Anda di halaman 1dari 12

TEGURAN UNTUK APOTEKER DAN TENAGA TEKNIS

KEFARMASIAN DALAM PEMBERIAN OBAT KADALUWARSA


PADA PASIEN BAYI

DISUSUN OLEH :

Nama : Wahyuni Triyani

Kelas : Tingkat III/Lokal B

Dosen Pengampu : Apt. Heriani. M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


POLITEKNIK KALTARA
TARAKAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan

kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia

disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat

hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antar kepentingan pribadi dengan

pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk

berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamanya membahas nilai-nilai

atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika.

Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang

diselenggarakan secara formal atau pun tidak formal dan memperoleh sertifikat

yang dikeluarkan oleh sekelompok/ badan yang bertanggung jawab pada keilmuan

tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etila layanan profesi dengan

mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan keterampilan teknis

dan moral. Seiring dengan perkembangan zaman semakin banyak pelanggaran

kode etik oleh sebagian besar profesi terutama profesi kesehatan. Dan karena

adanya perubahan globalisasi yang sering bisa membuat profesi menjadi tidak

berjalan semestinya sebab jika seorang profesi tidak mengikuti perkembangan

globalisasi maka akan tidak menjadi tidak percaya diri untuk menjalankan

profesinya tersebut.
Pengetahuan mengenai etika profesi ini penting bagi Anda yang bekerja di

bidang kefarmasian karena akan berperan dalam membantu Anda untuk melayani

masyarakat di bidang kesehatan.

Pengertian Etika profesi menurut keiser, merupakan suatu sikap hidup

berupa keadilan untuk dapat memberikan pelayanan yang professional terhadap

masyarakat dengan penuh ketertiban serta keahlian ialah sebagai pelayanan

didalam rangka melaksanakan suatu tugas yang berupakan kewajiban terhadap

masyarakat.

Pengertian Kode etik profesi adalah suatu sistem norma, nilai serta aturan

professsional tertulis yang dengan secara tegas menyatakan apa yang benar serta

baik, dan juga apa yang tidak benar serta tidak baik bagi professional. Kode etik

tersebut menyatakan perbuatan apa yang benar / salah, perbuatan apa yang harus

dilakukan serta juga apa yang harus dihindari.

Tujuan kode etik adalah supaya dapat professional memberikan jasa

sebaik-baiknya kepada pemakai atau juga customernya. Dengan adanya kode etik

tersebut akan dapat melindungi perbuatan yang tidak professional.

Profesi Apoteker mempunyai ciri-ciri khusus dalam komunitasnya,

disatukan dengan latar belakang pendidikan yang sama, memiliki keahlian yang

sama, punya otoritas dalam profesinya, sehingga mempunyai kewenangan tertentu

dalam bidang kesehatan. Ciri khusus pertama profesi apoteker mempunyai sistim

nilai yang mengikat tingkah apoteker baik sesama kolega, sejawat maupun

terhadap anggota masyarakat. Ciri khusus yang kedua bersifat otonom memiliki
identitas tertentu, memiliki kelompok seprofesi (komunitas) yang disebut sistem

otonom.

Undang - Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (UU

No.36 tahun 2014) Pasal 66 ayat 1 bahwa Setiap tenaga kesehatan dalam

menjalankan praktik berkewajiban untuk memenuhi standar profesi, standar

pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional. Dalam menjalankan sistem

nilai dan sistem otonom sebagai profesi apoteker di Indonesia diwadahi dalam

suatu ikatan organisasi profesi yaitu Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pelayanan farmasi di Apotek merupakan bagian dari pelayanan,

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan

dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu

Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian

Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi Obat serta

pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional harus dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan Kefarmasian membutuhkan tingkat keahlian dan kewenenangan

yang didasari oleh suatu standar kompetensi, dan etika Etika profesional farmasi

tidak hanya mendorong/meningkatkan kinerja bagi tenaga farmasi, tetapi juga

akan memberikan peningkatkan kontribusi fungsional /peranan farmasi bagi

masyarakat.
B. Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian

a. Kewajiban terhadap Profesi

1) Seorang Asisten Apoteker harus menjunjung tinggi serta memelihara

martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat

dipercaya.

2) Seorang Asisten Apoteker berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan

pengetahuan sesuai dengan perkembangan teknologi.

3) Seorang tenaga teknis kefarmasian senantiasa harus melakukan pekerjaan

profesinya sesuai dengan standar operasional prosedur, standar profesi

yang berlaku dan kode etik profesi.

4) Serorang tenaga teknis kefarmasian senantiasa harus menjaga

profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.

b. Kewajiban Ahli Farmasi terhadap teman sejawat

1) Seorang Ahli Farmasi Indonesia memandang teman sejawat sebagaimana

dirinya dalam memberikan penghargaan.

2) Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa menghindari perbuatan yang

merugikan teman sejawat secara material maupun moral.

3) Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa meningkatkan kerjasama dan

memupuk keutuhan martabat jabatan kefarmasiaqn,mempertebal rasa

saling percaya didalam menunaikan tugas.


c. Kewajiban terhadap Pasien/pemakai Jasa

1) Seorang tenaga teknis kefarmasian harus bertanggung jawab dan menjaga

kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien/pemakai

jasa secara professional.

2) Seorang tenaga teknis kefarmasian harus menjaga rahasia kedokteran dan

rahasia kefarmasian, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.

3) Seorang tenaga teknis kefarmasian harus berkonsultasi/merujuk kepada

teman sejawat atau teman sejawat profesi lain untuk mendapatkan hasil

yang akurat atau baik.

d. Kewajiban Terhadap Masyarakat

1) Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagi suri teladan ditengah-tengah

masyarakat.

2) Seorang ahli Farmasi Indonesia dalam pengabdian profesinya

memberikan semaksimal mungkin pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki.

3) Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu aktif mengikuti

perkembangan peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan

khususnya dibidang kesehatan khususnya dibidang Farmasi.

4) Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu melibatkan diri dalam usaha

– usaha pembangunan nasional khususnya dibidang kesehatan.


C. Sumpah Tenaga Teknis Kefarmasian mengandung 4 (empat) butir-butir

penting, bunyinya:

1. Bahwa saya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, akan melaksanakan tugas

saya sebaik-baiknya, menurut undang – undang yang berlaku, dengan

penuh tanggung jawab dan kesungguhan.

2. Bahwa saya, sebagai sebagai tenaga teknis kefarmasian, dalam

melaksanakan tugas atas dasar kemanusiaan, tidak akan membeda-

bedakan pangkat, kedudukan, keturunan, golongan, bangsa dan agama.

3. Bahwa saya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, dalam melaksanakan

tugas, akan membina kerja sama, keutuhan dan kesetiakawanan, dengan

teman sejawat.

4. Bahwa saya, sebagai tenaga teknis kefarmasian, tidak akan menceritakan

kepada siapapun, segala rahasia yang berhubungan dengan tugas saya,

kecuali jika diminta oleh pengadilan, untuk keperluan kesaksian.

D. Kasus

Obat kadaluarsa beredar di Apotek

Seorang ibu bernama Mrs. M menjadi korban obat kadaluarsa warga

kelurahan Suding ini menuturkan, dia membeli obat kadaluarsa tersebut disalah

satu apotek di Daya. Dia mencari obat diare, saat itu kata Mrs. M dirinya hendak

membeli obat Lacto-B, suplemen makanaq namun oleh penjaga Apotek jenis obat

tersebut dikatakan habis. Penjaga apotek tersebut,kemudian menawrkan Dialac

yang memiliki komposisi dan kegunaan yang sama dengan Lacto-B. Mrs. M pun

mengikuti apa yang diberikan oleh petugas apotek tersebut setelah obat itu dia beli
dan dikonsumsikan langsung ke anaknya dengan cara dicampurkannya ke dalam

susu anaknya, si anak tadi pun mengalami muntah hingga lima kali setelah

mengkonsumsi obat tersebut, Mrs. M mengaku sangat panic, dia pun kemudian

membaca seksama sampul Dialac tersebut. Hasilnya suplemen makanan dengan

nomor registrasi POM SI.044 216 731 tersebut memiliki masa kadaluwarsa 19

November 2008 sebagaimana yang tercantum di pembungkus obat.

Pada kasus yang terjadi di apotek tersebut, dimana seorang pasien

diberikan obat yang sudah kadaluarsa oleh pihak apotek, dapat dikategorikan ke

dalam kasus pelanggaran kode etik apoteker. Kode etik apoteker Indonesia itu

sendiri merupakan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan nilai-nilai

yang dianut dan menjadi pegangandalam praktik kefarmasian.

dimana pasal 9 berbunyi, “Seorang Apoteker dalam melakukan praktik

kefarmasianharus mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati hak

azasi pasien, dan melindungi makhluk hidup insani”, memiliki pedoman

pelaksanaan dimana salah satu pedomannya yaitu seorang Apoteker harus yakin

bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin

mutu, keamanan, khasiat, dan cara pakai obat yang tepat. Berdasarkan pasal di

atas, apoteker sebagai mitra pasien dalam menjalani pengobatan seharusnya lebih

teliti, bertanggung jawab, dan lebih mementingkan kepentingan dan keselamatan

pasien. Kasus pemberian obat kadaluarsa ini merupakan medication eror 

(kesalahan medis) yang sebetulnya bisa dicegah.


E. identifikasi permasalahan yang ada yaitu:

1. Kesalahan terdapat pada apoteker/tenaga teknis kefarmasian karena

memberikan obat yang sudah kadaluwarsa. Kelalaian apoteker tersebut

dapat berdampak fatal karena obat tersebut digunakan oleh pasien

bayi. Hal ini seharusnyadapat diantisipasi mulai dari pengambilan obat,

pemberian label/etiket, sampai k e t i k a a p o t e k e r m e n y e r a h k a n

o b a t k e p a s i e n . N a m u n , a p o t e k e r t i d a k menjelaskan tanggal

kadaluwarsa obat, sehingga baik pasien maupun apoteker sama-sama

tidak tahu kalau obat yang digunakan sudah memasuki waktu

kadaluwarsa.

2. Selain itu, kesalahan juga terletak pada sistem penyimpanan obat

karena terdapat obat yang kadaluwarsa di pelayanan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyelesaian terkait kasus pemberian obat yang telah kadaluwarsa bisa

menjadi pembelajaran baik untuk Apoteker pengelola apotek maupun tenaga

teknis kefarmasian yang berkerja di apotek tersebut untuk selalu mengecek

keadaan sediaan farmasi baik dari fisik maupun pada tanggal kadaluwarsa, dan

selalu memperbaharui penyimpanan obat-obatan sesuai dengan standart

penyimpanan obat di apotek yang sesuai. Terkait pasien yang telah terjadi

keracunan pada saat mengkonsumsi obat, pasien langung di rujuk ke dokter untuk

di tindak lanjuti, dan untuk pihak apotek mendapatkan teguran akan hal tersebut

agar bisa menjadi pembelajaran untuk kesalahan yang seharusnya bisa ditangani.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1990, The Role Of The Pharmacist In Health Care System, Jakarta:

Airlangga. Dellyana, Shanti, 1998, Konsep Penegakan Hukum,

Yogyakarta: Liberty

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan

Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Menkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Menteri Kesehatan Republik

Indonesia: Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi,

Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Menteri Kesehatan:

Jakarta.

Permenkes. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang

Tenaga Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai