DISUSUN OLEH :
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia berhasil meraih kemerdekaanya.
Keadaan dimana bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan. Terbebas dari penindasan.
Kebebasan yang di tempuh melalui perjuangan yang sangatlah panjang.
Walaupun sudah merdeka namun bukan berarti bangsa Indonesia benar – benar terbebas dari
penindasan. Banyak tantanga yang harus dihadapi bangsa Indonesia untuk mempertahankankan
kemerdekaannya. Tantangan itu berasal dari dalam maupun luar negeri.
B. Rumusan Masalah
1. Peristiwa apa saja yang terjadi setalah kemerdekaan RI?
2. Bagaimana upaya bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaanya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peristiwa – peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan RI
2. Untuk mengetahui upaya – upaya pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan.
BAB II
UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
A. Perjuangan Angkat Senjata
1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Surabaya merupakan kota pahlawan. Surabaya menjadi ajang pertempuran yang
paling hebat selama revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga menjadi lambang
perlawanan nasional. Peristiwa di Surabaya merupakan rangkaian kejadian yang diawali
sejak kedatangan pasukan Sekutu tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen
A.W.S. Mallaby. Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di
Gedung Bank Internatio di Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen
Mallaby. Akibat meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi ultimatum, isinya agar
rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Secara resmi rakyat Surabaya, yang diwakili
Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris. Akibatnya pada tanggal 10 November 1945
pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan infantri dengan senjata - senjata berat
dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya telah menciptakan pekik persatuan
demi revolusi yaitu merdeka atau mati. Di samping itu juga merupakan titik balik bagi
Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak menyangka kekuatan RI
mendapat dukungan rakyat.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo memimpin
rakyat dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran berlangsung
selama tiga minggu. Akibat pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh
pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam
agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15
Desember 1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu
(Inggris). Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada
tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah
pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara
Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan
Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman.
Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat
posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15
Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa
menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan
RI.
B. Perjuangan Diplomasi
1. Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di Linggarjati,
dekat Cirebon. Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan
Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Scermerhorn. Perundingan tersebut
dipimpin oleh Lord Killearn, seorang diplomat Inggris. Berikut ini beberapa keputusan
Perundingan Linggarjati.
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan
Sumatra.
b. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia
Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya
adalah Republik Indonesia.
c. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda
melanggar ketentuan perundingan tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal
21 Juli 1947.
2. Perundingan Renville
Perundingan Renville dilaksanakan di atas Geladak Kapal Renville milik Amerika
Serikat tanggal 17 Januari 1948. Dalam perundingan tersebut, pemerintah Indonesia
diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin. Sedangkan Belanda diwakili oleh
Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Hasil perundingan tersebut adalah:
a. Wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook),
b. Tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat
terbentuk,
c. Kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda,
d. RI merupakan bagian dari RIS, dan
e. Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.
Nasib dan kelanjutan Perundingan Renville relatif sama dengan Perundingan
Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan melakukan agresi militer II
tanggal 19 Desember 1948.
3. Perundingan Roem – Royen
Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan reaksi yang cukup keras dari
Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pada
diplomat Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan realita di PBB. Salah
satunya adalah L.N. Palar. Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB memperluas
kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara diubah menjadi UNCI. UNCI kependekan dari
United Nations Commission for Indonesia. UNCI dipimpin oleh Merle Cochran
(Amerika Serikat) dibantu Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia). Hasil kerja
UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia Belanda.
Perjanjian Roem-Royen diadakan tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Sebagai wakil dari PBB adalah Merle Cochran (Amerika Serikat), delegasi Republik
Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van
Royen. Dalam perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan statement.
Akhirnya diperoleh kesepakatan yang ditandatangani tanggal 7 Mei 1949. Kesepakatan
antara lain:
a. Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan tembak-menembak dan
bekerja sama untuk menciptakan keamanan.
b. Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah Indonesia ke
Yogyakarta,
c. Kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag, Belanda.
B. Saran – Saran
Kami meyakini tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kritik maupun saran
dari para pembaca sangat kami butuhkan. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.crayonpedia.org/mw/USAHA_PERJUANGAN_MEMPERTAHANKAN_KEMERD
EKAAN_INDONESIA_9.1_SANUSI_FATTAH