TEKNOLOGI ENZIM
OLEH :
KELOMPOK 7
3. Nandia (18032017)
2021
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena dengan izin dan
kuasa-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kepada semua pihak secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
kesempurnaan penulis makalah ini diucapkan banyak terima kasih yang sedalam-
dalamnya khususnya kepada dosen pengajar mata kuliah ini,yang telah memberikan
arahan dan masukan sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………………….…..…1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….…....2
C. Tujuan……………………………………………………………………..….2
BAB II PEMBAHASA
A. Produk Enzim……………………………..…………………………………..3
B. Pemurnian Enzim dan Imobilisasi Enzim…………………………………….7
C. Emzim-Enzim yang Diproduksi Secara Bioteknologi…………………….....14
D. Peluang Pengembangan Teknologi Enzim di Indonesia…………………..…17
A. Kesimpulan…………………………………………………………….…… 18
B. Kritik atau saran………………………………………………………..…….18
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup yang menyusun
sebagian besar total protein dalam sel. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator yaitu
mempercepat laju suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut. Sifat
enzim adalah spesifik terhadap substratnya sehingga reaksi kimia yang terjadi akan
menghasilkan produk sesuai dengan spesifisitas enzim dengan substrat.
Pemanfaatan enzim dan produksinya dari sumber alam harus didasarkan oleh
berbagai pertimbangan meliputi ketersediaan sumber, jumlah enzim yang akan
diperoleh dan diproduksi, aktivitas enzim, kemampuan enzim untuk diimobilisasi,
serta efisiensi biaya produksi. Pengetahuan tentang teknologi enzim sangat diperlukan
sebelum melakukan penelitian, produksi enzim secara komersial, serta aplikasinya
dalam dunia industri.
tidak ikut bereaksi. Zat yang dikerjain oleh enzim disebut substrat, sedangkan
hasilnya disebut dengan produk. Pada prinsipnya, nggak hidup tanpa enzim. Sebagai
contoh, dalam metabolisme glukosa yaitu perubahan glukosa menjadi alkohol atau
asam laktat melibatkan berbagai jenis enzim yang terdapat dalam mikroba fermenter.
Selain itu, produk dari reaksi awal digunakan sebagai substrat reaksi enzim berikutnya
dan seterusnya sampai dihasilkan produk akhir.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Produk Enzim
Enzim merupakan biomolekul organik kompleks biasanya tersusun atas
polipeptida (protein globuler). Enzim memiliki bentuk (konformasi) tertentu yang
spesifik terutama pada sisi tempat berikatan dengan substrat sehingga enzim hanya
berikatan dengan substrat yang spesifik atau terbatas. Enzim bersifat spesifik sebab
memiliki tempat aktif yang mengakomodasi substratnya.
Beberapa enzim memerlukan konsentrasi yang cocok dari kofaktor spesifik untuk
aktivitas maskimumnya. Bagian enzim yang berupa logam anorganik (mineral) seperti
Mn+2. Mg+2, Zn+2, Fe+2, dsb. Selain itu, beberapa enzim juga memiliki bagian
organik (non protein), berat molekul kecil, yang secara aktif berperan menerima atau
melepaskan gugus kimia tertentu sehingga membantu aktivitas maksimum disebut
koenzim; misalnya: vitamin B.
Sampai saat ini lebih dari 200 enzim telah diisolasi dari mikroorganisme,
tumbuhan dan hewan, tetapi kurang dari 20 macam enzim yang digunakan pada skala
komersial atau industri. Kini, produsen enzim komersial memasarkan enzim dalam
bentuk kasar karena proses isolasinya lebih sederhana, terutama digunakan dalam
4
surfaktan (Tween 80, Triton X100, SDS) terkadang diperlukan untuk meningkatkan
produksi enzim. Tambahan induktor dan represor dalam produksi enzim terkadang
diperlukan untuk menginduksi produksi katabolit enzim maupun untuk merepresi
katabolit.
Salah satu media yang digunakan dalam produksi enzim oleh mikrooorganisme
adalah media padat. Media padat seringkali digunakan untuk produksi enzim oleh
kapang atau khamir. Media padat bersifat solid dengan kelembaban sekitar 60%.
Dalam praktek pembuatan tempe, koji, dan miso, media padat sangat cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Enzim dan protein yang terkandung dalam tepung
kedelai, beras, gandum dapat digunakan untuk memproduksi berbagai macam enzim.
Teknik sterilisasi yang tepat untuk media padat adalah dengan cara menyesuaikan pH
menjadi asam dan pengukusan media. Setelah didinginkan, media ditabur dengan
spora dari mikroorganisme secara merata. Teknik produksi enzim menggunakan
media padat memiliki kelemahan karena memerlukan ruang yang besar, pengendalian
selama fermentasi yang sulit, yield yang tidak seragam, dan mudah terkontaminasi.
Namun, penggunaan media padat memiliki keunggulan yaitu konsentrasi enzim yang
diperoleh pada saat panen sangat tinggi.
Selain penggunaan media padat, penggunaan media cair sangat populer dalam
produksi enzim. Penggunaan media cair memiliki beberapa keunggulan, yaitu proses
sterilisasi mudah, kontrol proses fermentasi yang sederhana dan tidak memakan
banyak tenaga, pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat jika dengan agitasi dan
aerasi yang cukup. Disamping itu, penggunaan media cair dalam proses fermentasi
memudahkan proses pemanenan produk enzim.
Aspergillus niger memiliki pH optimum untuk produksi lipase pada 7,0. Kadar
oksigen terlarut untuk 7-10 ppm, merupakan kadar oksigen yang tepat untuk tumbuh
mikroorganisme, guna meningkatkan kadar oksigen terlarut dapat dilakukan dengan
aerasi dan agitasi dalam fermentor.
Enzim adalah katalis biologis yang terdiri dari protein atau glikoprotein. Enzim
telah dimanfaatkan dalam proses industri makanan, minuman, farmasi, tekstil dan
deterjen. Meskipun demikian, dalam penggunaannya, enzim memiliki keterbatasan,
seperti harganya yang mahal, terutama enzim yang tingkat kemurniannya tinggi, serta
tingkat stabilitas enzim yang rendah. Pada umumnya, reaksi katalisis memerlukan
enzim larut sehingga enzim tidak dapat digunakan kembali.
Terdapat berbagai cara untuk membuat enzim imobil, seperti membuat enzim
dalam bentuk larut seperti adsorpsi pada manik-manik alginate, kaca berpori dengan
daya apung, menggabungkan dengan ikatan kovalen pada gel matriks penahan, atau
dalam membran dengan ukuran pori yang lebih kecil dari ukuran enzim, atau
menjebak enzim dengan menggunakan matriks
.Faktor-faktor yang perlu dicermati dalam proses imobilisasi enzim (Cao, 2005).
Metode cross-linking
10
Keuntungan dari metode ini adalah dapat digunakan hanya dalam enzim
imobilisasi tunggal dan reaksi silang terjadi dengan mudah. Kelemahannya adalah
bahwa dalam keadaan seperti gel, kemampuan enzim untuk beraktivitas pada kondisi
yang sesuai pada agen cross-linking berkurang, perlu diperhatikan adanya kondisi
yang sesuai yaitu pH, konsentrasi ion, suhu dan waktu. Enzim yang menggunakan
teknik ini adalah golongan glukosa isomerase. Dalam industri, penisilin asilase, EC
3.5.1.11 sudah digunakan dengan baik.
Dengan metode ini, enzim diimobilisasi dengan berikatan hydrogen, Van der
Waals dan sifat hidrofobik penyangga solid. Metode ini berdasarkan pada adsorpsi
fisika dari protein enzim pada permukaan pembawa yang tidak larut dalam air.
Kelemahan dari metode ini dimana enzim yang diserap dapat bocor selama
pemakaian karena gaya ikat antara protein enzim dan pembawa lemah, serta enzim
mudah dirusak oleh enzim protease dan mikroorganisme. Contoh carrier untuk
11
adsorbsi fisik adalah: Karbon aktif, hidroksil apatit, gelas porous, gel Ca-fosfat, tanah
liat, pati, kaolin, gluten, alumina, butil sefarosa, silika gel, concana valin A, bentonit.
Pada metode ini diperlukan kondisi reaksi yang sulit dan biasanya dilakukan
dalam keadaan yang khusus bukan pada suhu ruangan. Gugus fungsional enzim yang
berperan dalam metode imobilisasi ini adalah α atau βamino, α, β, atau γ-karboksil,
sulfohidril, hidroksil, imidazole, dan fenolik. Sedangkan dalam matriks carrier
mengandung gugus reaktif diazonium, asam azida, isosianat, cyanogen bromide, dan
12
lain sebagainya. Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa ikatan kovalen mengubah
bentuk konformasi dan pusat aktif enzim yang mengakibatkan kehilangan aktivitas
atau perubahan spesifitas aktivitas.
Stabilitas dari enzim ditentukan dengan lamanya pemakaian dimana enzim tersebut
masih aktif dan dapat mengkatalisis serta berdasarkan teknik imobilisasi yang
digunakan (Jhonson, 2002).
Metode penjebakan tipe kisi meliputi penjeraban enzim dalam bidang batas
(interstitial space) dari suatu ikat – silang polimer yang tidak larut dalam air misalnya
gel matrik.
Enzim protease terdapat pada semua makhluk hidup. Namun demikian terdapat
beberapa sumber penghasil protease yang sudah dimanfaatkan oleh dunia industri.
Dari dunia tumbuh-tumbuhan dikenal getah pepaya sebagai penghasil papain dan
nanas (daun, batang, buah) sebagai penghasil bromelin. Bagian hewan yang
digunakan sebagai penghasil protease komersial adalah saluran pencernaannya
(lambung, perut, usus), yang dikenal adalah bagian abomasum anak sapi sebagai
penghasil renin. Pada saat ini, yang paling banyak dimanfaatkan sebagai sumber
protease adalah mikroorganisme, terutama bakteri golongan Bacillus, dan kapang
Rhizopus, Aspergillus, dan Mucor. Jenis mikroorgnisme lain yang telah dilaporkan
sebagai penghasil protease adalah Proteus, Seratia, Endithia, Streptomyces, Thermus,
Pseudomonas, dsb. Kecenderungan penggunaan protease asal mikroorganisme yang
semakin meningkat ada kaitannya dengan kemudahan di dalam membudidayakan
mikroorganisme sebagai pabrik hidup penghasil enzim, peningkatan efisiensi dalam
waktu dan penanganan proses produksi, pengurangan ketergantungan terhadap
lingkungan di dalam produksi enzim serta peluang yang lebih baik di dalam
pengingkatan produksi enzim maupun perbaikan kualitas enzim melalui optimasi
media dan lebih-lebih lagi teknik mutasi rekayasa genetik.
1. Restriksi endonuklease tipe II Memotong DNA pada urutan basa yang spesifik
Pemanfaatan enzim oleh manusia sudah dilakukan sejak masa lampau. Aktivitas
pemanfaatan enzim di waktu lampau misalnya pembuatan mentega dan keju yang
memanfaatkan ekstrak dari rumen sapi, preparasi kecap kedelai koji yang
memanfaatkan protease dan amilase dari tepung dan kedelai, pemanfaatan kotoran
burung merpati untuk proses tanning dalam penyamakan kulit, proses fermentasi wine
beras yang memanfaatkan amilase dan protease dari pepaya dan nanas, dan lain
sebagainya. Ada dua cara penggunaan enzim dalam industri, yaitu (1) memanfaatkan
enzim yang secara alami ada dalam sel dari mikroorganisme, jaringan tanaman dan
jaringan hewan (enzim endogen), dan (2) menambahkan enzim dari luar ke dalam
proses produksi suatu industri (enzim eksogen). Berbagai enzim yang digunakan
secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan, dan dari mikroorganisme
yang terseleksi. Proses fermentasi yang memanfaatkan enzim dilakukan dengan dua
cara yaitu fermentasi dalam media cair (submerged fermentation) dan media padat
(solid-state fermentation).
Sampai saat ini lebih dari 200 enzim telah diisolasi dari mikroorganisme,
tumbuhan dan hewan, tetapi kurang dari 20 macam enzim yang digunakan pada skala
komersial atau industri. Kini, produsen enzim komersial memasarkan enzim dalam
bentuk kasar karena proses isolasinya lebih sederhana, terutama digunakan dalam
industri detergen (menggunakan enzim amilase), industri roti (menggunakan enzim
proteinase), industri bir (menggunakan enzim betaglukanase, amiloglukosidase),
industri tekstil (menggunakan enzim amilase), industri kulit (menggunakan enzim
tripsin), industri farmasi dan obat-obatan (menggunakan enzim tripsin).
demikian, sumber enzim tradisional ini (dari tumbuhan dan hewan) tidak memenuhi
syarat untuk mencukupi kebutuhan enzim masa kini.
Ribuan tahun yang lalu proses seperti membuat bir, membuat roti, dan produksi
keju melibatkan enzim yang belum diketahui jenisnya. Dalam cara konvensional ini,
teknologinya dipercayakan pada konversi enzim sebelum bangun pengetahuan yang
koheren dikembangkan. Di negara barat, industri menggunakan enzim pada produksi
yeast dan ragi dimana pembuatan bir dan roti secara tradisional sudah jarang
dikembangkan. Beberapa perkembangan awal biokimia dipusatkan pada fermentasi
yeast dan konversi energi pada glukosa. Di negara timur, industri yang sama
memproduksi sake dan banyak makanan fermentasi, semuanya dibuat dari
filamentous fungi sebagai sumber aktivitas enzim.
memasarkan enzim dalam bentuk kasar karena proses isolasinya lebih sederhana,
terutama digunakan dalam makanan dan dalam industri detergen (menggunakan
enzim amilase), industri roti (menggunakan enzim proteinase), industri pembuatan bir
(menggunakan enzim betaglukanase, amiloglukosidase), industri tekstil
(menggunakan enzim amilase), industri kulit (menggunakan enzim tripsin), industri
farmasi dan obat-obatan (menggunakan enzim tripsin, enzim pankreatic tripsin).
BPPT tentang Konsultasi Teknis dan Alih Teknologi Produksi Enzim di PT. Petrosida
Gresik, Gresik pada tanggal 18 September 2013.
Industri berbasis bioteknologi seperti industri enzim dinilai sangat potensial untuk
dikembangkan, mengingat tingginya komponen impor yang bisa disubstitusi sekaligus
dengan adanya peralihan industri ke arah ramah lingkungan. Deputi Bidang
Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(2015) mengatakan bahwa saat ini, baru ada satu pelaku industri yang mulai
memproduksi enzim yaitu enzim protease yang digunakan di industri penyamakan
dan akan besarnya kebutuhan enzim di Indonesia, terutama bagi industri, mendorong
BPPT melakukan berbagai upaya dalam pemenuhan enzim (Haedar, 2017).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sampai saat ini lebih dari 200 enzim telah diisolasi dari mikroorganisme, tumbuhan
dan hewan, tetapi kurang dari 20 macam enzim yang digunakan pada skala komersial
20
atau industri. Kini, produsen enzim komersial memasarkan enzim dalam bentuk kasar
karena proses isolasinya lebih sederhana
2. Enzim amobil atau imobil adalah enzim yang melekat pada inert, bahan yang tidak
larut seperti kalsium alginate (diproduksi dengan mereaksikan campuran larutan
natrium alginat dan larutan enzim dengan kalsium klorida). Imobilisasi enzim dapat
meningkatkan ketahanan enzim terhadap perubahan pH dan suhu. Imobilisasi juga
bertujuan untuk mendapatkan enzim yang dapat dipisahkan dari produk dan dapat
digunakan kembali setelah melalui proses reaksi katalisis
3. Industri berbasis bioteknologi seperti industri enzim dinilai sangat potensial untuk
dikembangkan, mengingat tingginya komponen impor yang bisa disubstitusi sekaligus
dengan adanya peralihan industri ke arah ramah lingkungan, Industri berbasis
bioteknologi seperti industri enzim dinilai sangat potensial untuk dikembangkan,
mengingat tingginya komponen impor yang bisa disubstitusi sekaligus dengan adanya
peralihan industri ke arah ramah lingkungan.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, agar makalah ini lebih baik untuk kedepannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Campbel NA, Reece JB & Mitchell LG. 2002. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.
Haedar, Nur., Hasnah, Natsir., Fahruddin, Wilda Aryanti., 2017. Produksi dan
Karakterisasi Enzim Kitinase dari Bakteri Kitinolitik Asal Kerang Anadara
granosa. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan. 8 (15). pp: 14 - 21