Anda di halaman 1dari 27

JURNAL FORMULA TFS 1

SIRUP DIPHENHYDRAMIN + NH4Cl

OLEH :

KELOMPOK : IV (EMPAT)

KELAS :C

ASISTEN : Agnes lallo Allolayuk

Nama NIM Tugas Nilai Nilai


dokume diskusi
n
Yefi frisilawati G70119086 Preformulasi
Ma’rifatul G70119012 Formulasi
serin aulia
Dwiyuni G70119130 Evaluasi
salmadani
Azizah sabrina G70119057 Kemasan
Ria malga sari G70119036 Kemasan
faradilah

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2021
I. FORMULA ASLI
Formula difenhidramin + NH4Cl (Fornas, 1978)
Tiap 5 ml mengandung :
Diphenhydramini hydrochloridum 12,5 mg
Ammonium chloridum 130 mg
Natrii citras 60 mg
Acidum citricum 40 mg
Saccharum album 3,6 mg
Aethanolum 90% 250 μg
Mentholum 1 mg
Sorbitolum solution 375 μg
Aquadest ad 5 ml

II. RANCANGAN FORMULA


Tiap 60 ml mengandung
Diphenhidramin 150 mg
Amonium klorida 1500 mg
Menthol 0,005%
Gliserin 15%
Sirup simpleks 35%
Etanol q.s
Aquadest ad 60 ml

III. MASTER FORMULA


Nama Produk : Difenrup
Nama Pabrik : PT. Sumber sehat
Jumlah Produk :3
Tanggal Formula Asli : 08 maret 2021
Tanggal Rencana produksi : 12 maret 2021
No. Registrasi : DTL2115710137A1
No. Batch : 1103003

No Komposisi Fungsi Jumlah Jumlah


perwadah perbatch
1. Diphenhidramin Sebagai Zat aktif 0,15 g 0,45 g
2. Amonium klorida Sebagai Zat aktif 1,5 g 4,5 g
3. Menthol Sebagai agent perasa 0,003 ml 0,009 ml
4. Gliserin Sebagai 9 ml 27 ml
anticaplocking
5. Sirup simplex Sebagai pemanis 21 ml 63 ml
6. Aquadest Sebagai pelarut 28,347 ml 85,041 ml
7. Etanol Sebagai pelarut q.s q.s
menthol
IV. DASAR FORMULASI
IV.1 Alasan pembuatan sediaan
1. Sejumlah pasien, terutama pediatri dan pasien usia lanjut, mengalami
kesulitan menelan padat bentuk sediaan maka diperlukan bentuk sediaan
cair (Meena V. Pavane et al, 2018)
2. Sirup adalah formulasi air dengan rasa manis dan kekentalan yang sesuai
(Vivek dan Achhrish, 2015)
3. Sirup adalah cairan kental dan kental yang terutama terdiri dari larutan gula
air, mengandung gula terlarut dalam jumlah besar tetapi menunjukkan
sedikit kecenderungan untuk mengendap kristal. Viskositas muncul dari
ikatan hidrogen ganda antara gula terlarut, yang memiliki banyak gugus
hidroksil (OH) dan air (Saddamhusen J et al, 2015)

IV.2 Alasan pemilihan Bahan Aktif


 Difenhidramin
1. Diphenhidramin adalah antihistamin penenang dengan antimuskarinik
dan digunakan karena sifat antiemetiknya dalam pengobatan mual-
muntah terutama pada pencegahan dan pengobatan mabuk
perjalanan. (Martindale, 2014).
2. Diphenhidramin digunakan untuk mengobati gejala yang berhubungan
dengan alergi, demam, dan flu biasa, termasuk bersin, pilek, dan gatal,
mata merah, dan berair. Ini juga memiliki efek sedatif membuatnya
berguna dalam mengobati insomnia.(Krishnasarma, 2018)
3. Alasan digunakannya difenhidramin yaitu sangat mudah larut dalam air,
dalam etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam aseton
sangat sukar larut dalam benzen dan ster.(FI IV, 1995)

 Amonium klorida
1. Amonium klorida digunakan dalam pengobatan metabolik yang parah
alkalosis untuk menjaga urin pada ph asam dalam pengobatan
beberapa gangguan saluran kemih atau diuresis. Juga digunakan
sebagai ekspektoran dalam obat batuk. (Rowe, 2009).
2. Alasan pemilihan amonium klorida sebagai zat aktif karena mudah larut
dalam air dan dalam gliserin, lebih mudah larut dalam air mendidih,
sedikit larut dalam etanol (FI V, 2014)
3. Alasan digunakan amonium klorida yaitu dimana obat ini berguna
sebagai ekspektoran dalam produksi batuk serta dapat merangsang
pengeluaran dahak dari saluran pernapasan dan dapat berperan
sebagai zat pengoksidasi dalam sediaan oral. (Martindale, 2014).
IV.3 Alasan Pemilihan Bahan Tambahan
 Gliserin
1. Menurut Rowe (2009) bahwa gliserin bersifat higroskopis dan mudah
larut dalam air sesuai dengan zat aktif sehingga mudah untuk
dicampurkan.
2. Alasan digunakannya gliserol karena gliserol dapat membantu menjaga
tekstur, memberikan pelumasan dan kehalusan banyak sirup batuk. (Nur
izyan, et.al, 2019)
3. Gliserol dapat juga digunakan sebagai eksipien dalam obat batuk dan
berfungsi sebagai pemanis, anticaplocking, antimikroba dan pengawet.
(Ronald, E, 2020)

 Etanol
1. Alasan pemilihan etanol karena etanol digunakan secara luar dibidang
farmasi formula dan kosmetik. Etanol terutama digunakan sebai pelarut,
juga digunakan sebagai desinfektan, dan dalam larutan sebagai
pengawet antimikroba. (Rowe, 2009).
2. Alasan digunakanya etanol yaitu sebagai pelarut untuk menthol, dimana
menurut (FI V, 2014) bahwa menthol sangat mudah larut dalam etanol
(95%).
3. Etanol adalah eksipien yang banyak digunakan dalam berbagai variasi
formulasi farmasi Dapat berfungsi sebagai cosolvent untuk
meningkatkan kelarutan obat, dan sebagai pengawet karena aktivitas
antimikroba. (Ming, s. et al, 2017)

 Menthol
1. Mentol banyak digunakan dalam obat-obatan, kembang gula, dan
produk perlengkapan mandi sebagai agen penyedap atau penambah
bau. (Rowe, 2009).
2. Alasan digunakannya menthol yaitu memiliki manfaat untuk hidung
tersumbat. (Martindale, 2014).
3. Mentol memiliki anestesi lokal ringan, dekongestan dan anti- tussive.
Menthol sering digambarkan sebagai nasal dekongestan tetapi tidak
menyediakan peningkatan sensasi aliran hidung karena rangsangan
reseptor sensorik seperti potensi reseptor transien melastatin
(TRPM8). Mentol adalah bahan yang umum dalam obat batuk dan ada
beberapa dukungan untuk antitusif aktivitas dari studi pada relawan
sehat di mana batuk itu diinduksi oleh asam sitrat atau penghirupan
capsaicin.(Ronald, E, 2020).

 Aquadest
1. Air banyak digunakan sebagai bahan baku dan pelarut dalam
pengolahan, formulasi dan pembuatan farmasi produk, bahan aktif
farmasi dan perantara ates dan reagen analitik. (Rowe, 2009).
2. Alasan digunakannya aquadest yaitu karena menurut (FI IV, 1995),
bahwa diphenhidramin mudah larut dalam air, sehingga
mempermudah dalam melarutkan diphenhidramin yang berbentuk
serbuk menjadi larutan dalam air.
3. Menurut (Martindale, 2014).aquadest adalah air yang dimurnikan dan
termaksud air steril.

 Sirup simplex
1. Alasan digunakannya sirup simpleks karena Stabil pada suhu ruang,
terkaramelisasi pada suhu 160oC.(HPE,2006).
2. Alasan digunakanya sirup simpleks yaitu untuk meningkatkan
viskositas sediaan metadon cair yang mengandung 64 gram sukrosa
dalam 100 ml.(Hilke,J.et al, 2013).
3. Menurut FI edisi III (1997) bahwa sirup simplex merupakan cairan
jernih yang tidak berwarna dan memiliki rasa manis yang sering
digunakan sebagai pemanis.
V. INFORMASI BAHAN AKTIF & BAHAN TAMBAHAN
V.1 Informasi bahan aktif
1. Difenhidramin HCl (Mims Indonesia, 2021)
a. Indikasi
Kondisi alergi, mabuk perjalanan.
b. Kontraindikasi
Ulkus peptik stenosis atau obstruksi piloroduodenal. Bayi prematur dan
neonatus. Laktasi. Penggunaan bersama dengan obat lain yang
mengandung antihistamin (termasuk antihistamin topikal)
a. Efek Samping
Mulut, hidung, atau tenggorokan terasa kering, Kantuk, Pusing, Mual
atau muntah, Sembelit, Sakit kepala, Gelisah atau gugup, Euforia
terutama pada anak-anak, Dada terasa sesak atau tertekan, Hilang nafsu
makan.
b. Dosis
Dewasa: 25-50 mg 3 atau 4 kali sehari. Maks: 300 mg setiap hari. Untuk
pencegahan mabuk perjalanan, berikan 30 menit sebelum terkena
gerakan.
Anak: 2-6 tahun 6,25 mg 4-6 jam; 6-12 tahun 12,5-25 mg 4-6 jam; > 12
tahun Sama dengan dosis dewasa. Untuk pencegahan mabuk
perjalanan, berikan 30 menit sebelum terkena gerakan.
c. Rute pemberian
Oral
d. Farmakokinetika
Absorpsi difenhidramin Diserap dengan baik dari saluran
gastrointestinal. Ketersediaan hayati 42-62%. Waktu untuk mencapai
konsentrasi plasma puncak Kira-kira 1-4 jam. Tersebar luas ke seluruh
tubuh termasuk SSP. Melintasi plasenta, memasuki ASI. Volume
distribusi 17 L / kg. Pengikatan protein plasma: 98,5%. Dimetabolisme
secara ekstensif di hati oleh isoenzim CYP2D6 melalui N- demetilasi dan
demetilasi minor oleh CYP1A2, 2C9, 2C19; derajat yang lebih kecil dalam
sistem paru dan ginjal; mengalami efek first-pass yang signifikan.
Ekskresi difenhidramin Terutama melalui urin (sebagai metabolit dan
obat tidak berubah). Waktu paruh eliminasi: 2,4-9,3 jam.
e. Perhatian
Bisa diminum dengan atau tanpa makanan.
f. Interaksi
Dapat meningkatkan efek sedatif dari depresan SSP lainnya (misalnya
obat penenang, hipnotik, ansiolitik). Efek antikolinergik yang
ditingkatkan dan berkepanjangan dengan MAOI. Dapat mempotensiasi
efek agen antikolinergik (misalnya atropin, TCA). Dapat mengurangi efek
terapeutik betahistine.
g. Mekanisme Kerja
Difenhidramin menghambat pelepasan histamin (H1) dan asetilkolin
(menghilangkan ingus saat flu). Hal ini memberi efek seperti peningkatan
kontraksi otot polos vaskular, sehingga mengurangi kemerahan,
hipertermia dan edema yang terjadi selama reaksi peradangan.

2. Amonium klorida (Mims Indonesia, 2021)


a. Indikasi
Hipokloremia, alkalosis metabolik
b. Kontraindikasi
Gangguan hati atau ginjal berat.
c. Efek Samping
Pucat, diaphoresis, bradikardia, aritmia, muntah-muntah, kedutan,
nyeri, iritasi, flebitis, trombosis vena, infeksi, Sakit kepala, Ruam.
d. Dosis
Dosis tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan toleransi
pasien. Dosis juga dapat ditentukan berdasarkan tingkat daya gabungan
karbon dioksida dan defisit klorida. Lihat informasi produk untuk
pedoman rinci.
e. Rute pemberian
Oral
f. Farmakokinetika
Absorpsi amonium klorida  Diserap dengan cepat dari saluran
gastrointestinal setelah pemberian oral. Dimetabolisme di hati untuk
membentuk urea dan asam klorida. Eksresi Melalui urin.
g. Perhatian
Hati-hati jika digunakan pada wanita hamil dan menyusui.
h. Interaksi
Dapat meningkatkan efek merugikan dengan diuretik hemat-K. Dapat
meningkatkan konsentrasi serum klorpropamid, salisikilat. Dapat
menurunkan konsentrasi serum amantadine, amfetamin,
mecamylamine, α / β-agonists.
i. Mekanisme Kerja
Cara kerja amonium klorida adalah dengan memberikan efek
ekspektoran untuk mengencerkan dahak pada batuk, yakni amonium
klorida bertugas untuk mengiritasi paru-paru sehingga organ tersebut
menghasilkan lendir cair sehingga dahak lebih mudah dikeluarkan.
V.2 Sifat Fisika & kimia bahan aktif
1. Difenhidramina (FI III 1979 : 228)
Nama resmi : DIPHENHYDRAMINI HYDROCHLORIDUM
Sinonim : Benzhydramine hydrochloride
Rm/Bm : C17H21NO/291,82
Rumus struktur :

(pubcem.com)
Kegunaan : Antihistamin
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit
disertai rasa tebal
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) dan
dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter;
agak sukar larut dalam aseton
Metode sterilisasi : -
Stabilitas : Stabil pada ph 4,0 sampai 6,0 dan harus
terlindungi dari cahaya (Martindale, 2014).
Inkompabilitas : Difenhidramin tidak cocok dengan amphoteridine
B, cefmeta-zole natrium, natrium cefalotin,
natrium hidrocortison succinate (Martindale,
2014).

2. Ammonium klorida (FI III 1979 : 87 )


Nama resmi : AMMONIUM CHLORIDUM
Sinonim : Amonium klorida
Rm/Bm : NH4Cl/53,49
Rumus struktur :

(pubcem.com)
Kegunaan : Ekspektoran
Pemerian : Serbuk butir atau hablur; putih, tidak berbau; rasa
asin dan dingin; higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserol; lebih
mudah larut dalam air mendidih; agak sukar larut
dalam etanol (95%).
Metode sterilisasi : -
Stabilitas : Ammonium klorida stabil secara kimia, stabil pada
suhu 338oC seluruhnya untuk membentuk
ammonia dan asam klorida. Simpanlah dalam
wadah kedap udara ditempat yang sejuk dan
kering (Rowe, 2009)
Inkompabilitas : Ammonium klorida tidak cocok dengan asam yang
kuat dan basa yang kuat, bereaksi keras dengan
ammonium nitrat dan kalium klorat (Rowe, 2009).

V.3 Sifat Fisika & Kimia Bahan Tambahan


1. Aquadest (FI III 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest/Air suling
Rm/Bm : H2O/18,02
Rumus struktur :

(pubcem.com)
Kegunaan : Sebagai pelarut
Pemerian : Cairan Jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : -
Metode sterilisasi : -
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik
(es, cair, dan uap air). Air meninggalkan sistem
pemurnian farmasi dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan
khusus. Target ketika merancang dan
mengoperasikan sistem penyimpanan dan
distribusi untuk menjaga agar air tidak melebihi
batas yang diizinkan selama penyimpanan. Di
khususnya, sistem penyimpanan dan distribusi
harus memastikan hal itu air dilindungi terhadap
kontaminasi ionik dan organik, yang akan
menyebabkan peningkatan konduktivitas dan total
karbon organik, masing-masing. Sistem juga harus
dilindungi terhadap fisik masuknya partikel asing
dan mikroorganisme sehingga mikroba
pertumbuhan dicegah atau diminimalkan. Air
untuk keperluan tertentu harus disimpan dalam
wadah yang sesuai (Rowe, 2009).
Inkompabilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan
terhadap hidrolisis (penguraian dalam adanya air
atau kelembapan) pada lingkungan dan tinggi
suhu. Air dapat bereaksi dengan keras dengan
logam alkali dan oksidasinya, seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam anhidrat untuk terbentuk hidrat
berbagai komposisi, dan dengan bahan organik
dan karbida kalsium tertentu. (Rowe, 2009).

2. Sukrosa (FI IV, 1995 : 762)


Nama resmi : SUCROSUM
Sinonim : Sukrosa
Rm/Bm : -C12H22O11/342,30
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pemanis


Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur
atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih;
tidak berbau; rasa manis, stabil diudara. Larutannya
netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter.
Metode sterilisasi : Dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi.
(HPE,2009).
Stabilitas : Stabil pada suhu kamar dan sedang kelembapan
relatif.(HPE,2009).
Inkompabilitas : ketidakcocokan dengan bahan aktif, mis. asam
askorbat. (HPE, 2009).

3. Metilparaben (FI IV, 1995 : 551)


Nama resmi : METHYLIS PARABENUM
Sinonim : Metilparaben
Rm/Bm : -C8H8O3/152,15
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pengawet


Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,
putih; tidak berbau atau berbau khas lemah;
mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam
karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan
dalam eter
Metode sterilisasi : Dapat disterilkan menggunakan autoklaf pada
120oC selama 20 menit. (HPE,2009).
Stabilitas : Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) hingga sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sementara larutan berair pada pH 8 atau
lebih dapat mengalami hidrolisis cepat (10% atau
lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada
suhu kamar.(HPE,2009).
Inkompabilitas : Ketidakcocokan aktivitas antimikroba dari
methylparaben dan paraben lainnya adalah sangat
berkurang dengan adanya surfaktan nonionik,
seperti itu sebagai polisorbat 80, sebagai hasil dari
miselisasi. Namun, propilenglikol (10%) telah
terbukti berpotensi aktivitas antimikroba dari
paraben dengan adanya nonionik surfaktan dan
mencegah interaksi antara methylparaben dan
polisorbat 80. Tidak cocok dengan zat lain seperti
bentonit, magnesium trisilikat, bedak, tragacant,
natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan
atropin telah dilaporkan. (HPE, 2009).

4. Etanol (FI III 1979 : 65)


Nama resmi : AETHANOLUM
Sinonim : Etanol / Alkohol
Rm/Bm : C2H6O /46,07
Rumus struktur :

(pubchem.com)
Kegunaan : Sebagai pelarut
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
dan dalam eter.
Metode sterilisasi : Dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan
filtrasi (Rowe, 2009)
Stabilitas : Harus disimpan dalam wadah kedap udara,
ditempat sejuk. (Rowe, 2009)
Inkompabilitas : Dalam kondisi asam, larutan ethanol dapat
bereaksi kuat dengan bahan pengoksidasi.
Campuran dengan alkali bisa menjadi gelap
warnanya karena reaksi dari jumlah sisa aldehid.
Garam organik atau akasia dapat diendapkan dari
larutan encer atau dispersi. Larutan etanol juga
tidak cocok dengan aluminium dan dapat
berinteraksi dengan beberapa obat. (Rowe, 2009)

5. Gliserin (FI III 1979 : 271)


Nama resmi : GLYCEROLUM
Sinonim : Gliserol/gliserin
Rm/Bm : C3H8O3 /92,10
Rumus struktur :

(pubchem.com)
Kegunaan : Sebagai anticaplocking
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna: tidak
berbau: manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai lebih kurang 20o
Kelarutan : Dapat dicampur dengan air, dan dengan etanol
(95%); praktis tidak larut dalam kloroform, dalam
eter dan dalam minyak lemak.
Metode sterilisasi : -
Stabilitas : Stabil secara kimiawi. (Rowe,2009)
Inkompabilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampurkan dengan
oksidator kuat seperti kromium trioksida, kalium
klorat, atau kalium permanganat. (Rowe,2009)

6. Menthol (FI III 1979 : 362)


Nama resmi : MENTHOLUM
Sinonim : Mentol
Rm/Bm : C10H20O /156,30
Rumus struktur :

(pubchem.com)
Kegunaan : Sebagai agent perasa
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak
berwarna; bau tajam seperti minyak permen; rasa
panas dan aromatik diikuti rasa dingin.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol (95%), dalam kloroform dan dalam eter;
mudah larut dalam parafin cair dan dalam minyak
atsiri.
Metode sterilisasi : -
Stabilitas : Menthol stabil pada suhu kamar yang tidak
melebihi25oC (Rowe, 2009)
Inkompabilitas : Tidak sesuai dengan : butilklora hidrat ; kamfer ;
hidrologi chloral ; kromium trioksida ; ᵝ-naftol ;
fenol ; kalium permanganat ; pyrogallol ; resorsinol
dan timol. (Rowe, 2009)

VI. RANCANGAN PENGEMASAN DAN SPESIFIKASI BAHAN


VI.1 Alasan pemilihan wadah (kemasan primer)
1. Menurut Rowe (2009), bahwa diphenhidramin tidak stabil terhadap cahaya,
maka dari itu digunakan kemasan yang berwarna coklat agar terlindung dari
cahaya.
2. Jika produk adalah cairan, atau jika produk harus diukur dari dispensing
wadah, label yang memiliki bukaan atau jendela bertingkat kecil dapat
digunakan untuk lindungi produk dari sebagian besar cahaya lingkungan
yang mungkin terekspos.(Edward, J.B, 2009)
3. Menurut farmakope edisi IV (1995), wadah tidak tembus cahaya harus
dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, dibuat dari bahan khusus yang
mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan melapisi wadah tersebut
agar wadah tidak tembus cahaya.

VI.2. Rancangan Label, leaflet dan kemasan sekunder


DIFENRUP

Aturan Netto
Netto 60ml Netto 60ml
Aturan Pakai
Pakai :: 60ml Komposisi :
anak-anak
anak-anak Tiap sendok takar (5 ml)
>5-12
>5-12 tahun
tahun :: 33 xx sehari
sehari DIFENRUP mengandung : DIFENRUP
11 sendok Diphenhydramine .............150 mg
sendok takar
takar (5
(5 ml)
ml)
Ammonium klorida..........1500 mg
<< 55 tahun
tahun :: sesuai
sesuai Mengobati
Mengobati Batuk,
Batuk, Zat Tambahan.....................q.s Mengobati Batuk,
petunjuk
petunjuk dokter. Gejala
dokter. Gejala Alergi
Alergi Gejala Alergi
Dewasa
Dewasa :: Dan
Dan Flu
Flu
Indikasi : Dan Flu
>12
>12 tahun
tahun :: 3-4
3-4 xx Kondisi alergi, mabuk perjalanan.
sehari
sehari 1-2
1-2 sendok
sendok takar
takar (15
(15
ml)
ml) Diphenhydramin
Diphenhydramin Efek Samping Diphenhydramin
Amonium
Amonium Chloride
Chloride Sakit kepala, kantuk, dan Amonium Chloride
Diminum
Diminum Setelah
Setelah Makan
Makan kelelahan.
Atau
Atau Sesuai
Sesuai Petunjuk
Petunjuk
Peringatan dan Perhatian :
Dokter.
Dokter. Jangan digunakan saat ingin PT. Sumber Sehat
Tutup
Tutup Botol
Botol Rapat
Rapat –– Rapat
Rapat
KOCOK PT.
PT. Sumber
Sumber Sehat
Sehat melakukan perjalan jauh dengan Palu Indonesia
KOCOK TERLEBIH
TERLEBIH DAHULU
DAHULU berkendara. Hati-hati pengguna
Palu Indonesia
Palu Indonesia pada penderita tukak lambung.
Batas Kadaluarsa Setelah
No
No Batch
Batch :1103003
:1103003 Kemasan dibuka : 3 bulan
Exp
Exp Date
Date :12032023
:12032023
Tgl
Tgl Prod
Prod :12032021
:12032021 Simpan Ditempat Kering dan
Sejuk

DIFENRUP
Komposis:
Tiap sendok takar (5 ml) Netto 60ml
mengandung :
Diphenhydramine .............150 mg
Ammonium klorida............1500 mg Aturan Pakai :
Zat Tambahan.....................q.s
anak-anak
Indikasi
Kondisi alergi, mabuk perjalanan.
>5-12 tahun : 3 x sehari 1 sendok takar (5
DIFENRUP®
Komposisi :
Tiap sendok takar (5 ml) mengandung :
Diphenhydramine .............150 mg
Ammonium klorida............1500 mg
Zat Tambahan.....................q.s
VIII. Perhitungan
Perhitungan bahan
1. Diphenhidramin 12,5 mg
12,5 mg x
=
5 ml 60 ml
12,5 mg x 60 ml
=
5 ml
= 150 mg
= 0,15 g
0,15 g x 1 gr/ml = 0,15 ml

2. Ammonium klorida 125 mg


125 mg x
=
5 ml 60 ml
125 mg x 60 ml
=
5 ml
= 1500 mg
= 1,5 g
1,5 g x 1 g/ml = 1,5 ml

3. Menthol 0,005%
0,005
x 60 ml = 0,003 ml
100

4. Gliserin 15%
15
x 60 ml = 9 ml
100

5. Sirup simplex 35%


35
x 60 ml = 21 ml
100

6. Aquadest ad 60 ml :
60 ml – (1,5+0,15+0,003+9+21) = 60 – 31,653
= 28,347 ml
IX. Skema kerja

Alat dan bahan

Disiapkan

Diphenhidramin Ammonium klorida

- Digerus ad homogen
- Dilarutkan dengan
aquadest
Gliserin

Ditambahkan, gerus ad homogen

Menthol
Ditambahkan , Ditetesi
etanol secukupnya, gerus
homogen
Sirup simplex

Ditambahkan

Botol coklat

- Dimasukkan
- Kocok

Dikemas
X. Parameter kritis
1. Menurut farmakope edisi V (2014), parameter kritis pada sediaan farmasi
yaitu oksidasi dekomposisi, fitokimia, efek pH, kompatibilitas, suhu serta
penyimpanan.

XI. Peralatan
ALAT
1. Lumpang dan alu
2. Sudip
3. Botol coklat
4. Cawan porselin
5. Erlenmeyer
6. Botol semprot
7. Kertas perkamen
8. Batang pengaduk
9. Gelas ukur 100 ml
10. Pipet tetes
11. Gelas kimia
12. Neraca analitik
13. Sendok tanduk
14. Lap kasar
15. Lap halus
16. Kertas saring
17. Corong pisah

BAHAN

1. Diphenhidramin
2. Amonium klorida
3. Menthol
4. Gliserin
5. Sirup simplex
6. Etanol
7. Aquadest ad

XII. Syarat dan spesifikasi sediaan


1. Viskositas adalah sifat fisik sirup gula yang dapat mempengaruhi operasi
dan kinerja penyulingan gula.(Barna and Baston, 2018)

XIII. Tabel sterilisasi dan bebas pirogen


XIV. Evaluasi sediaan
a. Organoleptik :
 Warna : Kekuning-kuningan
 Bau : Menthol
 Rasa : Manis dan dingin
 Tekstur : Cair agak kental
b. pH : 6,35
c. Volume terpindahkan : 60 ml
 gelas ukur 1 : 60 ml
 gelas ukur 2 : 60 ml
 gelas ukur 3 : 60 ml

XV. Pembahasan
Sirup adalah cairan kental dan kental yang terutama terdiri dari larutan gula air,
mengandung gula terlarut dalam jumlah besar tetapi menunjukkan sedikit
kecenderungan untuk mengendap kristal. Viskositas muncul dari ikatan hidrogen
ganda antara gula terlarut, yang memiliki banyak gugus hidroksil (OH) dan air
(Saddamhusen J et al, 2015).

Bahan –bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu diphenhidramin dan
amonium klorida sebagai zat aktif, menthol sebagai agent perasa, gliserin
sebagai anticaplockig, sirup simpleks sebagai pemanis, etanol sebagai pelarut
methol dan aquadest sebagai pelarut.

Cara kerja pada percobaan kali ini yaitu pertama menyiapkan alat dan bahan.
Alat yang digunakan yaitu lumpang dan alu, sudip, botol coklat, cawan porselin
botol semprot, kertas perkamen, batang pengaduk, gelas ukur 100 ml, pipet
tetes, gelas kimia, neraca analitik, sendok tanduk, lap kasar, lap halus, dan kertas
saring. Adapun bahan–bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
diphenhidramin dan amonium klorida sebagai zat aktif, menthol sebagai agent
perasa, gliserin sebagai anticaplockig, sirup simpleks sebagai pemanis, etanol
sebagai pelarut methol dan aquadest sebagai pelarut. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah menimbang semua bahan-bahan yang akan digunakan, setelah
itu lumpang dan alu dibersihkan menggunakan alkohol 70% menggunakan
kapas. Lalu diphenhidramin sebagai zat aktif dimasukkan kedalam lumpang dan
digerus hingga halus, setelah itu dimasukkan amonium klorida sebagai zat aktif
digerus hingga halus dan homogen. Kemudian, setelah diphenhidramin dan
amonium klorida digerus, diukur aquadest sebanyak 85,041 ml didalam gelas
ukur, setelah itu aquadest dimasukkan kedalam gelas kimia, lalu dimasukkan
semua zat aktif yang ada dalam lumpang ke dalam gelas kimia yang berisi
aquadest dan diaduk menggunakan batang pengaduk hingga semuanya
tercampur hingga homogen, setelah itu tambahkan sirup simpleks sebanyak 63
ml ke dalam gelas kimia dan tambahkan menthol sebanyak 0,009 ml. setelah itu
masukkan ke dalam botol coklat yang telah diberikan etiket. Kemudian botol
tersebut dimasukkan kedalam kemasan sekunder yaitu berupa kardus yang
didalamnya telah diberikan brosur.
Setelah melakukan pembuatan sediaan dengan zat aktif diphenhidramin dan
amonium klorida serta beberapa excipiens yang sudah dijelaskan diatas, larutan
yang sudah jadi di evaluasi terlebih dahulu mulai dari organoleptiknya yaitu
warna kekuning-kuningan, bauk khas menthol, rasa manis dan dingin dan
tekstur yang cair agak kental. Sediaan ini memiliki pH 6,35 dan volume yang
terpindahkan yaitu 60 ml.

Diphenhidramin adalah antihistamin penenang dengan antimuskarinik dan


digunakan karena sifat antiemetiknya dalam pengobatan mual-muntah
terutama pada pencegahan dan pengobatan mabuk perjalanan. (Martindale,
2014).

Alasan digunakannya difenhidramin yaitu sangat mudah larut dalam air, dalam
etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam aseton sangat sukar larut
dalam benzen dan ster.(FI IV, 1995.

Alasan digunakan amonium klorida yaitu dimana obat ini berguna sebagai
ekspektoran dalam produksi batuk serta dapat merangsang pengeluaran dahak
dari saluran pernapasan dan dapat berperan sebagai zat pengoksidasi dalam
sediaan oral. (Martindale, 2014).

Alasan digunakanya etanol yaitu sebagai pelarut untuk menthol, dimana


menurut (FI V, 2014) bahwa menthol sangat mudah larut dalam etanol (95%).

Menthol banyak digunakan sebagai bahan penyedap atau penciuman dalam


berbagai produk termasuk obat batuk ( Aronson, 2016).

Gliserol dapat juga digunakan sebagai eksipien dalam obat batuk dan berfungsi
sebagai pemanis, anticaplocking, antimikroba dan pengawet. (Ronald, E, 2020)

Menurut FI edisi III (1997) bahwa sirup simplex merupakan cairan jernih yang
tidak berwarna dan memiliki rasa manis yang sering digunakan sebagai pemanis.

Alasan digunakannya aquadest yaitu karena menurut (FI IV, 1995), bahwa
diphenhidramin mudah larut dalam air, sehingga mempermudah dalam
melarutkan diphenhidramin yang berbentuk serbuk menjadi larutan dalam air.
XVI. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Sediaan yang dibuat kali ini yaitu dalam bentuk larutan sirup sebanyak 60 ml
dengan zat aktifnya Diphenhidramin dan Amonium klorida yang berkhasiat
sebagai antihistamin.
2. Dalam pembuatan sirup ini harus dibuat formulasi yang lengkpanya terlebih
dahulu yaitu dengan penambahan menthol sebagai agent perasa, gliserin
sebagai anticaplockig, sirup simpleks sebagai pemanis, etanol sebagai
pelarut methol dan aquadest sebagai pelarut.

3. Setelah melakukan pembuatan sediaan dengan zat aktif diphenhidramin


dan amonium klorida serta beberapa excipiens yang sudah dijelaskan diatas,
larutan yang sudah jadi di evaluasi terlebih dahulu mulai dari
organoleptiknya yaitu warna kekuning-kuningan, bauk khas menthol, rasa
manis dan dingin dan tekstur yang cair agak kental. Sediaan ini memiliki pH
6,35 dan volume yang terpindahkan yaitu 60 ml.
XVII. Daftar pustaka

Edward, J.B. (2009). Pharmaceutical packaging handbook. Informa Healthcare


USA, Inc.

Barna and Baston. (2018). The rheological behavior analysis of green syrups
produced at raw cane sugar refining. The J. Anim. Plant Sci. 28(2).

Departemen kesehatan republik indonesia. (1979). Farmakope indonesia edisi III.


Jakarta : direktorat jendral pengawasan obat dan makanan.

Departemen kesehatan republik indonesia. (1995). Farmakope indonesia edisi


IV.
Jakarta : direktorat jendral pengawasan obat dan makanan.

Departemen kesehatan republik indonesia. (2014). Farmakope indonesia edisi V.


Jakarta : direktorat jendral pengawasan obat dan makanan.

Hilke,J.et al. (2013). Disaccharides in Urine Samples as Markers of Intravenous


Abuse of Methadone and Buprenorphine. Journal of Analytical
Toxicology 2013;37:652 –658 : Germany

Krishnasarma, P. (2018). Antihistamine Drugs Possess some Antiacetylcholine


Properties. Short Communication Volume 5 Issue 5 : India

Meena V. Pavane et al. (2018). Formulation, development and evaluation of oral


reconstitutable dry syrup. Indo American journal of pharmaceurical
sciences 05(01).

Medscape. (2020). Diakses pada 10 maret 2021 pukul 13.35 WITA

Mims indonesi. (2020). Diakses pada 10 maret 2021 pukul 16.55 WITA

Ming, s. et al, (2017). Quantification of Ethanol Content in Traditional Herbal


Cough Syrups. Pharmacogn J.; 9(6): 821-827 : India.

Nur izyan, et.al. (2019). Glicerol in food, cosmetics and pharmaceutical


industries:
basics and new application. International journal of scientific and
technology research volume 8; issue 12.

Rowe, Raymond C. (2009). Handbook of pharmaceutical excipient sixth edition.


New york: informa healthcare USA, inc.

Rosaria, C, et al. (2017). Emerging applications of  key biotechnology industrial


Product. Ciriminna et al. Chemistry Central Journal: DOI
10.1186/s13065-017-0251-y

Ronald, E. (2020). Excipient in over the counter (OTC). Lung 198:727-734.

Sweetman, S. (2014). Martindale the complete drug reference. Pharmaceutical


pres.

Saddamhusen J et al. (2015). Formulation of multicomponent cold and caugh


syrup. Word journal of pharmaceutical research : Solapur.

Vivek and Achhrish. (2015). Formulation, evaluation and stabilization of


paracetamol syrup. International journal of pharma professional’s
volume-6, issue-3

www.pubchem.nhbi.nih.gov. Diakses pada 10 maret 2021 pukul 12.35 WITA

Anda mungkin juga menyukai