Anda di halaman 1dari 22

Laporan Pendahuluan

Pneumonia

Disusun oleh:
Nama : Rizqi Nurrahma Lestari
NPM : Bd.DH.2019.011

Program Studi D III Kebidanan


Akademi Kebidanan Dharma Husada
Kediri
2019/2020
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas setempat. Pneumonia adalah
inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain).
Penyebab penumonia adalah infeksi bakteri, virus, maupun jamur. Pneumonia
mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan. Pada kasus pneumonia, alveoli terisi
nanah dan cairan menyebabkan kesulitan penyerapan oksigen sehingga terjadi kesulitan
bernapas.

B. Etiologi
Pneumonia bisa dipicu oleh masuknya bahan atau zat tertentu ke dalam paru-paru
(aspirasi paru) yang selanjutnya mencetuskan peradangan dan infeksi. Kondisi ini disebut
juga dengan pneumonia aspirasi.
Selain itu, pneumonia juga bisa dipicu oleh sumbatan saluran napas akibat tumor
atau penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Kondisi ini bisa menyebabkan
berkembangnya bakteri di paru-paru.
Jika dibagi berdasarkan kuman penyebabnya, pneumonia dapat digolongkan menjadi
3 jenis, yaitu:
a. Pneumonia akibat bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri biasanya hanya terjadi pada salah satu
bagian paru. Ada beberapa bakteri yang dapat menjadi penyebab pneumonia,
yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, dan Staphylococcus aureus.
Selain itu, ada beberapa bakteri lain yang juga bisa menyebabkan pneumonia namun
dengan gejala yang lebih ringan, yaitu Mycoplasma pneumoniae, Chlamydophila
pneumoniae, dan Legionella pneumophila.
b. Pneumonia akibat virus
Sebagian virus penyebab batuk, pilek, atau flu juga bisa menyebabkan pneumonia.
Beberapa kelompok virus yang dapat menyebabkan pneumonia adalah adenovirus,
virus influenza, hantavirus, dan coronavirus yang menyebabkan SARS, MERS,
dan COVID 19. Umumnya, pneumonia karena virus menimbulkan gejala yang lebih
ringan dan lebih singkat daripada pneumonia karena bakteri. Namun, ada juga
pneumonia akibat virus yang bisa memburuk dengan cepat, misalnya infeksi virus
Corona (SARS-CoV-2).
c. Pneumonia akibat jamur
Selain virus dan bakteri, beberapa jenis jamur juga dapat menyebabkan
pneumonia, yaitu Cryprococcus, Coccidioides, dan Histoplasma. Seseorang dapat
mengalami pneumonia akibat jamur jika menghirup spora jamur dalam jumlah banyak.
Spora jamur sering terdapat pada tanah atau kotoran burung. Pneumonia akibat jamur
juga lebih sering menyerang orang dengan penyakit kronis atau orang dengan sistem
imun yang lemah.
Selain berdasarkan kuman penyebabnya, pneumonia juga dapat dibagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan tempat terjadinya penularan, yaitu:
 Community-acquired pneumonia, yaitu jenis pneumonia yang paling sering terjadi
dan penularannya terjadi di tengah masyarakat
 Hospital-acquired pneumonia, yaitu pneumonia yang penularannya terjadi ketika
seseorang menjalani perawatan di rumah sakit

C. Patologis
a. Stadium prodromal
a) alveoli mulai terisi sekret akibat infeksi kuman patogen yang berhasil masuk.
b) setelah 1 minggu berdatanganlah sel leukosit terutama pmn sampai alveoli menjadi
penuh dan padat
Pada stadium ini, perhatikan gejala-gejalanya sebagai berikut : panas badan
cenderung tinggi, letargi, nyeri otot, nafsu makan turun, disertai batuk-batuk yang
cenderung semakin berat dengan dahak yg hanya sedikit dan sulit sekali untuk
dibatukkan keluar.
b. Stadium Hepatisasi
Proses ini meliputi lobus secara serentak : lobus yang terserang menjadi padat
tidak bedanya dengan hati yang mengalami hepatisasi sehingga, secara akut salah satu
lobus tidak dapat menjalankan fungsi pernafasan (jadi merupakan gangguan restriksi),
peningkatan kebutuhan oksigen s.d. panas yang tinggi, proses radang mengenai pleura
viseralis yang membungkus lobus tersebut yang akan menimbulkan nyeri setempat,
nyeri dada tersebut menyebabkan ekspansi paru terhambat, ketiga faktor tersebut diatas
menyebabkan pasien mengalami sesak nafas, tetapi tidak ada obstruksi bronkhus
sehingga tidak terdengar wheezing.
Pada stadium keadaan klinis pasien adalah keadaan pasien nampak semakin parah
sehingga tampak sakit berat, demam (39°c), menggigil, sesak nafas, pernafasan cuping
hidung, nyeri dada, batuk semakin parah, thoraks yang sakit tampak tetinggal pada
pernafasan, fremitus suara meningkat, perkusi redup, auskultasi : terdengar suara nafas
bronchial, terdapat dehidrasi, dapat meninggal bila tidak mendapat penatalaksanaan
yang adekuat.
c. Stadium Resolusi
Pada stadium ini bila pasien dapat mengatasi infeksi akut ini, maka mulai minggu
ke 2 isi alveolus akan melunak untuk berubah menjadi dahak dan akan dibatukkan
keluar, pasien mulai merasakan badannya agak enak, panas mulai turun, batuk semakin
longgar, dahak mudah dikeluarkan, sesak berkurang, nyeri dada berkurang

D. Manifestasi Klinis
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction
rub.
E. Diagnosis
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia
komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak/purulen
c. Suhu tubuh > 38C (aksila) /riwayat demam
d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 4500 12,13 Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia
komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan sistem skor menurut hasil penelitian
Pneumonia.
PSI membagi kelompok CAP menjadi lima kelas berdasarkan risiko mortalitas yang
dimiliki pasien, dimana kelas I-III merupakan pasien dengan mortalitas rendah, kelas IV
merupakan pasien dengan mortalitas sedang dan kelas V merupakan pasien dengan
mortalitas tinggi.14 PSI juga digunakan untuk menentukan pasien akan diterapi dengan
rawat jalan atau rawat inap, seperti yang tertera pada tabel.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
2. Laboratorium Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul,
Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED
meningkat.
3. Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah
untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen
polisakarida pneumokokkus.
4. Analisa Gas Darah Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus,
tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.

G. Penatalaksanaan
Antibiotik merupakan terapi utama pneumonia yang disebabkan bakteri. Antibiotik
yang disarankan sebagai terapi empirik pneumonia rawat inap antara lain sefalosporin
generasi ketiga dikombinasikan dengan makrolida, florokuinolon monoterapi dan
tigesiklin untuk pasien yang intoleran sefalosopin dan florokuinolon. Pemilihan
penggunaan antibiotik pada pasien bersifat individual baik dengan pengobatan tunggal
maupun dengan pengobatan kombinasi.
Pengobatan pneumonia bertujuan untuk mengatasi infeksi, meredakan gejala, dan
mencegah komplikasi. Pengobatan akan diberikan sesuai penyebab dan tingkat keparahan
kondisi.
 Obat antipiretik dan analgetik, seperti ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan
demam dan nyeri
 Obat untuk meredakan batuk
 Obat antibiotik, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri
 Obat antivirus, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus
 Obat antijamur, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi jamur
Penderita pneumonia juga disarankan untuk banyak beristirahat, mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, serta banyak minum air putih agar tidak kekurangan cairan.
Jika mengalami gejala yang berat, penderita pneumonia perlu dirawat di rumah sakit.
Selama rawat inap di rumah sakit, penderita akan diberikan penanganan berupa:
 Pemberian antibiotik atau obat lain melalui suntikan
 Pemberian oksigen tambahan melalui selang atau masker oksigen, untuk
mempertahankan kadar oksigen dalam darah
 Pemberian cairan infus, untuk menjaga keseimbangan cairan dan kecukupan nutrisi
 Rehabilitasi paru, untuk memaksimalkan penyerapan oksigen dengan melakukan
latihan pernapasan
Penderita pneumonia dengan gejala yang sangat parah perlu ditempatkan dalam ruang
perawatan intensif dan dipasangkan ventilator, yaitu mesin untuk membantu pernapasan.
Proses penyembuhan pneumonia tergantung pada jenis pneumonia, tingkat keparahan,
serta kondisi kesehatan penderita secara umum.
Daftar Pustaka

M. Bachrudin, dan Moh. Najib. 2016. Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Irawan, Risky. 2019. Korelasi Kadar Copeptin dan Skor PSI dengan Waktu Terapi Sulih
Antibiotik Intravena ke Oral dan Lama Rawat Pneumonia Komunitas. Jurnal Respirologi
Indonesia. Vol 39 (1) : Hal. 44-53
Merlinda, P.S, Widya, G.C. 2019. Tren Pneumonia Balita di Kota Semarang Tahun 2012-
2018. HIGEIA. Vol 3 (3) : Hal. 407-416
Osharinanda M., Finny F. Y., Yuniar L. 2015. Profil Pasien Pneumonia Komunitas di Bagian
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 4
(1). Hal. 218-226
Yeni F., Ayu T., Deasy N. W. 2017. Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Pneumonia di
Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical
Research. Vol 02. Hal. 44-52
Jahya B. A. S. 2019 “Asuhan Keperawatan pada Tn. A.D dengan Pneumonia di Ruang
Cendana Rumah Sakit Bhayangkara Dr. Titus Ully Kupang”. D III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Damayanti K., dan Ryusuke O. 2017. “Tugas Responsi Pneumonia”. Makalah. Dalam:
Kepaniteraan Klinik madya Bagian.
Dr. Merry D.C.P. 2020. Penyebab Pneumonia.
https://www.alodokter.com/pneumonia/penyebab (Diakses tanggal 12 September 2020.)
Dr. Merry D. C. P. 2020. Pengobatan Pneumonia.
https://www.alodokter.com/pneumonia/pengobatan (Diakses tanggal 12 September
2020.)
FORMAT ASUHAN
KEPERAWATAN / KEBIDANAN

Tanggal masuk RS / Poliklinik / Puskesmas : 14 Juli 2020


Jam : 17.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 14 Juli 2020
Jam : 17.14 WIB
Tempat / Ruang : Ruang Edelweiss 2
No. Register : 1402200105
Diagnosa Masuk : Pneumonia

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. IDENTITAS (BIODATA)
Nama Pasien : Ny. J / p(x)
Umur : 25 tahun
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Penghasilan : Rp. 2.000.000
Alamat Rumah : Jl. Itaewon No. 95 Kota Kediri
2. KELUHAN UTAMA
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi
batuk produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijauhiajuan, kecokelatan
atau kemerahan, dan serring kali berbau busuk. Klien mengeluh mengalami demam tinggi
dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi
pernapasan, dan nyeri kepala.

4. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN


-
5. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Pasien memiliki riwayat penyakit Pneumonia.

6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (PENYAKIT KETURUNAN)


Keluarga pasien ada yang memiliki penyakit TBC.
7. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan tempat tinggal pasien baik dan bersih.
8. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit
-
b. Personal Hygiene
 Mandi : 2 kali /hari
 Ganti Pakaian : 2 kali/hari
 Lainnya sebutkan : -
c. Eliminasi
 BAB
- Frekuensi : 1x sehari
- Konsistensi : lembek
- Warna / Bau : kuning kecoklatan / khas
- Keluhan / Masalah : tidak ada
- Lainnya sebutkan : -
 BAK
- Frekuensi : 4-5 x sehari
- Konsistensi : cair
- Warna / Bau : kuning jernih / khas
- Keluhan / Masalah : tidak ada
- Lainnya sebutkan : -
9. POLA NUTRISI
a. Kebiasaan makan
 Frekuensi : 3 x sehari
 Jenis makanan di rumah : nasi
 Nafsu makan : sedikit menurun
 Keluhan / masalah : terkadang mengalami muntah
 Lainnya sebutkan : -
b. Kebiasaan minum
 Frekuensi : 4-5 x sehari
 Jenis minuman di rumah : air putih
c. Diet khusus
(v) Tidak ada
( ) Ada ( ) Cair
( ) Saring
( ) Rendah garam
d. Pantangan makan / minum

e. Riwayat alergi
Tidak ada.
10. SOSIAL BUDAYA DAN KEYAKINAN
a. Kebiasaan adat istiadat
b. Hubungan dengan keluarga
Baik.
c. Hubungan dengan lingkungan
Baik.
d. Menjalankan ibadah
Ya. Keluarga pasien mengatakan jika pasien menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
e. Persepsi tentang kematian
Kematian adalah hal yang pasti akan dialami oleh seluruh manusia.
f. Lainnya sebutkan
-
11. POLA ISTIRAHAT
a. Aktivitas sehari - hari
Bekerja sebagai guru.
b. Tidur siang
Tidak tidur siang.
c. Tidur malam
7-8 jam.
d. Masalah / keluhan
-
e. Lainnya sebutkan
-
12. KEBIASAAN WAKTU LUANG
Pasien biasa berpergian jika waktu luang.

B. Data Objektif
1. Alat bantu yang dipakai
 Kaca mata : ( ) Ya (v) Tidak
 Pendengaran : ( ) Ya (v) Tidak
 Gigi palsu : ( ) Ya (v) Tidak
 Lain – lain sebutkan : -

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : pasien tampak lemah.
2) Kesadaran :
3) Tanda – tanda Vital (vital sign)
 Tekanan darah 110/60 mmHg
(v) Berbaring ( ) Duduk
 Nadi…x / menit
( ) Teratur (v) Tidak teratur ( ) Kuat ( ) Lemah
 Pernafasan : 28x / menit
Jumlah pernafasan di atas normal.
 Suhu : 39oC
(v) Axilla ( ) Rectal ( ) Oral
4) BB : 47 kg. TB : 158 cm
5) Lainnya sebutkan
-
b. Pemeriksaan Khusus
1) Kepala
Rambut
Warna rambut : hitam
Rontok : tidak
Benjolan : tidak ada
Ketombe : sedikit ketombe
2) Muka
Oedema : tidak ada
Pucat :
3) Mata
Bentuk : simetris
Pupil : isokor
Sklera : normal
Konjungtiva : merah muda
Kelopak mata : normal
Kelainan : tidak ada
Lainnya sebutkan : -
4) Hidung
Bentuk : simetris
Polip : tidak ada
Sekresi : sekret menumpuk
Simetris : simetris
Kelainan : -
Lainnya sebutkan : -
5) Mulut
Mulut : (v) Bersih ( ) Kotor ( )
Berbau Lidah : normal
Gigi : normal
Gusi : normal
Mukosa : (v) Lembab ( ) Kering ( )
Stomatitis Tenggorokan : (v) Sakit menelan / nyeri tekan
( ) Pembesaran tonsil
Kelainan : -
Lainnya sebutkan : -
6) Telinga
Bentuk : simetris
Kelainan : -
Lainnya sebutkan : -
7) Leher
Gerakan :-
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
8) Dada
- Bentuk : (v) Simetris ( ) Tidak simetris
Ada kelainan : (v) Nyeri
Lainnya sebutkan : jika batuk, nyeri.
- Suara pernafasan : ( ) Wheezing (v) Ronchi
Lainnya sebutkan :-
- Suara jantung : (v) Normal
Ada kelainan : -
Lainnya sebutkan :-
9) Abdomen
-( ) Tegang ( ) Kembung ( ) Asites ( ) Nyeri
tekan Lokasi :-
- Pembesaran hepar : t i d a k a d a
- Pembesaran lien : tidak ada
- Kelainan : tidak ada
- Lainnya sebutkan : -
10)Punggung
- Bentuk : simetris
- Kelainan : tidak ada
- Lainnya sebutkan : -
11)Ekstremitas Atas dan Bawah
- Warna kulit
(v) Ikterik ( ) Cyanosis ( ) Kemerahan ( )
Pigmentasi Lainnya sebutkan :
- Akral
( ) Hangat (v) Panas ( ) Dingin
Lainnya sebutkan :
- Turgor
( ) Baik (v) Cukup ( ) Jelek / menurun
Lainnya sebutkan :
- Oedema
( ) Ada (v) Tidak ada Lokasi :
Kelainan :
12)Genetalia
 Perempuan
Ada kelainan
Tidak ada
Lainnya sebutkan
-
 Rectum
Ada kelainan: tidak ada

Lainnya sebutkan: -
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jumlah Leukosit 20,5 10^3/µl. Dan Neutrofil 85.8%.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
5. KESIMPULAN
Diagnosa keperawatan:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (penumpukan sekret)


2. Hipertermi (Proses peradangan)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (intake yang inadekuat)
4. Nyeri (Akut) (Inflamasi parenkim paru, batuk menetap)
5. Intoleransi aktifitas (Ketidak seimbangan antara suplai oksigen.)
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan (kehilangan cairan berlebihan, penurunan
masukan oral
Interpretasi Data

TANGGAL INTERVENSI RASIONAL


JAM
Goal : Selama dalam masa perawatan kebersihan jalan
napas pasien dapat kembali efektif.

Objektif : Selama dalam masa perawatan 3x24 jam


diharapkan kebersihan jalan napas kembali efektif.

Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan batuk efektif,


Pernapasan pasien kembali normal, pasien dapat
mengeluarkan sekret.

Intervensi :
1. Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam atau
menurut standar yang ditetapkan 1. Untuk mendeteksi tanda
2. Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien. awal bahaya
3. Bantu Pasien untuk mengubah posisi. Batuk, dan 2. Untuk membantu bernapas
pernapasan dalam setiap 2 sampai 4 jam. dan ekspansi dada serta
4. Berikan Cairan (Sekurang-kurangnya 3 liter setiap ventilasi lapangan paru
hari) basilar.
3. Untuk membantu
pengeluaran sekresi dan
mempertahankan potensi
jalan napas.
4. Untuk memastikan hidrasi
yang adekuat dan
mencairkan sekresi, Kecuali
dikontraindikasi.

Goal : Selama dalam proses perawatan suhu tubuh


pasien kembali dalam batas normal

Objektif : Selama dalam tindakan keperawatan 15-25


menit suhu tubuh pasien kembali dalam batas normal.

Kriteria Hasil: suhu tubuh dalam rentang normal


(36,50C - 37,5 0C). Nadi dan RR dalam rentang normal
(16-20x/ menit) dan tidak ada pusing.

Intervensi :
1. Pantau suhu tubuh tiap 4 jam atau lebih sering bilah 1. mengefaluasi keektifan
diindikasikan. intervensi
2. Turunkan panas yang berlebihan dengan melepaskan 2. Tindakan tersebut
kain sebatas pinggang pada pasien, dan berikan kompres meningkatkan kenyamanan
hangat pada aksila dan lipatan paha. dan 17 penurunan
3. Berikan posisi yang nyaman temperatur tubuh
4. Anjurkan pasien untuk sering minum 3. Memberi kenyamanan pada
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Obat pasien.
antipiretik 4. Agar pasien tidak lemas,
dan panas cepat turun.
5. Mempercepat
penyembuhan.

Goal : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi


pasien dapat terpenuhi

Objektif : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24


jam diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi.

Kriteria Hasil: Intake makan meningkat, tidak ada


penurunan berat badab lebih lanjut. Menyatakan
perasaan sejahtra

Intervensi:
1. Pantau presentase jumlah makan yang yang di 1. Mengidentifikasi kemajuan
konsumsi setiap kali makan. Timbang BB setiap hari atau penyimpangan dari
2. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum kemajuan.
berbau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan 2. bau yang tidak
3. Dukung klien untuk mengonsumsi makanan tinggi menyenangkan dapat
kalori dan tinggi protein. mempengaruhi napsu
makan.
3. peningkatan suhu tubuh
meningkat metabolisme,
intake protein, vitamin,
mineral dan kalori yang
adekuat penting untuk
aktivitas anabolik dan
sintesis antibodi

Goal: Klien mengatakan nyeri berkurang selama masa


perawatan

Objektif : Setelah dilakukan intervensi keperawatan


selama 1x24 jam diharapkan nyeri akut teratasi.

Kriteria Hasil : Dispnea dan takipnea tidak ada,


kesulitan bernapas tidak ada, akral hangat sianosis,
kapiler refil kembali dalam 2-3 detik, gelisah tidak ada,
pucat dan sianosis tidak ada TTV : TD :120/80 mmHg
N:60- 100x/menit. RR:16-24x/menit. S:36,50C37,50C.
18

Intervensi:
1. Tentukan karakteristik Nyeri, misalnya tajam, 1. nyeri dada biasanya ada
konstan, selidiki perubahan karakter/lokasi nyeri dan dalam beberapa derajat pada
ditusuk. pneumonia
2. Pantau tanda vital 2. perubahan frekuensi jantung
3. Berikan tindakan nyaman, misalnya. Latihan napas atau TD menunjukan bahwa
dalam pasien mengalami nyeri,
4. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering. khususnya bila alasan lain
5. Ajarkan dan bantu teknik menekan dada selama untuk perubahan tanda-
episode batuk tanda vital telah terlihat
6. Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi 3. Tindakan nonanalgitik
diberikan dengan sentuhan
lembut dapat meningkatkan
ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi
analgesik
4. pernapasan mulut dan terapi
oksigen dapat mengiritasi
dan mengeringkan membran
mukosa, potensial
ketidaknyamanan umum.
5. Alat untuk mengontrol
ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan
keefektifan upaya bentuk
6. Obat ini dapat digunakan
untuk menekan batuk non
produktif/ peroksimal atau
menurunkan mukosa
berlebihan, meningkatkan
kenyamanan istirahat umum

Goal : pasian akan melaporkan peningkatan toleransi


terhadap aktifitas

Objektif : Selama tindakan 1x24 jam diharapkan


peningkatan toleransi terhadap aktivitas

Kriteria Hasil : Terjadi peningkatan tonus otot,


peningkatan toleransi aktivitas, tidak ada dispnea dan
tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas 1. Menetapkan bantuan pasien
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung dan memudahkan pilihan
selama fase akut intervensi
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat 2. menurunkan stres dan
4 Bantu aktivitas 19 perawatan diri yang diperlukan rangsangan berlebihan
meningkatkan istirahat.
3. pasien mungkin nyaman
dengan kepala tinggi.
4. memi
nimalkan kekalahan dan
membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen

Goal : Klien akan mengatakan kebutuhan cairan


kembali terpenuhi selama masa perawatan

Objektif : Setelah dilakukan intervensi keperawatan


selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan cairan pasien
dapat terpenuhi.

Kriteria Hasil : membran mukosa lembab,turgor kulit


baik, pengisian kapiler cepat, TTV normal.

Intervensi:
1. Kaji perubahan TTV
2.Kaji turgor kulit 1. penin
3. Catat laporan mual muntah gkatan suhu
4. Pantau pemasukan 2. indika
tor langsung keadekuatan
volume cairan, meskipun
membran mukosa mulut
mungkin kering karena
napas mulut dan oksigen
tambahan.
3. adany
a gejala ini menurunkan
masalah oral.
4. Mem
berikan informasi tentang
keadekuatan volume cairan
tambahan
Intervensi / Perencanaan
NO TANGGAL DIAGNOSA / MASALAH / INTERVENSI RASIONAL
JAM KEBUTUHAN
1. Ketidakefektifan jalan 1. Kaji status pernapasan 1) Untuk mendeteksi tanda
nafas. Penumpukan secret. sekurannya setiap 4 awal bahaya.
jam atau menurut 2) Untuk membantu
Goal : Selama dalam masa standar yang mengeluarkan sekret;
perawatan kebersihan jalan ditetapkan. Untuk membantu
napas pasien dapat kembali 2. Mengajarkan pasien mengurangi penumpukan
efektif. teknik batuk efektif. sekret
3. Posisikan pasien 3) untuk membantu
Objektif : Selama dalam semifowler dan sangga pernapasan dan ekspansi
masa perawatan 3x24 jam lengan pasien dada serta ventilasi
diharapkan kebersihan 4. Bantu pasien untuk lapangan paru basilar.
jalan napas kembali efektif mengubah posisi 4) Untuk membantu
dalam setiap 2 sampai pengeluaran sekresi dan
Kriteria Hasil : Klien 4 jam mempertahankan potensi
mampu melakukan batuk 5. Berikan air hangat jalan napas.
efektif, pernapasan pasien (1500-2000cc/24 jam).
kembali normal, pasien
dapat mengeluarkan sekret.

1) Mengidentifikasi
2. Resiko nutrisi kurang dari kemajuan 24 atau
kebutuhan tubuh b.d Intake penyimpangan dari
yang inadekuat. 1. Pantau : Presentase kemajuan.
jumlah makanan yang 2) untuk meningkatkan
Goal : Setelah dilakukan di komsumsi setiap napsu makan
tindakan keperawatan kali makanr, Timbang 3) bau yang tidak
nutrisi pasien dapat BB tiap hari menyenangkan dapat
terpenuhi. 2. Memberikan makan mempengaruhi napsu
kesukaan pasien. makan.
Objektif : Setelah 3. Berikan perawatan 4) peningkatan suhu tubuh
dilakukan tindakan Mulut tiap 4 jam jika meningkatkan
keperawatan 3x24 jam sputum berbau busuk. metabolisme, intake
diharapkan nutrisi pasien Pertahankan kesegaran protein, vitamin, Mineral,
dapat terpenuhi. ruangan dan kalori yang adekuat
4. Dukung klien untuk penting untuk aktivitas
Kriteria Hasil : intake mengonsumsi anabolik dan sintesis
makanan meningkat, Tidak makanan tinggi kalori antibodi.
ada penurunan berat bad an dan tinggi protein.
lebih lanjut, menyatakan
perasaan sejahtera.
Implementasi

NO TANGGAL DIAGNOSA / MASALAH / IMPLEMENTASI


JAM KEBUTUHAN
15 Juli 2020, 1) Diagnosa keperawatan I : 1) Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan
13.00 ketidakefektifan bersihan jalan gerakan dada. Mengajarkan pasien batuk efektif
napas berhubungan dengan dan napas dalam.
penumpukan sekret. 2) Memberikan kompres hangat (Suhu sebelumnya :
15 Juli 2020, 2) Diagnosa Keperawatan II : 38,90C. Suhu sesudah kompres 36,80C), Jam 13
13.35 Hipertemi ; Proses :50 Menganjurkan pada pasien untuk banyak
peradangan. minum air putih (1500-2000cc/24 jam)
3) Diagnosa Keperawatan III : 3) Mengkaji pola makan klien : makan 3x/hari, jenis
Nutrisi kurang dari kebutuhan nasi, sayur, daging, tempe dan tahu, porsi makan
tubuh berdasarkan Intake yang yang diberikan tidak habis, hanya mampu
15 Juli 2020 inadekuat. menghabiskan 5 sendok.
13.50 4) Diagnosa Keperawatan IV : 4) Menimbang berat badan pasien.
Gangguan pola tidur 5) Mengkaji kebiasaan tidur pasien sebelum dan
berdasarkan Proses penyakit. sesaat sakit. Pasien mengatakan tidur malam 7
jam dan tidur siang 1-2 jam. setelah sakit pasien
hanya bisa tidur malam 3-4 jam sedangkan siang
kurang dari 1 jam, Jam 13:40 Menganjurkan klien
relaksasi pada waktu akan tidur.
Evaluasi

NO TANGGAL DIAGNOSA / MASALAH / KEBUTUHAN


JAM
15 Juli 2020, 1. Diagnosa Keperawatan I : Data Subjektif : Pasien mengatakan sesak
14.00 napas, batuk positif dan sudah bisa mengeluarkan lendir.
Data Objektif : Pasien tampak sesak, retraksi dinding dada, terdengar
bunyi whezing pada paru bagian kiri.
Assesment : Masalah belum teratasi
Planning : Intervensi 1-4 di lanjutkan.
2. Diagnosa keperawatan II: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berdasarkan intake yang inadekuat,
Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak menghabiskan makanannya,
Data Objektif : Pasien hanya menghabiskan 5 sendok makanan
Assesment : Masalah belum terarasi.
Planning : intervensi 1-3 di lanjutkan.
3. Diagnosa Keperawatan IV : Gangguan pola tidur berdasarkan Proses
penyakit
Data subjektif : Pasien mengatakan Masih belum bisa tidur.
Data Objektif : Pasien tampak lemah, mata tampak cowong ,
konjungtiva anemis. Assesment : Masalah belum teratasi. Planning:
16 Juli 2020, Intervensi 1-4 di lanjutkan.
14.00
1. Diagnosa Keperawatan I : Ketidakbersihan jalan nafas b.d Penumpukan
sekret.
Data Subjektif : Pasien mengatakan sesak nafas, batuk positif dan
mengeluarkan dahak. Data Objektif : Pasien tampak sesak nafas, serta
batuk namun tidak mengeluarkan dahak. Assasment : Masalah belum
teratasi.
Planning : Intervens 1-4 dilanjutkan.
Implementasi 09.30 melatih nafas dalam dan batuk efektif. 11.00
Mengukur tanda-tanda vital ; Tekanan darah : 110/90 mmHg. Suhu :
36.50C. Respirasi : 20x/menit.
Evaluasi ; Pasien sudah bisa mengeluarkan dahak sehabis latihan batu
efektif
2. Diagnosa Keperawatan II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang inadekuat.
Data Subjektif : Pasien mengatakan porsi yang disediakan tidak di
habiskan.
Data Objektif : Pasien tampak makan cuman 1-5 sendok dan tak
habiskan porsinya. Assasment : Masalah belum teratasi.
Planning : Intervensi 1-3 dilanjutkan.
Implementasi : jam 11.56 Melayani pasien makan siang dan minum obat
Ranitidin IV. 12 : 20 26 Mengukur berat badan pasien BB :46 kg. 13 :
17 Juli 2020 40 Mendorong keluarga untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori dan
tinggi protein,
Evaluasi : Pasien masih tidak menghabiskan porsi makannya atau
cuman menghabiskan 1-5 sendok. Evaluasi ; Pasien masih belum bisa
istirahat.

1. Diagnosa Keperawatan I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d


Penumpukan sekret.
Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak nafas sesak lagi, serta batuk
positif dan mengeluaran dahak.
Data Objektif : Pasien tampak tidak sesak lagi dengan RR 20x/menit.
Serta batuk mengeluarkan dahak.
Assesment : Masalah teratasi sebagaian. Planning : Intervensi 1-4
dilanjutkan.
Implementasi : 09.30 melatih nafas dalam dan batuk efektif. 11.00
Mengukur tanda-tanda vital : Tekanan darah : 120/80mmHg. Suhu;
36.50C, Respirasi :21x/menit.
Evaluasi :Pernafasan pasien sudah kembali normal, serta sudah ada
pengeluaran dahak.
2. Diagnosa Keperawatan II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang inadekuat.
18 Juli 2020 Data Subjektif : Porsi yang diberikan di habiskan.
Data Objektif : Pasien tampak menghabiskan makanannya.
Assesment : Masalah belum teratasi.
Planning : Intervensi 1-3 dilanjutkan.
Implementasi : Jam 12.00 Melayani pasien makan siang. Jam 13.30
Mengukur berat badan pasien.
Evaluasi : Pasien sudah menghabiskan porsi makannya.

1. Diagnosa keperawatan I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d


Penumpukan sekret.
Data Subjektif : pasien mengatakan tidak nafas sesak lagi serta batuk
positif dan mengeluarkan dahak.
Data Objektif : Pasien tampak tidak sesak lagi dengan RR 20x/menit.
Serta batuk mengeluarkan dahak. Assesment: Masalah teratasi
sebagian.
Planning : intervensi 1-4 dilanjutkan.
Implementasi : 07.45 melatih nafas dalam dan batuk efektif. 11.00
mengukut Tanda-tanda vital : Tekanan darah 27 110/80mmHg. Suhu :
36.50C Respirasi rate : 19x/menit
Evaluasi : Pernafasan pasien sudah kembali normal. Serta batuk sudah
berkurang
2. Diagnosa keperawatan II : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake yang inadekuat.
Data Subjektif : Porsi yang diberikan dihabiskan.
Data Objektif : Pasien tampak menghabiskan makanannya. Assesment
: Masalah belum teratasi. Planning : intervensi1-3 dilanjutkan.
Implementasi : Jam 12 melayani pasien makan siang. Jam 13.10
mengukur berat badan pasien.
Evaluasi : Pasien sudah menghabiskan porsinya.

Anda mungkin juga menyukai