ABSTRACT
This study aims to determine the breakdown of nutmeg seed dormancy after application
using the hormone giberalin, and get the best concentration of giberalin in breaking nutmeg seed
dormancy. This research was conducted at the Laboratory of Basic Biology, Biology Study Program,
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University in December 2017 to
February of 2018. This study used the experimental method Complete Random Design (CRD) with
three replications. Treatment of Giberalin hormone concentration with four levels of treatment,
namely GA3 0 ppm (G0) (control), GA3 25 ppm (G1), GA3 50 ppm (G2), and GA3 75 ppm (G3). The
parameters observed were germination potential, germination similarity, vigor index and vigor
coefficient. The results showed that the application of the giberalin hormone had a significant effect
on the viability of nutmeg seeds including the potential for germination (Sig = 0,00) and the similarity
of germination in the 27th day study of G1 and G2 treatment of 11.11%. The potential results of
germination on nutmeg seed reached 100% at 54 HST. Observation of seed vigor obtained by the
value of vigor index is 12.37 and the vigor coefficient is 14.400
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui pematahan dormansi benih pala setelah aplikasi
menggunakan hormon giberalin, dan mendapatkan konsentrasi giberalin yang paling baik dalam
mematahkan dormansi benih pala. Penelitian ini di Laboratorium Biologi Dasar Program Studi
Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi pada bulan
Desember Tahun 2017 sampai Februari Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Perlakuan konsentrasi hormon Giberalin
dengan empat taraf perlakuan yaitu GA3 0 ppm (G0) (kontrol), GA3 25 ppm (G1), GA3 50 ppm (G2),
dan GA3 75 ppm (G3). Parameter yang diamati adalah potensial berkecambah, keserempakan
perkecambahan, indeks vigor dan koefisien vigor. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi hormon
giberalin berpengaruh nyata terhadap viabilitas benih pala meliputi potensial berkecambah (Sig=
0,00) dan keserempakan perkecambahan pada penelitian hari ke 27 perlakuan G1 dan G2 yaitu
11,11%. Hasil pengamatan potensial berkecambah pada benih pala mencapai 100% pada 54 HST.
Pengamatan vigor benih diperoleh nilai indeks vigor yaitu 12,37 dan koefisien vigor yaitu 14.400.
30
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
31
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
tanaman yang bersifat sintesis dan berperan Sadjad (1975) dalam Oben et al.,
mempercepat perkecambahan. Penelitian (2014), menyatakan bahwa viabilitas biji
yang dilakukan oleh Murniati dan Zuhri adalah daya hidup biji untuk tumbuh
(2002), mendapatkan bahwa giberalin menjadi kecambah. Tolak ukur parameter
mampu mempercepat perkecambahan biji viabilitas biji yaitu daya kecambah.
kopi dengan konsentrasi rata-rata Viabilitas dikelompokkan menjadi viabilitas
perkecambahan dan laju perkecambahan potensial yaitu kemampuan biji untuk hidup
tertinggi pada konsentrasi 80 ppm (Bey et dan viabilitas total yaitu kemampuan biji
al., 2005 dalam Ratna et al., 2013). untuk berkecambah dan tumbuh normal
Penelitian Nurshanti (2009) pada biji pada kondisi optimum, untuk menjadi
palem raja dengan menggunakan hormon tanaman normal, dan berproduksi. Vigor biji
giberalin dengan kosentrasi 75 ppm adalah kemampuan biji menghasilkan
diperoleh persentase kecambah hidup yang tanaman normal pada lingkungan yang
lebih tinggi yakni 32% dibanding perlakuan kurang memadai (sub-optimum) dan mampu
konsentrasi lainnya. Selanjutnya pengujian disimpan pada kondisi yang suboptimum
perkecambahan dengan hormon giberalin (Sadjad, 1993).
oleh Dina. (2012) mendapatkan bahwa Berdasarkan uraian di atas dan
pemberian giberalin 300 ppm memberikan ditinjau dari segi morfologi biji pala yang
hasil terbaik terhadap daya perkecambahan, dilindungi oleh tempurung yang keras, serta
bobot basah dan kering tajuk pada memiliki masa dormansi yang cukup
perkecambahan biji pinang (Areca catechu). panjang yaitu memerlukan waktu dua bulan
Pengaruh fisiologi giberalin pada untuk berkecambah (Arijani, 2005), maka
perkecambahan biji yaitu mendorong dilakukan penelitian pematahan dormansi
pemanjangan sel sehingga radikula dapat biji pala dengan menggunakan hormon
menembus kulit biji, dimana giberalin giberalin.
mendorong aktifitas enzim-enzim hidrolitik Penelitian ini bertujuan untuk
dalam proses perkecambahan. mengetahui pematahan dormansi benih pala
Menurut Purnobasuki (2011), (Myristica fragrans) setelah aplikasi
perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya menggunakan hormon giberalin dan
embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. mendapatkan konsentrasi hormon giberalin
Perkecambahan dapat dilihat dari vigor dan yang paling baik dalam mematahkan
viabilitas biji. Vigor merupakan kemampuan dormansi benih pala (Myristica fragrans).
biji untuk tumbuh normal pada keadaan
lingkungan yang suboptimal (Sutopo, 1993). METODE PENELITIAN
Biji yang bervigor tinggi akan dapat Waktu dan Tempat
mencapai tingkat produksi yang tinggi, yang Penelitian ini dilaksanakan pada
dicirikan antara lain tahan disimpan lama, bulan Desember Tahun 2017 sampai bulan
cepat tumbuhnya, dan mampu menghasilkan April Tahun 2018 bertempat pada
tanaman dewasa yang normal. Pematahan Laboratorium Biologi Dasar Program Studi
dormansi biji dapat diukur dari parameter Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
viabilitas dan vigor (Zahrotun et al., 2017) Pengetahuan Alam, Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
32
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
33
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
34
Tabel 2. Analisis Varian Potensial Berkecambah Benih Pala (Myristica fragrans)
PHARMACON– PROGRAM PotensialSTUDI
Berkecambah Nilai FUNIVERSITAS
FARMASI, FMIPA, Sig SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
14 HST 45,980 0,00 *
28 HST 48,948 0,00 *
42 HST 100,008 0,00 *
Ket: *Sig < 0,05
memecahkan kulit biji serta memicu giberalin konsentrasi 75 ppm (G3) yaitu
perubahan metabolik pada embrio sehingga 42,77%, perlakuan giberalin konsentrasi 25
dapat melanjutkan pertumbuhannya. Enzim- ppm (G1) yaitu 5,56 ppm. Nilai potensial
enzim akan menghidrolisis bahan-bahan berkecambah terendah yaitu perlakuan
yang disimpan dalam kotiledon dan nutrien- giberalin 0 ppm (G0) sebagai kontrol yaitu
nutrien didalamnya. Enzim yang 0%.
berperandalam hidrolisis cadangan makanan Pengamatan pada 28 HST, nilai
adalah enzim amilase, dan protease (Surya, potensial berkecambah tertinggi yaitu pada
2010 dalam Supardy et al., 2016). perlakuan G2 dan G1 yaitu 94,45%,
Benih sebagian besar tumbuhan kemudian diikuti perlakuan G1 yaitu 61,12%.
biasanya berkecambah dengan segera bila Nilai potensial berkecambah terendah pada
diberi air, didukung dengan suhu yang perlakuan G0 yaitu 0%. Pada pengamatan 42
memadai, cahaya matahari, dan keadaan HST, nilai potensial berkecambah pada
lingkungan yang sesuai. Beberapa tumbuhan perlakuan G2, G3 dan G1 telah mencapai
bijinya tidak segera berkecambah meskipun 100%, Dan nilai potensial berkecambah pada
kondisi lingkungan yang mendukung. Benih perlakuan G0 yaitu 16,67%. Pengamatan
tersebut mengalami dormansi. Peristiwa terakhir pada 54 HST nilai potensial
dormansi biasanya terjadi sebagai akibat dari berkecambah untuk semua perlakuan telah
embrio, kulit benih, dan faktor lingkungan. mencapai 100%.
(Prawiranata et al., 1988). Pada pengamatan yang terakhir 54
1.Viabilitas Biji HST setiap perlakuan telah mencapai nilai
a. Potensial Berkecambah (PB) 100%. Hal ini berarti setiap benih pala
Penelitian ini menggunakan giberalin dengan perlakuan hormon giberalin telah
dengan konsentrasi larutan yang berbeda. berhasil dipatahkan masa dormansi dan telah
Pengamatan rata-rata potensial berkecambah bertumbuh walaupun dalam kondisi yang
benih pala pada 14 HST, untuk perlakuan suboptimum. Data pengamatan dormansi
giberalin konsentrasi 50 ppm (G2) dapat dilihat pada Lampiran 3.
menunjukkan nilai potensial berkecambah Menurut Abidin, (1987) dalam Asra,
tertinggi 75%. Selanjutnya diikuti perlakuan (2014) perendaman benih dalam larutan
Tabel 4. Hasil Analisis Varian Keserempakan Perkecambahan Biji Pala (Myristica fragrans)
Keserempakan Nilai F Sig.
Perkecambahan
27 HST 2,667 0,119
giberalin konsentrasi 0, 20, 40, dan, 60 ppm dengan konsentrasi yang berbeda-beda,
menunjukkan bahwa konsntrasi 20 ppm maka waktu pertumbuhan juga berbeda
dapat meningkatkan pertumbuhan daun yang tergantung konsentrasi yang diberikan.
lebih cepat. Penelitian Chaudhary (2006), Homogenitas perkecambahan diawali
menunjukkan pemberian hormon giberalin dengan keserempakan perkecambahan benih
30 ppm meningkatkan produksi buah jambu
36
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Tabel. 3 Keserempakan Perkecambahan Biji Pala (MyristicaVolume
fragrans)
8 Nomor 1 Februari 2019
Perlakuan Banyaknya Keserempakan
Benih Perkecambahan (%)
GA 0 ppm (G0) 0 0 pada
{kontrol}
GA 75 ppm (G3) 0 0
sehingga selain cepat berkecambah benih kemampuannya untuk tumbuh normal pada
juga tumbuh serempak. semua kondisi lapang maupun setelah benih
Keserempakan tumbuh terkait melampaui periode simpan lama (Sutopo,
dengan kemampuan memanfaatkan 2004).
cadangan energi dalam masing-masing benih 1. Indeks Vigor
untuk tumbuh manjadi kecambah (Sadjad et Data perhitungan indeks vigor dapat
al., 1999). Peran giberalin dalam dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil
perkecambahan adalah mendorong perhitungan nilai indeks vigor benih pala
perkecambahan benih, karena giberalin yaitu 12,37. Hal ini menunjukkan pada
dapat mengaktifkan pertumbuhan vegetatif kecepatan benih berkecambah yang ditandai
embrio, dan mobilisasi cadangan makanan dengan terbentuknya plumula dan radikula.
yang disimpan di endosperm Asra (2014). Benih yang bervigor tinggi mampu
Sumiasri dan Priadi (2003), menunjukkan kinerja yang baik dalam
mengatakan bahwa penggunaan konsentrasi proses perkecambahan dalam kondisi
5 mg/l GA3 memberikan pengaruh terbaik lingkungan yang beragam (ISTA, 2007).
pada pertumbuhan tanaman sungkai pada Terdapat beberapa faktor yang
media cair. Selain itu ditemukan bahwa mempengaruhi vigor benih. Faktor yang
kisaran konsentrasi antara 5-10 mg/l GA3 mempengaruhi vigor, meliputi genetik,
menghasilkan nilai rata-rata tinggi daripada kematangan benih, lingkungan, ukuran
kontrol dan 15 mg/l GA3 pada semua benih, dan mikroorganisme (Yudono, 2006).
parameter pertumbuhan yang diamati, dan 2. Koefisien Vigor
secara statistik berbeda nyata dengan kontrol Hasil perhitungan koefisien vigor
adalah perlakuan 5 mg/l GA3. benih pala dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Vigor Benih Berdasarkan hasil yang diperoleh yaitu
Pengujian vigor benih sangat 14.400 menunjukkan pada kualitas benih
diperlukan dalam informasi mutu benih. yang baik sehingga proses perkecambahan
Vigor adalah kemampuan benih untuk dapat terjadi walaupun pada keadaan
tumbuh normal pada keadaan lingkungan lingkungan suboptimum. Bila benih
suboptimum. Kekuatan tumbuh dan daya mempunyai vigor lebih besar dari 30
simpan benih merupakan parameter merupakan benih yang memiliki kecepatan
viabilitas yang dapat mencerminkan kondisi tumbuh yang lebih kuat (Sadjad, 1993).
vigor benih. Keduanya menempatkan benih
37
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
38
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
Biji Merah ( Psidium guajava L.). Kayu Afrika (Maesopsis eminii). Jurnal
[Skripsi]. Departemen Ilmu dan Lestari, 2(1): 101-108.
Teknologi Pangan, IPB, Bogor. Prawiranata, W., S. Harran dan
ISTA. 2007. International Rules for Seed Tjondronegoro. 1988. Dasar-dasar
Testing: Edition 2006. The International Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian
Seed Testing Association. Bassersdorf. IPB, Bogor.
Switzerland. Priadi, D., dan N. Sumiasri. 2003. Pengaruh
Lesololo, M.K., J. Riry., dan E.A. Matatula. Lama Penyimpanan dan Zat Pengatur
2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor Tumbuh (GA3) Terhadap
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Perkecambahan Biji Saga Telik
Beredar di Pasaran Kota Ambon. Jurnal (Adenanthera pavonina L.). Jurnal
Agrologia, 2(1): 1-9. Ilmiah Pertanian, Universitas Islam
Mokodompit, T.M. 2005. Perkecambahan Riau. 6(1): 53-56
Benih Pala (myristica fragrans Hout) Purnobasuki.H.2011.Perkecambahan.http//:s
dengan Pemberian Giberalin dan Auksin. kp.unair.ac.id/repositori/Guru./Perkecam
[Skripsi]. Fakultas MIPA UNSRAT, bahanHeryPurnobasuki_237.pdf
Manado. [Diakses 23 Mei 2011].
Muhammad, S.S., E. Adelina., dan T. Putu, E.S.D., S. Samudin., dan Adrianton.
Budiarti. 2008. Pengaruh Skarifikasi dan 2015. Perkecambahan Benih Pala
Media Tumbuh terhadap Viabilitas (Myristica fragrans Houtt) dengan
Benih Dan Vigor Kecambah Aren. Metode Skarifikasi dan Perendaman
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 13(1): ZPT Alami. e-Journal Agrotekbis, 3(2):
7-12. 158 – 167
Murniati dan E. Zuhri. 2002. Peranan Ratna, D., H. Sutrino dan Nasirwan. 2013.
GiberaliTerhadap Perkecambahan Pemulihan Deteriorasi Biji Kedelai
Benih Kopi Robusta Tanpa Kulit. (Glycine Max L.) dengan Aplikasi
Jurnal Sagu, 1(1): 1-5. Giberalin. Jurnal Penelitian Pertanian
Naning, Y., dan D.F. Djaman. 2015. Teknik Terapan, 13(2): 116-122
PematahanDormansi untuk Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga
MempercepatPerkecambahan Benih Pala. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya,
Kourbaril (Hymenaea courbaril). Jurnal Jakarta.
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Rismunandar. 1992. Hormon Tanaman dan
Tanaman Hutan. 1(6): 1433-1437 Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nurshanti, D.F. 2009. Zat Pengatur Tumbuh Sadjad, S., Muniarti. E., Ilyas. S. 1999.
Asam Giberalin (GA3) DAN Pengaruh Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Terhadap Perkecambahan Benih Palem Komperatif ke Simulatif. Grasindo,
Raja (Roystonea regia). Jurnal Jakarta.
Agronobis. 1(2): 71-77 Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih.
Oben, B.Afif., dan R. Melya. Pengaruh Rajawali Press, Jakarta.
Perendaman Benih pada Berbagai Suhu Salisbury, F. B. dan Ross. C. W. 1992.
Awal Air Terhadap Viabilitas Benih Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung.
39
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 1 Februari 2019
40