Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

KLASIFIKASI TOKSIN

OLEH :

Nama : Nandia

Nim : 18032017

Dosen : Irma Leilani Eka Putri, S.Si, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
I

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena dengan izin dan
kuasa-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak


kendala sehingga masih banyak terdapat kekurangan,oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan ini.

Kepada semua pihak secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
kesempurnaan penulis makalah ini diucapkan banyak terima kasih yang sedalam-
dalamnya khususnya kepada dosen pengajar mata kuliah ini,yang telah memberikan
arahan dan masukan sehingga tugas ini selesai tepat pada waktunya.

Akhirnya,hanya kepada Allah-lah kita kembali dan hanya kepada-Nyalah


terdapat kesempurnaan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin

Musi Rawas, 11 September 2020

Penulis
II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………….….…1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….…....2
C. Tujuan……………………………………………………………………..….2

BAB II PEMBAHASA

A. Klasifikasi toksin berdasarkan wujud………………………………………….3


B. Klasifikasi toksin berdasarkan sumber…………………………………….…..3
C. Klasifikasi toksin berdasarkan sifat kimia/fisika………………………………3
D. Klasifikasi toksin berdasarkan terbentuknya pencemar……………………….5
E. Klasifikasi toksin berdasarkan efek kesehatan……………………………...…6
F. Klasifikasi toksin berdasarkan kerusakan organ target………………………..6
G. Klasifikasi toksin berdasarkan hidup / matinya toksin……………………...…7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………….9
B. Kritik atau saran……………………………………………………….…….9

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang ada sejak zaman purbakala, yang
merupakan perpaduan antara ilmu biologi dan ilmu kimia dan dapat digunakan untuk
memahami konsep aksi dan keberadaan zat toksik serta penerapan konsep tersebut
dalam permasalahan lingkungan. Secara tradisional toksikologi merupakan
pengetahuan dasar tentang aksi dan perilaku racun. Sedangkan pengertian racun
sendiri adalah bahan yang bila tertelan atau terabsorpsi akan mampu membuat
manusia sakit dan mematikan.

Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan (adverse


effects) dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Gabungan antara berbagai efek
potensial yang merugikan serta terdapatnya beraneka ragam bahan kimia di
lingkungan kita membuat toksikologi sebagai ilmu yang sangat luas. Selanjutnya juga
dinyatakan bahwa toksikologi lingkungan umumnya merupakan suatu studi tentang
efek dari polutan terhadap lingkungan hidup serta bagaimana hal ini dapat
mempengaruhi ekosistem. Dengan demikian pembahasan mengenai toksikologi
lingkungan merupakan bahasan yang sangat kompleks.

Semua zat beracun ataupun metabolitnya tentu akan kembali memasuki


lingkungan, sehingga kualitas lingkungan akhirnya bertambah buruk dengan
terdapatnya berbagai racun. Dapat dipahami bahwa, baik racun maupun kontaminan
lingkungan dengan zat berbahaya bukanlah hal yang baru. Sejak beberapa puluh tahun
yang lalu, duniapun sudah sepakat bekerja sama untuk membuat lingkungan menjadi
tempat yang tidak berbahaya untuk dihuni.

Perhatian dunia terhadap toksikologi lingkungan didasarkan atas hasil


inventarisasi ataupun perkiraan jumlah produksi zat kimia yang semakin meningkat.
Butler mengemukakan, pada tahun 1978 saja diperkirakan terdapat 300.000 zat kimia
yang digunakan di seluruh dunia dan jumlah ini diperkirakan bertambah setiap tahun
dengan 1.000 – 2.000 jenis.
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan wujud?

2. Bagaimana klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan sumber?

3. Bagaimana klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan sifat kimia/fisika?

4. Bagaimana klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan terbentuknya pencemar?

5. Bagaimana klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan efek kesehatan?

6. Bagaimana klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan kerusakan organ target?

7. Bagaimana klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan hidup matinya toksin?

C. Tujuan

1. Mengetahui klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan wujud

2. Mengetahui klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan sumber

3. Mengetahui klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan sifat kimia/fisika

4. Mengetahui klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan terbentuknya pencemar

5. Mengetahui klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan efek kesehatan

6. Mengetahui klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan kerusakan organ target

7. Mengetahui klasifikasi dan contoh toksin berdasarkan hidup matinya toksin


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi toksin berdasarkan wujud

Klasifikasi ini bermanfaat untuk memahami efek yang mungkin terjadi serta
pengendaliannya. Racun dibedakan atas wujud karena efeknya berbeda.

a. Padat (B3 padatan, sianida, sistrisnin, dan arsenik kristal) padatan yang sangat halus
dapat terbang bersama udara, disebut debu, fume, mist, sehingga dampaknya dapat
sangat luas.

b. Cair (B3 cair, limbah cair, pestisida, Sianida, Sistrisnin, dan Arsenik). : banyak
dipergunakan dalam pertanian dan biasanya ditambah pengencer dampaknya tidak
secepat gas.

c. Gas (Nitrogen Oksida – Sulfur Oksida - Karbondioksida (CO2)- Karbonmonoksida


(CO) dapat berdifusi sehingga menyebar lebih cepat dari pada cairan dan zat padat.

B. Klasifikasi toksin berdasarkan sumber

a. Sumber alamiah atau buatan : Klasifikasi ini membedakan racun asli yang berasal
dari flora dan fauna dan kontaminasi organisme dengan berbagai racun yang berasal
dari bahan baku industri beracun ataupun buangan beracun dan bahan sintetis
beracun. Contohnya ikan buntal, daun singkong

b. Sumber berbentuk titik/area/bergerak : Klasifikasi sumber seperti ini biasanya


dipergunakan orang yang berminat melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik
lebih mudah dikendalikan daripada sumber area dan bergerak.

c. Sumber domistic / komersial / industry : Sumber domestik biasanya berasal dari


permukiman, kurang beracun kecuali bercampur dengan buangan pestisida, obat-
obatan dll. Buangan komersial dapat sangat beragam, demikian pula dengan buangan
industri. Contohnya air limbah, asap pabrik

C. Klasifikasi toksin berdasarkan sifat fisika/kimia

Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan racun / polutan B3 (Bahan Beracun


Berbahaya)
4

a. Korosif Korosif adalah sifat suatu subtantsi yang dapat menyebabkan benda lain
hancur atau memperoleh dampak negatif. Korosif dapat menyebabkan kerusakan pada
mata, kulit, sistem pernapasan, dan banyak lagi. Contoh bahan kimia yang bersifat
korosif antara lain asam sulfat, asam astetat,asam klorida dan lain-lain.

b. Radioaktif adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar


radioaktif dangan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcuri per gram. Suatu
bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih klasifikasi diatas, karena memang
mempunyai sifat ganda. Contoh : Benzena adalah zat beracun, karsiogenik tetapi juga
mudah terbakar, klor adalah zat beracun yang juga bersifat korosif. Radioaktif adalah
bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis
atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara ain : tindakan
kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair
atau gas.

c. Evaporatif adalah bahan yang mudah menguap dan biasanya jenis bahan kimia ini
mudah terbakar. Di dalam laboratorium dapat digolongkan menjadi tiga golongan,
yaitu sebagai berikut:

1) Padat, misalnya, belerang, hidrida logam, logam alkali, fosfor merah dan
kuning.

2) Cair, misalnya, alkohol, aseton, benzena, eter, methanol, n-heksana, pentana.

3) Gas, misalnya, hidrogen dan asetilen.

d. Eksplosif adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena
suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta
suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya. Zat eksplosif
amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang
dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene
(TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3). Contoh lainnya adalah
Asetilena dan amonium nitrat.

e. Reaktif

1) Bahan kimia beracun yang mudah bereaksi dengan air, asam, udara sehingga
dapat meledak, terbakar dan lainnya.
5

2) Bahan yang reaktif terhadap air adalah bahan yang apabila bereaksi dengan air
akan mengeluarkan panas dan gas sehingga mudah terbakar contohnya: alkali dan
alkali tanah, garam halida dan anhidrat, oksida anhidrat dan sulfuril klorida.

3) Bahan yang reaktif terhadap asam adalah bahan yang apabila bereaksi dengan
asam akan mengeluarkan panas dan gas sehingga mudah terbakar, beracun dan
korosif contohnya: kalium klorat, kalium perklorat, kalium permanganat dan
asam kromat.

4) Semuanya memerlukan penanganan, transportasi, dan pembuangan yang


berbeda, karena bahaya yang mungkin timbul akan berbeda.

D. Klasifikasi toksin berdasarkan terbentuknya pencemar

a. Pencemar primer : Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber

Yaitu semua pencemar yang berada di udara dalam bentuk yang hampir tidak
berubah. Pencemar ini sifat dan komposisi kimianya sama seperti saat dibebaskan dari
sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar primer umumnya
berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktifitas manusia (karena
perbuatan tangan manusia), antara lain yang diakibatkan pada proses pembakaran
batubara di Industri. Contoh untuk pencemar-pencemar primer antara lain : Oksida
belerang (SO2) : yang dikeluarkan dari cerobong industri peleburan atau pemurnian
logam dan pada půsat-pusat penyulingan minyak. CO2, CO, NOx, CH4, SO2:
Bahan/gas buangan dari industri yang menggunakan bahan bakar batu bara

b. Pencemar skunder : Pencemar yang sudah bereaksi dilingkungan

Yaitu pencemar yang di udara sudah berubah sifat-sifat dan komposisinya karena
hasil reaksi antara dua kontaminan/pollutan. Umumnya pencemar sekunder
tersebutmerupakan hasil antara pencemar primer dengan kontaminan/polutan lain
yang ada di dalam 'udara. Reaksi-reaksi yang dímaksud adălah reaksi fotokimia dan
reaksi oksida Pencemar sekunderyang terjadi melalui reaksifotokimia umumnya
diwakili contohnya oleh pembentukan ózoň yang terjadi antara zat-zat hidrokarbon
yang ada di udara dengan NOx melalui sinař ultra violet yang dipancarkan matahari.
Sebaliknya pencemar sekunder yang terjadi melalui reaksi-reaksi oksida katalitis
diwakili oleh pencemar- pencemar berbentuk oksida-oksida gas, yang terjadi karena
6

adanya partikel-partikel logam di udara sebagai katalisator. Contoh-contoh


pencemaran sekunder antara lain debu, ozon dan senyawa-senyawa peroksida.
katalitis.

c. Pencemar tersier : Pencemar sekunder yang melewati proses transformasi lebih dari
satu kali

E. Klasifikasi toksin berdasarkan efek kesehatan

a. Fibrosis : terbentuknya jaringat ikat secara berlebihan;

b. Granuloma : didapatnya jaringan radang kronis;

c. Demam : suhu badan melebihi suhu normal;

d. Asfiksia : keadaan kekurangan oksigen;

e. Alergi : sensitifitas yang berlebihan;

f. Kanker : tumor ganas; Mutan : generasi yang berbeda dg gen induknya

g. Teratogenik : cacat bawaan

h. Keracunan sistemik : keracunan yang menyerang seluruh tubuh.

Plumonari fibrosis : Bentuk gangguan disertai jaringan fibrous yang meluas di paru,
banyak fibroblast & pembuluh darah yang secara progresif menggantikan jaringan
normal. Berupa idiopathic pulmonary fibrosis atau fibrosis akibat healing prosespost
penyakit TB, systemik sclerosis, ARDS, inhalasi toxin (kimiawi). Fibrosis
menurunkan kemampuan paru.

F. Klasifikasi toksin berdasarkan kerusakan organ target


7

a. Hepatotoksik : beracun pada hati, Penyakit hati toksik, penyakit hati akibat toksin,
penyakit hati akibat obat, kerusakan hati akibat obat, kerusakan hati akibat obat,
keracunan hepatoge

b. Nefrotoksik : beracun pada ginjal, Ini adalah efek racun dari beberapa zat , baik


bahan kimia beracun dan obat - obatan , pada fungsi ginjal.

c. Neurotoksik : beracun pada saraf;

d. Hematotoksik : beracun pada sel darah /sistem pembentukan sel darah

e. Pneumotoksik : beracun pada paru-paru.

G. Klasifikasi toksin berdasarkan hidup / matinya toksin

Klasifikasi ini dibuat berdasarkan pertimbangan bahaya yang ditimbulkannya. Zat


yang hidup dapat berkembang biak bila lingkungannya mengijinkan. Zat abiotis dapat
berubah menjadi berbagai senyawa sehingga pengendaliannya berbeda.

a. Racun Abiotis

Dapat berubah menjadi berbagai senyawa. Ada :

-Logam
8

Toksisitas akut logam tergantung pada : Dosis tinggi sekaligus dalam waktu pendek,
waktu pemaparan pendek tetapi masif, organ absorbsi atau protal od entry
memungkinkan masuk ke peredaran darah dengan cepat.

Toksisitas kronis, tergantung pada : Dosis yang tidak tingg, tetapi paparan menahun,
gejala tidak mendadak, dan organ dapat seluruhnya kena

-Non logam

Racun non logam : Polisiklik hidrokarbon (PAH), DDT, DDE, dioxin terklorinasi,
Olefin terklorinasi, Bifenil terklorinasi (PCB), Heksa Klorobencon (HCN).

Karakteristik : Persiten dan toksisitas tinggi

b. Racun Biotis atau biotoksin

Adalah racun yang berasal dari biota, dapat berupa racun asli atau racun primer.
Racun skunder akibat kontaminasi dengan lingkungannya.

Asa dua jenis racun asli :

- organisme itu sendiri beracun bagi manusia dan organisme lain yang memakannya

- Racun itu sengaja dimasukkan ke dalam tubuh organisme lain ebagai mekanisme
defense biota tadi

Ada 3 macam biotoksin :

-Mikroba

-Tanaman

-Hewan

Racun didalam mikroba dapat berupa racun yang dibuat oleh mikroba itu sendiri
ataupun dapat berupa sisa metabolismenya. Contoh mikroba pembentuk racun :

Vibrio colera; Clostridium botulinum; Pseudomonas cocovenans; Staphilococcus


aureus; Michotoksin; Algatoksin
9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah toksikologi merupakan ilmu


pengetahuan yang ada sejak zaman purbakala, yang merupakan perpaduan antara ilmu
biologi dan ilmu kimia dan dapat digunakan untuk memahami konsep aksi dan
keberadaan zat toksik serta penerapan konsep tersebut dalam permasalahan
lingkungan. Secara tradisional toksikologi merupakan pengetahuan dasar tentang aksi
dan perilaku racun. Sedangkan pengertian racun sendiri adalah bahan yang bila
tertelan atau terabsorpsi akan mampu membuat manusia sakit dan mematikan.

Racun dapat diklasifikasikan berdasarkan atas berbagai hal seperti: sumber, sifat
kimiawi dan fisikanya, bagaimana dan kapan terbentuknya, efek terhadap kesehatan,
kerusakan organ, dan hidup/tidaknya racun tersebut.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, agar makalah ini lebih baik untuk kedepannya.
10

DAFTAR PUSTAKA

Yulianto, BE.,S.Pd.,M.Kes dan Nurul Amaloyah, SKM.,M.Sc. 2017. Tokosikologi


Lingkungan. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan : Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai