Anda di halaman 1dari 5

Nama : Desiyanti Natalia Mandiangan

NIM : 17061104

Gaya Kepemimpinan Presiden Jokowi

Presiden Jokowi pada saat ini menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Menurut saya, Joko
Widodo atau yang kerap dipanggil Jokowi ini memiliki karakter kepemimpinan yang unik. Dengan gaya
kepemimpinannya, Jokowi mampu mengambil simpati masyarakat. Presiden Jokowi memiliki
karakteristik pemimpin yang bijaksana, sederhana, konsisten, sulit untuk di tebak, lugas serta tegas dan
juga memiliki gaya kepemimpinan yang selalu membuat inovasi dari cara dengan mendengarkan keluhan
rakyat, melakukan blusukan, pendekatan nya dengan rakyat sangat baik, peduli akan rakyat, tidak mau
ribet dan selalu mencari solusi terhadap masalah yang ada serta membuat keefektifan suatu lembaga
Negara dengan pembagian nya secara jelas. Jokowi merupakan salah satu sosok pemimpin yang
berpengaruh di Indonesia, di mulai dengan beliau menjadi Walikota Solo selama 2 periode. Selama masa
kepemimpinannya menjadi Walikota Solo, Jokowi berhasil menjadikan kota solo menjadi lebih baik dan
maju dalam bidang pelayanan public, pendidikan dan kesehatan serta dalam bidang social budaya
ekonomi. Presiden Jokowi merupakan pemimpin Indonesia yang sangat fenomenal, dengan gaya
kepemimpinan dalam keseharian perpaduan antara Gaya Kepemimpinan Moralis dan Gaya
Kepemimpinan Demokratis. Tetapi pada kondisi tertentu juga Presiden Jokowi melakukan Gaya
Kepemimpinan Otoriter dan Gaya Kepemimpinan Kharismatis sesuai dengan kebutuhan.

Dalam gaya kepemimpinan moralis dapat terlihat dalam kesehariannya, Presiden jokowi yang sederhana,
lugas, pro rakyat, merakyat, melakukan blusukan ke rakyat, menjadi orang yang tidak pendendam,
memiliki konsep bahwa pemimpin itu adalah pelayan rakyat serta setiap mengambil keputusan
berdasarkan dengan hati nurani. Kita yang sebagai warga Indonesia juga sudah melihat akan
kepeduliannya kepada warga-warga yang berada di bantaran kali untuk mengatasi banjir serta kemacetan
kota yang ada di Jakarta maupun pada saat beliau masih menjabat walikota solo pada saat di solo.
Kepemimpinannya di kenal akan kepeduliannya pada rakyat, Presiden Jokowi yang selalu berkunjung ke
tempat-tempat yang terjadi bencana yang turun langsung di lokasi kejadian untuk melihat masyarakat
yang mengalami bencana. Gaya kepemimpinan demokratis dapat terlihat Presiden Jokowi yang
menghargai akan perbedaan pendapat, mau mendengarkan pendapat orang lain, pluralis, selalu berusaha
mendamaikan konflik yang ada serta menjadikan oposisi dan lawan politiknya untuk masuk dalam
kabinet nya untuk bersama-sama membangun Indonesia menjadi lebih baik. Selanjutnya gaya
kepemimpinan otoriter terlihat pada saat kondisi tertentu yang mengharuskan Presiden Jokowi untuk
bertindak tegas demi untuk kebaikan dan kemajuan bangsa Indonesia seperti;

- Mengeksekusi bandar narkoba yang di hukum mati oleh pengadilan, walaupun begitu banyak
tekanan dari berbagai pihak termasuk dari berbagai Negara. Hal ini beliau lakukan pada saat
sudah menjadi Presiden RI
- Bertindak tegas seperti pembubaran dan tidak memperpanjang ijin terhadap organisasi yang di
anggap berpotensi akan membahayakan kesatuan NKRI. Tindakan tegas seperti ini yang belum
pernah di lakukan oleh presiden-presiden lainnya pasca era reformasi. Hal ini di lakukan oleh
beliau saat menjadi Presiden RI
- Menentang pengembangan untuk proram mobil murah dari pemerintah pusat, saat Jokowi
menjadi gubernur DKI Jakarta. Hal ini untuk mencegah penambahan kemacetan di Jakarta
Presiden Jokowi juga sering menggunakan gaya kepemimpinan kharismatis dalam menginspirasi dan
membangkitkan semangat kerja semua rakyat dengan memiliki jargon yaitu “Hidup adalah tantangan,
jangan dengarkan omongan orang di luar sana, yang penting kerja kerja dan kerja. Kerja akan
menghasilkan sesuatu sementara omongan hanya akan menghasilkan alasan.”

Jokowi tergolong pemimpin yang mengedepankan musyawarah dalam menjalankan dan memberikan
kebijakannya. Walaupun dalam beberapa kasus Jokowi terlihat lemah dan plin plan dalam mengambil
sikap. Sehingga itu yang disayangkan oleh beberapa pengamat terhadap kepemimpinan jokowi. Selain itu
Jokowi termasuk pemimpin yang partisipatif yang tersirat dalam kinerja para menteri-menteri pilihan
Jokowi. Dalam beberapa kondisi dan situasi nasional, misal dalam permasalah kapal nelayan yang illegal
Jokowi memberikan mandat tersebut kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti, begitu juga
dalam persoalan Ujian Nasional Jokowi memberikan peran tersebut kepada Menteri Kebudayaan dan
Pendidikan Dasar dan Menegah dalam menangani masalah pendidikan. Namun disamping itu Jokowi
mendapat kritikan yang cukup tajam terkait Pemilihan Kapolri dengan rekomendasi Kandidat Calon yang
diusulkan Jokowi dirasa tidak layak menjadi Seorang Pejabat negara lantaran Calon rekomendasi Jokowi
merupakan tersangka Kasus Korupsi yang ditetapkan KPK. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan
Jokowi tidak mampu memberikan sikap yang strategis dalam menyikapi kondisi genting dimana apakah
dia teguh terhadap pilihannya meski menjadi tersangka atau bersikap memutuskan bahwa rekomendasi
Jokowi layak ditinjau kembali dengan kelegowoannya. Dengan proposional kebijakan pertahanan yang
diambil Jokowi hari ini dan gaya kepemimpinan yang mengedepankan musyawarah dan partisipatif
diharapkan kedepannya Pertahanan Indonesia mampu memberikan operasional Pertahanan yang bersifat
semesta dengan melibatkan seluruh elemen yang dimiliki bangsa Indonesia.

Model kepemimpinan politik Presiden Joko Widodo yang suka dengan blusukan juga menuai beberapa
kritik. Sebagian pihak menganggap blusukan tersebut hanya strategi pencitraan Presiden Joko Widodo
agar dianggap dekat dengan rakyat. Terkait kritik tersebut, pada beberapa kesempatan,Presiden Joko
Widodo menjelaskan bahwa turun ke lapangan bukan berarti hanya menemui warga serta melihat kondisi
perkampungan kumuh, akan tetapi juga untuk mengontrol lapangan, memantau pelaksanaan proyek dan
program kerja.Presiden Joko Widodo menjadi pemimpin pelayan dengan senantiasa mendatangi warga. Ia
masuk kantor hanya sebentar, sisanya dihabiskan di jalan, pemukinan kumuh, terminal, pasar dan titik
kaum miskin yang lain. Di dalam mobilnya selalu disiapkan hadiah untuk rakyat-rakyat yang ditemuinya,
di antaranya beras, gula, buku, dan sebagainya. Selain kepemimpinan pelayan yang menonjol dalam
kepemimpinan Presiden Joko Widodo, kepemimpinan model horisontal juga terlihat cukup dominan. Hal
tersebut tampak dari kemampuannya dalam menjaga kepercayaan masyarakat yang telah memilihnya,
serta model kepemimpinannya yang tidak mengandalkan titel dan jabatan. Presiden Joko Widodo
merupakan pemimpin yang merakyat, informal, dan tidak suka dengan hal yang terlalu birokratis.
Selanjutnya, blusukan merupakan cara Presiden Joko Widodo untuk memelihara kepercayaan masyarakat
kepadanya. Dengan metode tersebut, ia senantiasa menyempatkan diri untuk mendatangi warga yang
telah memberikan mandat saat pilkada. Presiden Joko Widodo merupakan pemimpin yang menjadi bagian
dari masyarakat dan masyarakat menjadi bagian dari kepemimpinannya. Ia muncul sebagai orang biasa
dengan atribut yang luar biasa. Joko Widodo mampu menjadikan nilai-nilai yang hidup di tengah rakyat
sebagai landasan gerakannya. Salah satunya dalam menata kota, ia menerapkan prinsip Jawa, nguwongke
uwong (memanusiakan manusia). Kesuksesannya merelokasi PKL di Taman Banjarsari Solo, Waduk
Pluit Jakarta, dan tempat lainnya merupakan bukti keberhasilan pendekatan tersebut. Selanjutnya,
blusukan merupakan metode yang Joko Widodo gunakan agar ia senantiasa berada di tengah rakyat.
Dengan blusukan, ia dapat mendengar dan memahami berbagai keluhan rakyatnya serta memantau
perkembangan kinerja bawahannya.

Joko Widodo dan Soekarno sama-sama orang biasa yang kemudian menjadi pemimpin populis. Soekarno
dalam Cindy Adams mengatakan bahwa ia lahir di tengah kemelaratan yang sangat parah. “Aku
dilahirkan di tengah-tengah kemiskinan dan dibesarkan dalam kemiskinan. Aku tidak mempunyai sepatu.
Aku mandi tidak dalam air yang keluar dari kran. Aku tidak mengenal sendok dan garpu.” Hal tersebut
selaras dengan Joko Widodo kecil yang besar dengan penuh derita. Ia dan keluarganya dipandang rendah
oleh orang lain karena hidupnya tidak terlepas dari satu penggusuran ke penggusuran yang lain. Derita
itulah yang kemudian mendidik dua manusia tersebut untuk memahami betul hakikat derita rakyat dan
negerinya. Joko Widodo dan Soekarno sama-sama mengimplementasikan kepemimpinan populis.
Soekarno mampu menjadikan nilai-nilai yang hidup di tengah rakyat sebagai landasan gerakan dan
kemudian diarahkan kepada nasionalisme. Seokarno telah menjadi pemimpin rakyat untuk mengusir
penjajah dan kemudian masuk dalam gerbang kemerdekaan. Model kepemimpinan populis Joko Widodo
tidak dilalui dengan konfrontasi langsung terhadap imprealisme. Ia berkuasa setelah 60 tahun
kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno. Joko Widodo tidak pandai berbicara tentang ideologi
besar, ia juga tidak memperlihatkan keberpihakan secara terbuka pada sikap anti-asing atau pro-asing,
maupun pro-rakyat kecil atau proinvestor. Ia senantiasa mengambil kebijakan yang dapat memberi
manfaat besar bagi masyarakat dan daerah yang dipimpinnya.

Dikarenakan Presiden Jokowi selalu dekat dengan rakyatnya dia selalu mencari tahu apa permasalahan
yang ada di masyarakat. Kepemimpinan jokowi di kenal oleh masyarakat Indonesia sebagai blusukan.
Blusukan adalah merupakan cara Presiden Joko Widodo untuk melibatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan kota sekaligus pengejawantahan dari demokrasi sejati, karena, setiap saat rakyat dihadirkan
dalam politik. Bukan hanya pada saat pemilu berlangsung.Beliau bisa melihat kondisi yang lebih spontan
oleh karena itu beliau bisa lebih dekat dengan rakyat dan juga kebiasaan dari blusukan ini juga di
lakukan pada saat beliau masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan di lakukan nya sampai saat
ini beliau menjabat sebagai Presiden. Gaya kepemimpinan seperti itu akan membuat beliau terlihat lebih
akrab dengan rakyat nya. Dan juga pada saat presiden jokowi berdialog dengan masyarakat pun, Jokowi
punya strategi dalam untuk mencairkan suasana sehingga membuat rakyat tak sungkan untuk berbicara,
meminta tolong serta akan mengemukakan aspirasi mereka pada Presiden Jokowi. Kepemimpinan Joko
Widodo, model kepemimpinan kharismatiknya juga cukup kuat. Kharismanya diperoleh atas
pengabdiannya terhadap masyarakat dan kemampuannya dalam memberikan keteladanan. Ia selalu
mencontohkan kesederhanaan kepada bawahan dan masyarakat. Presiden Joko Widodo juga menjadi
pemimpin kharismatik karena memimpin tidak dengan caracara yang lazim dengan menciptakan hal-hal
baru.

Kepemimpinan pelayan adalah suatu model kepemimpinan yang berangkat dari perasaan yang tulus
untuk melayani dengan memastikan bahwa kebutuhan pihak lain dapat dipenuhi serta menjadikan mereka
sebagai orang-orang yang lebih dewasa, bebas, sehat dan otonom. Kepemimpinan pelayan merupakan
model kepemimpinan yang sangat menonjol dalam diri Joko Widodo. Selain kepemimpinan pelayan,
model kepemimpinan horisontal juga sangat dominan. Joko Widodo memimpin tanpa mengandalkan titel
dan jabatan. Ia merupakan pemimpin yang merakyat, informal, dan tidak suka dengan hal yang terlalu
birokratis. Blusukan adalah merupakan metode yang dipilih Joko Widodo untuk menciptakan ruang
komunikasi yang lebih terbuka dan tidak kaku kepada masyarakat yang telah memilihnya dalam proses
pilkada. Joko Widodo menilai, saat ini, model kepemimpinan elitis tidak bisa lagi diterapkan. Setiap
pemimpin harus memiliki kedekatan dengan masyarakat, serta mengerti keinginannya. Itulah
kepemimpinan di era horisontal. Sebagaimana salah satu prinsip demokrasi adalah kedaulatan rakyat,
maka, blusukan merupakan metode untuk mewujudkan prinsip tersebut. Model kepemimpinannya yang
merakyat dan informal berhasil dengan kemampuannya memindahkan secara damai sekitar 1000 PKL di
Taman Banjarsari, Solo, serta lebih 1600 penduduk miskin yang ada di sekitar Waduk Pluit Jakarta, dan
beberapa lokasi penertiban lainnya.

Model kepemimpinan tersebut tercermin dalam satu model kepemimpinan yang khas Joko Widodo yakni
blusukan. Blusukan telah membuat nama JokoWidodo semakin populer tidak hanya di Solo serta di
Indonesia, bahkan di dunia internasional --- sehingga, ia mendapatkan julukan sebagai “the street
democracy”, “Jokowi, a Governor at Home on the Streets”, dan “man of the peopl”. Blusukan merupakan
cara Joko Widodo untuk mengetahui persoalan langsung dari tangan pertama. Blusukan juga
implementasi kerendahan hati seorang pemimpin, karena, pemimpin memang harus melayani bukan
dilayani. Selain itu, pemimpin yang melakukan blusukan juga harus bersiap menerima berbagai risiko,
karena blusukan merupakan pola kerja pemimpin yang hampir tanpa jarak dengan rakyatnya. Salah
satunya prosedur keamanan. Presiden Joko Widodo telah melakukan berbagai terobosan nyata yang
bertujuan untuk menyejahterakan rakyat melalui kebijakan-kebijakan yang diambilnya ketika memimpin
Kota Solo dan Provinsi DKI Jakarta. Dia dianggap sebagai seorang pemimpin yang peduli, tegas, dan
mengayomi. Walau demikian kepemimpinan Presiden Jokowi yang terbilang cukup unik ini banyak
menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat luas, tidak terkecuali di kalangan mahasiswa yang
terkenal cukup kritis terhadap pemerintah. Hal ini menarik untuk diperhatikan, sebab kepemimpinan
Presiden Jokowi yang demikian itu seringkali dikatakan jarang atau bahkan belum pernah dialami pada
masa kepemimpinan para Presiden Indonesia sebelumnya.

Ciri khas kepemimpinan Presiden Jokowi akan nampak dari kebijakankebijakan yang dikeluarkannya
adalah sesuai dengan paradigmanya. Apapun paradigma dan kebijakan yang diambil harus berpijak pada
kehendak umum (general will) untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Kepemimpinan Joko Widodo
sebagai Presiden Indonesia sangat besar peranannya dalam setiap pengambilan keputusan, karena
membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang
pemimpin. Daya tarik dalam dunia perpolitikan nasional yang ditampilkan pada figur Joko Widodo
sebagai seorang pemimpin yang populer terlihat dari bagaimana upaya penggalangan dukungan secara
besar-besaran yang dilakukan para relawan Jokowi untuk memenangkannya dalam Pemilu 2014. Jokowi
mendatangi kampung-kampung, mendatangi ke tempat permasalahan untuk menyelesaikan masalah.
Terbukti Jokowi datang beberapa kali di tempat yang pernah dikunjunginya, tujuannya satu yaitu
memastikan apa yang dijanjikan atau disepakati sebagai hasil dari kunjungan awal benar-benar ada tindak
lanjut atau ada hasilnya. Misalnya kunjungan di rumah susun sederhana sewa. Bagi Jokowi dan warga
Jakarta pada umumnya, pertemuan pemimpin dengan warganya adalah suatu kebutuhan agar komunikasi
dapat terus berlangsung antara pemimpin dan yang dipimpin. Benar, bahwa dalam sistem pemerintahan
modern, pertemuan seperti itu tidak harus selalu dilakukan karena komunikasi dapat pula dilakukan
warga dengan lurah, camat, walikota atau dengan pejabat pemerintahan yang lain, termasuk
berkomunikasi kepada wakil-wakil rakyatnya di parlemen. Jokowi termasuk pemimpin muda yang
diharapkan banyak pihak mampu mengubah Jakarta, bahkan wajah Indonesia. Sebagai kepala
pemerintahan, Jokowi memiliki leadership seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Kepemimpinan
Jokowi menghadirkan harapan bagi masyarakat Jakarta khususnya dan umumnya di Indonesia tentang
adanya perubahan ke arah yang lebih baik bagi ibukota Jakarta. Kepemimpinan transformasional Jokowi
tampak dari kemampuan dirinya membawa birokrasi pemerintah yang berorientasi pada pelayanan
kepada masyarakat. Kehadiran Jokowi mendapatkan kekuasaan politik melalui pilgub diraih melalui cara-
cara legal dan sah serta bersih dari intrik politik uang. Meskipun kemenangan Jokowi telah
mengecewakan lawan-lawan politiknya, Jokowi tetap menggunakan kekuasaannya bukan untuk
mempertahankan kekuasaan itu sendiri, tetapi untuk melayani.

Refrensi

Ngabalin, Ali Mochtar.2020. Tinjauan Gaya Kepemimpinan Jokowi. Indonesia: Chandra Suwondo.

Hapsari, Sekar. 2018 “Jurnal Gaya Kepemimpinan Presiden Joko Widodo Dalam Perspektif Sistem
Pertahanan Negara Sebagai Upaya Menghadapi Ancaman Asimetrik Abad 21”. Ph.D Programs Kazan
Federal University, Russia

https://www.researchgate.net/publication/332969987_Gaya_Kepemimpinan_Presiden_Indonesia

https://media.neliti.com/media/publications/126122-ID-fenomena-blusukan-dalam-model-
kepemimpin.pdf

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/kais/article/download/7824/4648

http://journal.unas.ac.id/politik/article/download/233/134

Anda mungkin juga menyukai