Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
CINDY WULANDARI
GABRIEL GALILEA
MUMUN MAEMUNAH
Jl. Cut Mutia No. 88A, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah sosiologi
dan antropologi kesehatan. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dan membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga
dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah sosiologi Ibu Farida
B,SH. sebagai Dosen Mata Kuliah Pendidikan sosiologi.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan
ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang pada khusunya. Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran kepada pembaca
untuk perbaikan pembuatan laporan
DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................I
Daftar isi………………………………………………………………….II
Bab I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Bab II
PEMBAHASAN
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai
aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1). Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan
memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya
obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran,
cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi
kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas
kesehatan saat ini.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang profesi sangat
diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam bidang kesehatan itu
sendiri, khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang mencakup bidangnya sangat penting
untuk dikuasai dan dipahami. salah satunya yaitu antropologi kesehatan.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh
suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membahas tentang ilmu
Antropologi kesehatan dan penerapannya dalam ilmu keperawatan.
Ilmu yang membahas tentang manusia dari Keanekaragaman fisik, Kebudayaan, Tradisi,
Cara berperilaku, Nilai moral.Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang
manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi
adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos
berarti manusia dan logos memiliki arti cerita atau kata. Secara harfiyah antropologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya. Adapun macam-macam
antropologi adalah:
Ø Antropologi fisik
Ø Antropologi budaya
Ø Antropologi sosial
Ø Antropologi medis
Ø Antropologi psikologi.
Secara khusus, ilmu antropologi terbagi kedalam lima subilmu yang mempelajari:
4. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan
seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam
suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
Konsep Dasar Antropologi, Mencakup 5 pokok kajian yaitu :
Pada dasarnya, perhatian antropologi yang paling awal adalah mengenai ciri-ciri dan sifat-
sifat masyarakat: bagaimana manusia berhubungan satu sama lain, dan bagaimana
masyarakat berubah sepanjang waktu dan mengapa masyarakat berubah sepanjang waktu.
Pendekatan secara interaktif memusatkan perhatian pada mekanisme, yang melalui
mekanisme tersebut individu-individu saling berhadapan dengan individu lainnya, atau
semata-mata tentang cara-cara individu-individu mendefinisikan situasi sosial mereka.
Pendekatan yang di gunakan antropologi menggunakan pendekatan kuantitatif
(positivistik) dan kualitatif (naturalistik). Artinya, dalam penelitian antropologi dapat di
lakukan melalui pengkajian secara statistik matematis, baik di lakukan untuk mengukur
pengaruh maupun maupun korelasi antar variabel penelitian, maupun dilakukan secara
kualitatif-naturalistik.
Selain pendekatan positivistik dan naturalistik, menurut kapplan dan manners(1999:6)
dalam antropologi pun di kenal pendekatan relativistik dan lomparatif. Pendekatan
relativistik memandang bahwa setiap kebudayaan merupakan konfigurasi unik yang
memiliki cita rasa kha, gaya, serta kemampuan tersendiri. Keunikan itu sering di nyatakan
dengan dukungan maupun tanpa dukungan bukti serta tidak banyak upaya membahas atau
menjelaskannya. Memang dalam pengertian tertentu, setiap budaya itu unik, persis
sebagaimana uniknya individu,tiap helai rambut dan tiap atom di alam semesta tidak sama.
Perbedaan itu kadarnya bermacam-macam. Apabila suatu fenomena sepenuhnya unik maka
mustahil kita akan memahaminya. Sebab kita mampu memahami sesutu fenomena hanya
dengan memahami bahwa ia mengandung beberapa kemiripan tertentu dengan hal-hal yang
telah kita kenal sebelumnya. Masyarakat relativ menyatakan bahwa suatu budaya harus
diamati sebagai suatu kebulatan tunggal dan hanya sebagai dirinya sendiri.
Kaum komparativis berpendapat bahwa suatu institusi, proses, kompleks, atau ihwal
sesuatu hal, haruslah terlebih dahulu dicopot dari matriks budaya yang lebih besar dengan
cara tertentu sehingga dapat dibandingkan dengan institusi, proses, kompleks, atau ihwal-
ihwal dalam konteks sosiokultular lain. Adanya relativitas yang ekstrem, berangkat dari
anggapan-anggapan bahwa tidak ada dua budaya pun yang sama, pola, tatanan, dan makna
akan di paksakan jika elemen-elemen diabstraksikan demi perbandingan. Oleh karena itu,
perbandingan bagian-bagian yang telah di abstraksikan dari suatu keutuhan, tidaklah dapat
di pertahankan secara analitis.
Namun, karena pemahaman tentang ketidaksamaan itu bersumber dari perbandingan,
maka tidak dapat kita katakan bahwa pendekatan relativistik itu tidak memiliki titik temu
dengan pendekatan komparatif . titik temu kedua pendekatan tersebut terletak pada pasal
tidak di izinkannya pemaksaan . terutama soal-soal yang berkaitan dengan ideologi, minat,
dan tekanan yang menimbulkan keragaman pendekatan metodologis tersebut.sebab
komparatif dan relatifis sama-sama mengetahui bahwa tidak ada dua budaya pun yang sama
persis. Sungguh pun demikian, mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan itu paling tidak 2
hal penting, yaitu walaupun para komparatifis mengakui bahwa semua bagian suatu budaya
niscaya ada unsur perbedaannya, tetapi mereka percaya dan menekankan pada unsur
persamaannya yang saling berkaitan secara fungsional,sebaliknya kaum relatifis sangat
menekankan masalah-masalah perbedaan di banding komparatifis (kapplan dan mannrs,
1999:6-8).
Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik kesimpulan
bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa pencegahan,
pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini yang
berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu
(interdisipliner).
• Sejarah Antrososial
Kebanyakan antropolog sependapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan
yang jelas batasannya pada sekitar pertengahan abad ke-19, tatkala perhatian orang pada evolusi
manusia berkembang. Antropologi sebagai disiplin akademik baru dimulai tidak lama setelah itu
ketika pengangkatan pertama antropolog profesional di Universitas, museum, dan kantor-kantor
pemerintahan (Garbarino,1984; koenjtaraningrat,1991). Namun tidak ada keraguan bahwa
gagasan antropologi sudah ada jauh sebelumnya. Tapi, ihwal kapan adalah diperdebatkan meski
tidak khusus setiap antropolog dan ahli sejarah memiliki alasan sendiri-sendiri untuk
menentukan kapan antropologi dimulai. Dari sudut pandang “sejarah gagasan”, tulisan-tulisan
filsuf, dan peziarah yunani, sejarawan arab kuno, peziarah eropa kuno, maupun masa renaisans,
dan filsuf, ahli hukum, ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong
bagi dibangunnya tradisi antropologi (Koentjaraningrat, 1991).
Sebagai contoh, Alan Barnard (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi adalah ketika
konsep “kontrak sosial” tersebut. Perdebatan pada abad ke-18 mengenai asal usul bahasa dan
megenai hubungan antara manusia dengan apa yang kita sebut primata yang lebih tinggi juga
relevan, sebagaimana halnya perdebatan pada abad ke-19 antara poligenesis (keyakinan bahwa
setiap ‘ras’ mempumyai asal usul terpisah) dan monogenesis (keyakinan bahwa manusia
memiliki asal usul keturunan yang sama, dari adam atau dari makhluk semacam kera.
Antropologi di Eropa pada abad ke-18
Menurut Jean jacques Rousseau, dalam tulisannya of the social contract (1973[1762]:183),
menyatakan bahwa: “kalau kita mengikuti pandangan [Grotius] bahwa kekuasaan itu dibangun
bagi yang dikuasai, maka niscaya spesies manusia terbagi-bagi menjadi begitu banyak kelompok
seperti kelompok penggembalaan ternak –nya demi kepentingan mereka sendiri”
(1973[1762]:183).
Antropologi pada abad ke-19, terlebih abad ke-20, berkembang dalam arah yang lebih
sistematik dan menggunakan peralatan metodologi ‘ilmiah’. Persoalan paradigma menjadi
semakin penting. (achmad fedyani saifuddin, 2006)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus berarti manusia , dan
logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan.
Para ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi marupakan studi tentang
umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanisiaan baik
dalam bentuk fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya.
Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik kesimpulan
bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa pencegahan,
pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini yang
berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu
(interdisipliner).
Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis ialah agar pembaca dapat memahami
definisi serta ruang lingkupsosiologi dan antropologi kesehatan. Dapat menambah wawasan,
Antropologi yang mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat berhubungan dengan sehat
dan sakit manusia sebagai pusat budaya dengan adanya kepercayaan dan kekuatan dalam
penyembuhan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA