BIOLOGI
Mata Kuliah: G E N E T I KA
JUDUL PRAKTIKUM
OLEH:
Kelompok : - ____________
1 Wadah 2 buah
2 Kertas karton warna 5 buah
3 Alat tulis 1 set
4 Gunting 1 buah
Mendel 1
1 Disiapkan 2 wadah kemudian dilabeli tulisan betina dan jantan
2 Disiapkan 2 kertas karton bewarna yaitu merah dan putih
Mendel II
1 Disiapkan 2 wadah kemudian dilabeli tulisan betina dan jantan
2 Disiapkan 4 kertas karton berwarna yaitu kuning, biru, hijau, dan putih
Fauziah Elfani
NIM: 0704183157
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
Mata Kuliah: G E N E T I KA
JUDUL PRAKTIKUM
OLEH:
NAMA : FAUZIAH ELFANI
NIM : 0704183157
Jurusan / Prodi : BIOLOGI
Kelas / Semester : BIOLOGI-4/V
Kelompok : - _____
Tgl. Pelaksanaan : FEBRUARI 2021 _____
1. Untuk mengetahui tahapan isolasi dan pemurnian DNA dari biakan sel Bakteri
Escherechia coli
Deoxyribonucleic acid atau DNA merupakan senyawa kimia yang paling penting dalam
makhluk hidup. DNA merupakan asam nukleat yang mengandung materi genetik dengan
fungsi sebagai pengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara mikro
seluler. DNA ditemukan pada inti sel, mitokondria dan kloroplas (pada tumbuhan). Terdapat
perbedaan di antara DNA yang terletak di tempat berbeda tersebut di mana DNA nukleus
berbentuk linier dan berasoasi erat dengan protein histon sedangkan DNA pada mitokondria
dan kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon. DNA merupakan
senyawa yang mengandung informasi genetik makhluk hidup dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Keseluruhan DNA dalam suatu sel akan membentuk genom. Genom meliputi
bagian gen yang fungsional maupun non-fungsional dalam sel organisme. DNA genom
meliputi gen danintergen (Suryo, 2004).
Pada sel eukariotik termasuk tanaman dan hewan bagian terbesar dari DNA berada pada
nukleus yaitu organel yang dipisahkan dari sitoplasma dengan membran. Nukleus terdiri dari
90 % keseluruhan DNA seluler. Sisa DNA adalah organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas. Karena DNA terdapat pada nukleus, maka perlu adanya metode pelisisan sel sampai
pemanenan sel. Dimana metode tersebut merupakan bagian dari metode isolasi DNA.
Pemisahan DNA dari materi seluler lainnya merupakan hal yang signifikan dan mengharuskan
penyallinan DNA menjadi RNA dan translasi RNA menjadi protein berlangsung dalam
kompartemen( ruang ) yang berbeda yaitu secara berturut-turut dalam nucleus dan sitoplasma
( Elrod, 2007 ).
Isolasi DNA pada prinsipnya adalah mengambil DNA secara murni dengan cara
menghilangkan komponen-komponen selain DNAdan selanjutnya dilakukan transformasi
DNA yang merupakan proses memasukkan DNA ke dalam sel bakteri. Escherechia coli
memiliki karakteristik berbentuk basil dan jenis gram negatif. Kualitas isolasi DNA bakteri
dipengaruhi oleh karakteristik jenis bakteri. Penambahan deterjen dalam isolasi DNA dapat
menyebabkan rusaknya membrane sel, melalui ikatan yang dibentuk melalui sisi hidrofobik
deterjen dengan protein dan lemak pada membrane membentuk senyawa “lipid protein-
deterjen kompleks”. Senyawa tersebut dapat terbentuk karena protein dan lipid memiliki ujung
hidrofilik dan hidrofobik, demikian juga dengan deterjen, sehingga dapat membentuk suatu
ikatan kimia (Muhammad, Fadli dan Risandiansyah, 2020).
Escherichia coli adalah salah satu flora normal yang dapat ditemukan pada saluran
pencernaan baik hewan maupun manusia. E. coli termasuk dalam bakteri gram negatif yang
hidup normal di usus besar akan tetapi dapat menjadi patogen apabila menyebar ke organ lain,
misalnya menyebabkan peradangan pada saluran kemih (Tampongangoy, dkk, 2019).
IV. ALAT DAN BAHAN :
A. Alat
B. Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Larutan 1 (Tris-HCL 25 mM, EDTA 10 mM, 50 mL
Sukrosa 15%)
2. Larutan 2 (NaOH 0.2 M, SDS 10%) 50 mL
3. Larutan 3 (Na asetat 3 M, pH 4.6 sebagai buffer) 50 mL
4. Medium LB 1
5. Fenol 1 mL
6. Isomilalkohol 1 mL
7. Klorofom 1 mL
8. Etanol absolut 96% 1 mL
9. Etanol absolut 70%
10. Kultur Bakteri E.coli 10% (dalam media
LB)
11. ddH2O 2 mL
12. Tip
13. Buffer TE 1 mL
V. PROSEDUR KERJA :
Hasil yang didapat pada pemeriksaan isolasi DNA adalah diperolehnya sampel DNA
yang sudah dimurnikan, yang dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjutan, misalnya untuk
kebutuhan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction). Dimana sampel biakan bakteri
sebelum di isolasi, dan belum mengalami tahapan demi tahapan sentrifuge dan penambahan
larutan. Secara fisik sampel masih dalam keadaan keruh dan belum bisa dibedakan antara
supernatan dan pelletnya. Setelah sampel mengalami atau melewati tahapan isolasi dan
sentrifuge dan penambahan larutan. Secara fisik sampel terlihat lebih jernih, dan bagian atas
merupakan supernatan yang akan dibuang, dan bagian bawah merupakan pellet yang akan
digunakan untuk pemeriksaan lanjutan. Selanjutnya, pellet yang sudah dipisahkan dengan
supernatan, dan siap digunakan langsung untuk pemeriksaan lanjutan, atau disimpan untuk
kepentingan pemeriksaan yang akan datang.
Isolasi DNA pada dasamya dapat dilakukan dengan merusak dinding dan membrane
sel dan juga membrane inti. Pada penelitian ini, sebelum dilakukannya proses isolasi dna,
terlebih dahulu dipersiapkan bahan atau sampel yang akan digunakan, yaitu bakteri
Escherechia coli yang dibiakkan didalam media LB yang melewati tahapan cukup panjang.
Bakteri E.coli rekombinan sebelumnya ditumbuhkan dalam media cawan LA/NA dengan
metode goresan kemudian dinkubasi didalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C. Setalah
bakteri tumbuh akan di dapati koloni bakteri yang berbentuk bulat dipermukaan
media.Kemudian E.coli ditumbuhkan kembali dalam media LA/NA dengan cara mengambil
sampel dari koloni bakteri pada permukaan media menggunakan ose, kemudian digores dengan
sistem 4 kuadran (enrichmentculture) dan kembali diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C.
Kemudian bakteri yang tumbuh di media LA/NA dapat disimpan tidak lebih dari 1 minggu
untuk digunakan dalam percobaan. E.coli dalam media LA/NA ditumbuhkan di media LB (50
mL dalam 125 mL Erlenmeyer) dan dibiakkan selama 18 jam dalam inkubator bergoyang pada
suhu ruang atau suhu 37°C. Kemudian diukur konsentrasi bakteri E.coli (OD) dengan
menggunakan spektrofotometer. OD bakteri berkisar 0.5-0.6 setelah dibiakkan kurang lebih 18
jam. Lalu 10% E.coli dtumbuhkan kembali dalam media LB (50 ml dalam 125 mL Erlenmeyer)
dan diinkubasi kembali selama 18 jam dalam inkiubator bergoyang pada suhu ruang atau suhu
37°C. Selanjutnya diukur konsentrasi bakteri E.coli dengan menggunakan spektrofometer.
DNA yang sudah diisolasi siap digunakan untuk pemeriksaan pada parameter
selanjutnya, misalnya pada pemeriksaan lanjutan PCR. Jika tidak digunakan secara langsung,
maka hasil isolasi dapat disimpat dilemari es bersuhu -20°C. Didalam sampel sudah tersebut
sudah terdapat DNA murni serta bahan genetik terkait, yang tidak lagi terkontaminasi oleh
pengotor atau reagen tertentu.
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengisolasian DNA dapat dilakukan
dengan beberapa tahapan, dimulai dari pembiakan bakteri yang digunakan sebagai sampel,
kemudian pelisisan, sentrifugasi untuk memisahkan DNA dengan hasil lisis, ekstraksi untuk
memisahkan DNA dengan senyawa protein, dan lipid, kemudian pemurnian DNA, dilanjutkan
dengan beberapa tahapan sentrifuge untuk memisahkan DNA dari senyawa pengotor dan
reagen yang digunakan, dan yang terakhir pengendapan DNA. Kemudian DNA siap untuk
digunakan untuk pemeriksaan pada parameter selanjutnya, misalnya pada pemeriksaan
lanjutan PCR. Jika tidak digunakan secara langsung, maka hasil isolasi dapat disimpat dilemari
es bersuhu -20°C. Didalam sampel sudah tersebut sudah terdapat DNA murni serta bahan
genetik terkait, yang tidak lagi terkontaminasi oleh pengotor atau reagen tertentu.
VIII. DAFTAR PUSTAKA :
Albert, B., 1994. Biologi Molekuler Sel Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Elrod, S., 2007. Genetika Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Muhammad, Brillian Nur, Zainul Fadli dan Rio Risandiansyah. 2020. Perbandingan Isolasi
DNA Bakteri Escerichia coli dengan Metode Heat Treatment dan Filter Based Kit
Berdasarkan Nilai Limit of Detection dan Limit of Quantification. Jurnal Kedokteran
Komunitas. Vol.8, No.2.
Suryo, 2004. Genetika Srata I. Yogyakarta: UGM Press.
Tampongangoy, Deo, dkk. 2019. Uji Aktivitas Antkbakteri Ekstrak Daun Kayu Kapur
Melanolepis multiglandulosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Bakteri
Escherichia coli. Jurnal Biofarmasetikal Tropis. Vol.2, No.1.
Praktikan
(Fauziah Elfani)
NIM: 0704183157
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
Mata Kuliah: G E N E T I KA
JUDUL PRAKTIKUM
OLEH:
NAMA : FAUZIAH ELFANI
NIM : 0704183157
Jurusan / Prodi : BIOLOGI
Kelas / Semester : BIOLOGI-4/V
Kelompok : - __________
Tgl. Pelaksanaan : FEBRUARI 2021 _____
SPEKTROFOTOMETER
II. TUJUAN PRAKTIKUM :
Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada dengan kata lain
ekstraksi atau isis yang biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan buffer
ekstraksi atau buffer isis untuk mencegah DNA rusak (Yuwono, 2008).
Isolasi DNA pada prinsipnya adalah mengambil DNA secara murni dengan cara
menghilangkan komponen-komponen selain DNA dan selanjutnya dilakukan transformasi
DNA yang merupakan proses memasukkan DNA ke dalam sel bakteri. Isolasi DNA
dimungkinkan dengan beberapa cara tetapi sering kali sedikit perhatian diberikan protokol,
yang bahkan tidak selalu dilaporkan secara rinci dengan asumsi bahwa DNA yang dihasilkan
akan seperti itu representasi yang seimbang dari sumber aslinya (Nacheva, dkk, 2017).
Pada umumnya, teknik isolasi DNA pada tanaman tahunan memerlukan berbagai
modifikasi dari teknik standar umumnya, seperti penambahan antioksidan
polivinilpolipirolidon (PVPP) dan mercaptoethanol, ataupun penggunaan nitrogen cair untuk
membantu menghancurkan jaringan serta penyimpanan lebih lama (over night) dari ekstrak
daun yang telah digerus sebelum dilakukan purifikasi.
DNA berkualitas tinggi yang akan didapat dalam suatu ekstraksi merupakan satu kaidah
dasar yang harus dipenuhi dalam studi molekuler, terutama dalam penandaan sidik jari DNA.
Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB) merupakan metode yang umum digunakan
dalam ekstraksi DNA tanaman yang banyak mengandung polisakarida dan senyawa polifenol.
Penggunaan bufer CTAB sebagai pengganti nitrogen cair untuk mengisolasi DNA pada
tanaman jeruk dan pepaya dapat menghasilkan produk DNA yang berkualitas yang ditunjukkan
oleh pita DNA genom.
Uji kuantitatif DNA adalah analisis untuk menentukan kandungan/jumlah DNA yang
terdapat dalam suatu zat atau komponen zat yang sebelumnya telah diketahui keberadaan DNA
plasmidnya dalam larutan contoh dengan cara uji kualitatif.
Uji keberhasilan DNA yang kedua ialah uji kuantitatif dengan menggunakan nano drop
spektrofotometri. Prinsip kerja nano drop spektrofotometri ialah DNA murni mampu menyerap
cahaya ultraviolet karena adanya basa purin dan pirimidin. Hasil uji nano drop ialah berupa
nilai kemurnian DNA pada Å260/Å280 dan nilai konsentrasi DNA. DNA berkualitas baik
berdasarkan uji nano drop memiliki kemurnian 1,8-2,0 (Hikmatyar, 2015).
Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam
keperluan seperti amplifikasi dan analisis DNA melalui elektroforesis. Isolasi DNA dilakukan
dengan tujuan untuk memisahkan DNA dari bahan lain seperti protein, lemak, dan karbohidrat.
Prisnsip utama dalam isolasi DNA ada tiga yakni penghancuran (lisis), ektraksi atau pemisahan
DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian DNA. DNA hasil isolasi
selanjutnya dilakukan cek kuantitas dan kualitas untuk melihat konsentrasi dan kemurniannya
dengan menggunakan spektrofotometer dan nano drop. (Harahap, 2017).
IV. ALAT DAN BAHAN :
Alat
Nama Alat Jumlah
Spektrofotometer UV- 1 buah
Vis
Pipet mikroliter 2 buah
Kimwipes 1 buah
Kuvet dan lid 3 buah
Gelas kimia 1 buah
Bahan
Nama Bahan Jumlah
DNA hasil isolasi 4 mikroliter
Aquades steril 996 mikroliter
V. PROSEDUR KERJA :
No Prosedur Kerja
1 Disiapkan alat uji kuantitatif
2 Dibersihkan kuvet dan lit menggunakan kimwipes sampai bersih pada bagian
dalam dan luarnya
3 Diencerkan DNA hasil isolasi sebanyak 250 kali factor pengenceran
4 Diambil aquades steril sebanyak 996 mikroliter menggunakan pipet mikro lalu
dimasukkan kedalam kuvet
5 Ditambahkan DNA hasil isolasi sebanyak 4 mikroliter menggunakan pipet
mikro lalu dimasukkan kedalam kuvet
6 Dihomogenkan keduanya hingga tercampur rata lalu didiamkan beberapa saat
sambil menunggu langkah selanjutnya
7 Dioperasionalkan spektrofotometer untuk melihat spectrum pada panjang
gelombang 260 dan 280 nanometer
8 Diisi aquades steril kedalam 2 buah kuvet, lalu dimasukkan kedalam
spektrofotometer setelah itu lihat bacaan “Auto zero” pada monitor
9 Dimasukkan sampel yang telah dihomogenkan kedalam spektrofotometer
10 Dilihat pada monitor, nilai berapa yang muncul pada panjang gelombang 260
dan 280, lalu dicatat untuk dihitung hasilnya.
Pembahasan : praktikum genetika kali ini melakukan kegiatan uji kuantitas DNA. Uji kuantitas
DNA dilakukan menggunakan hasil isolasi DNA tanaman padi. Isolasi DNA tersebut diuji
konsentrasi dan kemurniannya menggunakan nanophotometer, nanophotometer merupakan
alat yang digunakan untuk mencari tahu suatu konsentrasi dan kemurnian DNA dengan
menggunakan metode alnalisis spektrofotometri.
NB : 50 Merupakan nilai ketentuan larutan dengan nilai absorbansi 1.0 sebanding dengan
50 ug untai ganda DNA per mL
Berdasarkan hasil penelitian, rasio 1,3 dikatakan kurang murni karena rasio kemurnian
yang digunakan yaitu bernilai 1,9 – 2 . untuk lebih meyakinkan apakah hasil penelitian ini
sesuai atau tidak kemurnian bisa menggunakan elektroforesis.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa perbedaan massa dan sampel
mempengaruhi kuantitas dan total DNA dari sampel tersebut. Selain itu hasil sampel yang
didapat menunjukkan kemurnian yang kurang baik dikarenakan tingkat kemurniannya kurang
dari 1,9. Menurut Albert (1994), tingkat kemurnian DNA berkorelasi dengan kualitasnya. DNA
dikatakan berkualitas jika memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, karena telah termurnikan
dari kontaminan seperti RNA, protein dan lipid. Tingkat kemurnian DNA diukur dengan
membandingkan absorbansi asam nukleat pada panjang gelombang A260 nm dan protein pada
A280 nm. Kontaminasi DNA dapat dilihat dengan semakin meningkatnya nilai absorbansi
protein. Isolasi DNA merupakan tahap awal untuk mempelajari DNA, selanjutnya dapat
dilakukan uji kualitas dan kuantitas DNA guna mengetahui isolasi DNA tersebut murni atau
kontam.
VIII. DAFTAR PUSTAKA :
Fatchiyah, 2011. Pelatihan Analisis Fingerprinting DNA Tanaman Dengan Metode RAPD.
Malang: Modul Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya.
Hikmatyar, Mohamad Fazri., dkk. 2015. Isolasi Dan Amplifikasi Dna Keladi Tikus
(Thyponium flagelliform) Untuk Identifikasi Keragaman Genetik. Jurnal Bioteknologi
dan Biosains Indonesia. Vol.2 No.2.
Hapsari, Rizqi. 2012. Uji Kuantitatif Dan Kualitatif DNA Pule Pandak. Program Studi
Agroteknologi. Universitas Sebelas Maret.
Harahap, Ariani Syahfitri. 2017. Uji Kualitas Dan Kuantitas DNA Beberapa Populasi Pohon
Kapur Sumatera. Journal of Animal Science and Agronomy Panca Budi. Vol 2 No 2.
Nacheva, Ellizabeth, dkk. DNA isolation protocol effects on Nuclear DNA anylis by
microarrays, droplet digital PCR and whole genom sequencing, and on mitochondrial
DNA dop number estimotion. Plos One Journal. Vol.1, No.1.
Yuwono, T. 2008. Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga.
Praktikan
(Fauziah Elfani)
NIM: 0704183157
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
Mata Kuliah: G E N E T I KA
JUDUL PRAKTIKUM
OLEH:
S
NAMA : FAUZIAH ELFANI
NIM : 0704183157
Jurusan / Prodi : BIOLOGI
Kelas / Semester : BIOLOGI-4/V
Kelompok : -
Tgl. Pelaksanaan : FEBRUARI 2021
DNA merupakan asam nukleat yang mengandung materi genetik dengan fungsi sebagai
pengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara mikro seluler. DNA
ditemukan pada inti sel, mitokondria dan kloroplas (pada tumbuhan). Terdapat perbedaan di
antara DNA yang terletak di tempat berbeda tersebut di mana DNA nukleus berbentuk linier
dan berasoasi erat dengan protein histon sedangkan DNA pada mitokondria dan kloroplas
berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon. DNA merupakan senyawa yang
mengandung informasi genetik makhluk hidup dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Keseluruhan DNA dalam suatu sel akan membentuk genom. Genom meliputi bagian gen yang
fungsional maupun non-fungsional dalam sel organisme. DNA genom meliputi gen
danintergen (Suryo, 2004).
PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode enzimatis untuk amplifikasi
(penggandaan) DNA dengan cara in vitro. Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen
utama, yaitu DNA cetakan, Oligonukleotida primer, Deoxynucleoside triphosphate (dNTP),
Enzim DNA Polimerase, dan Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Proses PCR
menggunakan alat termal cycler (alat PCR), Sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk
memanaskan sekaligus mendinginkan tabung reaksi dan mengatur temperatur untuk tiap
tahapan reaksi. Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 25-30
siklus dan berlangsung dengn cepat yaitu denaturasi, anneling, dan pemanjangan untai DNA.
Produk PCR dapat diidentifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis gel
agarosa. Teknik PCR dapat dimodifikasi ke dalam beberapa jenis diantaranya: PCR – RFLP,
PCR – RAPD, nested – PCR, Quantitative – PCR, RT – PCR dan inverse – PCR (Zuhriana,
2010).
Teknik PCR dapat digunakan untuk mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah
jutaan kali hanya beberapa jam. Dengan diketemukannya teknik PCR di samping juga teknik-
teknik lain seperti sekuensing DNA, telah merevolusi bidang sains dan teknologi khususnya di
bidang. Komponen- komponen yang diperlukan pada proses PCR adalah templat DNA;
sepasang primer, yaitu suatu oligonukleotida pendek yang mempunyai urutan nukleotida yang
komplementer dengan urutan nukleotida DNA templat; dNTPs (Deoxynucleotide
triphosphates); buffer PCR; magnesium klorida (MgCl2 ) dan enzim polimerase DNA
(Handoyo dan Ari, 2001).
Tahap penting dalam proses amplifikasi DNA dengan menggunakan PCR. Suhu
annealing yang terlalu tinggi akan menghasilkan hibridisasi antara primer-DNA template
sehingga mengakibatkan rendahnya produk PCR, sedangkan annealing yang terlalu rendah
akan mengarah pada amplifikasi DNA yang tidak spesifik yang disebabkan oleh tingginya
kemungkinan kesalahan penempelan primer pada DNA template.
Keunggulan PCR dikatakan sangat tinggi. Hal ini didasarkan atas spesifitas, efisiensi
dan keakuratannya. Spesifitas PCR terletak pada kemampuannya mengamplifikasi sehingga
menghasilkan produk melalui sejumlah siklus. Keakuratan yang tinggi karena DNA
polymerase mampu menghindari kesalahan pada amplifikasi produk. Masalah yang berkenaan
dengan PCR yaitu biaya PCR yang masih tergolong tinggi. Teknik PCR dapat dimodifikasi ke
dalam beberapa jenis diantaranya: Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP),
Inverse-PCR, Nested-PCR, Quantitative-PCR, Reverse Transcriptase (RT-PCR) dan Random
Amplified Polymorphic DNA (RAPD) (Mahardika, 2005).
IV. ALAT DAN BAHAN :
1 Disiapkan larutan untuk beberapa orang sekaligus atau disebut dengan larutan
Mix Solution (untuk memudahkan pekerjaan dan memperoleh ketepatan
volume).
2 Diperhatikan penyimpanan larutan-larutan diatas, ada yang harus pada
temperature -20°C (Primer, dNTP’s, Buffer, Taq dan bila perlu larutan DNA),
oleh karena itu pada saat bekerja harus diletakkan yang berisi es.
3 Selalu digunakan tabung dan tips yang telah disterilisasi.
4 Diletakkan gel didalam elektrovoresis yang sudah berisi laruta 1 x TBE.
5 Ditambahkan larutan 1X TBE secukupnya sampai gel-gel terbenam seluruhnya.
6 Digunakan mikropipet untuk menghisap 20μL sampel DNA dan secara hati-
hati dimasukkan ke dalam “well”/sumur tertentu. Dicatat posisi dan urutan
sampel grup Anda pada halaman hasil praktikum ini.
7 Untuk mewarnai DNA manusia, dicampur 10μl DNA dari sel epitelial dengan
10μl perwarna DNA di atas parafilm dan langsung masukan semuanya (20μl)
ke sumur gel. Kemudian, dengan parafilm baru lagi, campur 10μl DNA dari sel
darah dengan 10μl perwarna DNA di atas parafilm dan langsung dimasukan
semuanya (20μl) ke sumur gel. dicatat posisi dan urutan sampel grup anda pada
halaman hasil praktikum ini.
8 Dinyalakan mesin elektroforesis selama 30 menit dengan tegangan 90V.
Sampel- sampelnya akan mulai bergerak ke katode, (DNA bermuatan negatif).
9 Dimatikan mesin elektroforesis secara sempurna.
10 Dengan sangat hati-hati dikeluarkan gel dan letakan pada tray yang disediakan.
Digambarkan pada halaman hasil praktikum ini hasil yang diperoleh.
11 Dipindahkan ke alat “UV reader” supaya hasilnya lebih jelas lagi. Difoto
hasilnya.
Band yang terbentuk dari Hasil elektroforesis adalah marker yang panjangnya 100bp
hingga 1000 bp. Untuk menentukan panjang basepair band sampel yang terbentuk, maka kita
buat rumus persamaan antara jarak band dengan panjang basepair marker. Perumusan
persamaan untuk menghitung panjang bp sampel. Untuk mengukur panjang band yang
terbentuk, titik acuan pengukuran dimulai dari batas lubang well. Setelah diperoleh
persamaannya maka dapat dihitung panjang basepair tiap sampel dengan memasukkan
besarnya jarak dari well ke band yang terbentuk, ke dalam persamaan. Untuk hasil isolasi DNA
darah, pada kolom ke 9 atau sampel ke 7 tidak terbentuk band. Hal ini dikarenakan kegagalan
dalam proses isolasi DNA, begitu pula dengan hasil elektroforesis sampel epitel pada kolom
ke 4 dan 5 atau sampel 2 dan 3. Band juga dapat gagal terbentuk bila kurang tepat dalam
memasukkan sampel ke dalam well. Hasil band yang terbentuk pada elektroforesis sampel
darah tampak lebih tebal dibandingkan dengan hasil sampel epitel. Hal ini dapat terjadi
mungkin akibat konsentrasi sel yang diperoleh dari sampel darah lebih banyak dibandingkan
dari epitel rongga mulut. Adanya band yang muncul pada negative control dapat terjadi
mungkin akibat kontaminasi dari micropipette yang digunakan untuk memasukkan bahan ke
dalam tabung pcr. Walaupun setiap sampel manggunakan tip yang baru, namun tip yang
digunakan tidak terdapat pembatas di bagian pangkalnya sehingga memungkinkan kontaminasi
cairan/sel walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.
Pada penggunaan agar-agar untuk eletroforesis agarose, agar-agar yang digunakan tidak
boleh terlalu panas saat dituang ke dalam cetakan karena jika terlalu panas cetakan akan retak
dan juga tidak boleh terlalu dingin karena agar-agar akan mengeras dan tidak dapat menjadi
sumur. Saat menuangkan agar-agar ke dalam cetakan yang harus diperhatikan adalah
gelembung udara karena tidak boleh ada gelembung udara pada saat mencetak agar-agar.
Pada saat melakukan elektroforesis tahap pertama yang dilakukan adalah mengisi
masing- masing sumur, dimana setiap agar-agar harus diisi dengan marker, negatif dan sampel.
Setelah marker, negatif dan sampel DNA diisi pada setiap sumur, arus dijalankan pada
elektroforesis. Adanya arus dapat diketahui dari gelembung gas yang keluar dan arus
berlangsung dari positif ke negatif. Hasil elektroforesis terlihat jelas band DNA yang berasal
dari darah sedangkan dari sel epitel tidak begitu jelas ataupun tidak muncul. Hal ini
menunjukkan bahwa pada pengerjaan untuk mendapatkan sampel DNA dari sel epitel kurang
teliti, mungkin pada saat menggosok bagian dalam pipi tidak tepat atau pada saat memperoleh
endapannya yang kurang baik pengerjaannya.
VII. KESIMPULAN
Teknologi PCR digunakan untuk memperbanyak sampel DNA. DNA yang diperoleh
dari darah lebih banyak daripada DNA dari hasil isolasi sel epitel. Pada saat memanen sel dari
sel epitel, mulut dalam keadaan bersih dan saat menggosok bagian dalam pipi harus tepat, jika
tidak tepat DNA tidak akan diperoleh. Marker hasil dari elektroforesis apabila bertumpuk
diakibatkan karena saat memasukkan marker ke dalam sumur kurang hati-hati dan mungkin
diakibatkan karena kurangnya waktu saat elektroforesis.
VIII. DAFTAR PUSTAKA :
Handoyo, Darmo dan Ari Rudiretna. 2001. Prinsip Umum Dan Pelaksanaan Polymerase
Chain Reaction (Pcr). Unitas. Vol. 9. No. 1.
Mahardika, I.G. Ngurah K. 2005. Polymerase Chain Reaction. Jurnal Veteriner Vol.4 No. 1.
Suryo, 2004. Genetika Srata I. Yogyakarta: UGM Press.
Yowono, Tribowo. 2006. Teori dan Aplikasi PCR. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Zuhriana, 2010. Polymerase Chain Reaction (PCR). Gorontalo: Jurusan Kesehatan Masyarakat
FIKK Universitas Negeri Gorontalo.
Praktikan
(Fauziah Elfani)
NIM: 0704183157
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
Mata Kuliah: G E N E T I KA
JUDUL PRAKTIKUM
OLEH:
NAMA : FAUZIAH ELFANI
NIM : 0704183157
Jurusan / Prodi : BIOLOGI
Kelas / Semester : BIOLOGI-4/V
Kelompok : - _____
Tgl. Pelaksanaan : FEBRUARI 2021 _____
DNA merupakan langkah yang tepat untuk mempelajari DNA. Prinsipnya ada dua,
yaitu sentrifugasi dan presipitasi.Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan campuran
berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan
berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung. Hasil
sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian
atas dan pelet pada bagian bawah. Presipitasi merupakan langkah yang dilakukan untuk
mengendapkan suatu komponen dari campuran. DNA pada makhluk hidup dapat diisolasi
secara sederhana. Pengisolasian DNA secara sederhana dapat dilakukan dengan memecahkan
dinding sel, membran plasma dan membran inti baik secara mekanik maupun secara kimiawi.
Isolasi DNA merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh DNA murni, yaitu
tanpa protein dan RNA dari suatu sel dalam jaringan. Pemecahan dinding sel secara mekanik
dapat dilakukan dengan pemblenderan atau penggerus menggunakan mortar dan pistil.
Sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan pemberian detergen. Penambahan sabun
cair dan garam dapur adalah untuk melisiskan membran inti untuk mengeluarkan isi inti sel
yang berisi DNA (Albert, 1994).
Agarosa atau galaktosa polimer merupakan senyawa polisakarida yang diisolasi dari
makroalga. Agarosa telah banyak diisolasi dari makroalga seperti Gracilaria fisheri,
Gracilaria edulis, Gracilaria sp. Sifat agarosa yang tidak bermuatan, membuat agarosa banyak
diaplikasikan dalam bidang bioteknologi, baik sebagai media kultur ataupun media
elektroforesis. Dalam elektroforesis, agarosa digunakan untuk mendeteksi kompleks-
kompleks antigen-antibodi, dan untuk analisis molekul DNA, RNA dan molekul protein
(Praibon, 2006).
Biasanya, gel agarosa digunakan untuk memisahkan fragmen DNA yang lebih besar
(lebih dari 200 bp) dan gel poliakrilamida digunakan untuk fragmen kecil (kurang dari 200 bp).
Jarak antara dua fragmen DNA yang berbeda ukuran dapat ditentukan berdasarkan konsentrasi
matriks agarose. Mobilitas/pergerakan DNA relatif tergantung pada faktor-faktor tertentu,
terutama pada konsentrasi agarosa dalam gel, kekuatan arus yang digunakan, kekuatan ionik
dari larutan buffer, dan konformasi fragmen DNA itu sendiri. Molekul DNA bermigrasi
melalui pori-pori kecil yang terbentuk dalam padatan gel agarosa. Secara umum, molekul yang
lebih kecil bergerak lebih cepat dan bermigrasi lebih jauh dari molekul kecil karena memiliki
gesekan yang lebih rendah saat bergerak menuju elektroda positif. Konsentrasi yang rendah
pada gel agarosa memberikan resolusi yang lebih baik untuk fragmen besar, dengan
memberikan pemisahan yang lebih besar antara band yang secara ukuran tidak terlalu jauh
berbeda. Konsentrasi gel yang lebih tinggi, di sisi lain, dapat mengurangi kecepatan migrasi
fragmen panjang yang sementara itu dapat memfasilitasi pemisahan yang lebih baik pada
fragmen DNA kecil.
Namun, fragmen yang lebih besar dapat bermigrasi secara lebih cepat daripada fragmen
yang lebih kecil, karena tegangan pada gel yang ditingkatkan. Selain itu, DNA memiliki
muatan yang konsisten untuk rasio massa, sehingga ukuran molekul DNA merupakan faktor
utama yang mempengaruhi migrasi melalui matriks gel. Terlepas dari kenyataan bahwa
penerapan tegangan tinggi dapat meningkatkan kecepatan migrasi fragmen DNA, tetapi juga
dapat menurunkan resolusi pemisahan (di atas sekitar 5 sampai 8 V/cm). Untuk alasan itu,
resolusi terbaik dari fragmen yang lebih besar dari 2 kb dicapai dengan menerapkan tidak lebih
dari 5 V/cm pada gel (Lee & Bahaman, 2010).
A. Alat
No. Alat Jumlah
1. Mikropipet 1
2. Elektroforesis Agarosa 1
3. Elemeyer 200 ml 1
4. Mikrotube 0,5 ml 1
5. UV iluminasi 1
B. Bahan
V. PROSEDUR KERJA :
4. Dipasang sisir elektroforesis di salah satu ujung baki gel agarosadengan posisi
hamper menyentuh dasar baki.
5. Diperiksa suhu larutan agarosa sampai hangat-hangat kuku, ditambahkan 1µl
etidium bromid.
6. Dihomogenkan larutan agarosa, kemudian dituangkan ke dalam baki gelc
agarosa. Dibiarkan hingga padat.
7. Diambil sisir dengan hati-hati dan dilepaskan selotip dari ujung baki.
8. Dimasukkan baki yang berisi agarosa ke dalam tangki elektroforesis yang telah
diisi larutan buffer TAE 1x.
9. Dimasukkan 12 µl sampel DNA buah dan bakteri ditambahkan loading dye 6x
dengan perbandingan 2: 8 untuk bakteri dan 4 : 8 untuk buah ke dalam sumuran
gel agarosa yang sebelumnya telah dihomogenkan antara loading dye dan smapel
DNA.
10. Dihubungkan tangki elektroforesis dengan power supply sesuai kutub yang ada
dalam tangki dan diatur waktu running untuk V=100V, ma= 400 ma, dan waktu
30 menit.
11. Setelah waktu running selesai, gel diambil dan direndam dalam larutan EtBr
selama 30 menit. 12. Diamati dalam UV transiluminator.
VI. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN :
Hasil yang didapat pada penelitian analisis DNA dengan menggunakan elektroforesis
gel agarosa adalah DNA tidak terfragmentasi secara sempurna.
No. Gambar Keterangan
1. Terlihat pada gambar
yang dimabil
menggunakan kamera
digital dengan hasil
dari 6 DNA yang di
coba
pada DNA, sehingga pita fragmen DNA akan kelihatan dibawah lampu UV. Panjang
amplikon bisa diperkirakan dengan membandingkannya dengan pita DNA standar. Molekul
DNA bermuatan negatif sehingga di dalam medan listrik akan bermigrasi melalui matriks gel
menuju kutub positif (anode). Makin besar ukuran molekulnya, makin rendah laju migrasinya.
Berat molekul suatu fragmen DNA dapat diperkirakan dengan membandingkan laju
migrasinya dengan laju migrasi fragmen-fragmen molekul DNA standar (DNA marker) yang
telah diketahui ukurannya. Visulisasi DNA selanjutnya dilakukan di bawah paparan sinar
ultraviolet setelah terlebih dahulu gel dalam pembuatannya ditambahkan larutan etidium
bromid. Cara lain untuk melihat visualisasi DNA adalah gel direndam di dalam larutan etidium
bromid sebelum dipaparkan di atas sinar ultraviolet.
Elektroforesis gel agarosa dapat dipakai secara efektif untuk mendeteksi dan
mempersiapkan karakterisasi plasmid DNA yang muncul pada isolasi klinis dan pewarnaan
laboratoris dari mikroorganisme gram negatif. Metode ini sangat sensitif dan tidak memerlukan
radioisotop atau ultrasentrifugasi. Selanjutnya, untuk mendeteksi potongan-potongan DNA
berupa bands-dna pada gel agarosa digunakan pewarna yang mengandung fluoresen dengan
konsentrasi rendah, seperti intercalating agent etidium bromide (EtBr). Setelah elektroforesis,
gel diwarnai dengan EtBr selama kurang lebih 30 menit. Hanya sedikit DNA dapat dideteksi
secara langsung dengan cara gel diletakkan pada media UV-transilluminator.
VII. KESIMPULAN
Albert, B., 1994. Biologi Molekuler Sel Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Harahap. Muhammad, Ridwan. 2018. Elektroforesis: Analisis Elektronika Terhadap Biokimia
Genetika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Aceh.
Lee, S.V., Bahaman, A.R. 2010. Modified gel preparation for distinct DNA fragment analysis
in agarose gel electrophoresis. Tropical Biomedicine 27(2): 351-354 (2010)
Praiboon, J. Et al. 2006. Physical and Chemical Characterization of Agar Polysaccharides
Extracted from the Thai and Japanese Species of Gracilaria. Japan.
Praktikan
(Fauziah Elfani)
NIM: 0704183157
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
Mata Kuliah: G E N E T I KA
JUDUL PRAKTIKUM
OLEH:
NAMA : FAUZIAH ELFANI
NIM : 0704183157
Jurusan / Prodi : BIOLOGI
Kelas / Semester : BIOLOGI-4/V
Kelompok : - _____
Tgl. Pelaksanaan : FEBRUARI 2021 _____
1. Untuk memperoleh informasi keragamaan genetik tanaman kacang Bogor asal Jawa
Barat berdasarkan marka molekuler SSR.
Kacang bambara merupakan tanaman yang berpotensi sebagai sumber pangan alternatif
penghasil protein dan karbohidrat. Pada biji kering tanaman ini memiliki kandungan protein
yang cukup tinggi yaitu 16 – 21%, karbohidrat 50 – 60% dan lemak yang rendah 4,5 – 6,5%,
serta mengandung kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin B1 (Purseglove, 1968; Suwanprasert
et al., 2006). Polong muda kacang bambara biasanya dikonsumsi dengan cara direbus,
sedangkan biji kering biasanya diproses dahulu menjadi tepung dan sebagai bahan utama
pembuatan susu di Harare (Hampson et al. 2000).
Selain kandungan nutrisi yang sangat baik, tanaman ini juga dilaporkan dapat
berproduksi baik pada lahan-lahan marginal. Madamba (1995) melaporkan bahwa produktifitas
kacang bambara pada kondisi lingkungan tumbuh yang marjinal di Zimbabwe dapat
menghasilkan 300 kg/ha biji kering, namun pada kondisi lingkungan tumbuh optimal akan
menghasilkan 4 ton/ha biji kering. Penelitian kacang bambara di Indonesia belum banyak
dilakukan, karena namanya kurang dikenal sehingga kacang bambara dinilai kurang komersial.
Hal ini menyebabkan belum tersedianya varietas unggul kacang bambara. Varietas unggul yang
dimaksud antara lain mempunyai hasil tinggi, toleran terhadap hama penyakit, umur genjah,
nutrisi tinggi dll. Program pengembangan atau perakitan varietas unggul kacang bambara perlu
segera dilakukan. Program pengembangan pemuliaan kacang bambara dapat diawali dengan
upaya penyediaan informasi tentang keragaman dan struktur genetik plasma nutfah kacang
bambara. Keragaman genetik berperan penting dalam pemuliaan tanaman karena informasi dan
pemahaman tentang keragaman genetik dapat membantu keberhasilan program pemuliaan
tanaman.
Marka molekular adalah pelengkap yang bermanfaat bagi karakter morfologi dan
fenologi karena tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Setiyo (2001) menjelaskan bahwa marka
molekuler merupakan teknik yang efektif dalam analisis genetik dan telah diaplikasikan secara
luas dalam program pemuliaan tanaman.
Skoring. Skoring dilakukan untuk menentukan profil hasil karakterisasi pita produk
hasil amplifikasi PCR. Pita tersebut ditunjukkan oleh hasil elektroforesis pada gel akrilamid.
Selanjutnya, ukuran pita ditentukan dengan software PhotoCapMw sedangkan skoring alel dari
marka SSR dilakukan dengan menggunakan elektroforegram yang dihasilkan. Penilaian
muncul tidaknya pita genetik dilakukan secara manual.
Profil DNA merupakan data alel yang teramati dengan ketentuan adanya pita DNA
berdasarkan ukuran produk PCR pada satu lokus yang sama dari beberapa contoh yang
digunakan. Alel-alel tersebut diterjemahkan menjadi data biner. Setiap alel dianggap mewakili
satu karakter dan diberi nilai berdasarkan ada tidaknya suatu alel. Nilai (+) diberikan apabila
alel ada dan nilai (-) bila tidak ada alel. Analisis data molekular dilakukan berdasarkan hasil
skoring pita DNA yang muncul pada gel. Setiap pita DNA pada marka SSR yang muncul
merepresentasikan posisi alel pada lokus, dimana 1 marka SSR merupakan satu lokus (Mulsanti
2011).
BAHAN
NO Nama Bahan Jumlah
Kacang bambara asal Jawa 70 aksesi
1
Barat
Senyawa CTAB secukupnya
2
V. PROSEDUR KERJA :
NO PROSEDUR KERJA
1 Isolasi DNA dengan metode menggunakan senyawa CTAB yang berguna
untuk mendegradasi dinding sel, denaturasi protein, memisahkan
karbohidrat dan merusak membran sel dan melarutkan DNA.
2 Dilakukan proses amplifikasi dengan menggunakan mesin PCR (Polymerase
Chain Reaction).
Proses PCR dilakukan dengan kondisi:
Denaturasi awal pada 94oC selama 3 menit
Selanjutnya diulang sebanyak 35 siklus dengan kondisi 94 oC
selama 15 detik ;45-60oC (sesuai Tm primer) selama 1 menit; 72oC
selama 1 menit; diakhiri dengan ekstensi akhir pada suhu 72 oC
selama 10 menit.
3 Dilihat hasil PCR dielektroforensis pada agarose 2% dengan tegangan 80
volt selama 70 menit.
4 Dilakukan analisis data berdasarkan hasil scoring pola pita DNA yang
muncul pada plate. Hasil scoring dalam bentuk data biner, jika ada pita diberi
skor satu dan jika tidak adapita diberi skor 0. Jumlah alel (Na),
heterozigositas yang diharapkan (HO), keragaman genetik (heterozigositas
yang diamati = HE) dihitung dengan menggunakan software POPGENE
sedangkan polymorphic information content (PIC) dihitung formula:
PICi = 1- Σj Pij2
VI. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN:
Dari hasil POPGENE 32 menunjukkan bahwa jumlah alel (Na) yang dihasilkan dari
lima belas primer SSR yang digunakan adalah 1 sampai 3 dengan rata-rata 2 alel per lokus.
Jumlah alel yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan yang menghasilkan 1 sampai 2 alel
dengan rata-rata 1,1 alel per lokus, namun hasil tersebut lebih rendah dari penelitian Somta et
al. (2011) yang mampu menghasilkan 4 sampai 10 alel dengan rata-rata 7,75 alel per lokus.
Teknologi PCR berdasarkan 15 primer marka SSR yang telah digunakan pada
penelitian ini bersifat polimorfik sedang untuk membedakan semua aksesi kacang bambara asal
Jawa Barat yang telah diteliti. Nilai rata-rata polymorphic information content (PIC)
berdasarkan marka SSR ini adalah sebesar 0,33. Nilai PIC terkecil adalah primer 7 dengan nilai
-0,17. sedangkan primer 1 dan primer 19 merupakan primer yang bersifat polimorfik dan
informative dikarenakan memiliki nilai PIC yang tinggi. Nilai polymorphic information
content (PIC) dijadikan standar untuk mengevaluasi marka genetik berdasarkan pita DNA hasil
amplifikasi PCR, oleh karena itu nilai PIC dibagi menjadi tiga kelas yaitu PIC > 0,5 = sangat
informatif, kemudian 0.25 > PIC > 0,5 = sedang, dan PIC < 0,25 = rendah .
Keragaman genetik dapat pula ditunjukan dari nilai heterosigositas actual (HO) dan
heterosigositas harapan (HE). Pada Tabel 1 menunjukan bahwa primer 1 dan primer 19 bersifat
informative karena lokus ini memiliki nilai HE dan PIC tertinggi jika dibandingkan dengan
lokus-lokus lainnya. Semakin tinggi nilai HE dan PIC yang dihasilkan maka primer tersebut
semakin informatif dalam membedakan individu antar genotip dalam populasi. Boer (2007)
menyatakan bahwa nilai HE yang tinggi dapat mengindikasi keragaman yang tingi pada lokus
tersebut. Selanjutnya, Sajib et al. (2012) menyatakan bahwa nilai PIC adalah ukuran
polimorfisme suatu lokus antar genotip dengan menggunakan informasi jumlah alel.
VII. KESIMPULAN :
Dari hasil pembahasan diatas maka didapat kesimpulan bahwa dari lima belas primer,
primer 1 dan primer 19 merupakan primer yang bersifat polimorfik dan informatif karena lokus
tersebut memiliki nilai HE dan PIC yang tinggi dibandingkan dengan primer-primer lainnya.
Semakin tinggi nilai HE dan PIC yang dihasilkan maka primer tersebut semakin informative
dalam membedakan individu antar genotip dalam populasi.
Praktikan
(Fauziah Elfani)
NIM: 0704183157