Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI KESEHATAN

Dosen: Ibu Farida B,SH

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1

ANNISA NURUL FIRDAUSI

CINDY WULANDARI

FITRIA MEGA PANGESTIKA

GABRIEL GALILEA

LUSIANA HOTMARIA SITOPU

MUMUN MAEMUNAH

THALIA HANNA NABABAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

Jl. Cut Mutia No. 88A, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113

Website: www.stikesmedistra-indonesia.ac.id, Email: stikesmi@yahoo.co.id, Tlp.: 021-82431375

Tahun Ajaran 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah sosiologi
dan antropologi kesehatan. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dan membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga
dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah sosiologi Ibu Farida
B,SH. sebagai Dosen Mata Kuliah Pendidikan sosiologi.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan
ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang pada khusunya. Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran kepada pembaca
untuk perbaikan pembuatan laporan

Bekasi, 01 Maret 2020


Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................I

Daftar isi………………………………………………………………….II

Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan

Bab II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Antrososial dan antropologi kesehatan


2.2 Definisi Antropologi kesehatan
2.3 Sejarah antrososial
2.4 Penelitian-penelitian SosioAntropologi

Bab III

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai
aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan
memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya
obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran,
cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi
kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas
kesehatan saat ini.

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat
diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam bidang kesehatan itu
sendiri, khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang mencakup bidangnya sangat penting
untuk dikuasai dan dipahami. salah satunya yaitu antropologi kesehatan.

Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh
suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membahas tentang ilmu
Antropologi kesehatan dan penerapannya dalam ilmu keperawatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A.Apa definisi antrososial dan antropologi kesehatan?
B.Definisi Antropologi kesehatan?
C.Bagaimana sejarah antrososial?
D. Bagaimana Penelitian-penelitian Sosioantropologi itu?
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui definisi antrososial dan antropologi kesehatan.
Untuk mengetahui definisi Antropologi kesehatan.
Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan antrososial.
Untuk mengetahui penelitian-penelitian sosioantropologi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Antropologi & Antrososial

Ilmu yang membahas tentang manusia dari Keanekaragaman fisik, Kebudayaan, Tradisi,
Cara berperilaku, Nilai moral.Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang
manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi
adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos
berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata. Secara harfiyah antropologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya. Adapun macam-macam
antropologi adalah:
Ø  Antropologi fisik

Ø  Antropologi budaya

Ø  Antropologi sosial

Ø  Antropologi medis

Ø  Antropologi psikologi.

Secara khusus, ilmu antropologi terbagi kedalam lima subilmu yang mempelajari:

1. Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis.

2. Masalah terjadinya aneka ragam fisik manusia.

3. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kebudayaan manusia.

4. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan
seluruh dunia.

5. Masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam
suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
Konsep Dasar Antropologi, Mencakup 5 pokok kajian yaitu :

1.    Sejarah terjadi dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.


2.    Sejarah terjadinya aneka warna manusia berdasarkan cirri-ciri tubuh.
3.    Persebaran dan terjadinya keseragaman bahasa yang diucapkan manusia.
4.    Perkembangan persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia.
5.    Masalah keragaman budaya suku-suku bangsa seluruh dunia dewasa itu.
Antropologi fisik adalah ilmu yang mencoba menelaah manusia sebagai makhluk fisik yang
tumbuh dan berkembang hingga terjadinya keanekaragaman manusia menurut iri-ciri tubuh
atau fenotipe seperti warna kulit, rambut, warna mata, bentuk hidung dan sebagainya.
Pendekatan-pendekatan Antropologi

Pada dasarnya, perhatian antropologi yang paling awal adalah mengenai ciri-ciri dan sifat-
sifat masyarakat: bagaimana manusia berhubungan satu sama lain, dan bagaimana
masyarakat berubah sepanjang waktu dan mengapa masyarakat berubah sepanjang waktu.
Pendekatan secara interaktif memusatkan perhatian pada mekanisme, yang melalui
mekanisme tersebut individu-individu saling berhadapan dengan individu lainnya, atau
semata-mata tentang cara-cara individu-individu mendefinisikan situasi sosial mereka.
Pendekatan yang di gunakan antropologi menggunakan pendekatan kuantitatif
(positivistik) dan kualitatif (naturalistik). Artinya, dalam penelitian antropologi dapat di
lakukan melalui pengkajian secara statistik matematis, baik di lakukan untuk mengukur
pengaruh maupun maupun korelasi antar variabel penelitian, maupun dilakukan secara
kualitatif-naturalistik.
Selain pendekatan positivistik dan naturalistik, menurut kapplan dan manners(1999:6)
dalam antropologi pun di kenal pendekatan relativistik dan lomparatif. Pendekatan
relativistik memandang bahwa setiap kebudayaan merupakan konfigurasi unik yang
memiliki cita rasa kha, gaya, serta kemampuan tersendiri. Keunikan itu sering di nyatakan
dengan dukungan maupun tanpa dukungan bukti serta tidak banyak upaya membahas atau
menjelaskannya. Memang dalam pengertian tertentu, setiap budaya itu unik, persis
sebagaimana uniknya individu,tiap helai rambut dan tiap atom di alam semesta tidak sama.
Perbedaan itu kadarnya bermacam-macam. Apabila suatu fenomena sepenuhnya unik maka
mustahil kita akan memahaminya. Sebab kita mampu memahami sesutu fenomena hanya
dengan memahami bahwa ia mengandung beberapa kemiripan tertentu dengan hal-hal yang
telah kita kenal sebelumnya. Masyarakat relativ menyatakan bahwa suatu budaya harus
diamati sebagai suatu kebulatan tunggal dan hanya sebagai dirinya sendiri.
Kaum komparativis berpendapat bahwa suatu institusi, proses, kompleks, atau ihwal
sesuatu hal, haruslah terlebih dahulu dicopot dari matriks budaya yang lebih besar dengan
cara tertentu sehingga dapat dibandingkan dengan institusi, proses, kompleks, atau ihwal-
ihwal dalam konteks sosiokultular lain. Adanya relativitas yang ekstrem, berangkat dari
anggapan-anggapan bahwa tidak ada dua budaya pun yang sama, pola, tatanan, dan makna
akan di paksakan jika elemen-elemen diabstraksikan demi perbandingan. Oleh karena itu,
perbandingan bagian-bagian yang telah di abstraksikan dari suatu keutuhan, tidaklah dapat
di pertahankan secara analitis.
Namun, karena pemahaman tentang ketidaksamaan itu bersumber dari perbandingan,
maka tidak dapat kita katakan bahwa pendekatan relativistik itu tidak memiliki titik temu
dengan pendekatan komparatif . titik temu kedua pendekatan tersebut terletak pada pasal
tidak di izinkannya pemaksaan . terutama soal-soal yang berkaitan dengan ideologi, minat,
dan tekanan yang menimbulkan keragaman pendekatan metodologis tersebut.sebab
komparatif dan relatifis sama-sama mengetahui bahwa tidak ada dua budaya pun yang sama
persis. Sungguh pun demikian, mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan itu paling tidak 2
hal penting, yaitu walaupun para komparatifis mengakui bahwa semua bagian suatu budaya
niscaya ada unsur perbedaannya, tetapi mereka percaya dan menekankan pada unsur
persamaannya yang saling berkaitan secara fungsional,sebaliknya kaum relatifis sangat
menekankan masalah-masalah perbedaan di banding komparatifis (kapplan dan mannrs,
1999:6-8).

• Definisi Antropologi Kesehatan

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek


biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit
pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3). Antropologi kesehatan merupakan bagian dari
antropologi sosial dan kebudayaan yang mempelajari bagaimana kebudayaan dan masyarakat
mempengaruhi masalah-masalah kesehatan, pemeliharaan kesehatan dan masalah terkait
lainnya. Istilah “Antropologi Kesehatan" telah digunakan sejak 1963 sebagai sebutan untuk
hasil penelitian empiris dan teoritis yang dilakukan oleh 11 antropologis kedalam proses sosial
dan gambaran kebudayaan dari kesehatan, kesakitan, dan perawatan yang berhubungan dengan
kebudayaan Antropologi kesehatan merupakan bagian dari antropologi yang menggambarkan
pengaruh sosial, budaya, biologi, dan bahasa terhadap kesehatan (dalam arti luas) meliputi
pengalaman dan distribusi kesakitan, pencegahan dan pengobatan penyakit, proses
penyembuhan dan hubungan sosial manajemen pengobatan serta kepentingan dan kegunaan
kebudayaan untuk sistem kesehatan yang beranekaragam. Antropologi kesehatan mempelajari
bagaimana kesehatan individu, formasi sosial yang lebih luas dan lingkungan dipengaruhi oleh
hubungan antara manusia dan spesies lain, norma budaya dan institusi sosial, politik mikro dan
makro, dan globalisasi Selama lebih dari 20 abad konsep popular medicine atau folk medicine
(pengobatan tradisional) telah familiar baik untuk dokter maupun antropologis. Istilah tersebut
dipakai untuk menggambarkan praktek pengobatan masyarakat setempat terutama dengan
pengetahuan etnobotani mereka. Selanjutnya, mempelajari pengobatan tradisional menjadi
tantangan bagi dunia barat seperti hubungan antara ilmu pengetahuan dengan agama.
Antropologi kesehatan adalah disiplin ilmu yang memberi perhatian pada aspek biologis dan
sosio budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya di
sepanjang sejarah kehidupan manusia. Antropologi kesehatan adalah studi mengenai
konfrontasi manusia dengan penyakit dan keadaan sakit, mengenai susunan adaptif (sistem
medis dan obat-obatan dibuat oleh kelompok manusia yang berhubungan dengan bahaya
penyakit pada manusia sekarang ini. Menurut Foster dan Anderson lapangan kajian antropologi
kesehatan dibagi 2 Yaitu :
Kutub biologis , perhatiannya pada tumbuhan dan perkembagan fisik manusia, peranan
penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan lingkungan lama, dan
pola penyakit di kalangan manusia purba
Kutub S osio Budaya , perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup aspek
– aspek etiologis, terapi, ide dan praktis pencegahan penyakit, serta peranan praktisi medis
tradisional, masalah perawatan .Kesehatan, perilaku manusia, peranan pasien, perilaku sakit,
interaksi dokter dengan pasien, dan masalah inovasi kesehatan.

Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik kesimpulan
bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa pencegahan,
pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini yang
berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu
(interdisipliner).

Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang


berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang berhubungan
dengan kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir, penyembuhan penyakit.

Tugas utama ahli antropologi kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat


mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang
akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat
tinggal. Di dalam Antropologi Kesehatan mencakup berbagai disiplin ilmu yang saling
berhubungan dan keterkaitan.

• Sejarah Antrososial

Kebanyakan antropolog sependapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan
yang jelas batasannya pada sekitar pertengahan abad ke-19, tatkala perhatian orang pada evolusi
manusia berkembang. Antropologi sebagai disiplin akademik baru dimulai tidak lama setelah itu
ketika pengangkatan pertama antropolog profesional di Universitas, museum, dan kantor-kantor
pemerintahan (Garbarino,1984; koenjtaraningrat,1991). Namun tidak ada keraguan bahwa
gagasan antropologi sudah ada jauh sebelumnya. Tapi, ihwal kapan adalah diperdebatkan meski
tidak khusus setiap antropolog dan ahli sejarah memiliki alasan sendiri-sendiri untuk
menentukan kapan antropologi dimulai. Dari sudut pandang “sejarah gagasan”, tulisan-tulisan
filsuf, dan peziarah yunani, sejarawan arab kuno, peziarah eropa kuno, maupun masa renaisans,
dan filsuf, ahli hukum, ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong
bagi dibangunnya tradisi antropologi (Koentjaraningrat, 1991).

Sebagai contoh, Alan Barnard (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi adalah ketika
konsep “kontrak sosial” tersebut. Perdebatan pada abad ke-18 mengenai asal usul bahasa dan
megenai hubungan antara manusia dengan apa yang kita sebut primata yang lebih tinggi juga
relevan, sebagaimana halnya perdebatan pada abad ke-19 antara poligenesis (keyakinan bahwa
setiap ‘ras’ mempumyai asal usul terpisah) dan monogenesis (keyakinan bahwa manusia
memiliki asal usul keturunan yang sama, dari adam atau dari makhluk semacam kera.
Antropologi di Eropa pada abad ke-18
Menurut Jean jacques Rousseau, dalam tulisannya of the social contract (1973[1762]:183),
menyatakan bahwa: “kalau kita mengikuti pandangan [Grotius] bahwa kekuasaan itu dibangun
bagi yang dikuasai, maka niscaya spesies manusia terbagi-bagi menjadi begitu banyak kelompok
seperti kelompok penggembalaan ternak –nya demi kepentingan mereka sendiri”
(1973[1762]:183).
Antropologi pada abad ke-19, terlebih abad ke-20, berkembang dalam arah yang lebih
sistematik dan menggunakan peralatan metodologi ‘ilmiah’. Persoalan paradigma menjadi
semakin penting. (achmad fedyani saifuddin, 2006)

2.4 Penelitian-penelitian Sosio Antropologi


Penelitian-penelitian sosio antropologi Berikut contoh-contoh penelitian sosioantropologi : a.
Orang Papua mempunyai persepsi tentang sehat dan sakit itu sendiriberdasarkan pandangan
dasar kebudayaan mereka masingmasing. Memangkepercayaan tersebut bila dilihat sudah mulai
berkurang terutama padaorang Papua yang berada didaerah-daerah perkotaan, sedangkan
bagimereka yang masih berada di daerah pedesaan dan jauh dari jangkauankesehatan moderen,
hal tersebut masih nampak jelas dalam kehidupanmereka sehari-hari. Misal : Orang Marind-anim
yang berada di selatan Papua juga mempunyaikonsepsi tentang sehat dan sakit, dimana apabila
seseorang itu sakit berartiorang tersebut terkena guna-guna (black magic). Mereka juga
mempunyaipandangan bahwa penyakit itu akan datang apabila sudah tidak ada lagikeimbangan
antara lingkungan hidup dan manusia. Lingkungan sudah tidakdapat mendukung kehidupan
manusia, karena mulai banyak. Bilakeseimbangan ini sudah terganggu maka akan ada banyak
orang sakit, danbiasanya menurut adat mereka, akan datang seorang kuat (Tikanem)
yangmelakukan pembunuhan terhadap warga dari masing-masing kampungsecara berurutan
sebanyak lima orang, agar lingkungan dapat kembalinormal dan bisa mendukung kehidupan
warganya (Dumatubun, 2001). Hal yang sama pula terdapat pada orang Amungme, dimana bila
terjadiketidak seimbangan antara lingkungan dengan manusia maka akan timbulberbagai
penyakit. Yang dimaksudkan dengan lingkungan di sini adalahyang lebih berkaitan dengan tanah
karena 17 tanah adalah “mama” yang memelihara, mendidik, merawat,dan memberikan makan
kepada mereka (Dumatubun, 1987). Untuk itu bila orang Amungme mau sehat,
janganlahmerusak alam (tanah), dan harus terus dipelihara secara baik.Orang Moi di Kepala
Burung Papua (Sorong) percaya bahwa sakit itudisebabkan oleh adanya kekuatan-kekuatan
supernatural, seperti dewa-dewa,kekuatan bukan manusia seperti roh halus dan kekuatan
manusia denganmenggunakan black magic. Di samping itu ada kepercayaan bahwa kalauorang
melanggar pantangan-pantangan secara adat maka akan menderitasakit. Orang Moi, bagi
ibuhamil dan suaminya itu harus berpantang terhadap beberapa makanan, dan kegiatan, atau
tidak boleh melewatitempat-tempat yang keramat karena bisa terkena roh jahat dan akan
sakit(Dumatubun,1999). Ini berarti untuk sehat, maka orang Moi tidak bolehmakan makanan
tertentu pada saat ibu hamil dan suaminya tidak bolehmelakukan kegiatankegiatan tertentu,
seperti membunuh binatang besar,dan sebagainya. Hal yang sama pula bagi orang Moi Kalabra
yang berada di hulu sungaiBeraur, (Sorong). Mereka percaya bahwa penyakit itu disebabkan
olehadanya gangguan roh jahat, buatan orang serta melanggar pantanganpantangansecara adat.
Misalnya bila seorang ibu hamil mengalamikeguguran atau perdarahan selagi hamil itu berarti
ibu tersebut terkena“hawa kurang baik” (terkena black magic/ atau roh jahat). Mereka
jugapercaya kalau ibu itu tidak bisa hamil/ tidak bisa meneruskan keturunan,berarti ibu tersebut
telah dikunci karena suami belum melunasi mas kawin.Kehamilan akan terjadi bila sang suami
sudah dapat melunasinya, makapenguncinya akan membuka black magic-nya itu (Dumatubun,
1999). Orang Hatam yang berada di daerah Manokwari percaya bahwa sakit itudisebabkan oleh
gangguan kekuatan supranatural seperti dewa, roh jahat,dan buatan manusia.Orang Hatam
percaya bahwa bila ibu 18 hamil sulitmelahirkan, berarti ibu tersebut terkena buatan orang
dengan obat racun(rumuep) yaitu suanggi, atau penyakit oleh orang lain yang disebut
“priet”(Dumatubun, 1999). Orang Kaureh di kecamatan Lereh percaya bahwa seorang ibu
yangmandul adalah hasil perbuatan orang lain yaitu denganblack magic ataujuga karena kutukan
oleh keluarga yang tidak menerima bagian harta maskawin (Dumatubun, 1999). Hal yang serupa
pula pada orang Walsa (Keerom), percaya bahwa sakitdisebabkan oleh gangguan roh jahat,
buatan orang, atau terkena gangguandewa-dewa. Bila seorang ibu hamil meninggal tanpa sakit
terlebih dahulu,berarti sakitnya dibuat orang dengan jampi-jampi (sinas), ada puladisebabkan
oleh roh-roh jahat (beuvwa). Di samping itu sakit jugadisebabkan oleh melanggar pantangan-
pantangan secara adat baik berupamakanan yang dilarang, dan perkawinan (Dumatubun,1999).
b. Kondisi geografis dan budaya masyarakat Bekonang kecamatan Mojolaban kabupaten
SukoharjoJawa Tengah yang sebagian besar penduduknya mempunyai industri rumah tangga
memproses tetes tebu menjadi alkohol yang berkadar rendah (37%) banyak disalahgunakan .Alat
destilasi dapat menaikkan kadar alkohol dari 37% menjadi 90% yang dapatdigunakan untuk
desinfektan di dunia kesehatan. Setelah kadar alkohol meningkat menjadi 90%,masyarakat
Bekonang pada khususnya dan karisidenan Surakarta pada umumnya sudah tidaklagi menyalah-
gunakan produksi alkohol “Ciu Bekonang” untuk minum dan mabukmabukkan. c. Pola makan
seseorang ternyata dibentuk dari latar belakang budaya yang dimilikinya dengan berbagai
perubahan sosial- budaya yang terjadi (gaya hidup, rekayasa bio-teknologi, ekpresi
simbolik,masuknya ideologi). Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku makan seseorang
berkaitan dengan dimensi etis dalam melihat tentang “yang baik” dan “buruk” pada proses
pembuatan dan 19 pemasaran makanan dan berdampak pada munculnya masyarakat konsumtif.
d. Suatu studi hermeneutic fenomenologi telah dilakukan untuk mengeksplorasi berbagai
kesulitan dan tantangan pertamakali menjadi seorang ibu di daerah pedesaan Indonesia.
Sebanyak 13 ibu muda yang berpartisipasi dalam studi ini telah menceritakan pengalaman
mereka tentang kesulitan dan tantangan yang mereka alami ketika dirinya telah menjadi seorang
ibu pada periode tersebut. Data dikumpulkan dengan wawancara semi struktur. Tiga kesulitan
dan tantangan utama menjadi seorang ibu teridentifikasi dari studi ini : (1) menjadi ibu baru tidak
mudah, (2) menjadi seorang ibu baru tidak sebebas seperti sebelum menjadi ibu (3) mencoba
menjadi seorang ibu yang baik. Dengan hasil studi ini diharapkan para praktisi kesehatan akan
lebih memahami masalah kesulitan dan tantangantantangan yang dialami seorang ibu muda pada
awal masa menjadi ibu, sehingga keadaan tersebut dapat diatasi dengan baik.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus berarti manusia , dan
logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan.
Para ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi marupakan studi tentang
umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanisiaan baik
dalam bentuk fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya.

Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik kesimpulan
bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa pencegahan,
pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini yang
berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu
(interdisipliner).

Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang


berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang berhubungan
dengan kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir, penyembuhan penyakit.

Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis ialah agar pembaca dapat memahami
definisi serta ruang lingkupsosiologi dan antropologi kesehatan. Dapat menambah wawasan,
Antropologi yang mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat berhubungan dengan sehat
dan sakit manusia sebagai pusat budaya dengan adanya kepercayaan dan kekuatan dalam
penyembuhan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Fedyani Saifuddin, P. (2006). Antropolodi Kontemporer. Jakarta: Kencana.

Bungin, B. (2008). Penelitiem Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Marjali, A. (2005). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana.

Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Allan Yooung. 1980. An Anthropological Perspective on Medical Knowledge.  The Journal


of Medicine and Philosophy.

Chapter 1: Intoduction. The Field of Medical Anthropology

Foster/Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan, terj. UI-Press: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai