Anda di halaman 1dari 3

Proses Perkembangan Pada Anak Usia Dini

Nurul
NIM : 18.48.0096
PIAUD, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah NU Al-Hikmah
Mojokerto, Indonesia

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sementara motorik halus
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, serta memerlukan koordinasi yang cermat.
Menurut dokter spesialis anak Widodo Judarwanto, beberapa anak memiliki perkembangan motorik kasar
yang baik namun tidak begitu pada perkembangan motorik halusnya. Mereka pada umumnya memiliki
kemampuan olahraga yang sangat baik. Sedangkan anak dengan perkembangan motorik halus yang lebih
baik, memiliki kemampuan pada bidang yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi. Misalnya,
bagaimana cara melakukan pewarnaan gambar yang rapi dan tidak keluar garis.
Salah satu tahapan perkembangan motorik anak  yang paling penting terjadi pada tahap golden
age  atau masa emas tumbuh kembang Si Buah Hati, 3–5tahun . Di momen ini, Si Buah Hati mengalami
puncak perkembangan anak usia dini yang sangat pesat di otak dan selnya. Oleh sebab itu, penting bagi
Bunda untuk mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan anak di masa Prasekolah. Pembahasan
tentang perkembangan anak berbeda dengan pertumbuhan. Perkembangan lebih pada aspek
kualitatif. Pembahasan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan dan
pendekatan umur merupakan pendekatan yang penulis gunakan.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat
mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin
memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak
untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya
yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika
bayi dimotivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang
baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem
syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang
memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan
motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem syarafnya sudah matang, proposi kaki
cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Menurut Elizabeth B Hurlock (1978 : 150), perkembangan motorik berarti perkembangan
terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang
ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya.
Akan tetapi kondisi ketidakberdayaan tersebut berlangsung secara cepat. Selama 4 atau 5 tahun
pertama kehidupan pascalahir, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut
melibatkan bagian tubuh yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang,
dan sebagainya. Setelah berumur 5 tahun, terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian
koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan
untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat.
Pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan tidak bisa disamakan. Meskipun memiliki
tinggi dan berat badan yang hampir sama, tetapi pertumbuhan fisik anak perempuan akan lebih
cepat ketimbang anak laki-laki. Meski pada akhirnya, tinggi badan laki-laki akan melebihi tinggi
badan anak perempuan. Sama halnya dengan pubertas anak. Pada anak perempuan akan terjadi
lebih cepat ketimbang pada anak laki-laki. Perbedaan pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan
yang kedua dapat dilihat dari segi kemampuan verbal. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor
genetik atau hormonal yang memengaruhi fungsi otak anak. Anak laki-laki akan cenderung
mengalami tahapan berbicara yang lebih lambat ketimbang anak perempuan. Bukan itu saja,
anak laki-laki juga memiliki kosakata yang lebih sedikit ketimbang anak perempuan. Anak
perempuan dinilai lebih pandai berkomunikasi, karena cenderung lebih mahir membaca tanda-
tanda nonverbal, seperti ekspresi atau intonasi. Mereka juga lebih terampil dalam berkomunikasi
saat melibatkan emosi.
Keterampilan motorik pada anak laki-laki, seperti berlari, melompat, dan menjaga
keseimbangan berkembang lebih cepat ketimbang anak perempuan. Sedangkan kemampuan
motorik halus, seperti keterampilan menulis, menggambar, atau mewarna berkembang lebih
cepat pada anak perempuan. Hal tersebut yang membuat anak laki-laki cenderung lebih suka
bermain dan bergerak bebas. Meski demikian, lingkungan akan membawa pengaruh pada
keterampilan motorik anak. Perbedaan dari Segi Emosi Anak perempuan lebih ekspresif dalam
menunjukkan emosinya, seperti akan menangis saat sedih, dan tertawa saat merasa senang.
Sedangkan anak laki-laki lebih ekspresif dalam menunjukkan kemarahannya, seperti menendang
atau memukul benda. Jika dilihat dari kepribadiannya, anak laki-laki akan memiliki karakter
yang lebih sulit untuk diarahkan ketimbang dengan anak perempuan.

Anda mungkin juga menyukai