Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

BITOEKNOLOGI TANAMAN II

OLEH :

KELOMPOK 7

1. Fajri Adhiyat Rifyant (18032051)

2. Gilang Amanda (18032055)

3. Nandia (18032017)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
I

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena dengan izin dan
kuasa-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak


kendala sehingga masih banyak terdapat kekurangan,oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan ini.

Kepada semua pihak secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
kesempurnaan penulis makalah ini diucapkan banyak terima kasih yang sedalam-
dalamnya khususnya kepada dosen pengajar mata kuliah ini,yang telah memberikan
arahan dan masukan sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya.

Akhirnya, hanya kepada Allah-lah kita kembali dan hanya kepada-Nyalah


terdapat kesempurnaan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin

Padang, 29 April 2021

Penulis
II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………….…..…1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….…....2
C. Tujuan……………………………………………………………………..….2

BAB II PEMBAHASA

A. Prinsip tanaman transgenik……………………………………………………3


B. Metode untuk transfer gen pada tanaman……………………………………..6
C. Gen-gen penting untuk pemuliaan tanaman………………………………….14
D. Contoh tanaman transgenik…………………………………………………..17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….…… 21
B. Kritik atau saran………………………………………………………..…….21

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer dan
Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada tahun
1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman.

Secara sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-gen


tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman,
penyisipan gen ini melalui suatu vektor (perantara) yang biasanya menggukan bakteri
Agrobacterium tumefeciens untuk tanaman dikotil atau partikel gen untuk tanaman
monokotil, lalu diinokulasikan pada tanaman target untuk menghasilkan tanaman
yang dikehendaki.

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika


bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang
dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama,
yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil
dikembangkan oleh manusia.  Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik
untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus dilakukan manusia.
Tanaman transgenik pertama yang berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung
dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun
1996.  Pada tahun 2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah
ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan
kedelai transgenic (Sephard, 1981).

Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah


dilakukan sejak tahun 8000 SM ketika praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.
Secara konvensional, pemuliaan tanaman dilakukan dengan memanfaatkan
proses seleksi dan persilangan tanaman Kedua proses tersebut memakan waktu yang
cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu karena bergantung
dari mutasi alamiah secara acak. Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional
adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya,
yaitu durian liar. Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan
2

durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti
durian montong (Primrose,1987).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiman prinsip tanaman transgenik?

2. Bagaimana metode untuk tranfer gen pada tanaman?

3. Apa saja gen-gen penting untuk pemuliaan tanaman?

4. Apa saja contoh tanaman transgenik?

C. Tujuan

1. Mengetahui prinsip tanaman transgenik

2. Mengetahuin metode untuk tranfer gen pada tanaman

3. Mengetahui apa saja gen-gen penting untuk pemuliaan tanaman

4. Mengetahui apa saja contoh tanaman transgenik


3

BAB III

PEMBAHASAN

A. Prinsip tanaman transgenik

Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya


melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan
tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen
dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti
bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.

Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika


melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya
untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari
tanaman sebelumnya.

Pembuatan tanaman transgenik adalah dengan cara gen yang telah


diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui
suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari
sel tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman pembawa gen ini kemudian
ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman
transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke
tanaman tersebut (Michael, 2008).
4

Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau
sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene - bisa diisolasi dari
tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali.

Beberapa keuntungan tanaman transgenik:

1. Peningkatan kualitas biji-bijian

2. Peningkatan kadar protein

3. Pembentukan tanaman resisten hama, penyakit, dan herbisida

4. Pembentukan tanaman toleran kekeringan, tanah masam, suhu ektrem

5. Pembentukan tanaman yang lebih bernilai nutrisi tinggi, seperti vit C, E dan
β-karoten.

6. Menghambat pelunakan buah pada Tomat.

7. Tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, dan virus.

8. Meningkatkan nilai gizi tanaman.

9. Meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ekstrim


seperti lahan dengan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang
tinggi.

Teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan terutama untuk memberikan


karakter baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika tanaman
memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain untuk
perbaikan sifat tanaman. Salah satu contoh aplikasi bioteknologi di bidang pertanian
adalah mengembangkan tanaman transgenik yang memiliki sifat

1) toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida),

2) tahan terhadap hama dan penyakit tertentu,

3) mempunyai sifat-sifat khusus (misalnya: tomat yang matangnya lama, padi


yang memproduksi beta- caroten dan vitamin A, kedelai dengan lemak tak
jenuh rendah, strawberry yang rasanya manis, kentang dan pisang yang
berkhasiat obat),
5

4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen dari bakteri pemfiksasi
nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga tanaman dapat memfiksasi
nitrogen udara sendiri), dan

5) dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan buruk (kekeringan, cuaca


dingin, dan tanah bergaram tinggi). Penekanan pemberian karakter tersebut
dapat dibagi kedalam beberapa tujuan utama yaitu peningkatan hasil,
kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, dan nilai tambah tanaman-
tanaman tertentu

Cara pembuatan tanaman transgenik adalah gen yang telah diisolasi dan
kemudian dimasukkan kedalam sel tanaman.Melalui suatu sistem tertentu ,sel
tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak
membawa gen.Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal
.Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang
telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut (McCown, 1987).

Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau
sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu disebut transgene,bisa diisolasi dari
tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lalin sama sekali. Transgene umumnya
diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. Misal pada proses
membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah
Basillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu. Gen
Bt ini dimasukkan ke rangkaian gen tanama jagung. Sehingga tanama resipien atau
jagung juga mewariskan sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt
akan mati (Kuksova, 1997).

Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi setelah transformasi
dilakukan ,yaitu:

1) Sel inang tidak dimasuki DNA atau berarti tranformasi gagal.

2) Sel inang dimasiki vektor religasi atau berrti ligasi gagal.

3) Sel inang dimasuki vektor rekombinan dengan atau tanpa fragmen sisipan
atau gen yang diinginkan .
6

Untuk membedakan antara kemunngkinan pertama dan kedua dilihat perubahan


sifaf yang terjadi pada sel inang .Jika sel inang memperlihatkan dua sifat marker
vektor, maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan kedualah yang terjadi.
Selanjutnya untuk membedakan antara kemungkinan kedua dan ketiga dilihat pula
perubahan sifat yang terjadi pad sel inang. Jika sel inang hanya memperlihatkan
salah satu sifat diantara kedua marker vektor, maka dapat dipastikan bahwa
kemungkinan ketigalah yang terjadi.

B. Metode untuk transfer gen pada tanaman

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi


atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan).
Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau
bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang
disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan
dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid
(DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan
dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan
perkembangbiakan bakteri tersebut (Joice, 1991).

Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka
akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari
bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang
diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer
DNA dengan bantuan listrik) (Jay.D, 2004).

1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering


digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan
senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke
dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA
untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan
hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan
sel selama penembakan berlangsung
7

2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.


Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara
alami karena memiliki plasmidTi, suatu vektor (pembawa DNA) untuk
menyisipkan gen asing. Di dalam plasmidTi terdapat gen yang
menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu.
Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di
dalam plasmidTi. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat
memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.
Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang
diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.

3. Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi
protoplasma (sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi
kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel
tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu
(terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan
proses pengembalian dinding sel tanaman.
8

Transfer Gen Dengan Bioteknologi Modern

Memanfaatkan kultur jaringan untuk proses regenerasi tanaman setelah gen


dimasukkan, Teknik fusi protoplas dapat menggabungkan gen dari dua individu
tanaman yang berbeda, Penggunaan bakteri Agrobacterium tumafaciens dapat
membantu transfer gen asing ke dalam tanaman, Penggunaan alat untuk
memasukkan gen secara langsung, Teknik baru dalam rekayasa genetika dengan
perkembangan penelitian genetika molekuler yang membantu dalam pembentukan
varietas tanaman baru (Hartmann, 1983).

1. Cloning; Dari satu sel dapat tumbuh banyak tanaman / bibit, tanaman yang
dihasilkan akan sama dengan sel induk (klon = clone). Secara konvensional
‘cloning tanaman’ sudah dilakukan misal pada ubikayu atau tanaman lain yang
dipebanyak dengan stek. Dengan kultur jaringan, hasil klon lebih banyak dan
tidak merusak pohon induk.

2. Protoplast Fusion; Protoplas dari spesies yang berbeda dapat disatukan (fusi)
untuk mendapat sel yang akan tumbuh menjadi tanaman hibrid, deperti
persilangan tapi secara langsung ‘menyilangkan’ sel-sel, dinding sel tanaman
perlu didegradasi menggunakan enzim cellulase.
9

3. Leaf Fragment Technique; Teknik ini memanfaatkan bakteri Agrobacterium


tumafaciens. Saat ini diklasifikasikan menjadi Rhizobium radiobacter, tapi
masih disebut dengan agrobacter. Agrobacterium tumefaciens sebagai vektor
untuk mentransfer gen asing ke dalam kromosom tumbuhan. Bakteri ini secara
alami menginfeksi sel tumbuhan menyebabkan pertumbuhan kanker - penyakit
mahkota empedu. Gen infeksi (vir) dibawa oleh plasmid Ti.

Proses Infeksi

 Gen virus menyalin T-DNA

 Buka saluran dimembran sel bakteri agar T-DNA lulus


10

 Melalui T-DNA memasuki pabrik melalui luka, mengintegrasikan dirinya


ke dalam kromosom tumbuhan
11

Potongan daun berbentuk bulat dikultur untuk membentuk tanaman baru.


Pada tahap awal proses regenerasi, bacterium Agrobacterium tumefaciens yang
membawa Ti plasmid dimasukkan ke dalam kultur. DNA plasmid akan menyatu
dengan kromosom tanaman. Potongan daun ditambah hormon untuk
menginduksi tunas dan akar. Tanaman dipindah ke media tanah.
12

Metode ini biasanya untuk tanaman dikotil seperti : tomat, kentang, apel dan
kedelai. Untuk tanaman monokotil seperti jagung dan gandum lebih sulit
diinfeksi oleh Agrobacter

4. Gene guns; Gene gun digunakan untuk menembakkan peluru logam yang sudah
dilapisi dengan DNA ke dalam sel embrionik tanaman, hasilnya random, tapi
biasanya ada sel-sel yang ‘tertembak’ oleh DNA asing tersebut. Target gen gun :
nukleus atau kloroplas. Untuk identifikasi sel yang telah menerima DNA asing
maka DNA yang dimasukkan biasanya membawa gen penanda (marker gene
atau reporter gene). Gen penanda biasanya berupa gen resistensi terhadap
antibiotik tertentu, sehingga jika sel telah mendapat DNA asing maka akan
menunjukkan resistensi terhadap antibiotik tersebut.
13

5. Chloroplast engineering; DNA kloroplas dapat menerima beberapa gen asing


pada saat yang bersamaan. Kebanyakan gen asing yang dimasukkan juga tetap
aktif saat tanaman menjadi dewasa. DNA kloroplas juga terlepas dari DNA
polen sehingga tidak terjadi penyebaran gen yang sudah diubah ke tanaman lain
(melalui angin atau metode penyebaran lainnya)

6. Antisense Technology; Gen untuk sifat tertentu diambil dari sel tanaman dan
digunakan untuk menghasilkan kopian dirinya (yang komplementer) = cDNA.
(complementary DNA)/cDNA dimasukkan lagi ke dalam tanaman
menggunakan Agrobacter. Tanaman hasil teknologi tsbt akan menghasilkan
mRNA normal yang akan bersatu dengan mRNA komplementer, sehingga
14

produk mRNA tidak dihasilkan. Contoh : enzim PG (polygalactouranase) pada


buah tomat. Enzim PG menyebabkan buah tomat memecah pectin sehingga
buah cepat membusuk. Teknologi antisense digunakan untuk menghambat
mRNA yang akan membentuk enzim PG, sehingga menghambat pembusukan
pada buah tomat. Pada tahun 1994 dihasilkan tomat Flavr Savr yang buahnya
bisa tetap segar selama beberapa minggu (C. Neal Stewart, 2005).

7. Gene Silencing; Gen tertentu dapat dihilangkan jika tidak menguntungkan bagi
manusia. Misal : gen yang menyebabkan kentang berubah warna saat dikupas
atau terluka dapat dihilangkan. Hal ini bermanfaat saat pengiriman kentang jarak
jauh, untuk mengurangi kerusakan akibat gesekan selama perjalanan.

C. Gen-gen penting untuk pemuliaan tanaman

Pemuliaan tanaman mencakup aksi penangkaran koleksi bahan/material


pemuliaan (dikenal pula sebagai plasma nutfah atau germplasms), penciptaan
kombinasi sifat-sifat baru (biasanya melalui persilangan yang intensif), dan seleksi
15

terhadap bahan yang dimiliki. Semua aksi ini diterapkan setelah tujuan spesifik
program pemuliaan ditentukan sebelumnya (Alexander N. Glazer, 2007).

Plasma nutfah yaitu bahan baku dasar pemuliaan karena di sini tersimpan
berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing nomor koleksi
(aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin diterapkan. Usaha
pencarian plasma nutfah baru berfaedah eksplorasi ke tempat-tempat yang secara
tradisional diproduksi menjadi pusat keanekaragaman hayati (atau hutan) atau
dengan melaksanakan pertukaran koleksi. Lembaga-lembaga publik seperti IRRI dan
CIMMYT menyediakan koleksi plasma nutfah untuk publik secara tidak terikat
sama sekali bea, namun untuk kepentingan bidang usaha diatur oleh akad antara
pihak-pihak yang terkait.

Apabila aksesi tidak mempunyai satu pun yang mempunyai suatu sifat yang
diminta, pemulia tanaman melaksanakan beberapa cara untuk merakit individu yang
mempunyai sifat ini. Beberapa cara yang mampu diterapkan yaitu introduksi bahan
koleksi, persilangan, manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau
bahan kimia tertentu, penggabungan (fusi) protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen,
transfer gen, dan manipulasi regulasi gen. Empat cara yang disebut terakhir kerap
dianggap sebagai anggota dari bioteknologi pertanian (green biotechnology). Tiga
cara yang terakhir yaitu anggota dari rekayasa genetika dan dianggap sebagai
"pemuliaan tanaman molekular" karena memakai metode-metode biologi molekular.

Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi) yaitu cara sangat
sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi
penyaringan (screening) diterapkan terhadap koleksi plasma nutfah yang
didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi anggota yang terkait yang berbeda-
beda. Pengetahuan tentang pusat keanekaragaman (diversitas) tumbuhan penting
untuk penerapan cara ini. Keanekaragaman genetik untuk suatu spesies tidaklah
sama di semua tempat di alam. N.I. Vavilov, mahir botani dari Rusia,
memperkenalkan teori "pusat keanekaragaman" (centers of origin) untuk
keanekaragaman tumbuhan.

Contoh pemuliaan yang diterapkan dengan cara ini yaitu pemuliaan untuk
berjenis-jenis tanaman buah asli Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau
16

tanaman pohon lain yang remeh digandakan secara vegetatif, seperti ketela


pohon dan jarak pagar. Introduksi mampu dikombinasi dengan persilangan.

Persilangan

Persilangan yaitu cara yang sangat populer untuk meningkatkan variabilitas


genetik, bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif remeh diterapkan.
Berbagai galur hasil rekayasa genetika pun kebanyakan masih memerlukan beberapa
kali persilangan untuk memperbaiki penampilan sifat-sifat barunya. Pada dasarnya,
persilangan yaitu manipulasi komposisi gen dalam populasi. Kesuksesan persilangan
memerlukan prasyarat pemahaman hendak proses reproduksi tanaman yang
bersangkutan (biologi bunga). Berjenis-jenis skema persilangan telah dikembangkan
(terutama pada pertengahan ratus tahun ke-20) dan menghasilkan sekumpulan cara
pemuliaan yang telah diterapkan pada berbagai perusahaan perbenihan.

Walaupun secara teknis relatif remeh, kesuksesan persilangan perlu


mempertimbangkan ketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan anggota yang
terkait yang mendukung, kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas keturunan.
Keterampilan teknis dari petugas persilangan juga mampu berpengaruh pada
kesuksesan persilangan. Pada sejumlah tanaman, seperti jagung, padi, dan Brassica
napus (rapa), penggunaan teknologi mandul jantan mampu membantu mengurangi
hambatan teknis karena persilangan mampu diterapkan tanpa bantuan manusia.
Semua varietas unggul padi, jagung, dan kedelai yang ditanam di Indonesia saat ini
dirakit melalui persilangan yang diikuti dengan seleksi. Perkembangan dalam biologi
molekular memunculkan metode-metode pemuliaan baru yang dibantu
dengan penanda genetik dan dikenal sebagai pemuliaan dengan penanda.

Manipulasi kromosom

Yang termasuk dalam cara ini yaitu semua manipulasi ploidi, sepatutnya


poliploidisasi (penggandaan genom) maupun pengubahan banyak
kromosom. Gandum roti dikembangkan dari penggabungan tiga genom spesies yang
berbeda-beda. Semangka tanpa biji dikembangkan dari persilangan
semangka tetraploid dengan semangka diploid. Pengubahan banyak kromosom
(seperti pembuatan galur trisomik atau monosomik) kebanyakan diterapkan sebagai
alat analisis genetik untuk menentukan posisi gen-gen yang mengatur sifat tertentu.
17

Galur dengan banyak kromosom yang tidak berimbang seperti itu mengalami
hambatan dalam pertumbuhannya. Teknik pemuliaan ini sebenarnya juga
mengandalkan persilangan dalam praktiknya.

Pemuliaan dengan bantuan mutasi

Pemuliaan tanaman dengan bantuan mutasi (dikenal pula sebagai pemuliaan


tanaman mutasi) yaitu teknik yang pernah cukup populer untuk menghasilkan
variasi-variasi sifat baru. Teknik ini pertama kali diterapkan oleh Stadler pada tahun
1924[24] tetapi prinsip-prinsip pemanfaatannya untuk pemuliaan tanaman ditaruh
oleh Åke Gustafsson dari Swedia.[24] Tanaman dipaparkan pada sinar
radioaktif dari isotop tertentu (biasanya kobal-60) dengan dosis rendah sehingga
tidak mematikan tetapi mengubah sejumlah basa DNA-nya. Mutasi pada gen hendak
mampu mengubah penampilan tanaman. Pada tanaman yang mampu digandakan
secara vegetatif, induksi jaringan kimera sudah cukup untuk menghasilkan kultivar
baru. Pada tanaman yang digandakan dengan biji, mutasi harus terbawa oleh sel-sel
reproduktif, dan generasi selanjutnya (biasa disebut M2, M3, dan seterusnya)
diseleksi

Manipulasi gen dan ekspresinya

Metode-metode yang melibatkan penerapan genetika molekular masuk dalam


kelompokan ini, seperti teknologi antisense, peredaman gen (termasuk interferensi
RNA), rekayasa gen, dan overexpression. Meskipun teknik-teknik ini telah diketahui
sukses diterapkan dalam skala percobaan, belum mempunyai kultivar komersial
yang dirilis dengan cara-cara ini.

D. Contoh tanaman transgenik

Beberapa tanaman transgenik yang dikembangkan adalah :

1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar

2. Peningkatan rasa: tomat dengan pelunakan yang lebih lama, cabe, buncis,
kedelai

3. Peningkatan kualitas: pisang, cabe, stroberi dengan tingkat kesegaran dan


tekstur yang meningkat
18

4. Kandungan bahan berkhasiat obat: tomat dengan kandungan lycopene yang


tinggi (antioksidan untuk mengurangi kanker)

5. Tanaman untuk produksi vaksin dan obat-obatan untuk mengobati penyakit


manusia

Jenis Sifat yang telah Modifikasi Gambar


tanaman dimodifikasi

Padi Mengandung Gen dari gen


provitamin A (beta- tumbuhan narsis,
karotena) dalam jagung,dan bakteri
banyak tinggi Erwinia disisipkan
pada kromosom padi

Jagung, Tahan (resisten) Gen toksin Bt dari


kapas, terhadap hama bakteri Bacillus
kentang thuringiensis yang
ditransfer ke dalam
tanaman.

Tembakau Tahan terhadap Gen untuk mengatur


cuaca dingin. pertahanan pada cuaca
dingin dari
tanaman Arabidopsis
thaliana atau dari
sianobakteri
(Anacyctis nidulans)
dimasukkan ke
tembakau.

Tomat Proses pelunakan Gen khusus yang


tomat diperlambat disebut antisenescens
sehingga tomat ditransfer ke dalam
dapat disimpan tomat untuk
lebih lama dan menghambat enzim
tidak cepat busuk. poligalakturonase
(enzim yang
mempercepat
kerusakan dinding sel
tomat). Selain
menggunakan gen dari
bakteri E. coli, tomat
19

transgenik juga dibuat


dengan memodifikasi
gen yang telah
dimiliknya secara
alami.

Kedelai Mengandung asam Gen resisten herbisida


oleat tinggi dan dari bakteri
tahan terhadap Agrobacterium galur
herbisida glifosat. CP4 dimasukkan ke
ketika disemprot kedelai dan juga
dengan herbisida digunakan teknologi
tersebut, hanya molekular untuk
gulma di sekitar meningkatkan
kedelai yang akan pembentukan asam
mati. oleat.

Ubi jalar Tahan terhadap Gen dari selubung


penyakit tanaman virus tertentu
yang disebabkan ditransfer ke dalam
virus. ubi jalar dan dibantu
dengan teknologi
peredaman gen.

Kanola Menghasilkan Gen FatB dari


minyak kanola Umbellularia
yang mengandung californic ditransfer ke
asam laurat tinggi dalam tanaman kanola
sehingga lebih untuk meningkatkan
menguntungkan kandungan asam
untuk kesehatan laurat.
dan secara
ekonomi. Selain
itu, kanola
transgenik yang
disisipi gen
penyandi vitamin E

Pepaya Resisten terhadap Gen yang


virus tertentu, menyandikan
contohnya Papaya selubung virus PRSV
ringspot virus ditransfer ke dalam
(PRSV). tanaman pepaya
20

Melon Buah tidak cepat Gen baru dari


busuk bakteriofag T3
diambil untuk
mengurangi
pembentukan hormon
etilen (hormon yang
berperan dalam
pematangan buah) di
melon.

Bit gula Tahan terhadap Gen dari bakteri


herbisida glifosat Agrobacterium galur
dan glufosinat. CP4 dan cendawan
Streptomyces
viridochromogenes
ditransfer ke dalam
tanaman bit gula.

Prem Resisten terhadap Gen selubung virus


(Plum) infeksi cacar prem cacar prem ditransfer
(plum pox virus) ke tanaman prem.

Gandum Resisten terhadap Gen penyandi enzim


peyakit hawar yang kitinase (pemecah
disebabkan dinding sel cendawan)
cendawan dari jelai (barley)
Fusarium ditransfer ke tanaman
gandum
21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya


melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk
tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan
pindahan gen dari organisme lain.

2. Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi


atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan).
Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau
bakteri.

3. Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi) yaitu cara sangat
sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi
penyaringan (screening) diterapkan terhadap koleksi plasma nutfah yang
didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi anggota yang terkait yang
berbeda-beda

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini,  tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, agar makalah ini lebih baik untuk kedepannya.
22

DAFTAR PUSTAKA

Alexander N. Glazer, Hiroshi Nikaidō (2007). Microbial biotechnology:


fundamentals of applied microbiology. Cambridge University Press. ISBN 978-0-
521-84210-5. Page.210-211.

C. Neal Stewart, Jr, Harold A. Richards, Matthew D. Halfhill (2005). Transgenic


Plants and Biosafety: Science, Misconceptions and Public Perceptions. 

Hartmann, H.T., & Kester, D.E. (1983). Plant Propagation, Principles & Practices.
4th-ed. London: Prentice-Hall International Inc.

Jay D. Gralla, Preston Gralla (2004). Complete idiot's guide to understanding cloning.


Alpha. ISBN 978-1-59257-148-2. Page.274-276.

Joice, P.J. and B.H. McCown (1991). Automated Propagation of Microtuber of


Potato in I.K. Vasil (ed). Scale up and Automation in Propagation. Cell Cultur
and Somatic Cell Genetic of Plant, Vol.8.

Kuksova, V.B., N.M. Piven, Y.Y. Gleba. 1997. Somaclonal variation and in vitro
induced mutagenesis in grapevine. Plant Cell Tiss Org Cult 49:17-27.

McCown, B.H. and G.A. Wattimena (1987). Field Performance of Micropropagation


Plants. In Biotechnology in Agriculture and Forestry. Vol.3. Potato. Y.P.S. Bajaj
(ed). Springer Verlag, Berlin, Germany. Pp 80-88.

Michael R. Cummings (2008). Human heredity: principles & issues. Brooks Cole.


ISBN 978-0-495-55445-5. Page.333-336.

Primrose, S.B. (1987). Modern Biotechnology. Oxford: Blackwell Scientific


Publications.

Shepard, JF. 1981. Protoplast as sources of disease resistance in plants. Ann Rev
Phytopathol 19:145-166.

Anda mungkin juga menyukai