPT guna memenuhi kebutuhan enzim dalam negeri dan diharapkan
dapat mengurangi ketergantungan terhadap enzim impor. Demikian penjelasan Dwi
Tjahjo Juniarto, Direktur Utama PT. Petrosida Gresik dalam sambutannya di sela-sela
acara penandatanganan  Kontrak Kerjasama antara PT. Petrosida Gresik dengan
19

BPPT tentang Konsultasi Teknis dan Alih Teknologi Produksi Enzim di PT. Petrosida
Gresik, Gresik pada tanggal 18 September 2013.

Industri berbasis bioteknologi seperti industri enzim dinilai sangat potensial untuk
dikembangkan, mengingat tingginya komponen impor yang bisa disubstitusi sekaligus
dengan adanya peralihan industri ke arah ramah lingkungan. Deputi Bidang
Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(2015) mengatakan bahwa saat ini, baru ada satu pelaku industri yang mulai
memproduksi enzim yaitu enzim protease yang digunakan di industri penyamakan
dan akan besarnya kebutuhan enzim di Indonesia, terutama bagi industri, mendorong
BPPT melakukan berbagai upaya dalam pemenuhan enzim (Haedar, 2017).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sampai saat ini lebih dari 200 enzim telah diisolasi dari mikroorganisme, tumbuhan
dan hewan, tetapi kurang dari 20 macam enzim yang digunakan pada skala komersial
20

atau industri. Kini, produsen enzim komersial memasarkan enzim dalam bentuk kasar
karena proses isolasinya lebih sederhana

2. Enzim amobil atau imobil adalah enzim yang melekat pada inert, bahan yang tidak
larut seperti kalsium alginate (diproduksi dengan mereaksikan campuran larutan
natrium alginat dan larutan enzim dengan kalsium klorida). Imobilisasi enzim dapat
meningkatkan ketahanan enzim terhadap perubahan pH dan suhu. Imobilisasi juga
bertujuan untuk mendapatkan enzim yang dapat dipisahkan dari produk dan dapat
digunakan kembali setelah melalui proses reaksi katalisis

3. Industri berbasis bioteknologi seperti industri enzim dinilai sangat potensial untuk
dikembangkan, mengingat tingginya komponen impor yang bisa disubstitusi sekaligus
dengan adanya peralihan industri ke arah ramah lingkungan, Industri berbasis
bioteknologi seperti industri enzim dinilai sangat potensial untuk dikembangkan,
mengingat tingginya komponen impor yang bisa disubstitusi sekaligus dengan adanya
peralihan industri ke arah ramah lingkungan.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini,  tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, agar makalah ini lebih baik untuk kedepannya.
21

DAFTAR PUSTAKA

Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, & Walter P. 2002. Molecular


Biology of The Cell. 5th edition. Garland Science. New York.

Barett AJ. 1995. Proteolytic enzymes: aspartic and metallopeptidases. Methods


Enzymol. 248: 183-184.

Cao L. 2005. Carrier-bound Immobilized Enzymes: Principles, Applications and


Design. Wiley-VCH GmbH&Co. Weiheim.

Campbel NA, Reece JB & Mitchell LG. 2002. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.

Chaplin M & Bucke C. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press.


Cambridge.

Haedar, Nur., Hasnah, Natsir., Fahruddin, Wilda Aryanti., 2017. Produksi dan
Karakterisasi Enzim Kitinase dari Bakteri Kitinolitik Asal Kerang Anadara
granosa. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan. 8 (15). pp: 14 - 21

Tischer W & Wedekind F. 1999. Immobilized enymes: method and applications.Top


Curr Chem. 200:95-126.

Anda mungkin juga menyukai