Contohnya;
a. Tata-susunan yang tetap, yaitu terdiri atas beberapa bagian yang
disebut “rumah” atau “jurai”, selanjutnya jurai ini terdiri atas beberapa
nenek dengan anak-anaknya laki-laki dan perempuan
b. Pengurus sendiri, yaitu yang diketuai oleh seorang penghulu andiko,
sedangkan jurai dikepalai oleh seorang tungganai atau mamak kepala
waris
c. Harta pusaka sendiri yang diurus oleh penghulu andiko.
1 .Aceh,
2.Tanah Gayo-Alas dan Batak beserta Nias,
3. Daerah Minangkabau beserta Mentawai,
4.Sumatera Selatan,
5.Daerah Melayu ( Sumatera Timur, Jambi dan Riau)
6.Bangka dan Belitung,
7.Kalimantan,
8. Minahasa,
9. Gorontalo,
10. Daerah Toraja,
11. Sulawesi Selatan,
12.Kepulauan Ternate,
13. Maluku Ambon,
14. Irian ( Papua )
15. Kepulauan Timor
16. Bali dan Lombok
17. Jawa Tengah dan Jawa Timur
18. Surakarta dan Yogyakarta
19. Jawa Barat
Adapun lingkaran wilayah hukum adat yang di uraikan tersebut adalah
berdasarkan kenyataan yang diketemukan pada masa sebelum kemerdekaan
Republik Indonesia. Namun untuk masa sekarang pembagian tersebut sudah
tidak sesuai lagi, hal ini di karenakan terjadinya perubahan dan perkembangan
masyarakat. Bisa terjadi karena perpindahan penduduk dari desa ke kota, dari
suatu daerah ke daerah lain (transmigrasi), akibat pembangunan dan yang
lainya.
Adalah pertalian darah menurut garis ibu dan bapak .Pada masyarakat
adat yang bilateral atau parental, susunan masyarakatnya ditarik dari garis
keturunan orang tuanya yaitu bapak dan ibu bersama-sama. Jadi hubungan
kekerabatan antara pihak Bapak dan pihak Ibu berjalan seimbang atau sejajar,
masing-masing anggota kelompok masuk ke dalam klen Bapak dan klan Ibu,
seperti terdapat di Mollo (Timor) dan banyak lagi di Melanisia. Tetapi
kebanyakan sifatnya terbatas dalam beberapa generasi saja seperti di
kalangan masyarakat Aceh, Melayu, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi.
2. Persekutuan Hukum Teritorial :
Ada 3 jenis persekutuan hukum teritorial menurut Van Dijk yakni ( Bushar
Muhamad: 1984 :37)
Apabila segolongan orang terikat pada suatu kediaman yang terdiri dari
dukuh-dukuh yang tidak berdiri sendiri sedangkan para pejabat pemerintahan
desa boleh dikatakan semuanya bertempat tinggal di dalam pusat kediaman
itu, contoh; Desa di Jawa dan di Bali.
1. Suatu daerah atau kampung didiami hanya oleh suatu bagian clan
(golongan) tidak ada clan lain yang tinggal di dalam daerah ini.
Kampung yang berdekatan juga didiami oleh hanya satu clan bagian
saja. Contoh: di pedalaman pulau-pulau Enggano, Buru Seram, dan
Flores. Kalau di pesisir penduduk kampung sudah campuran terdiri atas
beberapa famili yang memisahkan diri dari golongan/clan di pedalaman.
2. Di Tapanuli terdapat susunan rakyat sebagai berikut: Dalam satu daerah
tertentu semula didiami oleh satu marga tertentu. Kemudian didalam
huta-huta yang didirikan oleh marga itu terdapat satu atau beberapa
marga lain yang masuk menjadi warga badan persekutuan huta di
daerah itu. Marga yang semula mendiami daerah tersebut serta
mendirikan huta-huta di daerah itu disebut,” Marga Asal”, “Marga Raja”,
atau “Marga Tanah”. Dan bagi pendatang atau marga yang kemudian
masuk ke daerah itu, disebut “ Marga Rakyat”.
3. Di Sumba Tengah dan Sumba Timur: Disini mulanya telah ada satu clan
yang mendiami suatu daerah tertentu dan berkuasa di daerah itu, akan
tetapi akhirnya berpindah kepada clan lain yang masuk kedaerah
tersebut, dan berhasil merebut kekuasaan pemerintahan dari clan yang
asli. Kedua clan tersebut akhirnya berdamai dan akhirnya secara
bersama-sama menjadi kesatuan badan persekutuan daerah.
Kekuasaan pemerintahan di pegang oleh clan yang datang, kemudian
clan yang asli tetap menguasai tanah-tanah di daerah itu, sebagai wali
tanah.
4. Di beberapa nagari di Minangkabau dan di beberapa marga di
Bengkulu. Dalam satu daerah nagari segala golongan suku
berkedudukan sama dan bersama-sama merupakan suatu badan
persekutuan teritorial (nagari), sedang daerah nagari itu terbagi dalam
daerah-daerah golongan ( suku) dimana tiap-tiap golongan mempunyai
daerah-daerah sendiri.
5. Di nagari-nagari lain di Minagkabau dan dusun-dusun di Rejang
(Bengkulu). Disini di dalam suatu nagari/dusun berdiam beberapa
bagian clan yang satu dengan yang lain tidak bertalian famili. Seluruh
wilayah nagari menjadi daerah bersama dari semua bagian clan.
3. Rangkuman
Persekutuan Hukum adalah kesatuan-kesatuan yang mempunyai tata
susunan yang teratur dan kekal, serta memiliki pengurusan sendiri dan
kekayaan sendiri, baik kekayaan materiil maupun immaterial.
Persekutuan hukum di Indonesia dapat di golongkan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut:
4. Tugas
Diskusikanlah dalam masing-masing kelompok belajar anda, terkait dengan
persekutuan hukum adat lalu jelaskanlah dalam bentuk tulisan ke-dalam
lembar kerja kelompok anda!
5. Evaluasi
a. Apakah yang menjadi dasar pembentukan masyarakat hukum adat?
b. Sebutkan apa tujuan Van Vollenhoven membagi lingkaran
masyarakat hukum adat menjadi 19 wilayah?
c. Sebutkan perbedaan persekutuan hukum Geneologis dan
persekutuan hukum Teritorial