Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

EKOKINETIKA

OLEH :

Nama : Nandia

Nim : 18032017

Dosen : Irma Leilani Eka Putri, S.Si, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
I

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena dengan izin dan
kuasa-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak


kendala sehingga masih banyak terdapat kekurangan,oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan ini.

Kepada semua pihak secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
kesempurnaan penulis makalah ini diucapkan banyak terima kasih yang sedalam-
dalamnya khususnya kepada dosen pengajar mata kuliah ini, yang telah memberikan
arahan dan masukan sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya.

Akhirnya,hanya kepada Allah-lah kita kembali dan hanya kepada-Nyalah


terdapat kesempurnaan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin

Musi Rawas, 27 September 2020

Penulis
II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………….….…1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….…....2
C. Tujuan……………………………………………………………………..….2

BAB II PEMBAHASA

A. Sifat fisika kimia zat dalam ekokinetika………...…………………………….3


B. Proses transpor…………………………………………………………….…..5
C. Proses transformasi………………..……………………………………..……7
D. Perkiraan nasib racun di lingkungan……………………………….………….9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………….11
B. Kritik atau saran……………………………………………………….…….11

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Kita memerlukan


sumber daya alam dari lingkungan untuk memenuhi kebutuhan,sehingga ada
hubungan timbal balik di dalamnnya. Hubungan timbal balik antaramanusia dengan
lingkungan maupun dengan makhluk hidup lainnya membentuksuatu ekosistem.
Ekosistem tersebut akan menjadi seimbang, bila manusia tidak serakah dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan tersebut. Namun dalam
pemanfaatan sumber daya tersebut, terkadang manusia tidak memperhatikan dampak
yang akan ditimbulkan, dan menjadi seerakah dalam pemanfaatan lingkungan
tersebut. Sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran
lingkungan. Dan akhirnya berdampak pada manusia itu sendiri.

Seiring dengan perkembangan jaman, kasus pencemaran yang terjadi


padalingkungan semakin serius. Dan oleh karena hal tersebut, banyak dari kita
yangmerasakan akibatnya sendiri. Beberapa peristiwa berkaitan dengan “peracunan”
lingkungan tersebut adalah pencemaran udara oleh SOX, CO, NOX, PAH(Policyclic
Aromatic Hidrocarbon), DDT (Dietil Difenil Dichlor Etan), PCB(Polichlor Bifenil)
dan CFC (Chloro Fluorocarbon), dimana efeknya berupa iritasi kulit, penyakit
pernafasan, efek DDT menyebabkan cangkang telur menjadi rapuh, sehingga mudah
pecah. Selain itu, bocornya reaktor nuklir seperti diChernobil-Rusia, dan Fukusima-
Jepang juga merupakan peristiwa keracunan lingkungan yang cukup serius, dimana
efeknya antara lain terjadi kanker kelenjar gondok pada anak-anak akibat sinar
radioaktif dari radon. Dan juga kasus bom Hiroshima dan Nagasaki yang memiliki
efek yang sangat serius pula, dimana detonasi bom secara langsung menyebarkan
panas yang tak terkira dan mematikan semua organisme sekitar 1 mil.
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sifat fisika kimia zat dalam ekokinetika?

2. Bagaimana proses transpor dalam ekokinetika?

3. Bagaimana proses transformasi dalam ekokinetika?

4. Bagaimana perkiraan nasib racun di lingungan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sifat fisika kimia zat dalam ekokinetika

2. Mengetahui proses transpor ekokinetika

3. Mengetahui proses transformasi ekokinetika

4. Mengetahui perkiraan nasib racun di ingkungan


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat fisika kimia zat dalam ekokinetika

Toksisitas racun salah satunya tergantung pada sifat fisika kimia zatnya.
Kehadiran dan konsentrasi zat pada masing-masing kompartemen digunakan untuk
memprediksi fate (nasib) zat kimia di lingkungan. Secara spesifik zat kimia atau
xenobiotic akan mengalami transpor ke berbagai kompartemen lingkungan atau
transformasi (membentuk senyawa lain akibat reaksi dengan zat lain). Selanjutnya
pada saat yang sama terjadi paparan (exposure) zat asli atau transformasi terhadap
berbagai organisme disekitarnya. Bentuk paparan tergantung dari wujud xenobiotic
yang menentukan cara xenobiotic memasuki organisme (portal of entry).

a. Berat molekul dan polaritas

Sifat fisik atau kimia dipengaruhi oleh berat molekul. Pengelompokan zat
kimia dibagi menjadi zat kimia yang bersifat polar dan non-polar. Molekul
yang mempunyai polaritas bersifat hidrofilik (menyukai air), sehingga lebih
terlarut dalam air. Sedangkan molekul non-polar yang bersifat hidrofobik
(tidak suka air) lebih suka berada pada tempat-tempat yang kaya organik dan
akan teradsorbsi dengan kuat
4

b. Kelarutan

Solubilitas dalam air diperlukan untuk mengukur mobilitas suatu racun


dilingkungan. Larut dalam air: Senyawa akan lebih cepat tersebar luas dan lebih
mudah masuk ke dalam sel. Larut dalam lemak/minyak: (umumnya senyawa
organik) memerlukan pembawa untuk dapat menyebar di lingkungan dan ke luar
-masuk tubuh. Dalam tubuh: mudah menembus ke dalam jaringan dan sel karena
membran pembungkus sel tersusun oleh senyawa kimia yang serupa (larut dl
lemak). Senyawa kimia akan terakumulasi dalam sel dan berada selam bertahun-
tahun.

Penyebaran suatu zat di lingkungan dipengaruhi oleh kelarutan. Semakin


mudah larut maka semakin luas distribusi zat tersebut. Kelarutan suatu zat dapat
digunakan untuk mengukur pergerakan atau mobilitas suatu zat di
lingkungan

c. Volatisasi

 Volatilisasi atau penguapan terjadi dari fase gas/udara dan fase padat/tanah
ke fase gas. Volatilisasi suatu zat tergantung pada angin, ekstraksi air dan
agitasi tanah oleh organisme. Penguapan ini juga dipengaruhi oleh sifat inheren
dari zat tersebut

d. Koefisien partisi

Adalah kemampuan membagi atau memisahkan suatu zat pada dua


kompartemen, umumnya mengacu pada rasio konsentrasi spesies senyawa
yang tidak terionisasi

e. Adsorpsi

adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas,


terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan akhirnya
membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada
permukaannya.
5

B. Proses transpor

Ketika suatu zat memasuki lingkungan maka, jalannya zat/bahan tersebut


bergantung pada media transpor yang membawanya. Media ini berupa udara, air,
tanah,organisme, rantai makanan dan lain-lain. Media ini dapat berfungsi secara
kontinu atau tidak kontinu, cepat atau lambat, jauh atau dekat, utuh atau tidak utuh
serta teratur dan tidak teratur. Sehingga dekat atau tidaknya suatu zat dari
lingkungan bergantung pada faktor di lingkungan yang mempengaruhinya.

Pada dasarnya terdapat 4 kompartemen yang menentukan lokasi dan interaksi


zat atau bahan di dalam lingkungan yaitu kompartemen air, tanah atau sedimen,
udara atau atmosfer dan biota atau mikroorganisme. Dimana dalam setiap
kompartemen tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnnya.

Distribusi ini terjadi dengan kompartemen terdekat seperti fase padat, cair dan
gas dengan fase cair yang menyebabkan terjadinya kelarutan ; fase padat dan gas
dengan fase gas menyebabkan volatisasi serta fase cair dengan padat menyebabkan
adsorpsi. Kehadiran dan konsentrasi zat pada setiap kompartemen digunakan untuk
memprediksi perilaku dan jalannya zat kimia di lingkungan. Apabila terjadi reaksi
antara suatu zat dengan zat lainnya maka akan membentuk suatu senyawa yang
akan mengalami transpor dan transformasi.Transpor tergantung pada daya larut zat,
koefisien partisi antar kompartemen lingkungan, koefisien dissosiasi, formasi
kompleks, leachin, up take oleh organisme, adsorptivitas dan sifat mudah atau
tidaknya menguap maka transformasi tergantung dari ada atau tidaknya spesies
lain.Prediksi dan perilaku zat di lingkungan terbagi atas 3 kemungkinan, yaitu :

- Zat/bahan tetap berada pada tempat dimana zat tersebut mulai masuk atau
dilepaskan.

- Zat atau bahan masuk ke lingkungan melalui media (air, tanah, udara, dan
sedimen).

- Zat atau bahan bertransformasi atau terurai melalui proses kimia,fisik atau
biologi

a. Transpor dalam air


6

 Adveksi : Transpor zat ke berbagai media lingkungan melalui mekanisme ini


secara fisik bergerak searah zat Aakan menuju ke tempat tertentu. Misal : zat
A msk air laut. Anggapan densitas A >densitas air laut. Maka zat akan
mengendap. Sebaliknya zat A yang ada di sedimen , jika air laut mengalami
perubahan temperatur dan salinitas menyebabkan densitas air dan
menghasilan pergerakan air dari bawah keatas.

 Difusi : Terjadi disebabkan perbedaan fugasiti atau konsentrasi. Misal : Zat


A masuk ke media air, lalu bertranspor ke media lainnya dan akhirnya
kembali kemedia air dalam porsi sangat dominan. Perilaku zat ini disebut
fugasiti. Fugasiti : Tendensi zat menuju ke mediadi mana zat itu seharusnya
berada

 Dispersi : penyebaran zat di kompartemen lingkungan. Menggunakan model


RLTEC( Releasefrom the Technosphere). Tujuan dari model RLTEC diatas
adalah mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara , air
dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi.

 Kelas Penggunaan & Dispersi Zat.

b. Transpor antara air dan udara

c. Transpor pada partikel

d. Traspor dalam tanah

e. Transpor dalam air tanah

f. Tanspor dalam udara


7

Fase Udara - Air: suatu bahan kimia dapat meninggalkan fase air melalui proses
volatilisasi, dan meninggalkan fase udara menuji fase air melalui melalui proses
absorpsi.

Fase Sedimen - Air: lepasnya kontaminan dari fase sedimen menuju fase air
terjadi melalui proses desorpsi, sedang proses pergerakan dari fase air menuju
fase sedimen melalui adsorpsi ke partikel sedimen.

Fase Sedimen - Udara : kontaminan dapat melepaskan diri dari fase sedimen dan
ditransportasi ke dalam lapisan udara di atasnya melalui proses volatilisasi, yang
banyak bergantung pada tekanan penguapan (vapour pressure) bahan kimia dan
daya ikatnya (affinity) pada partikel sedimen

C. Proses transformasi

Transformasi merupakan proses fisis yang dapat terjadi secara biotik maupun
abiotik. Proses ini dapat terjadi di udara, air, tanah, organisme dan juga rantai
makanan, namun proses ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pada zat
tersebut. Dioxin dan furan mengalami transformasi dari zat senyawa awal menjadi
senyawa lainnya yang memiliki struktur atom berbeda akibat proses transformasi
abiotik secara fotokimia. Dioksin dan furan yang terpapar lama oleh cahaya matahari
atau cahaya dengan radiasi tinggi akan mengalami kerusakan struktur atom.

a. Transformasi abiotik

Proses di mana suatu zat dalam lingkungan dimodifikasi oleh mekanisme


non-biologis.
8

b. Transformasi biotik

Antara lain degradasi secara mikrobiologis, sistem biodegradasi penting


dalam lingkungan Transformasi biologis, Mikrobia mampu melakukan proses
biotransformasi zat jika produk biotransformasi (metabolit) bersifat kurang
beracun dibanding zat asal maka prosesnya dikenal sebagai biodetoksifikasi.
Sebaliknya jika metabolit lebih beracun dibanding asalnya maka terjadi
bioaktivasi. Penyebaran bahan toksik di lingkungan perairan sangat dipengaruhi
oleh sejumlah proses pengangkutan seperti evaporasi (penguapan), presipitasi,
pencucian dan aliran. Penguapan akan menurunkan konsentrasi bahan toksik
dalam air, sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran cenderung meningkatkan
konsentrasi bahan toksik.

c. Sedimentasi

suatu peristiwa-peristiwa pengendapan material batuan yang diangkut oleh


suatu tenaga air atau angin.

d. Hidrolisis

Hidrolisis, Secara kuantitatif hidrolisis diformulasikan sebagai proses tingkat


1 yaitu variabel dengan konsentrasi zat.

e. Oksidasi

Reaksi di Atmosfer : Gas-gas CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat
cair yang dapat mencemari udara secara alami dan juga dihasilkan karena
kegiatan manusia. Proses oksidasi di udara yaitu adanya interaksi zat-zat yang
ada di udara sehingga membentuk senyawa lain yang berbahaya bagi kesehatan
maupun lingkungan.

f. Reduksi

Seperti ( perubahan bentuk biologis) dan biodegradasi polutan oleh


mikroorganisme ( bakteri, jamur, protozoa dan ganggang) merupakan proses
pembuangan dan perubahan yang penting dalam air, sedimen dan tanah.

D. Perkiraan nasib racun di lingkungan


9

Sebelum bahan toksikan masuk ke dalam makhluk hidup, terlebih dahulu perlu
diketahui bagaimana nasib dan aliran bahan toksikan tersebut dalam lingkungan.
Bahan kimia yang toksik dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan termasuk industri.
Bahan toksik tersebut dapat digunakan namun dalam jumlah yang terbatas serta
dilakukan recycling untuk merubah yang bersifat toksik menjadi non toksik. Sebagian
bahan toksik tersebut dengan pola emisi akan masuk ke dalam lingkungan.
Selanjutnya toksikan masuk ke tropospher dan terus ke stratospher. Selain itu toksikan
masuk ke dalam tanah, ke air bawah tanah, samudra dan terbenam di dalamnya. Pada
waktu toksikan masuk ke air dan samudra, maka toksikan tersebut akan masuk ke
biota air yang nanti akan dikonsumsi oleh biota air lainnya dan manusia. Bahan
toksikan yang sudah berada dalam air tanah akan masuk ke dalam tanaman dan masuk
pula ke stratospher, akhirnya dengan proses tertentu akan sampai pada manusia dan
makhluk hidup lainnya

a. Mobilitas

Kelarutan suatu zat dapat digunakan untuk mengukur pergerakan atau


mobilitas suatu zat di lingkungan. banyak polutan yang larut dalam air, maka
pergerakan air melalui hidrosfir mengakibatkan adanya pergerakan bahan toksik.
Air dapat melarutkan zat-zat polutan, dan merupakan medium untuk
mempercepat reaksi kimia diantara bahan-bahan yang terlarut. Ketika larut dalam
air: Senyawa akan lebih cepat tersebar  luas dan lebih mudah masuk ke dalam sel,
ketika larut dalam lemak/minyak: (umumnya senyawa organik) memerlukan
pembawa untuk dapat menyebar di lingkungan dan ke luar ‐ masuk tubuh.

b. Persistensi

Persistensi dalam lingkungan dapat membawa xenobiotic sampai jauh.


Merupakan senyawa yang mudah terurai, konsentrasi segera menurun pada
saat masuk ke lingkungan
10

c. Akumulasi

Akumulasi itu penimbunan, bioakumulasi itu proses akumulasi kimia


oleh organisme yang secara dari lingkungan abiotik (air, tanah, udara, dan
dari sumber makanan). Zat kimia yang ada di lingkungan terakumulasi di
dalam tubuh organisme melalui difusi pasif

d. Biomagnifikasi

Adalah proses perpindahan zat kimia melalui rantai makanan di dalam


tingkatan tropik; proses penambahan konsentrasi polutan secara suksesif di
dalam tingkatan tropik tertinggi dalam rantai makanan. Atau proses
peningkatan konsentrasi substansi atau senyawa dalam jaringan makhluk
hidup, dengan semakin tingginya tingkatan trofik dalam jaringan makanan.
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Toksisitas racun salah satunya tergantung pada sifat fisika kimia zatnya.
Kehadiran dan konsentrasi zat pada masing-masing kompartemen digunakan
untuk memprediksi fate (nasib) zat kimia di lingkungan

2. Ketika suatu zat memasuki lingkungan maka, jalannya zat/bahan tersebut


bergantung pada media transpor yang membawanya. Media ini berupa udara,
air, tanah,organisme, rantai makanan dan lain-lain

3. Transformasi merupakan proses fisis yang dapat terjadi secara biotik maupun
abiotik. Proses ini dapat terjadi di udara, air, tanah, organisme dan juga rantai
makanan, namun proses ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pada
zat tersebut.

4. Sebelum bahan toksikan masuk ke dalam makhluk hidup, terlebih dahulu perlu
diketahui bagaimana nasib dan aliran bahan toksikan tersebut dalam lingkungan.
Seperti terjadinya mobilitas, persistensi, akumulasi dan biomagnifikasi.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kriti dan saran yang membangun
dari pembaca, agar makalah ini lebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
12

Hodgson, Ernest, “Introduction to Toxicology”, in Hodgson, Ernest (ed.). 2004. A


Textbook of Modern Toxicology (third edition). New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc., Hoboken.

Yu, Ming-Ho. 2005. Environmental toxicology: Biological and Health Effects of


Pollutants (second edition). New York: CRC Press.

Yulianto, BE.,S.Pd.,M.Kes dan Nurul Amaloyah, SKM.,M.Sc. 2017. Tokosikologi


Lingkungan. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan : Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai