Anda di halaman 1dari 46

NAMA : MULTY CARERA

NIM : 201921004

UTS GEOGRAFI PARIWISATA INDONESIA

1. Sumatra Utara

Kabupaten Padang Lawas Utara

Kompleks Candi Bahal atau Biaro Bahal, Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak

Candi Bara, Desa Bara, Kecamatan Padang Bolak

Candi Pulo, Desa Bahal Kecamatan Portibi

Candi Sitopayan, Kampong Sitopayan, Kecamatan Padang Bolak

Biaro Tanjung Bangun, Desa Bangun Purba, Kecamatan Padang Bolak

Candi Aek Haruaya, Kampung Haruaya, Kecamatan Padang Bolak

Situs Mangaledang, Dusun Tor Na Tambang, Desa Mangaledang Godang, Kecamatan


Padang Bolak

Situs Naga Saribu, Desa Bangun Purba, Kecamatan Padang Bolak

Kabupaten Mandailing Natal

Caṇḍi Simangambat, Desa Simangambat, Kecamatan Siabu

Kabupaten Padang Lawas

Candi Sipamutung, Desa Siparau, Kecamatan Barumun Tengah

Situs Aek Tunjang, Desa Aek Tunjang, Kecamatan Barumun Tengah

Kompleks Candi Tandihat, Desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah

Situs Aek Linta, Desa Padang Galugur Jae, Kecamatan Barumun Tengah

Candi Sangkilon, Desa Sangkilon, Kecamatan Barumun

Sumatra Barat

Kabupaten Dharmasraya

Kompleks Candi Padang Roco, Jorong Sungai Lansek, Kenagarian Siguntur


Candi Pulau Sawah, Jorong Sungai Lansek, Kenagarian Siguntur

Candi Pulau Sawah I

Candi Pulau Sawah II

Candi Bukik Awang Maombiak, Kenagarian Siguntur

Kabupaten Pasaman

Candi TanjungMedan, Dusun Tanjungmedan, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman,

Candi Koto Rao, Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman

Jambi

Kabupaten Muaro Jambi

Kompleks Candi Muaro Jambi, Desa Muarajambi, Kecamatan Maro Sebo (lokasi)

Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Kompleks Candi Situs Orang Kayu Hitam, Kelurahan Simpang, Kecamatan Berbak

Candi Satu

Riau

Candi Muara Takus di Kecamatan XII Koto Rao, Kabupaten Kampar

Candi Muara Guru di Kabupaten Kampar

Sumatra Selatan

Kota Palembang

Candi Angsoka, Kelurahan 20 Ilir, Kecamatan Ilir Timur I

Kabupaten Musi Rawas

Candi Lesung Batu, Lesungbatu, Rawas Ulu

Kabupaten Muara Enim

Kompleks Candi Bumi Ayu, Desa Bumi Ayu, Kecamatan Tanah Abang

Kota Pagar Alam

Situs Rimba Candi atau Gapura Sriwijaya, Dusun Rimba Candi, Kecamatan Dempo Tengah

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan


Candi Jepara atau Batu Kebayan (batu pengantin), tepi Danau Ranau, Kecamatan Banding
Agung

Bangka Belitung

Candi Kota Kapur[1] Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo, Kabupaten Bangka

Banten

Kabupaten Pandeglang

Situs Gunung Pulosari, Desa Cipanas

Kota Serang

Situs Banten Girang, Desa Sempu

Jawa Barat

Kabupaten Garut

Candi Cangkuang (Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles), (lokasi)

Kabupaten Karawang

Kompleks Situs Batujaya (Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya) (lokasi)

Candi Jiwa

Candi Blandongan

Kompleks Situs Cibuaya (Desa Cibuaya, Kecamatan Cibuaya)

Kota Tasikmalaya

Situs Lingga Yoni (Blok Wangkelang Kampung Sindanglengo, Sukamaju Kidul, Kecamatan
Indihiang)

Kabupaten Bandung

Candi Bojongmenje (Kampung Bojongmenje RT. 03 RW. 02, Desa Cangkuang, Kecamatan
Rancaekek), (lokasi)

Candi Bojongemas (Desa Bojongemas, Kecamatan Solokanjeruk)

Kabupaten Ciamis

Situs Batu Kalde atau Candi Pananjung (Cagar Alam Pananjung, Desa Pangandaran,
Kecamatan Panandaran)

Situs Karangkamulyan (Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing)

Situs Mangunjaya (Dusun Pasirlaya, Desa Mangunjaya, Kecamatan Mangunjaya)


Kota Banjar

Situs Rajegwesi (Desa Mulyasari, Kec. Pataruman)

Jawa Tengah

Kabupaten Magelang

Candi Borobudur, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, (lokasi)

Candi Mendut, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, (lokasi)

Candi Pawon, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, (lokasi)

Candi Ngawen, Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan

Candi Asu (Sengi), Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, (lokasi)

Candi Lumbung (Sengi), Dusun Tlatar, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan

Candi Pendem, Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun

Candi Canggal atau Candi Gunung Wukir, Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan
Salam, (lokasi)

Candi Selogriyo, Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, (lokasi)

Candi Losari, Dusun Losari, Desa Salam, Kecamatan Salam, (lokasi)

Candi Gunungsari, Dusun Gunungsari, Desa Gulon, Kecamatan Salam, (lokasi)

Candi Umbul, Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag

Kabupaten Klaten

Candi Bubrah, Prambanan (lokasi)

Candi Prambanan, Prambanan, Klaten (lokasi)

Candi Plaosan (Lor), Prambanan, Klaten (lokasi)

Candi Plaosan Kidul, Prambanan, Klaten (lokasi)

Candi Sewu, Prambanan, Klaten (lokasi)

Candi Lumbung, Prambanan, Klaten, (lokasi)

Candi Sojiwan, Prambanan, Klaten (lokasi)

Candi Karangnongko, Karangnongko, Klaten, (lokasi sementara)

Candi Merak, Karangnongko, Klaten, (lokasi sementara)


Situs Kunden, Sumberejo, Klaten Selatan, Klaten

Kabupaten Karanganyar

Candi Sukuh, Sukuh, Ngargoyoso, Karanganyar (lokasi)

Candi Cetho, Gumeng, Jenawi, Karanganyar (lokasi)

Candi Kethek, Gumeng, Jenawi, Karanganyar

Situs Planggatan, Planggatan, Ngargoyoso, Karanganyar

Situs Menggung, Nglurah, Tawangmangu, Karanganyar

Arca Nandi Colomadu, Polsek Colomadu, Colomadu, Karanganyar

Kabupaten Semarang

Candi Dukuh, Rowoboni, Banyubiru, Semarang

Kompleks Candi Gedong Songo, Candi, Bandungan, Semarang, (lokasi sementara)

Candi Klero, Klero, Tengaran, Semarang (Jl. Raya Solo-Semarang km 12)

Candi Ngempon, Ngempon, Bergas, Semarang

Kabupaten Banjarnegara

Kompleks Candi Dieng, Batur, Banjarnegara

Candi Arjuna, (lokasi)

Candi Puntadewa

Candi Semar

Candi Srikandi

Candi Sembadra

Candi Gatotkaca, (lokasi)

Candi Setyaki

Candi Bima

Candi Dwarawati

Kabupaten Wonosobo

Candi Bogang, Bogang, Selomerto, Wonosobo

Kabupaten Temanggung
Candi Pringapus, Parakan, Temanggung, (lokasi sementara)

Candi Gondosuli, Bulu, Temanggung

Candi Liyangan, Liyangan, Purbasari, Ngadirejo

Kabupaten Tegal

Candi Bulus, Desa Bulus, Kecamatan Pedagangan

Candi Kesuben, Desa Kesuben, Kecamatan Lebaksiu

Kabupaten Boyolali

Candi Sari Cepogo, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo

Candi Lawang, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo

Situs Sumur Pitu, Desa Cabean Kunthi, Kecamatan Cepogo

Situs Sumur Songo, Desa Candi Kidul, Kecamatan Cepogo

Petirtaan Selodoko, Desa Selodoko, Kecamatan Ampel

Kabupaten Pati

Candi Miyono atau Situs Kayen, Dusun Miyono (Mbuloh), Desa Kayen, Kecamatan Kayen

Kabupaten Blora

Candi Sentono, Dukuh Nglaren, Desa Sentono, Kecamatan Kradenan [2]

Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten Sleman

Candi Prambanan, Desa Prambanan Kecamatan Prambanan (lokasi)

Situs Arca Gupolo, Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan (lokasi)

Situs Goa Sentono, Desa Jogotirto Kecamatan Berbah (lokasi)

Candi Kalasan atau Candi Tara, Desa Titromani Kecamatan Kalasan (lokasi)

Candi Banyunibo, Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan (lokasi)

Candi Ratu Boko atau Keraton Ratu Boko (lokasi)

Candi Sambi Sari, Desa Porwomartini Kecamatan Kalasan (lokasi)

Candi Sari, Desa Titromani Kecamatan Kalasan (lokasi)

Candi Ijo, Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan (lokasi)


Candi Barong, Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan (lokasi)

Candi Kedulan,Desa Titromani Kecamatan Kalasan (lokasi)

Candi Gebang, Kecamatan Ngemplak (lokasi)

Candi Morangan, Kecamatan Ngemplak (lokasi sementara)

Candi Keblak, Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan

Candi Abang, Desa Jogotirto Kecamatan Berbah (lokasi sementara)

Candi Miri, Desa Nguwot Kecamatan Prambanan (lokasi)

Candi Dawangsari, Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan (lokasi)

Candi Kimpulan, Kaliurang, Besi

Candi Klodangan, Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah

Candi Palgading, Dusun Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik (lokasi)

Arca Bugisan atau Arca Proliman, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan

Candi Watu Gudhig, Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan (lokasi)

Kabupaten Bantul

Kompleks Situs Mantup, Desa Situmulyo Kecamatan Piyungan (lokasi)

Candi Gampingan, (lokasi)

Situs Payak Bantul, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan (lokasi)

Situs Mangir, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan

Kabupaten Kulon Progo

Candi Pringtali, Desa Kebonharjo, Kecamatan Samigaluh

Kabupaten Gunung Kidul

Candi Risan, Desa Candirejo, Kecamatan Semin

Situs Gembirowati, Girijati, Panggang, Gunung Kidul

Jawa Timur

Kabupaten Malang

Situs Waturejo (Ngantang, Malang)

Candi Kagenengan (Wagir,Malang)


Candi Jago (Tumpang, Malang), (lokasi)

Candi Kidal (Tumpang, Malang), (lokasi)

Situs Ngawonggo (Tajinan, Malang)

Candi Singosari (Singosari, Malang), (lokasi)

Stupa Sumberawan (Singosari, Malang), (lokasi)

Candi Selakelir, lereng barat laut Gunung Penanggungan

Kompleks Percandian Gunung Arjuna

Grup Sepilo

Bhatara Guru

Candi Madrin

Patuk Lesung

Candi Kembang

Candi Lepek

Rhatawu

Hyang Semar

Watu Ireng

Rancang Kencana

Candi Wesi

Makutarama

Sepilo

Grup Indrokilo

Satria Manggung

Indrikilo

Candi Laras

Gua Gambir

Candi Jawar Ombo (Ampel Gading, Malang)

Candi Bocok (Pondokagung, Kasembon)


Petirtaan Watugede (Watu Gede,Singosari )

Candi Ngabab (Ngabab, Pujon)

Candi Gunung Telih (Gunung Rejo, Singosari)

Kota Malang

Candi Badut (Malang), (lokasi)

Candi KarangBesuki (Karangbesuki,Sukun)

Situs Watugong (Merjosari, Lowokwaru)

Situs Sumur Windu (Polowijen, Blimbing)

Kota Batu

Candi Songgoriti/ Candi Sanggariti atau Candi Supo ( Songgokerto, Batu ), (lokasi)

Punden Mojorejo atau Situs Kajang (Mojorejo, Junrejo )

Kabupaten Kediri

Candi Surawana (Pare, Kediri), (lokasi)

Candi Tegowangi (Plemahan, Kediri), (lokasi)

Arca Totok Kerot (Pagu, Kediri), (lokasi)

Situs Calon Arang Kediri, (lokasi)

Komplek Candi Tondowongso (Gayam,Kediri), (lokasi)

Candi Dorok (Puncu, Kediri), (lokasi)

Arca Ringin Budha ( Tamrin, Pare, Kediri)

Situs Semen (Pagu, Kediri)

Candi Semen (Pagu, Kediri), Penemuan Candi pada Movember 2013 ini sekarang
dihancurkan

Situs Babadan ( Babadan, Sumbercangkring, Gurah )

Candi Kepung ( Jatimulyo, Kepung,Kepung )

Kota Kediri

Kompleks Pertapaan Goa Selomangleng (Mojoroto,Kediri), (lokasi)

Gua Selobale
Candi Setono Gedong Candi masa Kadhiri yang terletak di Jl. Dhoho ini pada bulan Oktober
2013 hampir dihancurkan oleh Takmir Masjid.

Candi Pandean (Arca Durga)

Candi Siti Inggil

Candi Joko Dolog

Candi Botolengket

Candi Burengan

Candi Tinalan dan Arca Ganesha

Situs Pakelan

Situs Dadapan

Situs Mbah Lumpang

Situs Sumur Bandung

Situs Ganesha Gayam

Kabupaten Nganjuk

Candi Lor (Loceret, Nganjuk), (lokasi)

Candi Ngetos (Ngetos, Nganjuk), (lokasi)

Yoni Brebek

Situs Pace Kulon

Kabupaten Jombang

Candi Rimbi (Bareng, Jombang), (lokasi)

Kabupaten Pasuruan

Candi Jawi (Prigen, Pasuruan), (lokasi)

Candi Kebo Ireng (Kejapanan, Pasuruan)

Candi Gunung Gangsir (Beji, Pasuruan), (lokasi)

Kompleks Percandian Gunung Welirang

Reco Lanang

Reco Wadon
Watu Meja

Watu Kaca

Kompleks Percandian Gunung Ringgit, Gunung Ringgit, Dusun Godean, Desa Dayurejo,
Kecamatan Prigen

Candi Lulumbang (Lumbang, Pasuruan)

Kabupaten Mojokerto

Candi Bangkal (Ngoro, Mojosari), (lokasi)

Kompleks Situs Trowulan (Mojokerto), (lokasi)

Candi Tikus, (lokasi)

Candi Klinterejo (Sooko, Mojokerto)

Candi Menak Jingga, (lokasi)

Candi Brahu, (lokasi)

Candi Gentong, (lokasi)

Gapura Wringin Lawang (tipe candi bentar), (lokasi)

Gapura Bajang Ratu (tipe paduraksa), (lokasi)

Candi Kedaton (Trowulan, Mojokerto), (lokasi)

Kompleks Percandian Gunung Penanggungan (Trawas, Mojokerto)

Petirtaan Jalatunda, (lokasi)

Candi Kama I

Candi Kama II

Candi Gajah Mungkur

Candi Wayang

Candi Kendalisada

Candi Pasetran, (lokasi)

Gapura Jedong (gapura tipe candi bentar), (lokasi)

Petirtaan Watu Tetek

Petirtaan Belahan
Candi Lemari

Candi Bayi

Candi Putri

Candi Pura

Candi Gentong

Candi Shinta

Candi Lurah

Candi Carik

Candi Yudha

Candi Wisnu

Candi Kepurbakalaan XII

Candi kepurbakalaan XIII

Candi Buyung

Candi Kursi

Candi Kendalisodo

Candi Selakir dan Tekingblandong

Candi Naga I

Candi Pendawa

Candi Merak

Candi Naga II

Goa Botol

Makam Mbah Lipan

Candi Griya

Candi Dharmawangsa

Candi Kerajaan

Candi Pelakan Jawa I

Candi Pelakan Jawa II


Candi Baru

Candi tanpa nama I

Candi tanpa nama II

Candi tanpa nama III

Candi tanpa nama IV

Candi tanpa nama V

Candi tanpa nama VI

Candi tanpa nama VII

Candi Batu Jolang

Goa I

Goa II

Goa III

Goa tanpa nama

Batu Tulis

Goa Widodaren

Candi Batu Terbang

Fragmen arca, pipisan dan batu lis di hutan Segawe

Kota Surabaya

Arca Joko Dolog ( Taman Aspari, Tegalsari )

Kabupaten Blitar

Kompleks Candi Bacem (Kotes, Gandusari)

Arca Ganesha Boro (Boro, Tuliskriyo, Sanan Kulon)

Candi Kalicilik (Candirejo, Ponggok), (lokasi)

Candi Kotes (Gandusari, Blitar), (lokasi)

Candi Wringin Branjang (Gandusari, Blitar), (lokasi)

Candi Sawentar (Kanigoro, Garum), (lokasi)

Candi Sumbernanas (Rejoso, Ponggok), (lokasi)


Candi Sumberjati atau Candi Simping (Simping, Suruhwadang), (lokasi)

Kompleks Percandian Penataran (Penataran, Nglegok)

Bale Agung (Penataran, Nglegok)

Pendopo Teras (Penataran, Nglegok)

Candi Angka Tahun (Penataran, Nglegok)

Candi Naga (Penataran, Nglegok)

Candi Induk Penataran (Penataran, Nglegok), (lokasi)

Kolam Candi Penataran (Penataran, Nglegok)

Candi Pemandian Penataran (Penataran, Nglegok)

Candi Gambar Wetan (Candi Sewu, Nglegok)

Candi Plumbangan (Plumbangan, Doko), (lokasi)

Candi Tepas (Tepas, Kesamben), (lokasi)

Candi Selo Tumpuk (Pagerjowo, Kesamben)

Candi Sumber Agung (Sumber Agung, Gandusari)

Candi Sirah Kencong (Ngadirenggo, Wlingi)

Candi Tapan (Bakulan, Bendosewu, Talun)

Situs Jeding (Jeding, Sanankulon)

Candi Mleri (Mleri, Bagelenan)

Candi Rambut Monte (Krisik, Gandusari)

Situs Bale Kambang (Modangan, Nglegok)

Kabupaten Probolinggo

Candi Kedaton (Tiris, Probolinggo)

Candi Jabung (Paiton, Probolinggo), (lokasi)

Kabupaten Tulungagung

Candi Gayatri atau Candi Boyolangu (Boyolangu, Tulungagung),((lokasi)

Candi Dadi (Boyolangu, Tulungagung)

Candi Meja (Boyolangu, Tulungagung)


Candi Cungkup atau Candi Sanggrahan (Boyolangu, Tulungagung)

Candi Selomangleng atau Goa Pertapaan Selomangleng (Boyolangu, Tulungagung), (lokasi)

Candi Penampihan atau Candi Asmoro Bangun (Sendang, Tulungagung)

Candi Mirigambar (Sumbergempol, Tulungagung), (lokasi)

Candi Ngampel (Kalidawir, Tulungagung)

Candi Ngampel (Tanggung, Campurdarat, Tulungagung)

Goa Trtitis (Tanggung, Campurdarat, Tulungagung)

Goa Pasir (Pasir, Sumbergempol, Tulungagung)

Kabupaten Trenggalek

Candi Brongkah atau Candi Jenggolo Manik ( Brongkah, Kedunglurah, Pogalan )

Kabupaten Magetan

Candi Sadon atau Candi Reog ( Sadon, Cepoko, Panekan)

Candi Dewi Sri ( Simbatan, Kuntoronadi, Magetan)

Kabupaten Sidoarjo

Candi Pari (Porong, Sidoarjo) seberang Kolam Lumpur Lapindo, (lokasi)

Candi Sumur (Porong, Sidoarjo) seberang Kolam Lumpur Lapindo, (lokasi)

Candi Medalem (Tulangan, Sidoarjo)

Candi Wangkal (Krembung, Sidoarjo)

Candi Pamotan I dan II (Porong, Sidoarjo)

Candi Dermo (Wonoayu, Sidoarjo)

Candi Tawangalun (Sedati, Sidoarjo)

Kabupaten Lumajang

Candi Gedhong Putri atau Candi Puro (Kloposawit, Candipuro)

Candi Gelisah atau Candi Agung (Randuagung)

Situs Biting (Kutorenon, Sukodono)

Candi Kunir ( Kedungmoro, Kunir)

Kabupaten Pamekasan
Situs Candi Burung ( Burung, Proppo )

Kabupaten Jember

Candi Deres (Gumukmas, Jember)

Kabupaten Ponorogo

Situs Altar Raja Dharmawangsa, Dusun Watu Dhukun, Desa Pager Ukir, Kecamatan
Sampung, Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Bojonegoro

Situs Kayangan Api, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem

Kabupaten Gresik

Candi Kepuh Klagen, Desa Kepuh Klagen, Kecamatan Weringin Anom

Kabupaten Madiun

Candi Wonorejo, Jalan Candi, Desa Wonorejo, Kecamatan Mejayan

Kabupaten Ngawi

Candi Pendem Ngawi

Bali

Artikel utama: Daftar pura Hindu di Bali

Kabupaten Buleleng

Candi Kalibukbuk, Buleleng, Buleleng

Kabupaten Gianyar

Candi Gunung Kawi, Gianyar. (lokasi)

Situs Goa Gajah, Tampaksiring, Gianyar. (lokasi)

Kalimantan Selatan

Kabupaten Hulu Sungai Utara

Candi Agung, Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara. Candi Hindu.

Kabupaten Tapin

Candi Laras, Candi Laras Selatan, Tapin. Candi Buddha.

Situs Pematang Bata, Candi Laras Selatan, Tapin


Kabupaten Kotabaru

Lasung Batu atau Yoni, Desa Cantung Kiri Hilir, Kelumpang Hulu, Kotabaru

Kalimantan Barat

Candi Tanjungpura, Desa Benua Lama, Benua Kayong, Ketapang

Arca Buddha Sambas[3]

Kalimantan Timur

Kabupaten Kutai Kartanegara

Lesong Batu, Muara Kaman Ulu, Muara Kaman

Arca Buddha Kota Bangun

Kabupaten Kutai Timur

Situs Goa Gunung Kombeng, Desa Pantun Kecamatan Muara Wahau

2. Pasar Seni Gabusan yang menampung 444 pengrajin telah menjadi surga kerajinan Bantul.
Dilengkapi dengan pusat informasi, secara bertahap pasar ini akan menampung 8015 unit
kerajinan dari seluruh Bantul.

BANYUSUMURUP

Desa Kerajinan Aksesoris Keris Desa Girejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Indonesia

Desa Banyusumurup menawarkan wisata menikmati pembuatan aksesoris keris, mulai


warangka hingga pendok.

Menikmati proses pembuatan beragam aksesoris keris adalah agenda paling tepat setelah
melihat beragamn koleksi keris dan proses menghias keris. Anda akan semakin mendapat
gambaran lengkap tentang bagaimana keris dan aksesorisnya diproduksi. Desa
Banyusumurup adalah lokasi tempat anda bisa menikmatinya, sebuah desa yang sejak tahun
1950-an berkembang menjadi sentra kerajinan aksesoris keris.
Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai
lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan
pemandangan yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir di sekitar
pantai, yang biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak Pemkab Bantul
dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan souvenir
khas Parangtritis.
Di Parangtritis ada juga ATV, kereta kuda dan kuda yang dapat disewa untuk menyusuri
pantai dari timur ke barat. Selain itu Parangtritis juga merupakan tempat untuk olahraga
udara/aeromodeling

Kaliurang yang secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti "Sungai Udang", adalah sebuah
tempat wisata yang terletak di Yogyakarta, persisnya di Kabupaten Sleman, di perbatasan
dengan provinsi Jawa Tengah. Secara administratif, Kaliurang terletak di Desa
Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman.

Akses menuju ke Kaliurang sangat mudah. Setidaknya dengan jalan kaki atau menumpang
angkutan bus, kol (Colt), taksi, ojek atau becak (jarang yang mau), melewati Jalan Kaliurang.
Jarak Kaliurang ke Yogyakarta kurang dari 1 jam perjalanan, dan ke Surakarta kurang dari 3
jam perjalanan.

Kaliurang terletak di daerah dataran tinggi, banyak resor atau tempat peristirahatan karena
udara sejuk yang banyak dicari oleh orang perkotaan. Maka di sini terdapat banyak vila-vila
penginapan, kebanyakan orang sekitar menyebutnya wisma. Tempat yang paling banyak
dikunjungi oleh wisatawan baik dalam maupun luar negeri adalah Tlaga Putri.

Di Kaliurang terdapat sebuah bangunan bersejarah yaitu Wisma Kaliurang. Di sana pernah
terjadi Perundingan Khusus antara Republik Indonesia dengan Komisi Tiga Negara pada 13
Januari 1948. Perundingan Kaliurang ini melahirkan Notulen Kaliurang.

Republik Indonesia diwakili oleh Presiden Soekarno, Wapres Moh Hatta, PM Syahrir dan
Jendral Soedirman. Sedangkan Delegasi Belanda diwakili oleh Paul Van Zeeland (Belgia),
Richard Kirby (Australia), dan Dr. Frank Graham (AS). Di dalam perundingan, Frank
Graham mengucapkan ungkapan populer, yaitu "You are what you are from bullets to the
ballots."

Selain itu terdapat bangunan Villa Van Rezink yang berada di utara Taman Rekreasi Anak.

Kotagede diambil dari nama kawasan Kota Lama Kotagede, yang terletak di perbatasan
kecamatan ini dengan kabupaten Bantul di sebelah selatan. Sebelum 1952 wilayah ini
merupakan bagian dari Kasunanan Surakarta (merupakan sebuah enklave)
Semula, Kotagede adalah nama sebuah kota yang merupakan Ibu kota Kesultanan Mataram.
Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Tempat Wisata

Kompleks Makam Pasarean Mataram dan Masjid Besar Mataram

Salah satu pintu gerbang di kompleks makam raja-raja di Kotagede.

Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini, misalnya terlihat di kompleks Masjid
Besar Mataram yang terasa masih seperti di lingkungan kraton, lengkap dengan pagar batu
berelief mengelilingi masjid, pelataran yang luas dengan beberapa pohon sawo kecik, serta
sebuah bedug berukuran besar.

Selain itu di Kotagede juga terdapat makam raja-raja Mataram bernama komplek Pasarean
Mataram dimana terdapat antara lain makam Panembahan Senopati. Namun kemudian
komplek makam raja-raja Mataram selanjutnya dipindahkan ke daerah Imogiri oleh Sultan
Agung Hanyokrokusumo saat masa pemerintahannya.

Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka

Kawasan Sentra Kerajinan Perak Jalan Kemasan

Daerah ini dikenal dengan kerajinan peraknya yang terletak di sepanjang Jalan Kemasan
hingga pertigaan eks-Bioskop Istana.

Pasar Legi

Keluar dari Komplek Makam Raja-Raja pengunjung akan disambut oleh kemeriahan Pasar
Kotagede yang selalu ramai setiap hari. Namun terdapat suasana lain apabila datang ke Pasar
Kotagede di kala penanggalan Jawa menunjukkan hari pasaran Legi. Pasar Kotagede akan
bertambah ramai dan sesak baik oleh penjual maupun pembeli, bahkan area pasar bisa
bertambah hingga depan Kantor Pos/TK ABA. Oleh karena itu, oleh sebagian besar
penduduk Kotagede, pasar ini lebih dikenal dengan nama Pasar Legi. Kipo dan yangko
adalah makanan khas Kotagede yang bisa diperoleh di Pasar Legi dan sekitarnya.

Benteng Cepuri

Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman atau
kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dapat dibandingkan dengan Kebun
Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku
Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The
Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik
berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta
pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812
ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara
kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat
hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.

Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang
didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan
pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah
Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun,
Tumenggung Prawirosentiko, beserta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun
dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh
Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi
sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari
berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah
seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan
Demang Tegis.

Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah
danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada
di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga
adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua.
Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah
timur sampai tenggara kompleks Magangan.

Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Pada zamannya, tempat
ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut
"Segaran" (harfiah=laut buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta
taman dan kebun yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk memelihara
berbagai jenis ikan, danau buatan Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan Sultan
dan keluarga kerajaan. Sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah
menjadi pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman. Bangunan-bangunan yang
tersisa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Pulo Kenongo

Di tengah-tengah Segaran terdapat sebuah pulau buatan, "Pulo Kenongo", yang ditanami
pohon Kenanga (Kananga odorantum[?], famili Magnoliaceae. Di atas pulau buatan tersebut
didirikan sebuah gedung berlantai dua, "Gedhong Kenongo". Gedung terbesar di bagian
pertama ini cukup tinggi. Dari anjungan tertingginya orang dapat mengamati kawasan
Keraton Yogyakarta dan sekitarnya sampai ke luar benteng baluwarti. Konon Gedhong
Kenongo terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi berbeda. Dari jauh gedung ini seperti
mengambang di atas air. Oleh karenanya tidak mengherankan jika kemudian Taman Sari
dijuluki dengan nama "Istana Air" (Water Castle). Saat ini (Januari 2008) gedung ini tinggal
puing-puingnya saja.

Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat deratan bangunan kecil yang disebut dengan
"Tajug". Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara bagi terowongan bawah air.
Terowongan ini merupakan jalan masuk menuju Pulo Kenongo selain menggunakan
sampan/perahu mengarungi danau buatan. Dahulu di bagian barat pulau buatan tersebut juga
terdapat terowongan, namun kondisinya sekarang kurang terawat dibandingkan dengan
terowongan selatan.

Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling

Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan
"Pulo Cemethi". Bangunan berlantai dua ini juga disebut sebagai "Pulo Panembung". Di
tempat inilah konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya sebagai "Sumur
Gumantung", sebab di sebelah selatannya terdapat sumur yang menggantung di atas
permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini konon dengan adalah melalui terowongan
bawah air. Saat ini bangunan ini sedang dalam tahap renovasi besar - besaran yang bertujuan
untuk merestorasi bangunan - bangunan yang masih ada.

Sementara itu di sebelah barat Pulo Kenongo terdapat bangunan berbentuk lingkaran seperti
cincin yang disebut "Sumur Gumuling". Bangunan berlantai 2 ini hanya dapat dimasuki
melalui terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling pada masanya juga difungsikankan
sebagai Masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan
sebagai mihrab, tempat imam memimpin salat. Di bagian tengah bangunan yang terbuka,
terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat
jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan
empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu.

Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan segaran merupakan bagian yang
relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah
bangunan sedangkan taman dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini
merupakan bagian utama yang banyak dikunjungi wisatawan.

Gedhong Gapura Hageng

"Gedhong Gapura Hageng" merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya.
Kala itu Taman Sari menghadap ke arah barat dan memanjang ke arah timur. Gerbang ini
terdapat di bagian paling barat dari situs istana air yang tersisa. Sisi timur dari pintu utama ini
masih dapat disaksikan sementara sisi baratnya tertutup oleh pemukiman padat. Gerbang
yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini berhiaskan relief burung dan bunga-
bungaan yang menunjukkan tahun selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691
Jawa (kira-kira tahun 1765 Masehi).

Gedhong Lopak-lopak

Di sebelah timur gerbang utama kuno Taman Sari terdapat halaman bersegi delapan. Dahulu
di tengah halaman ini berdiri sebuah menara berlantai dua yang bernama "Gedhong Lopak-
lopak", versi lain menyebut gopok-gopok. Sekarang (Januari 2008) gedung ini sudah tidak
ada lagi. Di halaman ini hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang
menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya. Pintu di sisi timur halaman bersegi
delapan tersebut merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun.
Umbul Pasiraman

Kolam Pemandian Umbul Binangun, Taman Sari, Kraton Yogyakarta

"Umbul Pasiraman" atau ada yang menyebut dengan "Umbul Binangun" (pengucapan dalam
bahasa Jawa "Umbul Winangun") merupakan kolam pemandian bagi Sultan, permaisuri, para
istri (garwo ampil), serta para putri-putri raja. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang
tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan
satunya di sisi barat. Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks
Umbul Pasiraman terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk
jamur. Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat bangunan
di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.

Bangunan di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para
puteri dan istri (selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan
nama "Umbul Muncar". Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan
sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras". Di selatan Blumbang
Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya. Bangunan sayap barat
merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk istirahat Sultan. Menara di bagian
tengah, konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan puterinya yang sedang mandi
kemudian yang tubuh telanjangnya paling mengesankan sultan akan di panggil ke menara. Di
selatan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam yang disebut dengan "Umbul Binangun",
sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada
zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks
ini. Ini di mungkinkan karena semua perempuan (permaisuri, istri ( selir ) dan para putri
sultan) yang masuk ke dalam taman sari ini harus lepas baju (telanjang), sehingga selain
perempuan di larang keras oleh sultan untuk masuk ke Taman Sari.

Gedhong Sekawan

Di timur umbul pasiraman terdapat sebuah halaman bersegi delapan. Di halaman yang dihiasi
dengan deretan pot bunga raksasa ini berdiri 4 buah bangunan yang serupa. Bangunan ini
bernama "Gedhong Sekawan". Tempat ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya.
Di setiap sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.

Gedhong Gapuro Panggung

Di sebelah timur halaman bersegi delapan tersebut terdapat bangunan yang disebut dengan
"Gedhong Gapura Panggung". Bangunan ini memiliki empat buah jenjang, dua di sisi barat
dan dua lagi di sisi timur. Dulu di bangunan ini terdapat empat buah patung ular naga namun
sekarang hanya tersisa dua buah saja. Gedhong Gapura Panggung ini melambangkan tahun
dibangunnya Taman Sari yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun 1758 Masehi). Selain itu di
bangunan ini juga terdapat relief ragam hias seperti di Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur
bangunan ini sekarang menjadi pintu masuk situs Taman Sari.
Gedhong Temanten

Di tenggara dan timur laut gerbang Gapuro Panggung terdapat bangunan yang disebut dengan
"Gedhong Temanten". Bangunan ini dulu digunakan sebagai tempat penjaga keamanan
bertugas dan tempat istirahat. Menurut sebuah rekonstruksi Taman Sari di selatan bangunan
ini terdapat sebuah bangunan lagi yang sekarang tidak ada bekasnya sedangkan di sisi
utaranya terdapat kebun yang juga telah berubah menjadi pemukiman penduduk.

Bagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Oleh karenanya deskripsi di
bagian ini sebagian besar berasal dari rekonstruksi yang ada. Dahulu bagian ini meliputi
Kompleks "Pasarean Dalem Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa
bangunan lain dan taman/kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ini
yang tetap terjaga. Pasarean Dalem Ledok Sari konon merupakan tempat peraduan Sultan
bersama Pemaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat meditasi. Bangunannya
berbentuk seperti U. Di tengah bangunan terdapat tempat tidur Sultan yang di bawahnya
mengalir aliran air. Sebuah dapur, ruang penjahit, ruang penyimpanan barang, dan dua kolam
untuk pelayan begitu pula kebun rempah-rempah, buah-buahan, dan sayur-sayuran
diperkirakan berada bagian ini. Di sebelah baratnya dulu terdapat kompleks kolam
Garjitawati. Jika hal itu benar maka kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati
dan kemungkinan besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan oleh
Panembahan Senopati.

Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis tidak tersisa lagi kecuali
bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi di bagian ini hampir seluruhnya
merupakan sebuah rekonstruksi dari sketsa serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta
pada tahun 1812. Bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya,
taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan
danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan terletak di sebelah
tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat
pulau buatan yang konon disebut "Pulo Kinupeng". Di atas pulau tersebut berdiri sebuah
bangunan yang konon disebut dengan "Gedhong Gading". Bangunan yang menjulang tinggi
ini disebut sebagai menara kota (Cittadel Tower).

Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan memanjang ke arah barat serta
berakhir di sisi tenggara danau buatan di bagian pertama. Di kanal ini terdapat dua
penyempitan yang diduga keras merupakan letak jembatan gantung. Salah satu jembatan
tersebut berada di jalan yang menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan
Kidul. Bekas-bekas dari jembatan ini masih dapat disaksikan, walaupun jembatannya sendiri
telah lenyap. Di sebelah barat jembatan gantung terdapat sebuah dermaga. Dermaga ini
konon digunakan Sultan sebagai titik awal perjalanannya masuk ke Taman Sari. Konon
Sultan masuk ke Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan Kanal terdapat kebun.
Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul.
Kini semua tempat itu telah menjadi pemukiman penduduk. Kebunnya telah berubah menjadi
kampung Ngadisuryan sedangkan danau buatan berubah menjadi kampung Segaran.
Jalan Malioboro adalah nama salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta
yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta.
Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo
Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.

Pada tanggal 20 Desember 2013, pukul 10.30 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X nama dua
ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi
jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo.

Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta,
Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, dan Monumen
Serangan Oemoem 1 Maret.

Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan
khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg Jogja
serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekpresikan
kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim, dan lain-lain di
sepanjang jalan ini.

Saat ini, Jalan Malioboro tampak lebih lebar karena tempat parkir yang ada di pinggir jalan
sudah dipindahkan ke kawasan parkir Abu Bakar Ali dan menjadikan Jalan Malioboro
sebagai Jalan Semi Pedestrian.

Sejarah

Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai
Parangkusumo) - Kraton Yogya - Gunung Merapi. Malioboro mulai ramai pada era kolonial
1790 saat pemerintah Belanda membangun benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung
selatan jalan ini.

Selain membangun benteng, Belanda juga membangun Dutch Club tahun 1822, The Dutch
Governor’s Residence tahun 1830, Java Bank dan Kantor Pos tak lama setelahnya. Setelah itu
Malioboro berkembang kian pesat karena perdaganagan antara orang belanda dengan
pedagang Tiong Hoa. Tahun 1887 Jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan didirikannya
tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu Yogya.

Jalan Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di
sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang tanah air
melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogya. Pertempuran itu kemudian
dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yakni keberhasilan pasukan merah
putih menduduki Yogya selama enam jam dan membuktikan kepada dunia bahwa angkatan
perang Indonesia tetap ada.

Jalan itu selama bertahun-tahun dua arah, namun pada tahun 1980-an menjadi satu jalan saja,
dari jalur kereta api (di mana ia memulai) ke selatan - ke pasar Beringharjo, di mana ia
berakhir. Hotel terbesar, tertua di Belanda, Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan, di sisi
timur yang berdekatan dengan jalur kereta api. Ini memiliki bekas kompleks Perdana Menteri
Belanda, kepatihan, di sisi timur.

Selama bertahun-tahun pada tahun 1980-an dan kemudian, sebuah iklan rokok ditempatkan di
bangunan pertama di sebelah selatan jalur kereta api - atau secara efektif bangunan terakhir di
Malioboro, yang mengiklankan rokok Marlboro, tidak diragukan lagi menarik bagi penduduk
setempat dan orang asing yang akan melihat kata-kata dengan Nama jalan dengan produk
asing sedang diiklankan.

Tidak sampai ke tembok atau halaman Keraton Yogyakarta, karena Malioboro berhenti
bersebelahan dengan pasar Beringharjo yang sangat besar (di sisi timur juga). Dari titik ini
nama jalan berubah menjadi Jalan Ahmad Yani (Jalan Ahmad Yani) dan memiliki bekas
kediaman Gubernur di sisi barat, dan Benteng Vredeburg Belanda tua di sisi timur.

Desa Wisata Kasongan adalah Pusat Gerabah Yogyakarta yang Tembus Pasar Dunia.
Desa Wisata Kasongan yang berlokasi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kawasan ini
dikenal sebagai penghasil gerabah. Bahkan, rumah-rumah menjelma menjadi showroom kecil
hingga besar. Jejeran gerabah sengaja dipamerkan di bagian paling depan toko dengan tujuan
menarik minat wisatawan.

Desa Wisata Kasongan bahkan jadi ikon Kabupaten Bantul berkat hasil kerajinannya yang
bisa dibilang sudah tembus pasar internasional. Keahlian membuat gerabah juga telah
diwariskan secara turun temurun di antara penduduk desa. Itu sebabnya kenapa produksi
gerabah dari Desa Kasongan mampu menyasar target mancanegara.

Sebenarnya, selain Desa Wisata Kasongan masih ada lagi kampung seni lainnya yang
tersebar di Yogyakarta mengingat rata-rata penduduk Yogyakarta berprofesi sebagai
seniman. Nah, penasaran, kan, bagaimana serunya desa wisata satu ini? Yuk, simak ulasan
lengkapnya berikut ini.

Sejarah di balik berdirinya Desa Wisata Kasongan


Ada cerita menarik di balik berdirinya Desa Wisata Kasongan. Menurut legenda yang ada,
Desa Kasongan berawal dari kematian seekor kuda milik seorang perwira polisi Belanda di
persawahan milik warga. Karena si pemilik tanah takut akan dijatuhi hukuman oleh Belanda
yang pada saat itu sedang menjajah Indonesia, maka pemilik tanah melepaskan hak
kepemilikan tanahnya yang diikuti warga lainnya yang sama-sama takut akan dijatuhi
hukuman.

Lahan sawah yang tak bertuan ini akhirnya ditempati oleh warga desa lain yang sengaja
datang untuk memanfaatkan kekayaan tanah liat yang ada di sana. Dari saat itulah, para
warga memulai hidup dengan membuat perlengkapan dapur dan mainan dari tanah liat.
Ketahanana produk tanah liat inilah yang lantas membuat penduduk mengembangkan hasil
kerajinannya dengan membuat perabotan rumah tangga seperti kendi, guci, pot, dan benda
rumah tangga lainnya.
Terlepas dari benar atau tidaknya legenda tersebut, kini Desa Kasongan telah berkembang
menjadi showroom atau rumah-rumah galeri yang menawarkan barang-barang kerajinan
produksi rumahan. Dan hingga saat ini Desa Kasongan jadi salah satu desa tujuan wisata di
Yogyakarta yang banyak diminati oleh wisatawan. Bahkan, sejumlah showroom membuka
kursus kilat pembuatan gerabah dari tanah liat untuk siapa pun yang mau mencobanya.
Cukup membayar Rp 50 ribu maka kamu bisa belajar membuat gerabah sendiri, mulai dari
awal, mewarnai, melukis gerabah, sampai finishing. Hasil karya masing-masing wisatawan
juga boleh dibawa pulang.

Penduduknya mengembangkan material lain selain tanah liat


Nah, selain memproduksi gerabah dari tanah liat kini para penduduk Desa Kasongan juga
mulai melebarkan sayap dengan mengembangkan material lain yang banyak terdapat di
lingkungan sekitar, seperti batok kelapa, bambu, rotan, kayu, batu, dan lainnya untuk
kemudian diolah menjadi perabotan rumah tangga serta hiasan yang memiliki nilai lebih
tinggi. Hasil kerajinan yang dihasilkan juga tak melulu gerabah tapi berkembang menjadi
lebih beragam.

Misalnya saja pot rotan, tas rotan, tatakan piring rotan, lemari kayu dengan sentuhan rotan,
meja makan kayu, vas bunga kayu, keranjang rotan, lampu hias rotan, dan hiasan taman yang
terbuat dari batu. Bahkan, saya sempat mengunjungi sebuah toko pot tanaman yang dibuat
dari material kaca. Bentuknya sangat unik dan rasanya ini adalah kali pertama saya melihat
hasil kerajinan yang seperti ini.

Saat saya datang ke sana, jumlah penjaja gerabah memang lebih banyak ketimbang penjaja
perabotan berbahan rotan dan bambu. Meski begitu, pilihan yang ditawarkan sangat beragam
sehingga kamu masih bisa memilih kerajinan mana yang kamu sukai. Soal model dan
bentuknya tak perlu khawatir, karena Desa Wisata Kasongan sangat mengikuti tren yang ada.
Dijamin, hasil kerajinan gerabah dan rotan yang ada di Desa Kasongan tak kalah keren
dengan kerajinan yang dijual di pasaran. Apalagi, harga yang ditawarkan pun sangat
bersaing.

Menurut beberapa penjual, harga barang di Desa Kasongan dibanderol jauh lebih murah
dibandingkan dengan toko kerajinan yang sudah memiliki nama besar. Padahal, kualitas hasil
kerajinannya pun sama. Untuk harga gerabah di sana sangat bervariasi, tergantung ukuran
dari gerabah tersebut. Gerabah berupa kendi yang berukuran kecil dijual dengan harga mulai
Rp 40 ribu.

Sedangkan, perabotan dapur berbahan kayu seperti gelas, talenan, dan pisau dibanderol mulai
dari Rp 7 ribu. Sementara, perabotan yang berbahan rotan seperti tas dan keranjang dijual
dengan harga mulai dari Rp 40 ribu. Menariknya, sejumlah barang yang dijual di Desa
Kasongan bisa dibuat sesuai pesanan pembeli. Jadi, kamu bisa custom model dan bentuk
sesuai yang kamu inginkan.
Walau beberapa barang telah ditempelkan label harganya namun kamu masih bisa, menawar
harga gerabah dan kerajinan lain yang ada di sana. Saat itu, saya cukup beruntung diberikan
potongan harga senilai Rp 50 ribu untuk pembelian dua tas rotan. Tak perlu takut menawar
karena penjual akan memberikan harga spesial kalau kamu membeli lebih dari satu barang.

Sudah tembus pasar internasional


Yang mengejutkan dari Desa Kasongan adalah produknya yang sudah tembus pasar
internasional. Wow! Menurut salah seorang pemilik toko penghasil rotan di sana, ia sudah
sering mengirim beberapa produknya ke luar negeri, seperti Jepang dan Finlandia. Demand
yang tinggi dari kedua negara tersebut membuatnya rutin mengekspor hasil kerajinan
rotannya ke luar negeri. Beberapa produk rotan yang sudah tembus pasar internasional di
antaranya, tas rotan, keranjang rotan, serta tas kayu yang kini tengah hype di Tanah Air.

Cara menuju Desa Wisata Kasongan


Desa Wisata Kasongan terletak di pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Walau bukan berada di pusat kota, tapi jangan bayangkan
kalau tempat ini berada sangat jauh dari Kota Yogyakarta. Kalau menggunakan kendaraan
pribadi, kamu hanya perlu berkendara mencari perempatan Dongkelan, atau perempatan ring
road selatan menuju Jalan Bantul.

Jika ditempuh dari kawasan Prawirotaman, Desa Wisata Kasongan bisa dicapai dalam waktu
15 sampai 20 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Petunjuk arah juga tersedia di
beberapa perempatan sehingga dijamin kamu tak akan kesasar, apalagi rute menuju Desa
Wisata Kasongan bisa kamu cari di Google Maps. Kalau kamu ingin menggunakan
kendaraan umum, saya sarankan untuk menggunakan taksi online supaya tidak perlu
berganti-ganti kendaraan. Tarif ke Desa Wisata Kasongan pun tidak terlalu mahal, karena
lokasinya yang hanya berjarak 8 km dari pusat kota.

Kraton Ratu Boko

Sejarah Ratu Boko terletak sekitar 3 km ke arah selatan dari Candi Prambanan. Kawasan
Ratu Boko yang berlokasi di atas sebuah bukit dengan ketinggian ± 195.97 m diatas
permukaan laut. Situs Ratu Boko sebenarnya bukan sebuah candi, melainkan reruntuhan
sebuah kerajaan. Oleh karena itu, Candi Ratu Boko sering disebut juga Kraton Ratu Boko.
Disebut Kraton Boko, karena menurut legenda situs tersebut merupakan istana Ratu Boko,
ayah Lara Jonggrang. Diperkirakan situs Ratu Boko dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa
Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram
Hindu. Peralihan ‘pemilik’ tersebut menyebabkan bangunan Kraton Boko dipengaruhi oleh
Hinduisme dan Buddhisme.

Di situs Ratu Boko ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 792 M yang dinamakan
Prasasti Abhayagiriwihara. Isi prasasti tersebut mendasari dugaan bahwa Kraton Ratu Boko
dibangun oleh Rakai Panangkaran. Prasasti Abhayagiriwihara ditulis menggunakan huruh
pranagari, yang merupakan salah satu ciri prasasti Buddha. Dalam prasasti itu disebutkan
bahwa Raja Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, telah
memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara. Nama yang sama juga disebut-sebut dalam
Prasasti Kalasan (779 M), Prasati Mantyasih (907 M), dan Prasasti Wanua Tengah III (908
M). Menurut para pakar, kata abhaya berarti tanpa hagaya atau damai, giri berarti gunung
atau bukit. Dengan demikian, Abhayagiriwihara berarti biara yang dibangun di sebuah bukit
yang penuh kedamaian. Pada pemerintahan Rakai Walaing Pu Kombayoni, yaitu tahun 898-
908, Abhayagiri Wihara berganti nama menjadi Kraton Walaing.

Kraton Ratu Boko yang menempati lahan yang cukup luas tersebut terdiri atas beberapa
kelompok bangunan. Sebagian besar di antaranya saat ini hanya berupa reruntuhan.

Gerbang

Gerbang masuk ke kawasan wisata Ratu Boko terletak di sisi barat. Kelompok gerbang ini
terletak di tempat yang cukup tinggi, sehingga dari tempat parkir kendaraan, orang harus
melalui jalan menanjak sejauh sekitar 100 m. Pintu masuk terdiri atas dua gerbang, yaitu
gerbang luar dan gerbang dalam. Gerbang dalam, yang ukurannya lebih besar merupakan
gerbang utama.

Sekitar 15 m dari gerbang luar berdiri gerbang dalam atau gerbang utama. Gerbang ini terdiri
atas 5 gapura paduraksa yang bebaris sejajar dengan gerbang luar. Gapura utama diapit oleh
dua gapura pengapit di setiap sisi. Walaupun gerbang dalam ini terdiri atas lima gapura,
namun tangga yang tersedia hanya tiga. Dua gapura pengapit yang kecil tidak dihubungkan
dengan tangga. Tangga naik dilengkapi dengan pipi tangga dengan hiasan ‘ukel’ (gelung) di
pangkal dan kepala raksasa di puncak pipi tangga. Dinding luar pipi tangga juga dihiasi
dengan pahatan bermotif bunga dan sulur-suluran.

Candi Batukapur

Sekitar 45 m dari gerbang pertama, ke arah timur laut, terdapat fondasi berukuran 5×5 m2
yang dibangun dari batu kapur. Diperkirakan bahwa dinding dan atap bangunan aslinya tidak
terbuat dari batu, melainkan dari bahan lain yang mudah rusak, seperti kayu dan sirap atau
genteng biasa.

Candi PemBokoran

Candi pemBokoran berbentuk teras tanah berundak setinggi 3 m. Letaknya sekitar 37 m ke


arah timur laut dari gerbang utama. Bangunan ini berdenah dasar bujur sangkar dengan luas
26 m2. Teras kedua lebih sempit dari teras pertama, sehingga membentuk selasar di
sekeliling teras kedua. Permukaan teras atas atau teras kedua merupakan pelataran rumput.
Dinding kedua teras berundak tersebut diperkuat dengan turap dari susunan batu kali. Di sisi
barat terdapat tangga batu yang dilengkapi dengan pipi tangga. Di tengah pelataran teras
kedua terdapat semacam sumur berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 4X4 m2 yang
digunakan sebagai tempat pemBokoran mayat.

Di sudut tenggara candi pemBokoran terdapat salah satu sumur tua yang konon merupakan
sumber air suci.
Paseban

Paseban merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti tempat untuk menghadap raja (seba
= menghadap). Bangunan ini terletak sekitar 45 m ke arah selatan dari gapur. Paseban
merupakan teras yang dibangun dari batu andesit dengan tinggi 1,5 m, lebar 7 m dan panjang
38 m, membujur arah utara-selatan. Tangga naik ke lantai paseban terletak di sisi barat. Di
berbagai tempat di permukaan lantai ditemukan 20 umpak fondasi tempat menancapkan tiang
bangunan) dan 4 alur yang diperkirakan bekas tempat berdirinya dinding pembatas.

Pendapa

Sekitar 20 m dari paseban, arah selatan dari gapura, terdapat dinding batu setinggi setinggi 3
m yang memagari sebuah lahan dengan ukuran panjang 40 m dan lebar 30 m. Di sisi utara,
barat dan selatan pagar tersebut terdapat jalan masuk berupa gapura paduraksa (gapura
beratap). Di beberapa tempat di bagian luar dinding terdapat saluran pembuangan air, yang
disebut jaladwara. Jaladwara ditemukan juga di candi Banyuniba dan Borobudur. Dalam
bahasa Jawa, pendapa berarti ruang tamu atau hamparan lantai beratap yang umumnya
terletak di bagian depan rumah.

Di luar dinding pendapa, arah tenggara, terdapat sebuah teras batu yang masih utuh. Di
ujungnya terdapat 3 buah candi kecil yang digunakan sebagai tempat pemujaan. Bangunan
yang di tengah, yang berukuran lebih besar dibandingkan dengan kedua candi pengapitnya,
adalah tempat untuk memuja Dewa Wisnu. Kedua candi yang mengapitnya, masing-masing,
merupakan tempat memuja Syiwa dan Brahma.

Keputren

Keputren yang artinya tempat tinggal para putri letaknya di timur pendapa. Lingkungan
keputren terbagi dua oleh tembok batu yang memiliki sebuah pintu penghubung. Dalam
lingkungan pertama terdapat 3 buah kolam berbentuk persegi. Dalam lingkungan yang
bersebelahan dengan tempat ketiga kolam persegi di atas berada, terdapat 8 kolam berbentuk
bundar yang berjajar dalam 3 baris.

Gua

Di lereng bukit tempat kawasan Ratu Boko berada, terdapat dua buah gua, yang disebut Gua
Lanang dan Gua Wadon (gua lelaki dan perempuan). Gua Lanang yang terletak di timur laut
‘paseban’ merupakan lorong persegi. Di dalam gua, masing-masing di sisi kiri, kanan dan
belakang, terdapat relung seperti bilik. Pada dinding gua terdapat pahatan berbentuk
semacam pigura persegi panjang.

Gua Wadon yang terletak sekitar 20 m ke arah tenggara dari ‘paseban’ lebih kecil ukurannya
dibandingkan dengan Gua Lanang. Di bagian belakang gua terdapat relung seperti bilik.

Ratu Boko EntranceRatu Boko RuinsRatu Boko PoolsRatu Boko at NightRatu Boko Gate
Cara Menuju Lokasi

Kota besar terdekat dari Ratu Boko adalah Yogyakarta. Dengan bandara Internasional
Adisutjipto menjadi pilihan bagi turis mancanegara untuk mengunjungi Ratu Boko melalui
Yogyakarta. Akses menuju Ratu Boko dimudahkan oleh lokasinya yang berdekatan dengan
Prambanan sehingga memudahkan bagi anda yang menggunakan transportasi umum dari
Yogyakarta.

Sosrowijayan merupakan kampung turis kedua paling terkenal setelah Prawirotaman.


Terletak di pusat kota Yogyakarta, kampung ini menawarkan penginapan terjangkau
sekaligus bangunan hotel kuno, studio dan kursus batik hingga bookshop.

Berjalan sekitar 200 meter dari Stasiun Tugu, anda akan menemukan kawasan Sosrowijayan
yang ditandai oleh sebuah jalan kecil ke arah barat yang bernama sama. Menghubungkan
Jalan Jogonegaran dan Jalan Malioboro, Sosrowijayan dibagi menjadi dua daerah, yaitu
Sosrowijayan Wetan dan Sosrowijayan Kulon. Daerah Sosrowijayan Wetan-lah yang
kemudian dikenal sebagai kampung turis kedua di Yogyakarta setelah Prawirotaman.

Begitu sampai di pertigaan jalan yang dinamai berdasarkan penguasanya dahulu ini
(Sosrowijoyo), anda akan disambut oleh sapa ramah pengayuh becak. Biasanya, mereka
menawarkan anda untuk mencari penginapan, berkeliling ke Malioboro, atau membeli bakpia
Pathuk. Karena kampung turis, banyak pula guide yang jika diminta bersedia mengantar anda
untuk menunjukkan penginapan sesuai keinginan anda. Mereka juga akan bercerita seputar
tempat wisata di Yogyakarta dan kekhasannya.

Dua buah bookshop seperti di Prawirotaman akan ditemukan bila memasuki gang pertama.
Sebagian besar buku yang dijual di bookshop tersebut adalah novel berbahasa Inggris dan
sebagian kecil buku-buku berbahasa Indonesia. Di bookshop itu, anda bisa memilih buku
dengan leluasa sekaligus melihat sekilas isinya karena tak ada buku yang disegel plastik.
Meski buku bekas, kualitas fisik buku masih terjaga sehingga masih layak pula dijadikan
koleksi. Soal harga sangat bervariasi, tetapi yang jelas lebih murah dibanding di toko buku.

Hal lain yang ditawarkan kampung Sosrowijayan adalah kursus membatik yang ditawarkan
oleh salah satu penginapan di gang kedua. Kini, tempat kursus itu tengah sepi sehingga anda
bisa memanfaatkan untuk belajar membatik lebih intensif. Tak jauh dari penginapan itu juga
terdapat studio batik yang dikelola oleh seorang warga Sosrowijayan. Jenis batik yang
digarap di studio ini adalah batik lukis, seperti yang ditemukan di kampung Taman, sebelah
Kompleks Istana Air Tamansari. Nilai lebih batik lukis adalah warnanya yang lebih
bervariasi dan bercorak masa kini.

Sebagai kampung turis, tentu di Sosrowijayan juga terdapat penginapan. Lain dengan di
Prawirotaman, penginapan di kampung ini lebih menyatu dengan penduduk karena
kebanyakan terletak di gang. Tentu hal itu memberi kelebihan karena anda bisa berinteraksi
dengan penduduk setempat. Namun, jika menginginkan penginapan yang lebih privat, anda
bisa memilih hotel yang ada di pinggir Jalan Sosrowijayan. Tarif sewa penginapan di
kampung terletak di sebelah selatan kawasan Pasar Kembang ini tak jauh berbeda dengan di
Prawirotaman.

Saat sore, sambil bersantai setelah lelah mengelilingi Yogyakarta, anda bisa melihat
kehidupan anak-anak Sosrowijayan. Biasanya, beberapa anak perempuan bermain lompat tali
atau dolanan bocah lainnya sementara anak laki-laki sekedar bercakap di salah satu rumah.
Sementara remaja kampung ini banyak yang duduk santai sambil bermain gitar sambil
menyanyikan lagu-lagu hits Indonesia. Remaja yang juga tergabung dalam Komunitas Seni
Malioboro itu kadang berpentas ketika ada acara tertentu, misalnya Ulang Tahun Yogyakarta.

Layanan jasa wisata juga dengan mudah ditemui di Sosrowijayan. Di pinggir jalan banyak
terdapat money changer, warnet dan wartel, persewaan sepeda motor dan mobil, agen travel,
dan sebagainya. Bila lapar, anda bisa mendatangi warung yang dibuka warga kampung ini. Di
ujung gang pertama misalnya, terdapat sebuah warung yang meski sederhana banyak
dimanfaatkan turis asing untuk mengisi perut. Masakannya berupa macam-masam oseng, mie
goreng, dan lauk pauk yang lezat. Beberapa resto juga menyediakan jenis masakan seperti
steak dengan harga miring.

Menginjak malam, Sosrowijayan semakin marak. Banyak anak muda berkumpul di tepi jalan
sementara beberapa cafe menyediakan live music sebagai alternatif hiburan. Berpadu dengan
suasana Malioboro, Sosrowijayan menjadi hidup. Sebuah warung kecil bertenda oranye yang
biasa disebut warga Yogyakarta sebagai angkringan menjadi tempat bercengkerama yang
asyik. Sambil bercakap, anda bisa menikmati teh panas dengan wangi melati, wedang jahe,
hingga sate usus yang lezat.

3. Taman Nasional Tanjung Puting adalah sebuah taman nasional yang terletak di semenanjung
barat daya provinsi Kalimantan Tengah.

Tanjung Puting pada awalnya merupakan cagar alam dan suaka margasatwa yang ditetapkan
oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1937. Selanjutnya berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No. 687/Kpts-II/1996 tanggal 25 Oktober 1996, Tanjung Puting ditunjuk sebagai
Taman Nasional dengan luas seluruhnya 415.040 ha.

Secara geografis taman nasional ini terletak antara 2°35'-3°20' LS dan 111°50'-112°15' BT
meliputi wilayah Kecamatan Kumai di Kotawaringin Barat dan kecamatan-kecamatan Hanau
serta Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan.

Taman Nasional Tanjung Puting dikelola oleh Balai Taman Nasional Tanjung Puting, salah
satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA)
Kementerian Kehutanan.

Sejarah
Masa Hindia Belanda
Matahari terbenam di Tanjung Puting.
Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting pada awalnya adalah Suaka Margasatwa Sampit,
yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui beslit Gubernur Jenderal
No. 39 tanggal 18 Agustus 1937 dengan luas 205.000 ha. Pada 1941, kawasan ini terdaftar
sebagai Suaka Alam Sampit (205 ribu ha) dan Suaka Alam Kotawaringin (100 ribu ha).

Suaka alam ini ditujukan terutama untuk perlindungan orang utan (Pongo pygmaeus) dan
bekantan (Nasalis larvatus).

Masa Indonesia
Suaka Margasatwa Sampit kemudian pada sekitar tahun 70-an diubah namanya menjadi
Suaka Margasatwa Tanjung Puting, yang setelah ditata batas ulang ditetapkan menjadi seluas
270.040 Ha berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 43/Kpts/DJ/I/1978 tanggal 8 April 1978.
Beberapa bulan kemudian, berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 698/Kpts/Um/II/1978
tanggal 13 November 1978, suaka margasatwa ini diperluas dengan areal hutan di antara
Sungai Serimbang dan Sungai Segintung sehingga keseluruhan luasnya menjadi 300.040 Ha.
Sebelumnya pada tahun 1977, Suaka Margasatwa Tanjung Puting telah dimasukkan ke dalam
daftar Cagar Biosfer di Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO.

Tanjung Puting kemudian dinyatakan sebagai calon taman nasional melalui SK Menteri
Pertanian RI No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982. Untuk melandasi kegiatan
lapangan, Direktur Jenderal PHPA melalui SK No. 46/Kpts/VI-Sek/84 tanggal 11 Desember
1984, menetapkan bahwa wilayah kerja (calon) Taman Nasional Tanjung Puting adalah
Suaka Margasatwa Tanjung Puting seluas 300.040 Ha.

Selanjutnya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687/Kpts-II/1996 tanggal 25 Oktober


1996 tentang "Perubahan fungsi dan penunjukan kawasan hutan yang terletak di Kabupaten
Daerah Tk. II Kotawaringin Barat dan Kabupaten Daerah Tk. II Kotawaringin Timur,
Propinsi Daerah Tk. I Kalimantan Tengah seluas 415.040 Ha menjadi Taman Nasional",
kawasan ini diubah fungsinya dan ditunjuk sebagai Taman Nasional Tanjung Puting. Luas
yang baru ini merupakan hasil penambahan area Suaka Margasatwa Tanjung Puting 300.040
ha, dengan kawasan hutan produksi bekas konsesi PT Hesubazah seluas 90.000 ha dan
kawasan perairan di sekitarnya seluas 25.000 ha.

Taman Nasional Way Kambas (TNWK) adalah taman nasional perlindungan gajah yang
terletak di daerah Lampung tepatnya di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur,
Indonesia. Selain di Way Kambas, sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah) juga bisa ditemui di
Minas, Riau. Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang hidup di kawasan ini
semakin berkurang jumlahnya.

Taman Nasional Way Kambas berdiri pada tahun 1985 merupakan sekolah gajah pertama di
Indonesia. Dengan nama awal Pusat Latihan Gajah (PLG) namun semenjak beberapa tahun
terakhir ini namanya berubah menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang diharapkan
mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam penjinakan, pelatihan, perkembangbiakan dan
konservasi. Hingga sekarang PKG ini telah melatih sekitar 300 ekor gajah yang sudah disebar
ke seluruh penjuru Tanah Air. Di Way Kambas juga tedapat International Rhino Foundation
yang bertugas menjaga spesies badak agar tidak terancam punah.

Sejarah dan Status Kawasan


Sejarah Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan konservasi yang
berbentuk taman nasional di Propinsi Lampung selain Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(TNBBS). Yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 670/Kpts-
II/1999 tanggal 26 Agustus 1999, kawasan TNWK mempunyai luas lebih kurang 125,631.31
ha.

Secara gaeografis Taman Nasional Way Kambas terletak antara 40°37’ – 50°16’ Lintang
Selatan dan antara 105°33’ – 105°54’ Bujur Timur. Berada di bagian tenggara Pulau
Sumatera di wilayah Propinsi Lampung. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas dan
Cabang disisihkan sebagai daerah hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah
hutan yang tergabung didalamnya.

Berdasarkan sejarah Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun
1936 oleh Resident Lampung, Mr. Rookmaker, dan disusul dengan Surat Keputusan
Gubernur Belanda tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38.

Pada tahun 1978 Suaka Margasatwa Way Kambas diubah menjadi Kawasan Pelestarian
Alam (KPA) oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
429/Kpts-7/1978 tanggal 10 Juli 1978 dan dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam
(SBKPA).

Kawasan Pelestarian Alam diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam
(KSDA) yang dikelola oleh SBKSDA dengan luas 130,000 ha. Pada tahun 1985 dengan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/1985 tanggal 12 Oktober 1985. Pada
tanggal 1 April 1989 bertepatan dengan Pekan Konservasi Nasional di Kaliurang Yogyakarta,
dideklarasikan sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut-II/1989 tanggal 1 April 1989 dengan luas 130,000
ha.

Kemudian pada tahun 1991 atas dasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor
144/Kpts/II/1991 tanggal 13 Maret 1991 dinyatakan sebagai Taman Nasional Way Kambas,
dimana pengelolaannya oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas yang
bertanggungjawab langsung kepada Balai Konsevasi Sumber Daya Alam II Tanjung Karang.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 13 maret 1997
dimana Sub Balai Konsevasi Sumber Daya Alam Way Kambas dinyatakan sebagai Balai
Taman Nasional Way Kambas.

Sejarah Alasan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai kawasan pelestarian alam, adalah
untuk melindungi kawasan yang kaya akan berbagai satwa liar, diantaranya adalah tapir
(Tapirus indicus), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), enam jenis primata, rusa
sambar (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), harimau Sumatera (Panthera tigris),
beruang madu.

Bahkan saat ini Taman Nasional Way Kambas ditetapkan sebagai kawasan Taman Warisan
ASEAN (ASEAN Heritage Park). Penetapan ini menjadikan TNWK sebagai Taman Warisan
ASEAN ke-4 di Indonesia atau ke-36 di Asia Tenggara.

Ekosistem dan tipe ekosistem


Taman nasional way kambas Berada pada ketinggian antara 0—50 mdpl dengan topografi
datar sampai dengan landai, kawasan ini mempunyai 4 (empat) tipe ekosistem utama yaitu:

Ekosistem hutan hujan dataran rendah mendominasi di daerah sebelah barat kawasan. Daerah
ini terletak pada daerah yang paling tinggi dibandingkan dengan lain. Jenis yang
mendominasi adalah meranti (Shorea sp), rengas (Gluta renghas), keruing (Dipterocarpus sp),
puspa (Schima walichii).
Ekosistem riparian di way kambas bukan ekosistem lazim yang telah dikenal selama ini.
Ekosistem ini berada pada zona peralihan antara air dan darat, sehingga belum dikategorikan
kedalam ekosistem yang ada.
Ekosistem hutan pantai di way kambas atau lebih dikenal pantai saja, ini dicirikan dengan
kondisi lingkungan yang terletak di dekat laut namun tidak mendapat genangan baik air laut
dan tawar. Dengan jenis tanah biasanya didominasi oleh pasir. Ekosistem hutan pantai ini
khususnya terletak di sepanjang pantai timur TN Way Kambas. Salah satu penciri hutan
pantai antara lain ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia).
Ekosistem hutan mangrove/payau di way kambas terletak disekitar pantai dimana terdapat
pergantian/salinasi antara air asin dan tawar secara teratur. Umumnya terletak disepanjang
pantai timur kawasan TN Way Kambas. Ekosistem ini mempunyai peran atau manfaat nyata
dalam mendukung sumber kehidupan manusia. Sebagai tempat hidup dan berkembang biak
bagi jenis-jenis ikan dan udang laut.
Flora dan Fauna

Gajah di Way Kambas


Di Taman Nasional Way Kambas ini terdapat hewan yang hampir punah di antaranya Badak
sumatera, Gajah Sumatra, Harimau sumatera, Mentok Rimba, Buaya sepit, Kijang, Tapir,
Rusa dan Beruang Madu. Jenis-jenis primata seperti lutung, Owa, siamang, dan lain-lain. Di
bagian pesisir sering ditemukan berbagai jenis burung antara lain Bangau Tongtong,
Sempidan Biru, Kuau raja, Burung Pependang Timur, dan beberapa burung lainnya.

Untuk tanaman banyak diketemukan Api-api, Pidada, Nipah, pandan.

Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.930 mdpl, per 2010) adalah gunung berapi di bagian
tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi
selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat,
Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan
hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun
2004.

Gunung ini berpotensi kebencanaan yang tinggi karena menurut catatan modern mengalami
erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang padat. Sejak
tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[butuh rujukan] Kota Magelang dan
Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak kurang dari 30 km dari puncaknya. Di
lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1.700 meter dan hanya berjarak
empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah
satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini
(Decade Volcanoes).

Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara, berada di
sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape. Pulau Komodo dikenal
sebagai habitat asli hewan komodo.

Pulau ini termasuk salah satu kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh
Pemerintah Pusat.

Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Kecamatan
Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Komodo merupakan ujung paling
barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus
2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti
Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor.
Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi
tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.

Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam kayu sepang yang
oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau
sterculia oblongata di yakini berguna sebagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang
polong.

Pulau Komodo juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, karena dalam wilayah
Taman Nasional Komodo, bersama dengan Pulau Rinca, Pulau Padar dan Gili Motang

Sejarah
Pada tahun 1910 orang Belanda menamai pulau di sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
ini dengan julukan Pulau Komodo. Cerita ini berawal dari Letnan Steyn van Hens Broek
yang mencoba membuktikan laporan pasukan Belanda tentang adanya hewan besar
menyerupai naga di pulau tersebut. Steyn lantas membunuh seekor komodo tersebut dan
membawa dokumentasinya ke Museum and Botanical Garden di Bogor untuk diteliti.

Tahun 2009, Taman Nasional Komodo dinobatkan menjadi finalis "New Seven Wonders of
Nature" yang baru diumumkan pada tahun 2010 melalui voting secara online di
www.N7W.com.Pada tanggal 11 November 2011, New 7 Wonders telah mengumumkan
pemenang sementara, dan Taman Nasional Komodo masuk kedalam jajaran pemenang
tersebut bersama dengan, Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju,
Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain. Taman Nasional Komodo
mendapatkan suara terbanyak.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah taman nasional di Jawa Timur, Indonesia,
yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten
Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Taman yang bentangan barat-timurnya sekitar 20-30
kilometer dan utara-selatannya sekitar 40 km ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas
wilayahnya sekitar 50.276,3 ha. Di kawasan ini terdapat kaldera lautan pasir yang luasnya
±6290 ha. Batas kaldera lautan pasir itu berupa dinding terjal, yang ketinggiannya antara 200-
700 meter.

Sejarah

Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, daerah Tengger merupakan kawasan hutan yang
berfungsi sebagai cagar alam dan hutan wisata. Kawasan hutan ini berfungsi sebagai hutan
lindung dan hutan produksi. Melihat berbagai fungsi tersebut, Kongres Taman Nasional
Sedunia mengukuhkan kawasan Bromo Tengger Semeru sebagai taman nasional dalam
pertemuan yang diselenggarakan di Denpasar, Bali, pada tanggal 14 Oktober 1982 atas
pertimbangan alam dan lingkungannya yang perlu dilindungi serta bermacam-macam potensi
tradisional kuno yang perlu terus dikembangkan. Pada tanggal 12 November 1992,
pemerintah Indonesia meresmikan kawasan Bromo Tengger Semeru menjadi taman nasional.

Data Informasi
Data Taman Nasional Bromo Tengger Semeru:

Dinyatakan: Menteri Pertanian, tahun 1982


Ditunjuk: Menteri Kehutanan, SK No. 278/Kpts-VI/97 dengan luas 50.276,2 hektare
Ditetapkan: -
Letak: Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur
Temperatur udara: 3°-20 °C
Curah hujan rata-rata: 6.600 mm/tahun
Ketinggian tempat: 750-3.676 Mdpl
Letak geografis: 7°51’ - 8°11’ LS, 112°47’ - 113°10’ BT
Kekayaan Flora & Fauna
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan
sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun antara lain cemara
gunung, jamuju, edelweis, berbagai jenis anggrek dan rumput langka. Pada dinding yang
mengelilingi TN Bromo Tengger Semeru terdapat banyak rerumputan, centigi, akasia,
cemara, dll.
Ranu Regulo pada tahun 1930-an
Satwa yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Paradoxurus hermaphroditus),
rusa (Rusa timorensis), monyet kra (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak), ayam
hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus
javanicus); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus), rangkong
(Buceros rhinoceros silvestris), elang-ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam
(Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani,
Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.

Taman Nasional Ujung Kulon terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan
taman nasional ini pada mulanya meliputi wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil di
sekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang dan Pulau Panaitan. Kawasan taman
nasional ini mempunyai luas sekitar 122.956 Ha; (443 km² di antaranya adalah laut), yang
dimulai dari Semenanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudera Hindia.

Ujung Kulon merupakan taman nasional tertua di Indonesia yang sudah diresmikan sebagai
salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1991, karena
wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas. Sampai saat ini kurang lebih 50
sampai dengan 60 badak hidup di habitat ini.

Pada awalnya Ujung Kulon adalah daerah pertanian pada beberapa masa sampai akhirnya
hancur lebur dan habis seluruh penduduknya ketika Gunung Krakatau meletus pada tanggal
27 Agustus 1883 yang akhirnya mengubahnya kawasan ini kembali menjadi hutan.

Tiket masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di kantor Balai Taman Nasional di
Labuan atau di pos Tamanjaya. Fasilitas penginapan terdapat di desa Tamanjaya, Pulau
Handeuleum dan Pulau Peucang.

Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs
Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan pendanaan dan bantuan teknis.

Sejarah dan Status Kawasan

Kawasan Ujung Kulon pertama kali dijelajahi oleh seorang ahli botani Jerman, F. Junghuhn,
pada tahun 1846, untuk keperluan mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan
flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti. Bahkan perjalanan ke
Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilimiah beberapa tahun kemudian. Tidak
banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya gunung Krakatau pada tahun
1883. Namun kemudian kedahsyatan letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang
Tsunami setinggi kurang lebih 15 meter, telah memporak-porandakan tidak hanya
pemukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi juga menimpa satwa liar dan vegetasi yang ada.
Meskipun letusan Krakatau telah menyapu bersih kawasan Ujung Kulon, akan tetapi
beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwaliar di Ujung Kulon
tumbuh baik dengan cepat.

Perkembangannya kemudian, beberapa areal berhutan ditetapkan sebagai kawasan yang


dilindungi, secara berurutan.

Taman Nasional Meru Betiri adalah taman nasional yang terletak di regional Jawa Timur
bagian selatan pada koordinat geografis 8°21’ - 8°34’ LS, 113°37’ - 113°58’ BT, dengan
ketinggian 900 - 1.223 mdpl dan curah hujan rata-rata 2.300 mm/tahun, ditunjuk sebagai
taman nasional sejak tahun 1982 oleh Menteri Pertanian dengan luas wilayahnya sekitar
58.000 ha dengan nama diambil dari nama gunung tertinggi di kawasan ini yaitu gunung
Betiri (1.223m). Secara administratif, Taman Nasional Meru Betiri berada dalam wilayah
Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember, Provinsi Jawa
Timur. Penunjukan taman nasional ini disahkan dengan surat keputusan Menteri Kehutanan,
SK No. 277/Kpts- VI/97.

Akses ke lokasi

TN Meru Betiri dapat diakses baik melalui wilayah Kabupaten Banyuwangi di timur, ataupun
melalui Kabupaten Jember di sebelah barat. Yakni melewati tempat-tempat sbb.:

Banyuwangi - Jajag - Pesanggaran - Sungai Lembu - Kandangan - Sarongan - Pantai


Rajegwesi (pintu gerbang taman nasional) - Sumbersuko - Sukamade. Sukamade adalah
wilayah pantai yang terkenal sebagai tempat peneluran penyu.
Jember - Ambulu - Tempurejo - Curahnongko - Andongrejo (lokasi gerbang taman nasional)
- Bande Alit. Bandealit juga merupakan wilayah pantai, yang berlokasi disebuah perkebunan
kecil di tengah hutan.
Objek Wisata
Taman Nasional Meru Betiri memiliki objek wisata petualangan hutan dan pantai. Pantai
yang ada banyak yang masih "perawan" karena memang tidak diperkenankan untuk dibangun
sarana wisata yang permanen.

Flora

Rafflesia zollingeriana Kds yang ditemukan di Blok Krecek, Seksi Pengelolaan Taman
Nasional (SPTN) Wilayah II Ambulu, Taman Nasional Meru Betiri
Taman nasional Meru Betiri merupakan habitat tumbuhan langka yaitu padma Rafflesia
zollingeriana yang endemik di Jawa.

Tumbuhan pantai yang dapat dijumpai antara lain

bakau (Rhizophora sp.)


api-api (Avicennia sp.)
waru (Hibiscus tiliaceus)
nyamplung (Calophyllum inophyllum)
rengas (Gluta renghas)
bungur (Lagerstroemia speciosa)
pulai (Alstonia scholaris)
benda (Artocarpus elasticus)
Bruguiera sp.
Sonneratia sp.
Balanophora fungosa)
dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.

Survai tahun 2008 di daerah Bandealit (Kabupaten Jember) dan Sarongan (Kabupaten
Banyuwangi) mengungkap ada paling tidak 27 spesies anggrek di taman nasional ini.

Fauna

Taman Nasional Meru Betiri memiliki satwa dilindungi yang terdiri dari mamalia, dan
burung. Satwa tersebut di antaranya adalah musang luak (Paradoxurus hermaphroditus),
monyet kra (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus
javanicus), kucing kampung (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis
russa), (Cervus unicolor), bajing terbang ekor 9 (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus),
penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau
(Chelonia mydas), dan penyu lekang/ridel (Lepidochelys olivacea), Accipiter trivirgatus,
Falco moluccensis, Hieraaetus kienerii, Otus lempiji, Glaucidium castanopterum, elang
Spizaetus alboniger.taman nasional Meru Betiri asli.

Taman Nasional Kelimutu terletak di Flores, Indonesia. Taman nasional ini terdiri dari bukit-
bukit dan gunung-gunung dengan Gunung Kelibara (1.731 m) sebagai puncak tertinggi.
Gunung Kelimutu, terdapat danau Danau tiga warna yang juga merupakan tempat dari Taman
Nasional Kelimutu.

Di dalam Taman Nasional Kelimutu, terdapat arboretum, hutan kecil seluas 4,5 hektare yang
mewakili koleksi keanekaragaman flora di daerah tersebut. Di sana terdapat 78 jenis pohon
yang dikelompokkan ke dalam 36 suku. Beberapa koleksi flora yang merupakan endemik
Kelimutu adalah uta onga (Begonia kelimutuensis), turuwara (Rhododendron renschianum),
dan arngoni (Vaccinium varingiaefolium). Argoni yang berbunga kecil putih dan akan
berubah menjadi hitam ketika matang, diyakini masyarakat setempat sebagai makanan para
dewa.

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang
terletak di provinsi Sulawesi Tengah dan salah satu lokasi perlindungan hayati Sulawesi.
Taman Nasional Lore Lindu terletak sekitar 60 kilometer selatan kota Palu dan terletak antara
119°90’ – 120°16’BT dan 1°8’ – 1°3’LS.

Kalau dibandingkan dengan taman nasional lain di Indonesia, ukurannya sedang saja. Taman
nasional ini secara resmi meliputi kawasan 217.991,18 hektar (sekitar 1.2% wilayah Sulawesi
yang luasnya 189.000 km² atau 2.4% dari sisa hutan Sulawesi yakni 90.000 km²) dengan
ketinggian bervariasi antara 200 sampai dengan 2.610 meter di atas permukaan laut. Taman
Nasional ini sebagian besar terdiri atas hutan pegunungan dan sub-pegunungan (±90%) dan
sebagian kecil hutan dataran rendah (±10%).

Taman Nasional Lore Lindu yang terletak di selatan kabupaten Donggala dan bagian barat
kabupaten Poso menjadi daerah tangkapan air bagi 3 sungai besar di Sulawesi Tengah, yakni
sungai Lariang, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Taman nasional ini terbagi atas tiga
kawasan, yakni Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, Hutan Wisata Danau Lindu, dan Suaka
Margasatwa Sopu Gumbasa.

Taman Nasional Lore Lindu memiliki fauna dan flora endemik Sulawesi serta panorama alam
yang menarik karena terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan antara zona
Asia dan Australia. Taman nasional ini juga merupakan habitat mamalia asli terbesar di
Sulawesi. Anoa, babirusa, rusa, binatang hantu (tangkasi), kera tonkea, kuskus marsupial dan
binatang pemakan daging terbesar di Sulawesi, musang Sulawesi hidup di taman ini. Taman
Nasional Lore Lindu juga memiliki paling sedikit 5 jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikusnya,
termasuk jenis endemik.

Sedikitnya ada 55 jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung, termasuk maleo, 2 jenis
enggang Sulawesi yaitu julang Sulawesi dan kengkareng Sulawesi. Burung Enggang
Benbuncak juga disebut Rangkong atau burung allo menjadi penghuni Taman Nasional Lore
Lindu. Ribuan serangga aneh dan cantik dapat dilihat di sekitar taman ini, seperti kupu-kupu
berwarna mencolok yang terbang di sekitar taman maupun sepanjang jalan setapak dan aliran
sungai.

Peninggalan megalitikum

Patung-patung megalit yang usianya mencapai ratusan bahkan ribuan tahun tersebar di
kawasan Taman Nasional Lore Lindu seperti Lembah Napu, Behoa dan Bada.[6] Sampai
penelitian tahun 2013, di sana ada 1.466 temuan megalitik dari 83 situs yang telah diungkap.
[6] Patung-patung ini sebagai monumen batu terbaik di antara patung-patung sejenis di
Indonesia. Ada 5 klasifikasi patung berdasarkan bentuknya:
Patung-patung batu: patung-patung ini biasanya memiliki ciri manusia, tetapi hanya kepala,
bahu dan kelamin.
Kalamba: ini adalah bentuk megalit yang banyak ditemukan dan menyerupai jambangan
besar. Mungkin ini adalah tempat persediaan air, atau juga tempat menaruh mayat pada
upacara penguburan.
Tutu'na: ini adalah piringan-piringan dari batu, kemungkinan besar penutup Kalamba.
Batu Dakon: batu-batu berbentuk rata sampai cembung yang menggambarkan saluran-
saluran, lubang-lubang tidak teratur dan lekukan-lekukan lain.
Lain-lain: mortar batu, tiang penyangga rumah dan beberapa bentuk lain juga ditemukan.
Sejarah dan Status
Suaka Margasatwa Lore Kalamanta (1973)
Penetapan statuss Biosfer (1977)
Hutan Wisata/Hutan Lindung Danau Lindu (1978)
Suaka Margasatwa Lore Lindu (Perluasan Lore Kalamanta) (1981)
Pemerintah Indonesia menyatakan Lore Lindu sebagai Taman Nasional dalam Kongres
Dunia mengenai Taman Nasional (1982)
Dinyatakan sebagai Pusat Keanekaragaman Tanaman (1994)
Peresmian status taman nasional (1993)
Dinyatakan sebagai bagian dari Kawasan Burung Endemik (1998)
Dinyatakan sebagai Kawasan Ekologi Global 200 (1998)
Perluasan barat laut
Demografi
Ada empat kelompok etnis utama yang mendiami desa di dalam dan sekitar Taman Nasional
Lore Lindu, yakni Kaili, Behoa, Bada dan Pekurehua. Ada sekitar 117 desa terletak di dalam
taman nasional, dan 64 desa lainnya di daerah perbatasan. Mata pencaharian utama
masyarakat setempat antara lain padi dan jagung, serta perkebunan kakao.

Hutan Wisata Danau Lindu

Hutan Wisata Danau Lindu termasuk dalam kategori wilayah enklaf Lore Lindu dan
termasuk bagian dari wilayah kecamatan Kulawi yang secara geografis terletak di dalam
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Oleh karena itu, semua desa di wilayah ini berbatasan
langsung dengan kawasan taman nasional.

4. Destinasi Wisata Papua :


 Pantai Tablanusu
 Taman Wisata Alam Sorong
 Pantai Batu Pica
 Museum Cendrawasih
 Pasar Sentral Timika
 Pantai Pasir Putih
 Pantai Gedo
 Kebun Raya Wamena
 Wasur National Park
 Teluk Triton
 Puncak Jaya
 Lorentz National Park
 Pantai Dok II
 Danau Love
 Teluk Youtefa
 Pantai Base G
 Museum Negeri Provinsi Papua
 Puncak Trikora
 Pegunungan Foja
 Taman Gizi Nabire
 Danau Sentani
 Danau Paniai
 Pulau Biak
 Pulau Numfor
 Pegunungan Arfak
 Air Terjun Kiti Kiti
 Pulau Venu
 Pulau Um
 Tanjung Kasuari
 Raja Ampat

5. Wisata Alam, Budaya, dan Sosial di Bali


Pura Tanah Lot
Pura Tanah LotPura Tanah Lot menjadi salah satu destinasi wisata budaya di Bali yang
populer dan selalu dikunjungi banyak wisatawan, baik lokal maupun internasional.

Di sana ada dua pura yang berdiri kokoh di atas batu. Kedua pura tersebut berbatasan
dengan laut dan dijadikan sebagai tempat pemujaan dewa penjaga laut.

Selain karena puranya, wisatawan datang ke sana untuk menikmati panorama alamnya.
Ombak di sana begitu besar. Selain itu wisatawan juga banyak yang datang dengan tujuan
untuk menikmati matahari tenggelam.

Pura Luhur Uluwatu


Pura Luhur UluwatuPura Luhur Uluwatu adalah salah satu pura yang juga cukup terkenal
dan banyak dikunjungi wisatawan. Sama seperti Tanah Lot, Pura ini juga berada batu
karang yang berbatasan langsung dengan laut.

Lokasinya adalah di ujung barat daya Pulau Bali. Pura ini adalah jenis Pura Sad
Kayangan yang dipercaya sebagai penyangga dari 9 mata angin oleh masyarakat Hindu.
Lokasi pura ada di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung, Bali. Selain karena puranya,
lokasi ini menjadi populer karena dibawahnya ada Pantai Pecatu yang sering dijadikan
lokasi selancar kelas dunia.

Istana Tirta Gangga


Istana Tirta GanggaIstana Tirta Gangga adalah bekas istana kerajaan. Lokasinya ada di 5
kilometer dari timur Karangasem Bali. Tirta Gangga ini telah menjadi populer karena
istana air ini adalah salah satu taman air milik Kerajaan Karangasem Bali.

Wisatawan banyak yang datang ke sana juga untuk belajar sejarah kerajaan. Di istana ini,
wisatawan bisa melihat labirin kolam dan air mancur yang dikelilingi oleh taman yang
rimbun.

Selain itu ada juga komposisi patung yang sangat pas dengan air sehingga muncul
harmonisasi bentuk yang sangat indah dan berkesan sakral.

Kapal Karam USS Liberty


Kapal Karam USS LibertyKapal Karam USS Liberty merupakan sebuah kapal perang
akibat Perang Dunia II 1942,yang karam. Perairan di sekitar kapal karam ini akhirnya
menarik minat para wisatawan karena ditumbuhi oleh karang.

Karang warna warni inilah yang pada akhirnya menjadi tempat tinggal bagi biota laut.
Keindahan ini cukup unik sehingga banyak wisatawan yang mampir dan mencoba
menyelam di sana.

Karang di kapal karam ini banyak didatangi penyelam dari mancanegara yang penasaran
dengan bangkai kapal dan keindahan biota lautnya.

Pura Tirta Empul


Pura Tirta EmpulPura Tirta Empul yang berada di Bali ini adalah sebuah pura agama
Hindu. Lokasi tepatnya adalah di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar Bali.

Pura ini terkenal dengan air sucinya. Air suci ini banyak digunakan oleh orang-orang
Hindu yang ingin mencari penyucian diri. Pura ini dibangun pada tahun 962 masehi pada
masa Wangsa Warmadewa.

Di sisi kiri pura terdapat sebuah vila modern. Pada awalnya vila ink dibangun untuk
kunjungan Presiden Soekarno. Sekarang vila ini digunakan sebagai lokasi istirahat bagi
tamu atau orang penting.

Pura Besakih
Pura BesakihPura Besakih adalah sebuah komplek pura yang merupakan pusat dari
seluruh pura yang ada di Bali. Lokasinya berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang,
Kabupaten Karangasem, Bali.
Diantara banyaknya pura yang terdapat di komplek Pura Besakih, ada satu pura terbesar
yaitu Pura Penataran Agung. Pura Penataran Agung inilah pusat dari pura di seluruh
komplek Pura Besakih.

Selain dijadikan sebagai tempat beribadah, Pura Besakih ini dijadikan objek wisata. Saat
ini lokasi ini sedang diusulkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO karena sudah
cukup populer dan banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Desa Penglipuran
Desa PenglipuranDesa Penglipuran merupakan sebuah desa adat yang memiliki struktur
dan arsitektur yang unik. Desa ini juga dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih.

Saat masuk ke desa Penglipuran, wisatawam seolah diajak masuk ke dalam sebuah
kawasan asing dengan kumpulan rumah adat Bali yang berjajar dengan rapi. Lokasinya
ada di kabupaten Bangli di sebelah Timur Bali.

Desa Penglipuran ini awalnya ditinggali oleh penduduk seniman yang menghibur raja.
Sesuai dengan namanya “Penglipur” yang artinya Penghibur. Hingga saat ini warisan
budaya masyarakat Penglipuran tetap lestari.

Desa Tenganan
Desa TengananDesa Tenganan merupakan salah satu desa Bali Aga. Bali Aga, adalah
istilah untuk Bali Kuno, yang merupakan salah satu komunitas Bali kuno sebelum adanya
migrasi Majapahit pada awal abad ke-15 dari Pulau Jawa.

Desa Tenganan ini memiliki budaya dan arsitektur adat yang unik. Desa ini mulai dikenal
sejak 1970-an dan sejak saat itu desa ini menjadi objek wisata budaya Bali adat.

Kain Gringsing masih digunakan oleh masyarakat setempat. Kain ini adalah jenis kain
yang ditenun dan digunakan untuk melindungi diri dari pengaruh jahat. Di desa ini juga
ada sebuah ritual makare kare, yaitu ritual yang dilakukan setiap tahun untuk
menghormati Dewa Indra.

Taman Air Sukasada


Taman Air SukasadaTaman air ini terletak di kota Ujung, tepatnya di bibir laut Lombok.
Taman air ini memiliki pemandangan laut dan taman klasik yang indah. Taman air
Sukasada merupakan taman klasik khas Karang Asem.

Wisatawan yang datang bisa melihat arsitektur unik yang merupakan kombinasi antara
kebun khas Eropa dan reruntuhan bangunan yang menciptakan harmonisasi bentuk unik.
Tempat ini awalnya merupakan tempat pemandian raja. Lalu sempat juga menjadi rumah
peristirahatan bagi delegasi kerajaan Karang Asem. Kini, taman air ini menjadi salah satu
tempat wisata populer dan sering dijadikan lokasi prewedding.

Candi Dasa
Candi DasaCandi Dasa di Bali Timur cocok untuk menikmati suasana tenang dan angin
laut yang sejuk. Candi Dasa sangat sesuai bagi wisatawan yang hanya memiliki waktu
singkat untuk berwisata ke Bali karena di sana wisatawan akan menemukan ketenangan
alami.

Walaupun cukup jauh dari hiruk pikuk perkotaan, Candi Dasa bukan merupakan tempat
yang membosankan. Bahkan di sana, wisatawan juga bisa menikmati makanan hasil laut
khas Bali, seperti mahi-mahi, atau menikmati suasana di kafe setempat.

Sayangnya, tempat ini tidak punya bibir pantai yang bisa digunakan untuk bermain air.
Namun tak jauh dari Candi Dasa, ada sebuah pantai berpasir putih yang masih jarang
diketahui wisatawan.

Tulamben
TulambenTulamben adalah nama dari sebuah desa nelayan kecil yang posisinya ada di
timur laut Bali. Desa Tulamben pada akhirnya berubah menjadi tempat terbaik untuk
scuba diving dan snorkeling, sejak 60 tahun yang lalu.

Biota bawah laut dan juga keanekaragaman karangnya sangat indah dan cukup sering
dikunjungi wisatawan mancanegara. Lokasi ini bahkan hingga saat ini tetap populer
walau semakin banyak objek wisata laut yang dibuka di Bali.

Kabarnya, bukan hanya pemilik sertifikat diving yang diperkenankan menyelam untuk
menikmati pemandangan bawah lautnya. Selain itu, wisatawan juga bisa snorkeling. Jika
kamu suka wisata bawah laut, coba datang ke sana dan nikmati pemandangan indahnya.

Pura Goa Lawah


Pura Goa LawahPura Goa Lawah merupakan salah satu dari sembilan arah pura suci Bali.
Goa ini juga dikenal sebagai rumah dari ribuan kelelawar. Itulah mengapa goa ini
dinamakan lawah (lawa = kelelawar).

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, di goa ini juga ada seekor naga raksasa yang
dikenal dengan nama Vasuki yang bersembunyi di dalamnya. Menurut sejarah Bali, Pura
Goa Lawah ini sudah ada sejak tahun 1000-an.

Pura ini dibangun oleh Mpu Kuturan. Goa ini tidak pernah dieksplorasi, dan dipercaya
ujung Goa adalah di Gunung Agung. Wisatawan yang mampir ke sana biasanya juga
mampir ke Pantai Kusamba yang posisinya ada di seberang Gua.
Museum Semarajaya
Museum SemarajayaMuseum Budaya Semaraja sebenarnya dulu merupakan gedung
sekolah yang dipakai saat masa penjajahan Belanda. Lokasi museum ini adalah di dalam
kompleks Kertha Gosa dan Taman Gili.

Museum ini memajang benda-benda yang merupakan produk budaya Bali asli. Selain itu
wisatawan yang datang juga bisa menemukan benda-benda peninggalan prasejarah.
Kebanyakan benda ini digunakan pada Perang Puputan Klungkung.

Museum ini diresmikan pada 1992 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
Selain melihat benda-benda bersejarah wisatawan juga bisa bersantai di pelataran
museum yang sangat asri.

Kertha Gosa
Kertha GosaKertha Gosa merupakan salah satu warisan budaya yang sangat terjaga di
Bali. Kertha Gosa ini dibangun pada masa kerajaan Klungkung, atau sekitar tahun 1686.

Pada awalnya, kawasan ini digunakan sebagai tempat diskusi para petinggi kerajaan
mengenak keadaan rakyat Bali pada masa itu. Pembangunan kawasan ini adalah
diprakarsai oleh Ida I Dewa Agung Jambe yang pada masa itu menjadi pemegang
kekuasaan di Bali.

Di sana wisatawan dapat melihat bangunan dengan arsitektur khas Bali. Selain itu
wisatawan bisa juga menikmati hasil karya lukisan. Harga tiket masuknya hanya Rp
12.000. Sebelum masuk, wisatawan biasanya harus menggunakan selendang khusus Bali.

Bedugul
BedugulTempat wisata ini adalah salah satu pilihan wisata budaya yang paling sering
dikunjungi wisatawan. Lokasinya ada di daerah pegunungan yang sejuk. Di sana ada
Danau Beratan yang luas dan hijau.

Ada juga Pura Ulun Danu yang menjadi pura suci. Jika ingin menuju ke pura, wisatawan
harus naik perahu. Bedugul juga merupakan sebuah desa yang berada di ketinggian.

Di sana ada banyak perkebunan stroberi karena hawanya yang sangat cocok. Selain itu
ada juga beberapa objek wisata lain di Bali yang berkaitan dengan budaya, di antaranya:

Pura Saren, untuk menikmati pertunjukan tarian tradisional Bali


Desa Mas Gianyar Barat, yang merupakan salah satu desa adat yang lestari hingga saat
ini.
Museum Blanco Renaissance, yang merupakan museum seni lukis Bali.
Pasar Seni Sukawati, yang merupakan sebuah pasar seni yang menampilkan segala
pernak pernik kesenian khas Bali.
Gunung Agung, yang merupakan salah satu gunung sakral dan suci di Bali.

Anda mungkin juga menyukai