BITOEKNOLOGI TANAMAN II
OLEH :
KELOMPOK 7
3. Nandia (18032017)
2021
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena dengan izin dan
kuasa-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kepada semua pihak secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
kesempurnaan penulis makalah ini diucapkan banyak terima kasih yang sedalam-
dalamnya khususnya kepada dosen pengajar mata kuliah ini,yang telah memberikan
arahan dan masukan sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………………….…..…1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….…....2
C. Tujuan……………………………………………………………………..….2
BAB II PEMBAHASA
A. Kesimpulan…………………………………………………………….…… 21
B. Kritik atau saran………………………………………………………..…….21
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer dan
Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada tahun
1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman.
durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti
durian montong (Primrose,1987).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB III
PEMBAHASAN
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau
sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene - bisa diisolasi dari
tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali.
5. Pembentukan tanaman yang lebih bernilai nutrisi tinggi, seperti vit C, E dan
β-karoten.
4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen dari bakteri pemfiksasi
nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga tanaman dapat memfiksasi
nitrogen udara sendiri), dan
Cara pembuatan tanaman transgenik adalah gen yang telah diisolasi dan
kemudian dimasukkan kedalam sel tanaman.Melalui suatu sistem tertentu ,sel
tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak
membawa gen.Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal
.Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang
telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut (McCown, 1987).
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau
sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu disebut transgene,bisa diisolasi dari
tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lalin sama sekali. Transgene umumnya
diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu. Misal pada proses
membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah
Basillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu. Gen
Bt ini dimasukkan ke rangkaian gen tanama jagung. Sehingga tanama resipien atau
jagung juga mewariskan sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt
akan mati (Kuksova, 1997).
Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi setelah transformasi
dilakukan ,yaitu:
3) Sel inang dimasuki vektor rekombinan dengan atau tanpa fragmen sisipan
atau gen yang diinginkan .
6
Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka
akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari
bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang
diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer
DNA dengan bantuan listrik) (Jay.D, 2004).
3. Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi
protoplasma (sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi
kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel
tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu
(terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan
proses pengembalian dinding sel tanaman.
8
1. Cloning; Dari satu sel dapat tumbuh banyak tanaman / bibit, tanaman yang
dihasilkan akan sama dengan sel induk (klon = clone). Secara konvensional
‘cloning tanaman’ sudah dilakukan misal pada ubikayu atau tanaman lain yang
dipebanyak dengan stek. Dengan kultur jaringan, hasil klon lebih banyak dan
tidak merusak pohon induk.
2. Protoplast Fusion; Protoplas dari spesies yang berbeda dapat disatukan (fusi)
untuk mendapat sel yang akan tumbuh menjadi tanaman hibrid, deperti
persilangan tapi secara langsung ‘menyilangkan’ sel-sel, dinding sel tanaman
perlu didegradasi menggunakan enzim cellulase.
9
Proses Infeksi
Metode ini biasanya untuk tanaman dikotil seperti : tomat, kentang, apel dan
kedelai. Untuk tanaman monokotil seperti jagung dan gandum lebih sulit
diinfeksi oleh Agrobacter
4. Gene guns; Gene gun digunakan untuk menembakkan peluru logam yang sudah
dilapisi dengan DNA ke dalam sel embrionik tanaman, hasilnya random, tapi
biasanya ada sel-sel yang ‘tertembak’ oleh DNA asing tersebut. Target gen gun :
nukleus atau kloroplas. Untuk identifikasi sel yang telah menerima DNA asing
maka DNA yang dimasukkan biasanya membawa gen penanda (marker gene
atau reporter gene). Gen penanda biasanya berupa gen resistensi terhadap
antibiotik tertentu, sehingga jika sel telah mendapat DNA asing maka akan
menunjukkan resistensi terhadap antibiotik tersebut.
13
6. Antisense Technology; Gen untuk sifat tertentu diambil dari sel tanaman dan
digunakan untuk menghasilkan kopian dirinya (yang komplementer) = cDNA.
(complementary DNA)/cDNA dimasukkan lagi ke dalam tanaman
menggunakan Agrobacter. Tanaman hasil teknologi tsbt akan menghasilkan
mRNA normal yang akan bersatu dengan mRNA komplementer, sehingga
14
7. Gene Silencing; Gen tertentu dapat dihilangkan jika tidak menguntungkan bagi
manusia. Misal : gen yang menyebabkan kentang berubah warna saat dikupas
atau terluka dapat dihilangkan. Hal ini bermanfaat saat pengiriman kentang jarak
jauh, untuk mengurangi kerusakan akibat gesekan selama perjalanan.
terhadap bahan yang dimiliki. Semua aksi ini diterapkan setelah tujuan spesifik
program pemuliaan ditentukan sebelumnya (Alexander N. Glazer, 2007).
Plasma nutfah yaitu bahan baku dasar pemuliaan karena di sini tersimpan
berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing nomor koleksi
(aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin diterapkan. Usaha
pencarian plasma nutfah baru berfaedah eksplorasi ke tempat-tempat yang secara
tradisional diproduksi menjadi pusat keanekaragaman hayati (atau hutan) atau
dengan melaksanakan pertukaran koleksi. Lembaga-lembaga publik seperti IRRI dan
CIMMYT menyediakan koleksi plasma nutfah untuk publik secara tidak terikat
sama sekali bea, namun untuk kepentingan bidang usaha diatur oleh akad antara
pihak-pihak yang terkait.
Apabila aksesi tidak mempunyai satu pun yang mempunyai suatu sifat yang
diminta, pemulia tanaman melaksanakan beberapa cara untuk merakit individu yang
mempunyai sifat ini. Beberapa cara yang mampu diterapkan yaitu introduksi bahan
koleksi, persilangan, manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau
bahan kimia tertentu, penggabungan (fusi) protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen,
transfer gen, dan manipulasi regulasi gen. Empat cara yang disebut terakhir kerap
dianggap sebagai anggota dari bioteknologi pertanian (green biotechnology). Tiga
cara yang terakhir yaitu anggota dari rekayasa genetika dan dianggap sebagai
"pemuliaan tanaman molekular" karena memakai metode-metode biologi molekular.
Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi) yaitu cara sangat
sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi
penyaringan (screening) diterapkan terhadap koleksi plasma nutfah yang
didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi anggota yang terkait yang berbeda-
beda. Pengetahuan tentang pusat keanekaragaman (diversitas) tumbuhan penting
untuk penerapan cara ini. Keanekaragaman genetik untuk suatu spesies tidaklah
sama di semua tempat di alam. N.I. Vavilov, mahir botani dari Rusia,
memperkenalkan teori "pusat keanekaragaman" (centers of origin) untuk
keanekaragaman tumbuhan.
Contoh pemuliaan yang diterapkan dengan cara ini yaitu pemuliaan untuk
berjenis-jenis tanaman buah asli Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau
16
Persilangan
Manipulasi kromosom
Galur dengan banyak kromosom yang tidak berimbang seperti itu mengalami
hambatan dalam pertumbuhannya. Teknik pemuliaan ini sebenarnya juga
mengandalkan persilangan dalam praktiknya.
2. Peningkatan rasa: tomat dengan pelunakan yang lebih lama, cabe, buncis,
kedelai
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi) yaitu cara sangat
sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi
penyaringan (screening) diterapkan terhadap koleksi plasma nutfah yang
didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi anggota yang terkait yang
berbeda-beda
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, agar makalah ini lebih baik untuk kedepannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Hartmann, H.T., & Kester, D.E. (1983). Plant Propagation, Principles & Practices.
4th-ed. London: Prentice-Hall International Inc.
Kuksova, V.B., N.M. Piven, Y.Y. Gleba. 1997. Somaclonal variation and in vitro
induced mutagenesis in grapevine. Plant Cell Tiss Org Cult 49:17-27.
Shepard, JF. 1981. Protoplast as sources of disease resistance in plants. Ann Rev
Phytopathol 19:145-166.