Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan
OLEH :
MELIAWATI
R1C117055
KENDARI
2019
DAFTAR ISI
Bagian I :
Bagia II :
Bagian III :
Wakatobi ………………………………………..
Penyusun
Bagian I : Selamat dating di wakatobi
Sejarah kabupaten
Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar
18.377 km², terdiri dari daratan seluas ± 823 km² atau
hanya sebesar 3%, dan luas perairan ± 17.554 km2 atau
sebesar 97 % dari luas Kabupaten Wakatobi adalah
perairan laut. Secara administratif Kabupaten Wakatobi
terdiri dari 8 wilayah kecamatan, 75 desa dan 25
kelurahan. Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan
Wangi-Wangi dengan luas 241 km² (29,40%) yang
sekaligus merupakan wilayah ibokota Kabupaten,
sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil
adalah kecamatan Kaledupa, yaitu seluas 45,50 km²
(5,53%), selengkapnya disajikan pada Tabel 1 sebagai
berikut :
Tabel 1. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Wakatobi
Menurut Wilayah Administrasi Kecamatan, Tahun 2011.
Jumla Jumah Luas
No Kecamat Prosenta
h Kelurah Daratan (k
. an se (%)
Desa an m²)
Wangi-
1. 14 6 241,98
Wangi 29,40
Wangi-
2. Wangi 18 3 206,02
Selatan 25,03
3. Kaledupa 12 4 45,50 5,53
Kaledupa
4. 10 - 58,50
Selatan 7,11
5. Tomia 8 2 47.10 5,72
Tomia
6 5 4 67,90
Timur 8,25
7 Binongko 5 4 93,10 11,31
8 Togo 3 2 62,90 7,64
Binongko
Total 75 25 823,00 100,00
Sumber : Kabupaten Wakatobi Dalam Angka, 2011
Topografi
Kepulauan Wakatobi merupakan gugusan pulau-
pulau karang yang sebagian besar (70%) memiliki
topografi landai, terutama dibagian selatan pulau Wangi-
Wangi, bagian utara dan selatan pulau Kaledupa, bagian
Barat dan Timur pulau Tomia, serta wilayah bagian
selatan pulau Binongko, dengan ketinggian tempat
berkisar antara 3 – 20 meter diatas permukaan laut.
Sedangkan bentuk topografi perbukitan, berada di
tengah-tengah pulau dengan ketinggian berkisar antara
20-350 m dpl.
Selain bentangan pulau-pulau kecil, relief dan
topografi, di Kabupaten Wakatobi juga membentang
Gunung Tindoi di Pulau Wangi-Wangi, Gunung Pangilia
di Pulau Kaledupa, Gunung Patua di Pulau Tomia dan
Gunung Watiu’a di Pulau Binongko. Pada puncak
gunung di empat pulau besar tersebut, terdapat situs
peninggalan sejarah berupa benteng dan makam yang
sangat erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam di
Kabupaten Wakatobi maupun sejarah perkembangan
kejayaan Kesultanan Buton, Tidore, dan Ternate. Situs
sejarah dimaksud ialah Benteng Liya, Benteng Tindoi,
Benteng Patu’a, dan Benteng Suosuo serta peninggalan
benda-benda purbakala lainnya. Kesemuanya merupakan
aset daerah yang sangat berharga, terutama dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai obyek
wisata budaya, baik nasional maupun internasional.
Hidrologi dan Geologi
Secara umum di Kabupaten Wakatobi tidak
terdapat sungai yang mengalir sepanjang tahun. Sumber
mata air umumnya berasal dari air tanah (ground water)
dari wilayah perbukitan dan gua-gua karst yang oleh
penduduk setempat disebut “Tofa/Loba/Lia”. Daerah
Aliran Sungai (DAS) seperti DAS Posalu, Banduha-
nduha, dan Waginopo di Kecamatan Wangi-Wangi
mempunyai peranan penting pada ketersediaan air tanah.
Dalam konteks ini, peranan vegetasi terutama hutan
sangat penting dalam konservasi air tanah. Permukaan
air terutama pada gua-gua karst dan sumur penduduk
banyak dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut,
memberikan indikasi tentang pentingnya perlindungan
daerah pantai dari pengaruh abrasi.
Berdasarkan peta geologi Lembar Kepulauan
Tukang Besi Sulawesi Tenggara skala 1 : 25.000 tahun
1994 menunjukkan bahwa secara umum formasi geologi
Wakatobi dikelompokkan dalam formasi geologi Qpl
dengan jenis bahan induk batu gamping koral. Jenis
tanah yang tersebar pada beberapa tempat di empat pulau
Kabupaten Wakatobi ialah jenis organisol, alluvial,
grumosol, mediteran, latosol, serta didominasi oleh
podsolik. Formasi geologi batuan daratan dengan bahan
induk batu gamping jenis koral dan dominasi tanah
podsolik, secara umum mengindikasikan kesuburan
tanah yang rendah akibat pH dan bahan organik rendah.
Terkait hal tersebut, pemerintah daerah akan
mencanangkan program pertanian terpadu yang berbasis
ekologi (integrated ecofarming).
Iklim dan Musim
Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson, iklim di
Kepulauan Wakatobi termasuk tipe C, dengan dua
musim yaitu musim kemarau (musim timur: April–
Agustus) dan musim hujan (musim barat: September–
April). Musim angin barat berlangsung dari bulan
Desember sampai dengan Maret yang ditandai dengan
sering terjadi hujan. Musim angin timur berlangsung
bulan Juni sampai dengan September. Peralihan musim
yang biasa disebut musim pancaroba terjadi pada bulan
Oktober-November dan bulan April-Mei.
Berdasarkan pencatatan dari Stasiun Meteorologi
Kls III Betoambari, curah hujan di Kepulauan Wakatobi
10 tahun terakhir berkisar antara 0,4-288,2 mm (Gambar
5), curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember
dengan rata-rata mencapai 19,51 mm (Gambar 6).
Jumlah hari hujan mengikuti pola jumlah curah hujan
dengan kisaran antara 1-19 hari hujan. Suhu udara
maksimum berkisar 31,5-34,40C dan suhu udara
minimum berkisar pada 22,3-24,90C, dengan kisaran
suhu rata-rata antara 23,7-32,40C. Kelembaban udara
antara 71-86%
Image credit: @kakabantrip
Image credit: @wakatobi_resort
Destinasi wisata pantai memang sudah jadi hal yang
biasa khususnya di kawasan Indonesia Timur, seperti
pantai di Pulau Hoga ini. Pasir putihnya yang lembut dan
beningnya air pantai akan membuat kamu lupa waktu.
Pulau Hoga cenderung lebih tenang jika dibandingkan
dengan pulau utama lainnya di Wakatobi. Lokasinya
yang hanya dipisahkan oleh selat kecil dengan Pulau
Kaledupa menambah keunukan dari pantai yang satu ini.
Image credit:
@travisburkephotography (kiri), @capterku (kanan)
Image credit: @cumilebaycom
Image credit: @endyallorante
Image credit: @dodi2dua
Image credit: @wakatobiframe
Image credit: @denis_lulu
Image credit:@bramsakti (kiri), @sumargodenny (kanan
atas), @stevanyfw (kanan bawah)
Image credit: @la_ode_khairum_mastu
Ima
ge
credit: @rahmadsandy56 (kiri), @traveldaveuk (kana
n)
Image credit: @sulis.dabomb
Image credit: @_hafiznoer_ (kiri), Wakatobi
Tourism (kanan)
Image credit: @catperku (kiri), @masachika_0 (kanan
atas), @dedyrahmatode (kanan bawah)