Anda di halaman 1dari 18

FOCUS GROUP DISCUSSION

Ascariasis

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7

Ryan Setyawan 19710082


Titis Ewa Istida’iyah 19710091
Hendra Rivi Hermawan 19710092
Irsyad Ramadhan 19710096
Dwi Ngurah Bagus Oktavian 19710115
Ully Milata Fitri Prayitno Putri 19710117
Annisa Nurisyauqi 19710125
I Wayan Saputri 19710154
Ni Kadek Meliana Santika Hanum 19710157

DOSEN PEMBIMBING :
Gembong Nuswanto, dr.,M.Sc

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2020

KATA PENGANTAR

1
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah FGD IKM ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada pemimbing kami dr. Gembong Nuswanto yang
telah membimbing kami dan pihak yg telah ikut memberikan sumbangan baik materi maupun
pemikirannya .
FGD IKM dibuat agar para calon dokter muda dapat memecahkan masalah dalam
dunia kesehatan secara holistik dimana FGD ini merupakan salah satu cara memadukan
berbagai disiplin Ilmu IKM untuk memecahkan permasalahan kesehatan yang terjadi di
masyarakat. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Tim Penyusun FGD telah bekerja dengan maksimal, namun masih banyak
kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini, antara lain karena kurangnya referensi dan
pengalaman kami dalam kegiatan FGD yang pertama kami lakukan ini.
Kami ucapkan terimakasih atas bantuan dan saran yang telah diberikan hingga
tersusunnya makalah ini. Saran perbaikan sangat kami harapkan.

Surabaya,16 September 2020

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Skenario 4
B. Identifikasi Masalah 4
C. Analisis 5
D. Fish Bone Diagram 7
E. Prioritas Masalah 8

BAB III PENYUSUNAN PROGRAM


A. Daftar Pemecahan Masalah 9
B. Prioritas Pemecahan Masalah 9
C. Rencana Kegiatan Prioritas (Plan of Activity/POA) 10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan 12
B.Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Askariasis merupakan penyakit akibat infeksi parasite ascariasis lumbricoides


( cacing gelang ). penyakit ini memiliki prevalensi tinggi di tempat yang beriklim
tropis, kumuh, sanitasi buruk, serta berpenduduk padat. Ascariasis Lumbricoides
merupakan cacing parasit yang tergolong ke dalam STH ( soil-transmitted helmith )
yang tularkan melalui tanah maka dari itu memerlukan media tanah untuk
berkembang biak sedangkan pada manusia cacing ini hidup di dalam usus besar
manusia.

Cacing dewasa hidup di dalam lumen usus halus. Cacing betina menghasilkan telur
sampai 200.000 butir per hari yang dikeluarkan bersama tinja . Telur yang tidak
dibuahi (unfertilized) bisa saja tertelan tetapi tidak menginfeksi. Telur yang dibuahi
(fertilized) yang mengandung embrio menjadi infektif setelah 18 hari sampai
beberapa minggu , hal ini tergantung pada kondisi lingkungan (tempat yang lembap,
hangat dan teduh). Setelah telur yang berkembang menjadi infektif tertelan oleh
hospes , larva akan menetas , menginvasi mukosa usus, selanjutnya terbawa aliran
darah portal kemudian melalui aliran darah sistemik ke paru-paru . Larva yang
matang menuju ke paru-paru (10-14 hari), penetrasi pada dinding alveoli, ke cabang

1
bronchi, kerongkongan, dan selanjutnya tertelan . Setelah mencapai usus, berkembang
menjadi cacing dewasa .

Gejala klinis Ascariasis

Gejala pada askariasis dapat berakibat fatal, ringan, bahkan dapat tidak bergejala.
Pada stadium larva, Ascariasis lumbricoides dapat menimbulkan gejala yang cukup
berat yaitu sindrom Loeffler, ditandai dengan pneumonia dan dapat mengalami batuk
darah beserta dengan keluarnya cacing. Setelah stadium dewasa di usus, Ascariasis
lumbricoides akan menimbulkan gejala yang menyerang dan mengakibatkan
berkurangnya asupan gizi, mual, muntah, diare, konstipasi. Pada kasus berat, cacing
dapat keluar bersama muntahan. Namun apabila Ascariasis lumbricoides masuk
hingga ke saluran empedu, maka dapat menimbulkan ikterik atau kolik. Pada sebagian
besar kasus pada anak, Ascariasis sangat berdampak pada perkembangan dan
pertumbuhan anak. Hal ini dikarenakan terganggunya asupan nutrisi dan dapat
mengakibtkan gizi buruk pad anak.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan hampir di seluruh provinsi


Indonesia, umumnya didapatkan angka prevalensi kecacingan tinggi dan bervariasi.
Prevalensi Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang di DKI
Jakarta adalah: 4 - 9%, 30 - 100% dan 1 - 30%, Jawa Barat adalah: 20 - 90% dan 5 -
67%, Yogyakarta adalah : 12 - 85%, 37 - 95%, dan 25 - 77%, Jawa Timur adalah: 16 -
74%, 1 - 14%, dan 2 - 45%, Bali adalah: 40 - 95%, 25 - 95% dan 20 - 70%, Sumatera
Utara adalah: 46 - 75%, 65% dan 20%, Sumatera Barat adalah: 2 - 71%, 6 - 10% dan
20 - 36%, Sumatera Selatan adalah: 51 - 78%, 37% dan 23%, Kalimantan Selatan
adalah: 79 - 80%, 78% dan 82%, Sulawesi Utara adalah: 30 - 72%, 12% dan 13%
(Tjitra, 2005). Survei di Daerah Nanggroe Aceh Darussalam (Tahun 2000) juga
menunjukkan prevalensi Nematoda Usus 40 - 60% dengan intensitas 256,5 telur/gram
tinja penderita (Profil Dinkes NAD, 2000).

Menurut Harian Tempo (November, 2005), sebanyak 100 persen pengrajin


gerabah di Pulau Lombok Nusa Tenggara barat (NTB) mengidap cacingan,
penyebabnya karena setiap hari bersentuhan dengan tanah dan pola hidup yang jauh
dari standar sehat. Berdasarkan hasil penelitian Tjitra (2005) di Cirebon, berdasarkan

2
jenis pekerjaan ditemukan prevalensi kecacingan tinggi yaitu 87,3% pada pekerja
waduk irigasi dan 24 - 92,4% pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengubah perilaku masyarakat tentang personal hygiene dalam
memberantas Ascariasis ?
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengubah perilaku masyarakat tentang personal hygiene dalam memberantas
Ascariasis
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi penyebab Ascariasis khususnya yang terjadi pada siswa
SDN.
2. Membuat program penanggulangan penyebab Ascariasis khususnya yang
terjadi pada siswa SDN.

3
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Skenario
Skenario 1
ASCARIASIS

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Asih terletak dan melayani anak-anak di desa
Asih di wilayah Kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana. Suatu penelitian yang
dilakukan oleh Mahasiswa FK UWKS menghasilkan data bahwa 25% siswa di
sekolah tersebut positif telur Ascaris lumbricoides pada feces-nya. Survai pada
masyarakat desa tersebut menunjukkan bahwa 72% kepala keluarga (KK) telah
memiliki fasilitas penyediaan air bersih (sumur) yang umumnya sudah cukup
memenuhi syarat. Tempat penyimpanan sampah baru dimiliki oleh 63% KK, itupun
sebagian besar tidak dilengkapi dengan tutup, atau tutup yang tersedia tidak
difungsikan dengan baik. Membuang air besar di tempat terbuka (open
defecation/OD) sudah menjadi kebiasaan dari sebagian masyarakat, karena baru 61%
KK yang memiliki jamban keluarga (kakus). Sebagian besar masyarakat bekerja
sebagai petani atau buruh tani, sebagian lainnya sebagai wiraswasta atau karyawan di
perusahaan yang ada di desa tetangga. Hanya sedikit yang bekerja di lembaga formal
seperti instansi Pemerintah. Tingkat pendidikan masyarakat (KK) sebagian besar
tamat Sekolah Dasar atau Sekolah Lanjutan Pertama. Sedikit yang menyelesaikan
Sekolah Lanjutan Atas atau Perguruan Tinggi. Perhatian Puskesmas Bandara terhadap
Usaha Kesehatan Sekolah cukup baik khususnya terhadap pemeriksaan mata dan gigi.

4
Sekolah membebaskan murid-murid membeli makanan yang dijajakan pedagang kaki
lima yang berjualan di depan sekolah. Kader kesehatan juga sudah cukup jumlahnya.
Mahasiswa FK UWKS tersebut ingin menyelesaikan penelitiaannya agar dapat
memberi sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah penyakit kecacingan
tersebut. Bantulah mereka.

B. Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah pada skenario ini diperoleh permasalahan sebagai
berikut :
a. Jamban dan tempat pembuangan sampah kurang memadai

b. Tingkat Pendidikan rendah

c. Kurangnya tenaga kesehatan (Kader) untuk memberikan edukasi

d. Rendahnya pengetahuan tentang penularan penyakit yang disebabkan oleh Open

Defecation (OD)

C. Analisis
1. Masukan
a. Kurangnya Jamban
Di pedesan kasus ini lebih tinggi prevalensinya, hal ini terjadi karena
buruknya sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban
sehingga tinja manusia tidak terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar.
Hal ini juga terjadi karena masyarakat disana rata-rata profesinya sebagai
buruh tani yang hanya memiliki pendapatan yang rendah, akibat rendahnya
pendidikan.
b. Tingkat Pendidikan Rendah
Ascariasis banyak diderita oleh anak kecil karena tingkat pengetahuan
mereka yang kurang. Kurangnya kesadaran mereka terhadap kebersihan
dirinya, jika pendidikan dan pendapatan orang tua rendah maka kesadaran
mereka untuk memberikan pendidikan kesehatan dan melakukan pengawasan
terhadap anak juga rendah. Hal ini yang menyebabkan tingginya angka
penderita ascariasis pada anak.
c. Tempat Sampah

5
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
adanya tempat sampah disetiap tempat atau lingkungan, mengakibatkan
kondisi lingkungan yang kumuh dan mudah menyebabkan berbagai penyakit
terutama timbulnya penyakit ascariasis.
d. Profesi Buruh Tani
Di Desa Asih di wilayah Kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana,
sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai buruh tani dikarenakan
kurangnya lapangan pekerjaan atau terbatasnya lapangan pekerjaan di wilayah
ini, selain itu juga disebabkan oleh rendahnya pendidikan para penduduk di
Desa Asih. Sehingga profesi sebagai buruh tani lebih beresiko terkena
ascariasis karena kebanyakan para buruh tani menggunakan feses sebagai
pupuk cenderung terpapar langsung dengan tanah yang terkontaminasi telur
cacing infektif. Keadaan lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat
serta langsung berhubungan dengan media tanah.
e. Kurangnya Sarana Air Bersih
Penduduk di Desa Asih mengeluhkan kurangnya air bersih , tetapi
mereka masih terkendala dalam hal dana yang digunakan untuk pembuatan
sumber air bersih (sumur). Sehingga penduduk di Desa Asih lebih beresiko
terkena ascariasis karena masih kurangannya sediaan sumber air bersih di
wilayahnya.
2. Proses
a. Kurangnya Perhatian Puskesmas
Kurangnya perhatian Puskesmas di wilayah Desa Asih karena
sebelumnya tidak ada kasus tentang penyakit ascarisasis di wilayah ini, selain
itu kurangnya dana yang digunakan untuk memberikan penyuluhan oleh
Puskesmas, sehingga di wilayah ini masih sangat sulit pencegahan maupun
pengendalian tentang penyakit ascariasis.
b. Tidak Adanya Screening
Kurangnya perhatian Puskesmas di wilayah Desa Asih mengakibatkan
tidak adanya screening untuk mendeteksi penyakit ascariasis karena
sebelumnya tidak ada kasus tentang penyakit tersebut di wilayah ini.
3. Lingkungan
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Asih yang melayani anak-anak di Desa
Asih di wilayah Kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana masih terkendala

6
dengan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang kurang berjalan dengan baik di
sekolahnya atau kurangnya perhatian Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di SDN
Asih ini. Selain itu tidak adanya organisasi terkait Kesehatan lain di
masyarakat serta kurangnya penegasan aturan kebersihan dari petinggi desa
juga mempengaruhi kondisi lingkungan desa yang kurang bersih.

7
D. Konsep Fish Bone

MASUKAN

Kurang Dana Pendidikan rendah Kurang dana


Jumlah Jamban
Sedikit
Minat kurang
Kesadaran rendah Ketersediaan
tempat terbatas Pendidikan Kesadaran ↓
Pemilik air ↓
bersih belum
merata Ketersediaan
Kesadaran ↓
tempat terbatas Fasilitas tidak Kurang dana
Pekerjaan kontak memadai
langsung dengan
tanah Pendidikan Lapangan
↓ kerja sedikit

Tidak ada screening Dana ↓


dari puskesmas Kesadaran ↓ Pendidikan Dana ↓ Perangkat t
↓ desa tidak
menegaska
Kasus ascariasis Tidak ada di desanya
sebelumnya tidak organisasi terkait Kesadaran ↓
ada dari masyarakat
Kurangnya KIE
terhadap PHBS
dari puskesmas
terhadap
penyakit Tenaga pelaksana tidak ada
Perhatian terhadap PHBS Pendidikan
cacingan
masyarakat rendah ↓
PROSES Fasilitas tidak
LINGKUNGAN
memadai

7
E. Prioritas Masalah

MASALAH
PARAMETER
A B C
1. Prevalence 5 5 3
2. Severity 5 5 3
3. Rate % increase 4 4 3
4. Degree of unmeet need 5 4 4
5. Social benefit 5 5 3
6. Public concern 5 4 5
7. Technical feasibility study 4 4 5
8. Resources Availlability 5 4 5

JUMLAH 38 35 31
RERATA (sesuai jumlah parameter) 4,3 4,5 3,8
1) Prevalence : Berapa prevalensi penyakit yang dapat diturunkan diakibatkan
memprioritaskan masalah ini.
2) Severity : Berapa besar keganasan penyakit sebagai dampak yang ditimbulkan apabila
tidak memilih/ memprioritaskan masalah ini.
3) Rate % increase : Seberapa % besar laju dampak yang ditimbulkan apabila tidak memilih
masalah ini.
4) Degree of unmeet need : Seberapa besar kebutuhan yang tak terduga timbul apabila tidak
memilih masalah ini.
5) Social benefit : Seberapa besar keuntungan masyarakat apabila memilih masalah ini.
6) Public concern : Seberapa besar dukungan masyarakat apabila memilih masalah ini.
7) Technical feasibility study : Seberapa besar secara teknik kemungkinan untuk dapat
dilaksanakan apabila memilih masalah ini.
8) Resources availability : Berapa besar keuntungan yang diperoleh (oleh manajemen)
apabila memilih masalah ini.

Pada penduduk Desa Asih didapatkan prioritas masalah yaitu tingkat


pendidikan yang rendah 38%, rendahnya pengetahuan tentang penularan penyakit
yang disebabkan oleh Open Defecation (OD) 35%, tempat pembuangan sampah yang
kurang memadai 31%. Kami simpulkan bahwa prioritas utama dari skenario ini ada di
pendidikan yang rendah sebanyak 41%.

8
BAB III

RENCANA PROGRAM

A. Daftar Pemecahan Masalah

Tujuan program ini untuk memutus rantai penularan dalam tubuh manusia,
dengan demikian dapat menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi Cacingan
dengan cara penyuluhan diberikan kepada anak-anak sekolah, mengenai Ascariasis
dan pengendalian faktor risiko dan pencegahan, yang meliputi kebersihan lingkungan,
keberhasilan pribadi, penyediaan air bersih yang cukup, menjaga
kebersihan  makanan,  cuci tangan sebelum makan, dan penggunaan tempat sampah.

B. Prioritas Pemecahan Masalah

Tabel 2. Prioritas Pemecahan Masalah

No Kegiatan Efektifitas Efesiensi Hasil


. M I V C M x I xV
P=
C
1. Pemberian obat cacing secara 4 4 3 5 9,6
berkala
2. screening 3 2 3 4 4,5

3. penyuluhan 4 4 5 5 16

Keterangan:
M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan
ini dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
I : Implementasi, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah.
V : Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini
dilaksanakan.
C : Cost, biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah.
P : Hitunglah P (Prioritas kegiatan/ pemecahan masalah).

9
Dari tabel tersebut dapat dilihat, nilai P yang paling tinggi adalah u
penyuluhan terhadap siswa SDN Asih tentang Ascariasis, resiko, pencegahan
Ascariasis, serta kebiasaan bersih yang baik.

C. Rencana Kegiatan Prioritas (Plan of Activity/POA)

D. Kegiat Sasar Targ Volume Rincian Lokasi Tenaga jadwal Kebutuh


an an et Kegiatan Kegiatan Pelaksana pelaksana an
Pelaksa
naan
1 Invent Selur 100 2x Inventarisa Balai Desa Seluruh 20 Maret Data
arisasi uh % dalam si sasaran Asih petugas 2020 & 23 KK dan
sasara siswa setahun dan target yang September Siswa-
n dan SDN bertugas 2020 Siswi
target Asih SDN
masya Asih
rakat
2 Memb Pera 100 2x Membentu Balai Desa Semua 27 Maret LCD,
entuk ngkat % dalam k dan Asih petugas 2020 & 28 Alat
tim desa, setahun membagi kesehatan, September tulis,
Pelaks tenag tugas tim perangkat 2020 Laptop
ana a kerja untuk desa,
penyul kesa pelaksanaa masyarakat
uhan hatan n
, penyuluhan
masy
araka
t
3 Pelaks Selur 100 2x Memberi SDN Asih pelaksana 13 April LCD,
anaan uh % dalam penyuluhan penyuluhan 2020 & 5 Absensi
penyul siswa setahun mengenai Oktober 2020 , Siswa
uhan SDN Ascariasis Pukul 10 SDN
Asih dan Pagi Asih,
pengendali Laptop
an faktor dan Alat
risiko dan Tulis
pencegaha
n, yang
meliputi
kebersihan
lingkungan
,
keberhasila
n pribadi,
penyediaan
4 Monit Selur 100 Tiap 1. Puskesmas Petugas 15 April Data
oring uh % selesai Monitoring skesehatan 2020 & 7 Hasil

10
dan Sisw siswa penyulu dan Oktober Pemerik
evalua a meng han evaluasi 2020 saan
si SDN aplik status Kesehat
Asih asika kesehatan an
apa Siswa SDN Siswa
yang Asih SDN
2.
suda Asih
Monitoring
h di
dan
jelas evaluasi
kan angka
kedatangan
untuk
penyuluhan
2.
Monitoring
dan
evaluasi
angka
kejadian
Ascariasis
3.
Monitoring
dan
evaluasi
angka
pelayanan
pasien
Ascariasi

11
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ascariasis merupakan penyakit akibat infeksi parasit Ascaris lumbricoides


(Cacing Gelang). Penyakit ini memiliki prevalensi tinggi di tempat beriklim tropis,
kumuh, sanitasi buruk, serta berpenduduk padat. Cacing betina menghasilkan telur
sampai 200.000 butir telur per hari yang dikeluarkan bersama tinja. Telur yang tidak
dibuahi (unfertilized) bisa saja tertelan tetapi tidak menginfeksi. Pada stadium larva,
Ascariasis Lumbricoides dapat menimbulkan gejala yang cukup berat yaitu sindrom
Loeffler, ditandani dengan pneumonia dan dapat mengalami batuk darah beserta
dengan keluarnya cacing. Setelah stadium dewasa di usus, Ascariasis Lumbricoides
akan menimbulkan gejala yang menyerang dan mengakibatkan berkurangnya asupan
gizi, mual, muntah, diare, konstipasi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
hampir di seluruh provinsi Indonesia, umumnya angka prevalensi cacingan tinggi dan
bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian Tjitra (2005) di Cirebon, berdasarkan jenis
pekerjaan ditemukan prevalensi kecacingan tinggi yaitu 87,3% pada pekerja waduk
irigasi dan 24-92,4% pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
Di pedesaan kasus ini lebih tinggi prevalensinya, hal ini terjadi karena
buruknya sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap PHBS, serta kurangnya fasilitas jamban hingga tinja manusia tidak terisolasi
sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini juga terjadi karena masyarakan disana
rata-rata berprofesi sebagai buruh tani akibat rendahnya pendidikan. Sehingga profesi
sebagai buruh tani lebih beresiko terkena ascariasis karena kebanyakan para buruh
tani menggunakan feses sebagai pupuk cenderung terpapar langsung dengan tanah
yang terkontaminasi telur cacing infektif. Keadaan lingkungan kerja yang tidak aman
dan tidak sehat serta langsung berhubungan dengan media tanah, Penduduk di Desa
Asih mengeluhkan kurangnya air bersih, tetapi mereka masih terkendala dalam hal
dana yang digunakan untuk pembuatan sumber air bersih (Sumur). Ascariasis banyak
diderita oleh anak kecil karena tingkat pengetahuan mereka yang kurang dan perilaku
mereka yang suka jajan sembarangan. SDN Asih yang melayani anak-anak di Desa
Asih di wilayah kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana masih terkendala dengan
UKS yang kurang berjalan dengan baik. Cara untuk mencegah Ascariasis adalah

12
dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta menggunakan
fasilitas jamban dan tempat sampah dengan baik, hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan terkait Ascariasis dan PHBS. Ascariasis dapat di obati
dengan menggunakan Pirantelpamoat, Albendazol, Mebendazol, dan Piperazin. Selain
itu pemberian obat secara berkala dilakukan dalam rentan waktu tertentu yaitu 1x6
bulan.

B. Saran

Pemeriksaan feses, sanitasi yang baik, serta pendidikan yang mumpuni adalah
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian Ascariasis, sehingga
dapat mengambil upaya pencegahan dan pengobatan. Diharapkan Puskesmas, UKS,
siswa – siswi SD, dan Masyarakat di Desa Asih tempat Mahasiswa FK UWKS
melakukan penelitian dapat bekerjasama untuk melakukan pemeriksaan secara
berkala. Memberikan penyuluhan bagi kepada siswa – siswi mulai dari SD sampai
masyarakat di Desa Asih agar mengetahui bahaya Ascariasis bagi kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Mardiana, Djarismawati. 2008. Prevalensi cacing usus pada murid SD wajib belajar
pelayanan gerak terpadu pengetasan kemiskinan daerah kumuh di wilayah DKI
Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan.

Nugroho Taufan. 2010. Kamus Pintar Kesehatan. Yogyakarta: Mulia Medika


Rasmaliah. 2015. Askariasis sebagai Penyakit yang Perlu Diingat Kembali. Departemen
Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan

14

Anda mungkin juga menyukai