Anda di halaman 1dari 14

BAB I 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami
vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo
termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di
Amerika  adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria.
Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau
trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma
tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani,
karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat
merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo
ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena
terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.  

Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat
penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan
keperawatan  yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan
masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.

1.2

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar mahasiswa mampu
secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan keperawatan  pada klien vertigo.
Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara
komprehensif sehingga dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.

1.4 Sistematika Penulisan

1.5 Manfaat Penulisan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis

II.1.1 Definisi 

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem
diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut
diatas harus difungsikan dengan baik. Padavertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya
bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar
namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak
ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003) 

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam
sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di
sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan
ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat
disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitasvestibulocerebellar.
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan
benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan
pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
II.1.2   Etiologi

1.      Otologi 24-61% kasus
a)      Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b)      Meniere Desease
c)      Parese N VIII Uni/bilateral
d)     Otitis Media
2.      Neurologik  23-30% kasus
a)      Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b)      Ataksia karena neuropati
c)      Gangguan visus
d)     Gangguan serebelum
e)      Gangguan sirkulasi LCS
f)       Multiple sklerosis
g)      Vertigo servikal
3.      Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a)      Tekanan darah naik turun
b)      Aritmia kordis
c)      Penyakit koroner
d)     Infeksi
e)       <  glikemia
f)       Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4.      . Psikiatrik > 50% kasus
a)      Depresi
b)      Fobia
c)      Anxietas
d)     Psikosomatis
5.      Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.

II.1.3 Patofisiologi dan Pathway

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis
media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan
keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis
media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus,
multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII
yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang
menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi
diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan
terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat
mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N
VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan
darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan
vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

II.1.4 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu
makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),
nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah,
lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien
akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi
atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat
mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang
dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar
secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala
dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan
berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan
THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan
manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa,
lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan
nistagmus posisi dengan gejala :
1.      Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau
lingkungan
2.      Merasakan mual yang luar biasa
3.      Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4.      Gerakan mata yang abnormal
5.      Tiba - tiba muncul keringat dingin
6.      Telinga sering terasa berdenging
7.      Mengalami kesulitan bicara
8.      Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9.      Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
II.1.5   Komplikasi

1.      Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan.
2.      Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk
berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot.

II.1.6 Penatalaksanaan

1.      Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a)      Anti kolinergik
  Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
  Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b)      Simpatomimetika
  Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c)      Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
  Golongan antihistamin
      Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
                                                                                i.            Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam

                                                                              ii.            Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.                  

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :  
a)      Terapi kausal
b)      Terapi simtomatik
c)      Terapi rehabilitatif
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a)      Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam
kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b)      Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo
pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat
merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya
sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.
c)      Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo,
maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d)     Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e)      Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang
belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit
berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini
adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan
bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa
hari.
f)       Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk
rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut
2.2 Asuhan Keperawatan sesuai teori

2.2.1 Pengkajian data keperawatan

1. Aktivitas / Istirahat
a. Letih, lemah, malaise
b. Keterbatasan gerak
c. Ketegangan mata, kesulitan membaca
d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.
2. Sirkulasi
  Riwayat hypertensi
  Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
  Pucat, wajah tampak kemerahan.
3. Integritas Ego
  Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
  Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
  Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
  Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
4. Makanan dan cairan
a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c. Penurunan berat badan
5. Neurosensoris
a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f. Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h. Penurunan refleks tendon dalam
i. Papiledema.
2. Nyeri/ kenyamanan
a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
c. Fokus menyempit
d. Fokus pada diri sendiri
e. Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
2. Keamanan
a. Riwayat alergi atau reaksi alergi
b. Demam (sakit kepala)
c. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
e. Interaksi sosial
f. Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit.
2. Penyuluhan / pembelajaran
a. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga Penggunaan alcohol/obat
lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a.       Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)


b.      Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c.       Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d.      Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e.       Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
2.2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Intoleransi aktivitas b.d Tujuan : 1. Kaji respon emosi,
tirah baring Setelah dilakukan tindakan sosial, dan spiritual
3x24 jam diharapkan dapat terhadap aktivitas
aktif beraktivitas 2. Berikan motivasi pada
Dengn kriteria hasil : klien untuk melakukan
1. Berpartisipasi dalam aktivitas
akivitas fisik tanpa 3. Ajarkan tentang
disertai peningkatan pengaturan aktivitas
tekanan darah, RR dan teknik manajemen
dan nadi waktu untuk mencegah
2. Mampu melakukan kelelahan
aktivias sehari hari 4. Kolaborasi dengan ahli
secara mandiri terapi okupasi
3. Tanda tanda vital
normal
4. Mampu berpindah
dengan atau tidak
dengan bantuan alat
5. Sirkulasi status baik
2. Resiko jatuh b.d Tujuan : 1. Kaji tingkat energi
Kerusakan keseimbangan Setelah dilakukan tindakan yang dimiliki klien
kepeawatan 3x24 jam
diharapkan masalah resiko 2. Berikan terapi ringan
jatuh dapat teratasi untuk
Dengan kriteria hasil : mempertahankan
1. Klien dapat kesimbangan
mempertahankan
3. Ajarkan penggunaan
keseimbangan
tubuhnya alat-alat alternatif dan
2. Klien dapat atau alat-alat bantu
mengantisipasi resiko untuk aktivitas klien
terjadinya jatuh 4. Berikan pengobatan
nyeri (pusing) sebelum
aktivitas

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat.


2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data


subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum, evaluasi membandingkan keadaan yang ada pada pasien
dengan kriteria hasil pada perencanaan. Evaluasi menggunakan system SOAP (Subjektif,
objektif, analisis, planning).
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :
1.      Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
2.      Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah
kekambuhan.
3.      Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan
terapeutik.
BAB III

PENGEMBANGAN MANAGEMENT PERAWATAN

Latihan brandt daroff merupakan rehabilitasi vestibular sebagai latihan mandiri dirumah
bagi penderita vertigo. Secara fisiologis brandt daroff berperan dalam proses adaptasi sistem
vestibular. Tujuan, untuk mengetahui efektifitas terapi latihan brandt daroff terhadap perbaikan
gangguan keseimbangan penderita vertigo. Metode latihan Brandt-Daroff adalah metode
rehabilitasi untuk kasus vertigo yang dapat dilakukan di rumah, berbeda dengan metode latihan
lain yang harus dikerjakan dengan pengawasan dokter atau tenaga medis. Metode latihan Brandt-
Daroff biasanya digunakan bila sisi vertigo tidak jelas. Senam vertigo ini memberikan efek
meningkatkan darah ke otak sehingga dapat memperbaiki fungsi alat keseimbangan tubuh dan
memaksimalkan kerja dari sistem sensori.
Pengembangan management perawatan melalui beberapa jurnal yang telah diambil
1. Joesoef (2006)
“Input visual memberikan objek berupa orientasi ruang”. Pada anatomi sistem keseimbangan,
saluran atau kanal semisirkularis dan vestibula yang berfungsi sebagai alat keseimbangan dan
coklea yang berfungsi sebagai pendengaran terletak di telinga bagian dalam. Sistem-sistem
ini bekerja dengan cara menghubungkan saraf vestibulococlear dengan pusat vestibular yang
terletak di otak dan sistem keseimbangan. Selain sistem vestibular, terdapat juga sistem
propiosepsi yang terdiri dari sensor-sensor gerakan, posisi dan tekanan yang berada pada
otot, kulit dan sendi yang berfungsi memberikan stimulus berupa sentuhan dan objek ruang
yang sangat penting untuk menjaga posisi tetap seimbang.
2. Sumarliyah dkk (2011)
Dalam penelitian yang sudah dilakukan, senam vertigo dengan menggunakan metode Brandt
Daroff dapat memaksimalkan kinerja tiga sistem yang berfungsi sebagai alat keseimbangan.
3. Cambridge University Hospital (2014)
Menurut informasi, brandt daroff memiliki kelebihan yaitu mengurangi respon stimuli yang
berupa perasaan tidak nyaman dan sensasi berputar pada otak, dan juga membantu
mereposisi Kristal yang berada pada kanalis semisirkularis.

Hasil penelitian dan pembahasan


Dari 28 responden sebagai subjek penelitian peneliti tidak menemukan perbedaan yang
bermakna ( p>0,005) untuk variable jenis kelamin, usia, pekerjaan, riwayat vertigo
sebelumnya dan onset keluhan vertigo baik pada kelompok control maupun pada kelompok
perlakuan. Hasil temuan membuktikan bahwa kedua kelompok intervensi dan kelompok
control adalah homogen. Perempuan lebih banyak menderita vertigo dibandingkan laki-laki,
migraine adalah salah satu factor predisposisi dari kejadian vertigo. Pengaruh hormone,
seperti penurunan kadar esterogen mempengaruhi struktur interna otolit. Pengaruh hormone
terhadap metabolism kalsium juga berperan terhadap timbulna gejala gangguan
keseimbangan vertigo. Peningkatan kosentrasi kalsium dalam endolimf berhubungan dengan
peningkatan resorpsi kalsium yang akan menurunkan kemampuan otolit yang terlepas.
Menurut analisa perbandingan dari rata-rata skor pemeriksaan awal sebelum diberikan
terapi latihan brandt daroff selama empat minggu didapatkan rerat derajat klinis keluhan
vertigo yang dialami subjek penelitian adalah 2,64. Rerata hasil penilaian skor derajat klinis
gangguan keseimbangan vertigo setelah diberikan terapi latihan brandt daroff dengan cara
Subjek duduk tegak di tepi tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung selanjutnya kedua
mata tertutup, selanjutnya subjekmembaringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
subjekmempertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali selama 30
detik.Baringkan tubuh dengan cepat ke sisi yang lain, mempertahankan selama 30 detik lalu
duduk kembali. Latihan ini dilakukan 2 set per hari (pagi dan sore ) yang dilaksanakan 3 kali
dalam seminggu selama 5 minggu. Dalam setiap set, dilakukan manuver seperti di jelaskan di
atas sebanyak 5 kali. Pada umumnya, perbaikan diperoleh setelah 30 set.
Setelah latihan brandt daroff dilakukan selama lima minggu didapatkan rerata hasil
derajat klinis yang dialami oleh subjek 2,05, hal ini terjadi perubahan keseimbngan pada
kejadian vertigo dan meningkatkan aliran darah ke otak sehingga terjadi perbaikan fungsi alat
keseimbangan tubuh dan memaksimalkan kerja dari system sensori dengan diberikan latihan
maneuver ini. Hal ini juga dibuktikan dengan nilai secara statistic bermakna (p<0,005) yaitu
0,000. Latihan brandt daroff berperan meningkatkan efek adaptasi dan habituasi sistem
vestibular. Latihan brandt daroff yang dilakukan berulang dan teratur member pengaruh
dalam proses adaptasi pada tingkat integrasi sensorik. Integrasi sensorik juga bekerja dalam
penataan kembali ketidak seimbangan input antara sistem organ vestibular dan persepsi
sensorik lainya. Gerakan latihan brandt daroff mendispersikan gumpalan otolit menjadi
partikel yang kecil sehingga menurunkan keluhan vertigo dan kejadian nistagmus.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya pada
penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena setiap
diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek adalah hal yang
berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai penyakit vertigo yang
memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian besar tanda dan gejala itu sama
dengan realitas yang ada. Namun menurut pendapat prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt yang
mengatakan bahwa vertigo dengan jenis pusing yang berputar dapat diatasi dengan mudah
mungkin beda penatalaksanaanya. Bukti nyata pasien dengan vertigo BPPV tidak mudah untuk
disembuhkan. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan sempat sembuh
tapi tidak dapat sembuh total. Pasien telah diberikan berbagai obat selama kurang lebih satu
minggu untuk mengatasi pusing yang dideritanya namun hasilnya pasien tetap merasa pusing,
meskipun pusing yang dideritanya sedikit turun.

4.2 Saran

Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit
tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan hendaknya
setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus dilakukan secara
bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan nyeri atau pusingnya
sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien tersebut kita dapat memberikan
terapi obat injeksi sesuai yang telah diberikan pada pasien agar nyeri yang dirasakan tidak
kembali ke episode nyeri awal yang dirasakan.

Anda mungkin juga menyukai