Anda di halaman 1dari 11

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PALA (Myristica fragrans Houtt.)


MENGGUNAKAN HORMON GIBERALIN

Lisa Agurahe1), Henny L. Rampe1), Feky R. Mantiri1)


1)
Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
Email: Hennyrampe@unsrat.ac.id ; lisaaguraeh12@gmail.com ; fmantiri@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine the breakdown of nutmeg seed dormancy after application
using the hormone giberalin, and get the best concentration of giberalin in breaking nutmeg seed
dormancy. This research was conducted at the Laboratory of Basic Biology, Biology Study Program,
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University in December 2017 to
February of 2018. This study used the experimental method Complete Random Design (CRD) with
three replications. Treatment of Giberalin hormone concentration with four levels of treatment,
namely GA3 0 ppm (G0) (control), GA3 25 ppm (G1), GA3 50 ppm (G2), and GA3 75 ppm (G3). The
parameters observed were germination potential, germination similarity, vigor index and vigor
coefficient. The results showed that the application of the giberalin hormone had a significant effect
on the viability of nutmeg seeds including the potential for germination (Sig = 0,00) and the similarity
of germination in the 27th day study of G1 and G2 treatment of 11.11%. The potential results of
germination on nutmeg seed reached 100% at 54 HST. Observation of seed vigor obtained by the
value of vigor index is 12.37 and the vigor coefficient is 14.400

Keywords: Nutmeg seeds, Giberalin, Vigor, Viability

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pematahan dormansi benih pala setelah aplikasi
menggunakan hormon giberalin, dan mendapatkan konsentrasi giberalin yang paling baik dalam
mematahkan dormansi benih pala. Penelitian ini di Laboratorium Biologi Dasar Program Studi
Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi pada bulan
Desember Tahun 2017 sampai Februari Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Perlakuan konsentrasi hormon Giberalin
dengan empat taraf perlakuan yaitu GA3 0 ppm (G0) (kontrol), GA3 25 ppm (G1), GA3 50 ppm (G2),
dan GA3 75 ppm (G3). Parameter yang diamati adalah potensial berkecambah, keserempakan
perkecambahan, indeks vigor dan koefisien vigor. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi hormon
giberalin berpengaruh nyata terhadap viabilitas benih pala meliputi potensial berkecambah (Sig=
0,00) dan keserempakan perkecambahan pada penelitian hari ke 27 perlakuan G1 dan G2 yaitu
11,11%. Hasil pengamatan potensial berkecambah pada benih pala mencapai 100% pada 54 HST.
Pengamatan vigor benih diperoleh nilai indeks vigor yaitu 12,37 dan koefisien vigor yaitu 14.400.

Kata kunci: Benih Pala, Giberalin, Vigor, Viabilitas

30
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

PENDAHULUAN panjang disebabkan oleh keadaan fisik dari


kulit biji (Muhammad et al., 2008).
Tanaman pala (Myristica fragrans
Dormansi adalah keadaan
Houtt) merupakan tanaman asli Indonesia
pertumbuhan dan metabolisme yang
dan sebagai salah satu komoditas ekspor
terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi
penting, karena sekitar 70% kebutuhan pala
lingkungan yang tidak baik atau faktor dari
dunia dipasok dari Indonesia. Buah pala
tumbuhan itu sendiri. Dormansi juga
dikenal sebagai tanaman rempah yang
merupakan suatu prinsip kerja dari biji
memiliki nilai ekonomis dan multiguna.
tanaman untuk mempertahankan diri
Setiap bagian tanaman, mulai dari dagin
terhadap suhu yang sangat rendah pada
buah, biji, hingga tempurung pala dapat
musim dingin, bahkan pada suhu yang lebih
dimanfaatkan untuk industri makanan,
panas (Sasmitamihardja dan Siregar, 1997).
minuman, maupun kosmetik. Tanaman pala
Beberapa perlakuan dapat diberikan
dapat dikembangkan secara vegetatif dan
pada biji, sehingga tingkat dormansinya
generatif (Rismunandar, 1990).
dapat diturunkan dan presentase
Biji pala memiliki tempurung keras
kecambahnya tetap tinggi. Perlakuan
sehingga menyebabkan resistensi dan
tersebut dapat ditujukan pada kulit biji,
terhambatnya perkecambahan biji. Kondisi
embrio, maupun endosperm biji. Hal ini
seperti ini disebut dormansi mekanis,
dimaksudkan untuk menghilangkan faktor
sehingga untuk berkecambah memerlukan
penghambat perkecambahan dan
waktu 4-8 minggu. Salah satu upaya
mengaktifkan kembali sel-sel yang dorman.
mempercepat perkecambahan biji pala
Dormansi biji dapat dibedakan atas beberapa
adalah memudahkan masuknya air dan udara
tipe dan kadang-kadang satu jenis biji
ke embrio dengan merusak impermeabilitas
memiliki lebih dari satu tipe dormansi.
kulit biji, dengan cara memberi perlakuan
Dormansi biji berpengaruh terhadap
mekanis dan kimia pada biji (Putu et al.,
viabilititas dan vigor biji. Dormansi biji
2015).
dapat dipatahkan dengan cara: 1) perlakuan
Biji pala termasuk jenis biji
mekanis seperti skarifikasi dan tekanan; 2)
rekalsitran yaitu biji yang cepat rusak dan
perlakuan dengan perendaman air; 3)
viabilitas menurun apabila diturunkan kadar
perlakuan dengan cahaya; dan 4) perlakuan
airnya, dan tidak tahan disimpan pada suhu
kimia (William, 2014 dalam Naning, 2015).
dan kelembaban rendah, serta waktu
Pematahan dormansi dengan bahan
perkecambahannya lama (Yuniarti dan
kimia dapat digunakan kalium hidroksida,
Rustam 2011 dalam Erydhatirti, 2014).
asam hidroklorit, kalium nitrat, thiourea, dan
Penyebab dari adanya lambat
giberalin.
perkecambahan adalah tebalnya kulit biji,
Giberalin merupakan hormon yang
ketidakseimbangan senyawa perangsang,
mempercepat perkecambahan biji, kuncup
dan penghambat untuk memacu aktivitas
tunas, pemanjangan batang, pertumbuhan
perkecambahan biji. Hal ini menyebabkan
daun, merangsang pembungaan,
perkecambahan biji menjadi sangat lambat
perkembangan buah, mempengaruhi
atau mengalami dormansi. Biji pala
pertumbuhan, dan diferensiasi akar.
memiliki masa dormansi yang cukup
Giberalin merupakan hormon tumbuh pada

31
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

tanaman yang bersifat sintesis dan berperan Sadjad (1975) dalam Oben et al.,
mempercepat perkecambahan. Penelitian (2014), menyatakan bahwa viabilitas biji
yang dilakukan oleh Murniati dan Zuhri adalah daya hidup biji untuk tumbuh
(2002), mendapatkan bahwa giberalin menjadi kecambah. Tolak ukur parameter
mampu mempercepat perkecambahan biji viabilitas biji yaitu daya kecambah.
kopi dengan konsentrasi rata-rata Viabilitas dikelompokkan menjadi viabilitas
perkecambahan dan laju perkecambahan potensial yaitu kemampuan biji untuk hidup
tertinggi pada konsentrasi 80 ppm (Bey et dan viabilitas total yaitu kemampuan biji
al., 2005 dalam Ratna et al., 2013). untuk berkecambah dan tumbuh normal
Penelitian Nurshanti (2009) pada biji pada kondisi optimum, untuk menjadi
palem raja dengan menggunakan hormon tanaman normal, dan berproduksi. Vigor biji
giberalin dengan kosentrasi 75 ppm adalah kemampuan biji menghasilkan
diperoleh persentase kecambah hidup yang tanaman normal pada lingkungan yang
lebih tinggi yakni 32% dibanding perlakuan kurang memadai (sub-optimum) dan mampu
konsentrasi lainnya. Selanjutnya pengujian disimpan pada kondisi yang suboptimum
perkecambahan dengan hormon giberalin (Sadjad, 1993).
oleh Dina. (2012) mendapatkan bahwa Berdasarkan uraian di atas dan
pemberian giberalin 300 ppm memberikan ditinjau dari segi morfologi biji pala yang
hasil terbaik terhadap daya perkecambahan, dilindungi oleh tempurung yang keras, serta
bobot basah dan kering tajuk pada memiliki masa dormansi yang cukup
perkecambahan biji pinang (Areca catechu). panjang yaitu memerlukan waktu dua bulan
Pengaruh fisiologi giberalin pada untuk berkecambah (Arijani, 2005), maka
perkecambahan biji yaitu mendorong dilakukan penelitian pematahan dormansi
pemanjangan sel sehingga radikula dapat biji pala dengan menggunakan hormon
menembus kulit biji, dimana giberalin giberalin.
mendorong aktifitas enzim-enzim hidrolitik Penelitian ini bertujuan untuk
dalam proses perkecambahan. mengetahui pematahan dormansi benih pala
Menurut Purnobasuki (2011), (Myristica fragrans) setelah aplikasi
perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya menggunakan hormon giberalin dan
embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. mendapatkan konsentrasi hormon giberalin
Perkecambahan dapat dilihat dari vigor dan yang paling baik dalam mematahkan
viabilitas biji. Vigor merupakan kemampuan dormansi benih pala (Myristica fragrans).
biji untuk tumbuh normal pada keadaan
lingkungan yang suboptimal (Sutopo, 1993). METODE PENELITIAN
Biji yang bervigor tinggi akan dapat Waktu dan Tempat
mencapai tingkat produksi yang tinggi, yang Penelitian ini dilaksanakan pada
dicirikan antara lain tahan disimpan lama, bulan Desember Tahun 2017 sampai bulan
cepat tumbuhnya, dan mampu menghasilkan April Tahun 2018 bertempat pada
tanaman dewasa yang normal. Pematahan Laboratorium Biologi Dasar Program Studi
dormansi biji dapat diukur dari parameter Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
viabilitas dan vigor (Zahrotun et al., 2017) Pengetahuan Alam, Universitas Sam
Ratulangi, Manado.

32
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

Alat dan Bahan larutan GA 50 ppm yaitu 50 mg GA


Alat yang digunakan dalam dilarutkan dalam 1 L aquades, dan untuk 75
penelitian ini adalah: oven, timbangan ppm yaitu melarutkan 75 mg GA di larutkan
analitik, gelas ukur, gelas kimia, pipet, dalam 1 L aquades.
konteiner plastik ukuran 38 × 30 × 15 cm, 3. Pemilihan, Kadar air dan Daya imbibisi
sarung tangan, kertas label, kertas tissue, Pemilihan benih pala yang digunakan
kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan cara
meliputi: biji pala matang fisiologi, akuades, merendam biji pala yang telah dibersihkan
hormone Giberalin, dan media tanam tanah dalam air.
bercampur pasir. Biji pala yang tenggelam dipilih
sebagai bahan penelitian yang selanjutnya
Rancangan Penelitian disebut benih. Benih pala kemudian
Penelitian ini menggunakan metode dikeringkan pada suhu ruangan selama 90
eksperimen Rancangan Acak Lengkap menit dan ditimbang untuk mendapatkan
dengan tiga kali penggulangan. Perlakuan sampel homogen. Berat sampel benih pala
hormon giberalin (GA) yang diberikan yaitu yang digunakan dalam penelitian yaitu 8,00
konsentrasi GA 0 ppm kontrol (G0), GA 25 - 9,00 g.
ppm (G1), GA 50 ppm G2 ,dan GA 75 ppm Pengukuran kadar air dilakukan
(G3). dengan cara diambil 10 benih secara acak
dan dihitung kadar airnya menggunakan
Prosedur Penelitian metode oven selama 4 jam pada suhu 105oC.
1. Persiapan sampel Suhu ini digunakan untuk benih yang
Biji berasal dari buah yang telah mengandung minyak-minyak atsiri (Sutopo,
masak penuh (matang fisiologi) diambil dari 1993). Pengukuran daya imbibisi dengan
perkebunan warga di Desa Tombuluan, cara, diambil secara acak 10 benih kemudian
Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi ditimbang dan direndam dalam konteiner
Utara. Buah pala dipisahkan dari bijinya plastik yang berisi akuades selama dua jam
kemudian dibersihkan dari fuli dan dicuci selanjutnya ditimbang kembali. Metode ini
bersih. dirujuk dari penelitian yang dilakukan oleh
Media tanam yang digunakan yaitu Handayani (2017). Pengukuran daya
tanah bercampur pasir dengan perbandingan imbibisi bertujuan untuk mengetahui daya
1:1. Metode ini dirujuk dari penelitian yang serap atau kemampuan benih untuk
dilakukan oleh Yuniarti et al. (2015). Pasir menyerap.
dapat digunakan untuk menurunkan tingkat 4. Perlakuan
kekerasan tanah sehingga akar lebih mudah Benih pala direndam dalam hormon
menembus tanah. (Hakim et al., 1986 dalam giberalin sesuai perlakuan selama tiga jam.
Bukhari, 2013). Selanjutnya benih pala diangkat, ditiriskan
2. Pembuatan larutan giberalin kemudian ditanam dengan posisi embrio
Pembuatan larutan GA dengan benih menyentuh media tanam
konsentrasi 25, 50, dan 75 ppm, untuk 5. Pemeliharaan dan Pengamatan
membuat larutan GA 25 ppm yaitu 25 mg Pemeliharaan berupa penyiraman air
GA dilarutkan dalam 1 L aquades, untuk dengan volume sama sebanyak 50 ml untuk

33
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

tiap benih pada semua perlakuan dan Analisis Data


dilakukan sekali sehari. Metode ini dirujuk Data yang diperoleh dari hasil
dari penelitian oleh Mokodompit (2005). penelitian kemudian dianalisis dengan
Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA)
mencatat setiap biji yang mulai dan jika signifikan dilanjutkan dengan uji
berkecambah, dimana kriteria kecambah BNT taraf 0,05.
diawali dengan munculnya radikula dan
plumula. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkecambahan merupakan proses
Parameter yang Diukur awal pertumbuhan individu baru pada
1.Viabilitas Biji tanaman yang diawali dengan munculnya
Viabilitas biji dapat diukur dengan radikula dan plumula. Perkecambahan
parameter yang dikelompokkan menurut sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air
ISTA dalam Lesilolo et.al., (2013) sebagai dalam media pertumbuhan. Air akan
berikut: diabsorbsi dan digunakan untuk memacu
a. Potensi Berkecambah (PB): aktivitas enzim metabolisme perkecambahan
(Agustrina, 2008). Dalam penelitian ini
diawali dengan perhitungan kadar air dan
imbibisi benih pala.
Hasil pengukuran kadar air dan
b. Keserempakan Perkecambahan (KP) imbibisi biji pala ditunjukkan pada
Lampiran 1. Berdasarkan data tersebut
diperoleh nilai rata-rata kadar air adalah
KP= X100 6,25%. Hal ini menunjukan bahwa benih
pala yang digunakan sebagai sampel
penelitian telah memenuhi syarat sebagai
2.Vigor Biji benih. Sesuai dengan pendapat Sutopo
Kecepatan berkecambah yang dilihat (1993) yang menyatakan bahwa kadar air
dari vigornya, dapat dihitung menggunakan benih normal adalah 6-8%. Kadar air yang
rumus menurut Nengsih. (2017)) sebagai tinggi dapat menyebabkan benih
berikut: berkecambah sebelum ditanam sedangkan
a. Indeks Vigor kadar air yang terlalu rendah dapat
menyebabkan kerusakan pada embiro. Kadar
air adalah presentasi kandungan air suatu
b. Koefisien Vigor bahan, yang sangat berpengaruh terhadap
suatu benih.
( ) Data hasil pengukuran daya imbibisi
Dimana: G: Jumlah kecambah pada hari biji pala diperoleh nilai rata-rata yaitu 0,23
tertentu g. Daya imbibisi menyatakan kemampuan
D: Waktu yang berkoresponden biji untuk menyerap air yang diperlukan dan
dengan jumlah kecambah sebagai tahap awal perkecambahan. Imbibisi
tersebut. menyebabkan biji mengembang dan

34
Tabel 2. Analisis Varian Potensial Berkecambah Benih Pala (Myristica fragrans)
PHARMACON– PROGRAM PotensialSTUDI
Berkecambah Nilai FUNIVERSITAS
FARMASI, FMIPA, Sig SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
14 HST 45,980 0,00 *
28 HST 48,948 0,00 *
42 HST 100,008 0,00 *
Ket: *Sig < 0,05

memecahkan kulit biji serta memicu giberalin konsentrasi 75 ppm (G3) yaitu
perubahan metabolik pada embrio sehingga 42,77%, perlakuan giberalin konsentrasi 25
dapat melanjutkan pertumbuhannya. Enzim- ppm (G1) yaitu 5,56 ppm. Nilai potensial
enzim akan menghidrolisis bahan-bahan berkecambah terendah yaitu perlakuan
yang disimpan dalam kotiledon dan nutrien- giberalin 0 ppm (G0) sebagai kontrol yaitu
nutrien didalamnya. Enzim yang 0%.
berperandalam hidrolisis cadangan makanan Pengamatan pada 28 HST, nilai
adalah enzim amilase, dan protease (Surya, potensial berkecambah tertinggi yaitu pada
2010 dalam Supardy et al., 2016). perlakuan G2 dan G1 yaitu 94,45%,
Benih sebagian besar tumbuhan kemudian diikuti perlakuan G1 yaitu 61,12%.
biasanya berkecambah dengan segera bila Nilai potensial berkecambah terendah pada
diberi air, didukung dengan suhu yang perlakuan G0 yaitu 0%. Pada pengamatan 42
memadai, cahaya matahari, dan keadaan HST, nilai potensial berkecambah pada
lingkungan yang sesuai. Beberapa tumbuhan perlakuan G2, G3 dan G1 telah mencapai
bijinya tidak segera berkecambah meskipun 100%, Dan nilai potensial berkecambah pada
kondisi lingkungan yang mendukung. Benih perlakuan G0 yaitu 16,67%. Pengamatan
tersebut mengalami dormansi. Peristiwa terakhir pada 54 HST nilai potensial
dormansi biasanya terjadi sebagai akibat dari berkecambah untuk semua perlakuan telah
embrio, kulit benih, dan faktor lingkungan. mencapai 100%.
(Prawiranata et al., 1988). Pada pengamatan yang terakhir 54
1.Viabilitas Biji HST setiap perlakuan telah mencapai nilai
a. Potensial Berkecambah (PB) 100%. Hal ini berarti setiap benih pala
Penelitian ini menggunakan giberalin dengan perlakuan hormon giberalin telah
dengan konsentrasi larutan yang berbeda. berhasil dipatahkan masa dormansi dan telah
Pengamatan rata-rata potensial berkecambah bertumbuh walaupun dalam kondisi yang
benih pala pada 14 HST, untuk perlakuan suboptimum. Data pengamatan dormansi
giberalin konsentrasi 50 ppm (G2) dapat dilihat pada Lampiran 3.
menunjukkan nilai potensial berkecambah Menurut Abidin, (1987) dalam Asra,
tertinggi 75%. Selanjutnya diikuti perlakuan (2014) perendaman benih dalam larutan

Tabel 1. Rerata Potensial Berkecambah (%) Benih Pala (Myristica fragrans)


Perlakuan Hari Sesudah Tanam (HST)
14 28 42 54
GA3 0 ppm (G0) 0a 0a 16,67a 100

GA3 25 ppm (G1 ) 5,56b 61,12b 100b 100

GA3 50 ppm (G2) 75d 94,45c 100b 100

GA3 75 ppm (G3) 42,77c 94,45c 100b 100 35

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dalam


satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

giberalin dapat menyebabkan terjadinya benih lebih tinggi dibanding kontrol.


pelunakkan kulit benih sehingga lebih Adapun pengaruh giberalin terhadap
permeabel terhadap air dan oksigen. Hal ini pertumbuhan vegetatif merangsang aktifitas
akan memudahkan benih menyerap larutan pembelahan sel pada daerah meristem
giberelin, dengan masuknya giberalin ke batang dan kambium, disamping itu
dalam benih akan merangsang pembentukan giberalin juga merangsang pemebasaran sel
enzim alfa amilase untuk mengubah pati sehingga mempercepat tumbuhnya batang
menjadi glukosa. dan daun pada tanaman.
Abidin. (1984) dalam Mokodompit Pengamatan pada perlakuan G0
(2015), peranan giberalin dan auksin (kontrol), perkecambahan benih pala baru
terhadap pertumbuhan tanaman yaitu berkecambah pada hari ke- 42 HST.
meransang pemanjangan sel dan akibatnya Peristiwa ini berarti telah memenuhi teori
terjadi pemanjangan batang. Tinggi tanaman dan waktu perkecambahan benih pala
akan mengalami penurunan apabila sebenarnya atau tanpa perlakuan hormon
melewati konsentrasi tertentu. Hal ini giberalin. Waktu yang dibutuhkan benih pala
dikarenakan kebutuhan hormon tumbuh bagi untuk berkecambah adalah 60 hari (dua
tanaman sangat rendah dan apabila melewati bulan), sedangkan jika dibandingkan dengan
konsentrasi tertentu hormon akan menjadi benih pala yang diaplikasikan dengan
inhibitor atau penghambat tumbuhan. giberalin waktu untuk berkecambah menjadi
Belakhir et al., (1998), menyatakan bahwa lebih singkat yaitu 14 HST.
fungsi hormon giberalin adalah sebagai b. Keserempakan Perkecambahan (KP)
hormon tumbuh, dimana senyawa ini aktif Keserempakan perkecambahan benih
dalam konsentrasi rendah dan bersifat pala pada 27 HST menunjukkan aplikasi
merangsang, menghambat atau merubah GA3 tidak berpengaruh terhadap
proses fisiologi tanaman secara kuantitatif keserempakan perkecambahan dan nilai
atau kualitatif. Sig=0,119 pada taraf uji 0,05 dengan Sig ˃
Penelitian pengaruh pemberian 0,05. Hal ini terjadi karena pada tiap benih
hormon giberalin oleh Arifin et al., (2014) pala dari perlakuan G1, G2 dan G3 telah
pada cabai merah keriting dengan pemberian diberikan perlakuan hormon giberalin

Tabel 4. Hasil Analisis Varian Keserempakan Perkecambahan Biji Pala (Myristica fragrans)
Keserempakan Nilai F Sig.
Perkecambahan
27 HST 2,667 0,119

Ket: *Sig < 0,05

giberalin konsentrasi 0, 20, 40, dan, 60 ppm dengan konsentrasi yang berbeda-beda,
menunjukkan bahwa konsntrasi 20 ppm maka waktu pertumbuhan juga berbeda
dapat meningkatkan pertumbuhan daun yang tergantung konsentrasi yang diberikan.
lebih cepat. Penelitian Chaudhary (2006), Homogenitas perkecambahan diawali
menunjukkan pemberian hormon giberalin dengan keserempakan perkecambahan benih
30 ppm meningkatkan produksi buah jambu

36
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Tabel. 3 Keserempakan Perkecambahan Biji Pala (MyristicaVolume
fragrans)
8 Nomor 1 Februari 2019
Perlakuan Banyaknya Keserempakan
Benih Perkecambahan (%)
GA 0 ppm (G0) 0 0 pada

{kontrol}

GA 25 ppm (G1) 4 11,11

GA 50 ppm (G2) 4 11,11

GA 75 ppm (G3) 0 0

sehingga selain cepat berkecambah benih kemampuannya untuk tumbuh normal pada
juga tumbuh serempak. semua kondisi lapang maupun setelah benih
Keserempakan tumbuh terkait melampaui periode simpan lama (Sutopo,
dengan kemampuan memanfaatkan 2004).
cadangan energi dalam masing-masing benih 1. Indeks Vigor
untuk tumbuh manjadi kecambah (Sadjad et Data perhitungan indeks vigor dapat
al., 1999). Peran giberalin dalam dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil
perkecambahan adalah mendorong perhitungan nilai indeks vigor benih pala
perkecambahan benih, karena giberalin yaitu 12,37. Hal ini menunjukkan pada
dapat mengaktifkan pertumbuhan vegetatif kecepatan benih berkecambah yang ditandai
embrio, dan mobilisasi cadangan makanan dengan terbentuknya plumula dan radikula.
yang disimpan di endosperm Asra (2014). Benih yang bervigor tinggi mampu
Sumiasri dan Priadi (2003), menunjukkan kinerja yang baik dalam
mengatakan bahwa penggunaan konsentrasi proses perkecambahan dalam kondisi
5 mg/l GA3 memberikan pengaruh terbaik lingkungan yang beragam (ISTA, 2007).
pada pertumbuhan tanaman sungkai pada Terdapat beberapa faktor yang
media cair. Selain itu ditemukan bahwa mempengaruhi vigor benih. Faktor yang
kisaran konsentrasi antara 5-10 mg/l GA3 mempengaruhi vigor, meliputi genetik,
menghasilkan nilai rata-rata tinggi daripada kematangan benih, lingkungan, ukuran
kontrol dan 15 mg/l GA3 pada semua benih, dan mikroorganisme (Yudono, 2006).
parameter pertumbuhan yang diamati, dan 2. Koefisien Vigor
secara statistik berbeda nyata dengan kontrol Hasil perhitungan koefisien vigor
adalah perlakuan 5 mg/l GA3. benih pala dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Vigor Benih Berdasarkan hasil yang diperoleh yaitu
Pengujian vigor benih sangat 14.400 menunjukkan pada kualitas benih
diperlukan dalam informasi mutu benih. yang baik sehingga proses perkecambahan
Vigor adalah kemampuan benih untuk dapat terjadi walaupun pada keadaan
tumbuh normal pada keadaan lingkungan lingkungan suboptimum. Bila benih
suboptimum. Kekuatan tumbuh dan daya mempunyai vigor lebih besar dari 30
simpan benih merupakan parameter merupakan benih yang memiliki kecepatan
viabilitas yang dapat mencerminkan kondisi tumbuh yang lebih kuat (Sadjad, 1993).
vigor benih. Keduanya menempatkan benih

37
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

Pengujian vigor benih sangat diperlukan Agustrina, R. 2008. Perkecambahan dan


dalam informasi mutu benih. Pertumbuhan Kecambah Leguminoceae
Koefisien vigor menunjukan kualitas dibawah Pengaruh Medan Magnet.
benih yang baik sehingga mempengaruhi Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan
proses perkecambahan menjadi lebih cepat Pengabdian kepada Masyarakat.
terjadi. Hasil koefisien vigor yang diperoleh Universitas Lampung, Bandarlampung.
yaitu menunjukan kualitas vigor Arifin, Z., P. Yudono., dan Toekidjo. 2014.
yang tinggi. Benih dengan nilai vigor ini Pengaruh Konsentrasi GA3 Terhadap
dapat tumbuh normal pada lingkungan Pembungaan dan Kualitas Benih Cabai
suboptimum, karena benih yang bervigor Merah Keriting (Capsicum annuum L).
tinggi, tingkat produksifitasnya juga sangat Jurnal Vegetalika, 1(4): 128-140.
tinggi. Arijani. 2005. Biologi dan Konservasi
Utami (2011) mengatakan bahwa Marga Myristica di Indonesia. Jurnal
benih yang performannya bagus disebut Biodiversitas, 6(2): 147-151.
benih bervigor tinggi, sedangkan sebaliknya Asra, R. 2014. Pengaruh Hormon Giberalin
adalah benih bervigor rendah. vigor benih (GA3) Terhadap Daya Kecambah dan
termasuk salah satu sifat-sifat benih yang Vigoritas (Calopogonium caeruleum).
menentukan potensi untuk pemunculan Jurnal Biospecies, 7(1): 29-33.
kecambah yang cepat, serempak, dan normal Belakbir, A., J.M. Ruiz. and L. Romero.
pada kondisi lingkungan yang bervariasi. 1998. Yield and Fruit Quality of Pepper
(Capsicum Annuum L) in Response to
KESIMPULAN Bioregulators. 33(1): 65-68.
Berdasarkan penelitian yang telah Bukhari. 2013. Pengaruh Konsentrasi KNO3
dilakukan dan hasil yang diperoleh, maka dan Lama Perendaman Terhadap
dapat disimpulkan: Viabilitas dan Vigor Benih Pepaya
1. Hormon giberalin dapat mematahkan (Carica papaya L). [Skripsi]. Prodi
dormansi benih pala (Myristica Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
fragrans), pada hari ke -14 HST Universitas Teukur Umar Meulaboh,
2. Konsentrasi hormon giberalin yang Aceh Barat.
paling baik untuk mematahkan Chaudhary, B.R., M.D. Sharma., S.M.
dormansi benih pala (Myristica Sakya., dan D.M. Gautam. 2006. Effec
fragrans) adalah 50 ppm (G2). off Plant Growt, Yield and Quality of
Chili (Casicum annuum L) at Ramput
SARAN Chitwan. Journal Agric, 27: 65-68.
Untuk mematahkan dormansi benih Dina, M. 2012. Respon Perkecambahan
pala dapat menggunakan giberalin 50 ppm. Benih Pinang (Areca catechu) Terhadap
Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan Berbagai Skariikasi dan Kosentrasi
perlakuan kimia menggunakan HCl atau Asam Giberalat (GA3). Jurnal online
metode pematahan dormansi dengan Agroekoteknologi, 1(1): 12
skarifikasi. Erydhatirti, D.P. 2014. Aktifitas Antibakteri
Minyak Biji Pala (Myristica fragrans
DAFTAR PUSKATA Houtt.) Terenkapsulasi Pada Pure Jambu

38
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

Biji Merah ( Psidium guajava L.). Kayu Afrika (Maesopsis eminii). Jurnal
[Skripsi]. Departemen Ilmu dan Lestari, 2(1): 101-108.
Teknologi Pangan, IPB, Bogor. Prawiranata, W., S. Harran dan
ISTA. 2007. International Rules for Seed Tjondronegoro. 1988. Dasar-dasar
Testing: Edition 2006. The International Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian
Seed Testing Association. Bassersdorf. IPB, Bogor.
Switzerland. Priadi, D., dan N. Sumiasri. 2003. Pengaruh
Lesololo, M.K., J. Riry., dan E.A. Matatula. Lama Penyimpanan dan Zat Pengatur
2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor Tumbuh (GA3) Terhadap
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Perkecambahan Biji Saga Telik
Beredar di Pasaran Kota Ambon. Jurnal (Adenanthera pavonina L.). Jurnal
Agrologia, 2(1): 1-9. Ilmiah Pertanian, Universitas Islam
Mokodompit, T.M. 2005. Perkecambahan Riau. 6(1): 53-56
Benih Pala (myristica fragrans Hout) Purnobasuki.H.2011.Perkecambahan.http//:s
dengan Pemberian Giberalin dan Auksin. kp.unair.ac.id/repositori/Guru./Perkecam
[Skripsi]. Fakultas MIPA UNSRAT, bahanHeryPurnobasuki_237.pdf
Manado. [Diakses 23 Mei 2011].
Muhammad, S.S., E. Adelina., dan T. Putu, E.S.D., S. Samudin., dan Adrianton.
Budiarti. 2008. Pengaruh Skarifikasi dan 2015. Perkecambahan Benih Pala
Media Tumbuh terhadap Viabilitas (Myristica fragrans Houtt) dengan
Benih Dan Vigor Kecambah Aren. Metode Skarifikasi dan Perendaman
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 13(1): ZPT Alami. e-Journal Agrotekbis, 3(2):
7-12. 158 – 167
Murniati dan E. Zuhri. 2002. Peranan Ratna, D., H. Sutrino dan Nasirwan. 2013.
GiberaliTerhadap Perkecambahan Pemulihan Deteriorasi Biji Kedelai
Benih Kopi Robusta Tanpa Kulit. (Glycine Max L.) dengan Aplikasi
Jurnal Sagu, 1(1): 1-5. Giberalin. Jurnal Penelitian Pertanian
Naning, Y., dan D.F. Djaman. 2015. Teknik Terapan, 13(2): 116-122
PematahanDormansi untuk Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga
MempercepatPerkecambahan Benih Pala. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya,
Kourbaril (Hymenaea courbaril). Jurnal Jakarta.
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Rismunandar. 1992. Hormon Tanaman dan
Tanaman Hutan. 1(6): 1433-1437 Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nurshanti, D.F. 2009. Zat Pengatur Tumbuh Sadjad, S., Muniarti. E., Ilyas. S. 1999.
Asam Giberalin (GA3) DAN Pengaruh Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Terhadap Perkecambahan Benih Palem Komperatif ke Simulatif. Grasindo,
Raja (Roystonea regia). Jurnal Jakarta.
Agronobis. 1(2): 71-77 Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih.
Oben, B.Afif., dan R. Melya. Pengaruh Rajawali Press, Jakarta.
Perendaman Benih pada Berbagai Suhu Salisbury, F. B. dan Ross. C. W. 1992.
Awal Air Terhadap Viabilitas Benih Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung.

39
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019

Sastramiharja, D. dan A. Siregar. 1997.


Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi
ITB, Bandung.
Supardy., A. Enny, M. Usman 2016.
Pengaruh Lama Perendaman dan
Konsentrasi Giberalin (GA3) Terhadap
Viabilitas Benih Kakao (Theobroma
cacao L.) Jurnal Agrotekbis 2(3): 425-
431
Sutopo, L. 1993. Teknologi Biji. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya,
Malang.
Sutopo, L, 2004. Teknologi Benih. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Utami, E.P. 2013. Perlakuan Priming Benih
untuk Mempertahankan Vigor Benih
Kacang Panjang (Vigna unguiculata)
Selama Penyimpanan. [Skripsi].
Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yuniarti, N., dan E. Reustaman. 2011.
Teknik Pengemasan Benih Rekalsitran
untuk Transportasi. Prosiding Seminar
Hasil-Hasil Penelitian. Balai Penelitian
Teknologi Pembenihan, Bogor.
Yudono, A., dan W.M. Purwanto. 2006.
Kajian Aspek Fisiologi dan Biokimia
Deteriorasi Benih Kedelai dalam
Penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian.
11(2): 76-87
Zahrotun, N.L.E.F., S. Dermawan., dan
Respartijati. 2017. Uji Vigor dan
Viabilitas Benih Dua Klon Karet (Hevea
brasiliensis Muell Arg).Jurnal Produksi
Tanaman 5(3): 484-492

40

Anda mungkin juga menyukai