B LATAR BELAKANG
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang dapat
terjadi pada setiap orang. Dimana keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Aspek yang juga mengalami
penurunan secara degeneratif adalah fungsi kognitif (kecerdasan/pikiran). Salah
satu contoh gangguan degeratif kognitif pada lansia adalah demensia. (Suryatika,
2019)
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh
pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living. (Suryatika, 2019)
Masalah kesehatan yang meliputi kemunduran dan kelemahan pada lanjut usia
yaitu perubahan fisik, kognitif, spiritual dan psikososial. Salah satu perubahan
kognitif yang terjadi pada lansia yaitu perubahan memori atau daya ingat. Pada
lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang sering kali
paling awal mengalami penurunan. Kerusakan kognitif pada lansia yang berupa
penurunan daya ingat biasa disebut penyakit demensia. Demensia adalah
gangguan fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir yang perlahan namun
semakin memburuk.
Demensia adalah gangguan yang menyerang bagian otak. Seorang penderita
demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan
gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya.
Penderita demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah,
mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan
masalah tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi. Berdasarkan
sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia seringkali terjadi pada
lanjut usia yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. (A. Jahid A., 2017)
Demensia tersebut dapat di bagi menjadi dua kategori, yaitu: Demensia Pra
Senilis (60 tahun), dan Demensia Senilis (60 tahun ke atas). Sekitar 56,8% lanjut
usia mengalami demensia bentuk Demensia Alzheimer (4% dialami lanjut usia
yang telah berusia 75 tahun, 16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90
tahun). Sampai saat ini diperkirakan sekitar 30 juta penduduk dunia mengalami
demensia dengan berbagai sebab.
Stimulasi untuk meningkatkan kemampuan otak dengan terapi farmakologis
yaitu dengan obat tertentu dan terapi non farmakologis yaitu berupa latihan atau
permainan yang prosedurnya membutuhkan konsentrasi, orientasi, atensi
memori, dan visual, seperti teka teki silang, puzzel dan senam otak. Senam otak
(brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah preventif untuk
mengoptimalkan, merangsang fungsi otak menjadi semakin relevan pada lansia,
dan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak. (A. Jahid A., 2017)
Dalam proposal ini kelompok akan melakukan terapi aktivitas kelompok
jenisnya yaitu senam otak pada lansia yang mengalami demensia. Kegiatan ini
dilakukan di lingkungan tempat tinggal lanisa. Terapi aktifitas kelompok
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok
lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas diguanakan
sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target asuhan. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif. (Guslinda,2013)
Dalam hal ini untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi kognitif pada
lansia dilakukan terapi aktivitas senam otak. Senam otak (brain gym) adalah
serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan untuk
meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak.
Senam otak berguna untuk melatih otak. Latihan otak akan membuat otak
bekerja atau aktif. Otak seseorang yang aktif (suka berpikir) akan lebih sehat
secara keseluruhan dari orang yang tidak atau jarang menggunakan otaknya.
Senam otak cocok dilakukan pada lansia karena sangat praktis, bisa dilakukan
dimana saja, kapan saja, dan gerakannya mudah dilakukan. Porsi latihan yang
tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.
Manfaat melakukan senam otak menurut ahli senam otak sekaligus penemu
senam otak, dari lembaga Educational Kinesiology Amerika Serikat Paul E.
Denisson Ph.D., meski sederhana, senam otak mampu memudahkan kegiatan
belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan dan tuntutan
hidup sehari-hari. Selain itu senam otak juga bisa mengoptimalkan
perkembangan dan potensi otak serta meningkatkan kemampuan berbahasa dan
daya ingat. Pada lansia, penurunan kemampuan otak dan tubuh membuat tubuh
mudah jatuh sakit, pikun dan frustasi. Meski demikian, penurunan ini bisa
diperbaiki dengan melakukan senam otak. Senam otak tidak saja akan
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua
belahan otak untuk bekerja (Guslinda,2013)
C TUJUAN
1 Tujuan Umum
Setelah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) senam otak
diharapakan lansia dapat mempertahankan daya ingat dan konsentrasi.
2 Tujuan Khusus
a Lansia dapat mengetahui manfaat senam otak.
b Lansia mampu melakukan senam otak.
c Lansia mempertahankan dan meningkatkan daya konsentrasi.
d Lansia meningkatkan kesehatan fisik melalui kegiatan senam otak.
D LANDASAN TEORI
1 Konsep Demensia
a Definisi Demensia
Demensia adalah gangguang fungsi intelektual tanpa gangguan
fungsi vegetatif atau keadaan terjaga. Memori, pengetahuan umum,
pikiran abstrak, penilaian, dan interprestasi atas komunikasi tertulis dan
lisan dapat terganggu serta penurunan fungsi intelektual didapat yang
menyebabkann hilangnya independensi sosial (Crowin, 2009).
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya
fungsi intelektual dan ingatan (memori) sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Darmojo, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demensia
adalah sindroma hilangnya fungsi intelektual dan ingatan memori yang
menyebabkan disfungsi hidup sehari hari.
b Penyebab
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi
3 golongan besar yaitu :
1) Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolism.
2) Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
a) Penyakit degenerasi spino –serebelar.
b) Subakut leuko - esefalitis sklerotik fan bogaert.
c) Khorea Hungtington.
3) Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati,
dalam golongan ini diantranya : penyakit cerrebro kardiovaskuler
c Manifestasi Klinis
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga
pasien dengan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya
penyakit. Gejala klinik dari Demensia menurut Nugroho (2009) bahwa
jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1) Menurunnya daya ingat yang terus terjadi.
2) Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
3) Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4) Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan
tersebut muncul.
5) Adanya perubahan perilaku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
5) Tombol imbang
Cara:
Sentuhkan dua jari pada lekukan di belakang telinga, sementara
tangan satunya menyentuh pusar selama kurang lebih 30 menit.
Manfaat:
Mengurangi kelelahan mental (stres), mengoptimalkan jenis
pekerjaan seperti organisasi, perancangan seni dan pembukuan.
6) Tombol bumi
Cara:
Ujung salah satu tangan menyentuh bibir, ujung jari lainnya di
pinggir atas tulang kemaluan. Disentuh selama 30 detik atau 4-6
kali tarikan napas penuh.
Manfaat:
Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi.
E KRITERIA KLIEN
1 Lansia yang mampu melakukan aktivitas fisik
2 Lansia yang kooperatif
Fasilitator :
H SETTING TEMPAT
Keterangan:
: Leader
: Co-Leader
: Fasilitator
: Lansia
: Observer
I TAHAP KEGIATAN
K TATA TERTIB
1 Peserta hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan berlangsung.
2 Lama kegiatan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) adalah 15 menit.
3 Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
4 Jika ada lansia yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada
terapis.
5 Jika peserta merasa kurang jelas dengan penjelaskan leader, dapat
menanyakan kepada leader dengan menunjuk tangan terlebih dahulu.
L PROGRAM ANTISIPASI
1 Tidur yang cukup.
2 Menerapkan pola makan sehat dengan mengurangi konsumsi daging dan
meningkatkan konsumsi ikan, sayuran dan buah-buahan.
3 Menjaga asupan vitamin B12, C, E dan Vit D agar tercukupi
4 Menjaga fisik tetap aktif, dengan melakukan pekerjaan sehari-hari dan
olahraga rutin.
5 Menjaga keaktifan mental dengan tetap menjalankan hobby, bermain musik,
menari, membaca, bermain mahyong, bermain catur, membaca, mengisi
teka-teki dan kegiatan lainnya yang bisa merangsang mental dan melatih
otak.
6 Rutin mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol.
7 Segera melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami stres, depresi,
atau gangguan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. J. (2009). Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta: EGC.
Darmojo, Boedhi. (2009). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Awaludin Jahid Abdillah Ayu Pradana Octaviani. Pengaruh Senam Otak Terhadap
Penurunan Tingkat Demensia. 2017;1190–7.
Guslinda YY, Hamdayani D. Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif Pada
Lansia Dengan Dimensia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
Sicincin Padang Pariaman Tahun 2013. J Keperawatan Padang STIKes
Mercubaktijaya Padang Diperoleh dari journal mercubaktijaya ac
id/downlotfile p hp. 2013;
Suryatika AR, Pramono WH. Penerapan Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif
Pada Lansia Dengan Demensia. J Manaj Asuhan Keperawatan. 2019;3(1):28–
36.