Anda di halaman 1dari 13

Aku masih terus berusaha menggerakan kaki dan tanganku, wajahku yang bercucuran

keringat, hati kecilku yang terus berteriak memanggil Mama, kedua mataku yang mengerut
dan mencoba terbuka, nafasku yang seakan hanya tersisa di ujung kerongkongan...

Dan akhirnya, aku pun berhasil terbangun..

... ‘’hufttt, melelahkan’’ ucapku sambil mencoba mengatur nafas. Aku menengok ke sebelah
kanan tepat cermin besar kuno di tempatkan. Rambutku yang acak acakan, wajah yang
kusam dan tidak enak dipandang. Seakan akan aku habis mengikuti sebuah pertarungan
besar, namun aku merasakan kemenangan saat melihat wajahku sendiri.

Kedua kakiku mulai turun dari kasur dan memijak dinginya lantai di pagi hari, seolah olah
habis diguyurnya mereka dengan air es. Dengan langkah gontai gontai, aku mulai
menyiapkan pasukan ku untuk segera bertempur dengan pasukan lain. Handuk, sikat gigi,
pasta gigi dan tentunya serabut mandi adalah pasukanku, dan air musuhku. Gila! Ini masih
pagi dan jiwa fantasiku sudah liar begini.

***

‘’ good morning, Dear. Apa kabar pagi ini?’’

Mama, sesosok malaikat tak bersayap. Pagi ini ia terlihat sangat ceria dan anggun, dengan
dress panjang nya yang berwarna nude, ditambah gerai rambut yang menjuntai ke
belakang. Tentu juga senyumnya yang sangat manis, ia terlihat sangat berbeda hari ini.

‘’ morning too Mommy, ga biasa biasa nya nih, mau prasmanan dimana nih?’’ jawabku
santai sembari menarik kursi dan duduk, tangan kanan yang mulai mengambil sehelai roti
berisi selai kacang dan tangan kiri yang coba membenarkan rambut usilku yang menghalangi
pandangan.

Mama duduk tepat di sebelahku, dengan senyumnya ia berkata

‘’mama begini untukmu, sayang. Untuk papamu, mama ingin kalian melihat mama cantik
untuk hari ini’’

Aku megenyritkan dahi, bukan karna heran melihat mama tiba tiba berubah. Namun, aku
merasa pernah berada di posisi saat ini, dengan keadaan mama tersenyum ke arahku dan
kata kata yang diucapkanya, rasa apa ini?

Mama mengelus pucuk kepalaku dan menciumnya, tak lupa ia membereskan sisa piring dan
remahan roti yang mungkin terjatuh di sekitar meja. Aku dengan segala keherenanku, hanya
bisa terdiam dan berfikir.

***
Tepat di depan aku berdiri sekarang, sebuah ukiran ukiran tulisan yang tersusun rapih dan
berwarna, membuat aku terdiam sejenak. ‘’SMA ATHRA 36’’ . yup, aku berdiri sangat tepat
di depan gerbang, dengan wajahku yang mendongak ke atas dan kedua tanganku yang
menggenggam bagian kanan dan kiri tas. Aku seperti sedang berdoa meminta perlindungan,
karna tak lama lagi aku akan memasuki dimensi lain, tempat dimana banyak manusia saling
berinteraksi bersosialisasi dengan segala macam pembicaraanya yang tentu membuatku
malas mendengarnya. Ya, aku benci tempat ramai, aku hanya butuh tempat tenang untuk
bisa bersahabat dengan jiwa fantasiku.

‘’hei, sedang apa kamu disitu? Apa yang kamu lihat?’’

Sebuah suara terdengar samar namun perlahan mendekat, aku mencoba memusatkan
pandanganku ke satu arah, post satpam. Ternyata satpam yang menegurku. Aku pun
menunduk.

‘’apa yang kamu tunggu? Sudah sana masuk, kamu menghalangi jalan mobil di belakangmu’’

Aku segera menengok ke belakang dan benar saja, sebuah mobil berwarna navy, mobil ini
seperti model keluaran baru, bentuk badan nya yang sedikit memanjang ke belakang,
dengan mobilnya yang terbilang rendah, juga pintu yang dibilang unik karna dalam setiap
sisi kanan dan kiri hanya ada satu pintu, mungkin digeser untuk membukanya fikirku?

‘’hei! Kamu ya, harus disuruh minggir dulu baru paham? Dibilang kamu menghalangi kok
malah masih diam saja disini” kali ini kalimat satpam penuh penekanan. Aku pun kembali
pada posisi awalku menunduk dan mulai bergeser ke pinggir.

Pandanganku masih enggan lepas dari mobil ini, aku tidak pernah tahu mobil seperti ini ada
di sekolah, namun rasa nya mobil ini tidak begitu asing bagiku, malah aku seperti merasa
sedang melihat mobil ini ke seratus sekian kalinya, aneh.

***

Hari ini, SMA ATHRA 68 mengadakan acara class meeting. sudah bisa dibayangkan bukan,
betapa riuh dan rusuhnya keadaan sekolah beberapa menit lagi. Aku memutuskan berjalan
ke perpustakaan.

Kurang lebih 6 buku kuambil dan ku letakan di depanku, dengan saling menggesekan kedua
tanganku, aku seperti ingin menyantap begitu banyak hidangan makanan yang ada di
depanku. Mataku yang berbinar binar seakan melihat harta kekayaan benua atlantis yang
hilang, dan senyum miringku bak seorang vampir yang seolah olah ingin menyantap mangsa
di hadapanya.

Come on! Ini hanya tumpukan buku dude!


Aku menggelengkan kepalaku seakan menyadarkan diri, mencoba fokus dan kembali kepada
fikiran yang realistis dan faktual. Dengan sedikit memijit pelipisku, mungkin bisa membuat
fikiranku tenang.

Aku merasa senang hari ini, masih dengan judul buku yang sama, buku usang, kusam
sampulnya yang sudah koyak, berbau debu. Namun ini adalah buku paling nyata yang
pernah kubaca. Buku ini selalu kuletakan di ujung lemari di belakang buku buku novel lama.
Agar tak banyak yang tahu, bahkan aku hampir tak rela jika ada yang membacanya selain
aku.

Berkisah tentang perempuan kecil cantik yang bisa mengendalikan mimpinya, lucid dream.
Otak sesungguhnya akan mendadak mati saat ia tidur, dan otak yang lain akan
menggantikanya saat ia mulai masuk ke alam mimpi. Tepatnya saat dimana ia sedang
mengendalikan mimpinya. Ia sudah bisa melakukan lucid dream sejak ayahnya meninggal.

Setiap malam sebelum memejamkan mata, ia selalu berdoa. Ia hanya ingin berjumpa
dengan ayahnya walau dalam mimpi, ia sangat merindukanya. Namun permintaanya belum
dikabulkan.

Akhirnya, si gadis kecil ini tetap berusaha, ia mencoba membuat sebuah jurnal yang berisi
tentang semua kenangan bersama ayahnya, ia menuliskan semuanya disitu. Lalu, sebelum
ia meminta permohonan untuk dipertemukan di alam mimpi, ia selalu membaca lembar per
lembar jurnal nya, agar otak nya terisi akan semua kenangan tentang ayahnya dan ia bisa
bertemu ayahnya di dalam mimpi, sungguh cara yang aneh.

perjuanganya membuat jurnal itu sampai seminggu lama nya, sampai jari jari tangan nya
terasa linu, saking cepatnya ia menulis semua kenangan tentang ayahnya ke dalam sebuah
coretan tulisan, tanpa sadar ia menuliskan semua itu. Saat ia menulis setiap kata dalam
kenangan, ia seperti kembali pada saat itu juga. Itulah yang membuatnya semangat.

Akhirnya , semua perjuanganya itu tidak sia sia

Saat ia rutin melakukan ini, ketika ia memohon dengan isak tangis akan kerinduanya
kepada ayahnya, ia bisa bertemu dengan ayahnya. Bahkan, saat ia bermimpi ia merasa
seperti benar benar menyentuh tangan ayahnya, saat ia memeluk ayah nya ia seperti nyata
memeluk ayahnya.

Dan saat ia tengah melakukan semua itu, ia selalu berterima kasih kepada tuhan karna
telah benar benar menempatkan ia pada mimpi yang ia inginkan, dengan senyum manisnya
ia berkata di dalam hati

‘’tuhan, aku ingin lebih lama disini, aku akan pulang ke alam nyataku, aku berjanji tidak
akan lama, aku hanya rindu ayah’’....

..
... ‘’hai?’’

‘’halloo?’’

Aku mendegar, namun malas menengok, aku yang tengah serius membaca novel fantasi ini,
dengan buku dan wajahku yang mungkin hanya berjarak 2 cm saja. Dan dahiku yang sangat
mengerut perihal cerita fantasi gila ini yang berhasil membuatku pun seperti seseorang yang
gila.

‘’hei, kamu tuli ya?’’

Ah! Sial! Aku benci gangguan

‘’ada apa sih?’’ tanyaku sembari meletakan buku, mencoba mengusap wajahku dan mataku,
aku yang belum dan tidak ingin melihat dengan siapa aku bertanya.

‘’itu, buku yang lagi kamu baca bole.. ‘’

Aku terkejut dan membelalakan mata dan langsung memotong kata katanya

‘’tidak! Buku ini sudah seperti anak yang kutitipkan di taman bermain. Tidak ada yang boleh
menyentuh dan membacanya kecuali aku!’’ jelasku sambil sedikit menjauhkan bukuku dari
perempuan jahat yang tengah menghadap ke arahku ini.

Perempuan ini tertawa, jepit rambut yang terpasang di sebelah kanan sisi rambutnya pun
hampir meleset ke bawah karna ia tertawa sampai menundukan kepala.

Aku mencoba menelaah kembali kata kataku, di bagian mana ada unsur melawaknya. Aku
pun kembali membenarkan posisi duduk ku dan menegakkan badan.

Perempuan di sebelahku pun ikut membenarkan posisi duduk dan juga jepit rambut pita
nya. Sambil tersenyum dan sedikit tertawa ia berkata

‘’bukan buku itu, maksudku yang ini’’

Sahutnya sambil meraih buku berjudul ‘ cara si introvert berubah’ . ia mengambil tumpukan
pertama dari 5 buku yang ada di hadapanku sedari tadi.

Aku mengernyitkan dahi dan memandang ke arah buku itu, apa nya yang introvert dari
manusia ini? Ia seperti orang pada umum nya, bahkan introvert tidak akan menegur
seseorang jika tidak orang tersebut yang memulainya.

‘’lagian aku juga gak suka buku tentang fantasi, fantasi aneh, gak nyata tau’’ jawabnya
dengan sangat santai sambil membuka halaman pertama buku yang ia pegang.

Aku makin bingung, ia tidak suka fantasi? Ia menjelek jelekan fantasi? Dan ia juga tidak
percaya fantasi? Bukan. Aku tidak bingung pada bagian itu, buku ini adalah satu satu nya
buku yang tersisa di perpustakaan, makanya walaupun sudah rusak aku tetap menjaganya,
karna memang hanya ini buku satu satu nya.

Dan juga, judul dari buku ini adalah nama dari tokoh utama nya yaitu ‘’lucia’’, satu satu nya
buku yang pernah kutemukan dengan tidak ada sinopsis di belakang nya, benar benar hanya
tertulis nama ‘’lucia’’ dan nama penulis nya yang juga misterius yaitu lky. Bagian belakang
buku ini hanya kosong.

tidak ada yang tau darimana asal nya buku ini. Bahkan penjaga perpus pun tidak pernah
merasa membeli atau mendata buku ini. Di dalam jurnal perpus, ‘’lucia’’ adalah nama buku
terakhir yang tertulis karna waktu itu aku lah yang menanyakanya. Saat pertama kali aku
menemukan buku ini tergeletak di bawah saat aku hendak mengambil buku pelajaran
jurusanku.

Bahkan waktu itu, keadaan buku ini adalah terbuka, aku ingat pada bagian dimana lucia
berhasil menemukan teman yang juga bisa mengendalikan mimpi dan akhirnya mereka
mencoba bekerja sama karna ternyata tak selamanya mengendalikan mimpi itu mudah,
mereka terkadang berada di kehidupan orang lain dan bingung harus mengendalikan yang
seperti apa. Ya, aku sangat ingat bagian itu.

Dari situlah aku jatuh cinta pada ‘’lucia’’ dimana memang aku yang berjiwa fantasi akhirnya
dipertemukan dengan buku seunik dan semenarik ini. Membuatku merasa seperti
mendapat petunjuk lewat buku ini, bagaimana bila aku ini adalah seorang raja dari rakyat
rakyat yang punya kemampuan lucid dream dan aku telah bereinkarnasi menjadi seperti
sekarang, dan juga karna nama depanku yang hampir sama dengan nama si penulis
misterius ini yaitu lky yang berarti namaku leonand danieldar altrisia.

Pemikiranku sangat cemerlang dan tentu tidak masuk akal.

Kembali ke perempuan yang tengah disampingku, ia masih fokus membaca buku tentang
introvert, kulihat jelas bahwa raut muka nya sangat bingung.

‘’bagaimana kau tahu ini adalah buku tentang fantasi?’’ tanyaku sembari menekankan
pandangan ke arahnya. Sial! Wajahnya ternyata cantik saat dilihat dari samping, aku seperti
tiba tiba ingin mengusap pipi chubby nya.

Ia langsung menengok dan bergegas berdiri, sambil menutup buku nya dan menyelipkan
rambut nakal nya ke belakang kuping, ia tersenyum.

‘’boleh kupinjam kan? Besok kita bertemu di sini lagi, akan ku kembalikan’’ ucapnya sambil
setengah terburu buru dan bergegas berjalan keluar.

Aku terdiam, kali ini tidak dengan dahi yang mengernyit, namun dengan senyum yang tanpa
sadar terbentuk. Kukira aku adalah pengidap alexythimia, tidak bisa menggambarkan emosi.
Tapi nyatanya, saat ini aku senang dan bisa menggambarkan nya lewat senyumku.

Apakah ini rasa nya jatuh cinta?


***

Sampah berserakan dimana mana, manusia manusia banyak yang berlalu lalang. Suara
musik pop terdengar sangat jelas dan keras. Sungguh bukan dunia indahku yang tenang. Aku
yang merasa risih dan tidak nyaman segera menjauh dari kerumunan manusia manusia ini.

Dari pagi hingga menjelang sore di perpustakaan ternyata membosankan juga, menghirup
aroma lembaran buku memang menjadi candu namun terasa bosan juga. Aku memutuskan
untuk melangkahkan kaki ke rooftoop. Tempat dimana anak anak biasa bolos, merokok
bahkan pacaran.

Mereka semua bodoh, sebenarnya ada satu tempat yang pas dan sangat tersembunyi diatas
sini, tepatnya di belakang atap. Ketika sampai rooftoop, orang orang hanya langsung melihat
ke arah lurus dimana langsung menyuguhkan indah nya kota.

Namun jika mereka mau menengok ke sebelah kanan, disana ada satu jalan kecil yang
mungkin hanya bisa dilewati dengan posisi badan dimiringkan dan sedikit menahan napas
untuk mengecilkan perut. Untuk tubuh ku yang terbilang kecil, sangat mudah melewati jalan
itu.

Hiruk pikuk kota, ramai nya kendaraan, gedung gedung pencakar langit dan tentunya
berisik. tidak akan memberi ketenangan. Namun dibalik atap ini, aku disuguhkan oleh
pemandangan hutan belukar yang sangat padat akan penduduk, mereka semua sama
bentuk mereka sama, penduduk di hutan ini sangat rapih, ramai. Namun bedanya, mereka
sepi. Yup, pepohonan rindang.

Hanya disini aku bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ternyata hutan ini adalah
tempat tinggal raptor, atau mungkin tempat tinggal hewan hewan hasil percobaan yang ada
di film jurrasic world ? ketika kapan saja mereka bisa tiba tiba keluar dan mengamuk dari
hutan, menghancurkan kota, merobohkan gedung, menginjak mobil dan orang orang yang
dilaluinya. Seru !

‘’..hahahah! lo fikir lo udah hebat bisa seenaknya ngobrol semesra itu sama cowo gue
hah?!’’

Plak!

Kemesraanku dengan oksigen yang datang dari pepohonan di bawah sana pun terganggu,
kepalaku otomatis menengok ke arah sumber suara. Aku membalikkan badan dan mencoba
mendekati nya. Aku sudah faham, ini adalah pembullyan biasanya aku tidak peduli, aku
hanya perlu segera memasang earphone dan memutar lagu dengan sangat kencangnya.

Namun kali ini, entah apa yang membuat kedua kakiku tidak sejalan dengan otakku. Aku
terus melangkah dan melangkah. Saat aku sampai di jalan dimana aku masuk tadi, aku
mencoba sedikit mendengarkan apa yang dibicarakan.

Plakk!

‘’akhh.. ‘’

Aku memejamkan kedua mataku, rasanya ngilu mendengar suara tamparan dan teriakan.
‘’kalo lo masih kurang ajar sama gue! Lo bakal mati besok, jasad lo gak akan pernah
ditemuin siapapun dan inget, kalo sampe ada yang tau tentang ini, gue bakal nyalahin lo
apapun itu alasanya!’’

Brak! Tubuh ku terjatuh

Aku mendekap mulutku, nafasku yang berpacu sangat cepat dan kedua tanganku yang
sangat berkeringat dingin. Aku masih mencoba hening sehening heningnya.

‘’hei, siapa itu?’’ tanya seseorang dari sumber suara tadi.

Tuhan, aku berharap ia tidak menemukanku dalam keadaan seperti ini. Aku terus
memejamkan kedua mataku saat suara jalan kaki terdengar semakin dekat.

‘’kau! Perlakukan aku seperti ini di depan orang banyak jika kau berani!’’ suara yang tidak
terdengar keras namun penuh penekanan, kurasa ini adalah suara korban pembullyan.

Suara jalan kaki pun terhenti. Seakan perkataan barusan adalah sebuah ancaman untuk si
pembully. Tentu, aku juga terselamatkan.

Aku masih mencoba mengatur nafasku yang berpacu 20 kali lebih cepat, keringat dinginku
terus mengucur dari seluruh tubuh. Nyawaku seperti akan dicabut, kedua kakiku lemas, aku
hanya bisa bersandar pada sebuah tiang yang tepat berada di belakangku. Tuhan,
hiperventilasi ku kambuh.

Saat aku mendengar sebuah bentakan, ancaman, sebuah kemarahan, aku akan merasa
kekurangan oksigen. Aliran darah di otakku seperti berhenti, aku tidak bisa diperlakukan
kasar dan kejam, itu hanya akan membuat hiperventilasi ku datang.

Aku masih terus memegang dadaku, mencoba mengatur nafas, suara perkelahian dari
sebrang sana sudah tidak bisa aku dengar karna yang aku fikirkan hanya bagaimana karbon
dioksida yang keluar dari tubuhku seimbang dengan oksigen yang menggantikanya.

Aku merasa seperti panglima perang yang hampir gugur, dengan keringat bak darah yang
bercucuran dimana mana, dengan nafas yang tersengal sengal, dengan otak yang tidak lagi
berfikir dengan jernih. Hidupku sudah seperti tinggal menghitung menit dan aku akan segera
pergi ke surga, dimana satu satunya hal fantasi paling masuk akal dan nyata yang aku tau.

Aku memejamkan mata sejenak.

Sesosok laki laki bertubuh sigap dan rapih, berjalan ke arahku. Membawakan aku sebuah
kertas yang digulung seperti peta, aku mengernyitkan dahi, siapa dia? Apa itu? Apakah aku
mengenalnya?

‘’ambil lah, dirimu akan tau manfaatnya nanti saat sudah menemukan jalan masuk nya’’

Lagi lagi dahi ku mengernyit, untuk apa kertas gulung ini, bolehkah ku buka, apakah ini
adalah peta harta karun? Atau ini berisi mantra untuk menumbuhkan sayap di pundak
kanan dan kiriku, agar aku bisa menjadi malleficient?
***

Aku membuka mata ku. Atap dengan nuansa biru dan terasa dinginnya air conditioner.

Tunggu, apa ini?

Aku berada di ruang UKS , panik lah yang kurasakan saat ini.

Siapa yang membawaku kesini? Bagaimana ia tahu tempat tersembunyi diatas rooftoop?

Apakah ada peri kecil yang memberitahu orang orang bahwa aku pingsan di rooftoop?
Tunggu, apakah aku pingsan? Saat hiperventilasi ku kambuh, aku hampir tidak pernah
pingsan, resiko terparah mungkin aku hanya benar benar lemas dan tidak kuat mengangkat
tubuhku sendiri.

Dan, kertas gulung? Laki laki misterius? Dimana mereka? Kedua tanganku kosong dan
keadaan sekitarku juga kosong. Aneh, aku seperti benar benar mengalami kejadian di dalam
dongeng.

‘’tenang , kau tidak perlu bingung, saat ini dirimu aman’’

Seorang laki laki sebaya yang tiba tiba keluar dari balik tirai di depan kasur tempatku
berbaring.

Aku mencoba memusatkan pandanganku terhadapnya, bajunya yang sangat rapih,


potongan rambutnya yang tak kalah rapih, wangi nya yang khas seperti bunga kasturi dan
juga wajah flat nya namun terlihat sangat elegan. Aku seperti sudah sangat mengenalnya.

Darimana asalnya?

Aku mencoba tidak membicarakan padanya tentang semua pertanyaan yang muncul di
otakku. Aku merasa sudah normal kembali dan mencoba sedikit menyenderkan tubuhku
pada kepala kasur.

‘’apa class meeting nya udah selesai?’’ tanyaku sembari menengok ke arah jendela.

Laki laki ini juga menengok ke arah luar. Ia mengangguk dan menjulurkan tanganya.

‘’kevin..’’

Aku memandang uluran tangan nya, ia terlihat introvert, namun setauku seorang introvert
tidak akan memulai apapun duluan.

‘’leonand danieldar, kamu bisa panggil aku leo atau daniel.’’ Sambutku sembari meraih
uluran tangan nya. Ia terus memandangku, aneh. Apakah ia sedang melihat seorang yang
ingin ia selidiki? Apa aku mengenalnya sebelumnya?
‘’oke, aku ada di XI A 3, kamu bisa mengunjungiku jika ada yang ingin kau tanyakan’’
ucapnya sembari merapikan baju dan bergegas keluar.

Argh! Hari ini benar benar aneh. Semua terlihat aneh dan membingungkan, apakah aku
yang berada di rooftoop tadi hanya khayalan? Bertemu dengan seorang pria hanya
khayalan? Kurasa aku perlu pergi ke psikolog, jiwa khayal ku sudah sangat liar.

***

‘’leo, lu udah denger belum, berita tentang siswi yang tewas di tangki air rooftop.’’ Sapa
Tiro.

Aku yang tengah focus membaca novel hujan merasa sedikit terganggu dengan
pembicaraan secara tibatiba yang diajukan Tiro.

‘’kurang tau, mungkin belum sampe ke telinga gua’’ jawab ku dengan singkat sembari
melanjutkan membaca.

Tiro mendekat ke arahku, mata nya intens menatapku.

‘’waktu lo pingsan tadi, ada siswa yang gua liat gotong lo, gua gapaham banget muka nya.’’
Kata Tiro dengan serius.

‘’oalah, itu Kevin, anak XI A3, emang dia yang nolong gua, gua sempet kenalan kok’’
jawabku.

Kali ini tiro menyenderkan badannya ke kursi taman tempat kami duduk, dan melipat kedua
tangannya di depan dada.

‘’bukan itu yang mau gua bahas sih, masalahnya siswi yang tewas ini diperkirakan karna
pembunuhan, dan pembullyan.’’ Jelas Tiro dengan singkat.

Tubuhku memaku, aku seperti paham mengapa Tiro tiba tiba mengajaku kedalam
pembicaraan ini. Aku menengok kearah tiro.

‘’apa itu berarti, siswi ini adalah korban pembullyan yang gua lihat di rooftop?’’ tanyaku
intens.

Tiro mengangguk, aku lupa, tiro mahatma adalah satu satunya teman yang akrab denganku
di sekolah ini, dia tau rooftop rahasiaku, dia tau hiperventilasiku, dia tau jiwa fantasiku, dia
tau buku ‘’lucia’’ ku, dan bisa dibilang dia teman curhat dan kepercayaanku.

Bel masuk berbunyi

Beberapa murid SMA ATHRA 36 segera memasuki kelas masing-masing. Tetapi masih ada
siswi yang berada di kantin, bahkan ada yang masih berkumpul di bawah pepohonan
rindang. Sudah menjadi kebiasaan anak anak sekolah jika mendengar bel tidak langsung
bergegas semua memasuki kelas.

Tak lama setelah bel berbunyi, terdengar suara pengumuman dari speaker yang tersebar di
berbagai sisi sekolah, hingga bisa terdengar ke seluruh penghuni sekolah.

PENGUMUMAN UNTUK SELURUH MURID SMA ATHRA, DIHARAPKAN SEGERA MEMASUKI


KELAS SEKARANG JUGA. SEKALI LAGI, DIHARAPKAN KEPADA SELURUH MURID SMA ATHRA
UNTUK SEGERA MEMASUKI KELAS SEKARANG JUGA.

‘’Ih ga biasanya guru waka ngasih pengumuman begini, ada apa ya nay?’’ tanya loli tepat di
samping Naya. Perempuan yang diajak bicara itu hanya menaikkan kedua bahu nya
menandakan tidak tahu. Sejak tadi, ia hanya focus pada buku yang ia pinjam pada seseorang
di perpus kala itu.

‘’Menarik..’’ gumam Naya.

Tiba tiba dating wali kelas XII A 2, kelas yang ditempati Naya. Semua murid kelas itu heran
mengapa wali kelas yang masuk, padahal sekarang adalah jam pelajaran sejarah wajib.

‘’Selamat siang anak anakku,’’ sapa pak muh

‘’..siang pak’’ jawab seisi kelas bersamaan.

Semua murid tengah berbisik bisik membicarakan akan ada pengumuman apa dari wali
kelas. Termasuk Naya.

‘’Pak muh tumben masuk kelas, biasanya engga mau. Kita dekor kelas aja beliau enggan
bantuin, ya gak lol?’’ tanya Naya pada loli. Temannya itu tengah berbicara dengan Pina,
siswi yang duduk di belakangnya.

Naya menghela nafas. Ternyata tadi ia berbicara dengan angin, itu lah penting nya saat kita
berbicara harus menatap wajah lawan bicara nya supaya tidak keliru. Capek deh..

‘’tolong anak anak suara nya dikondisikan,’’ ucap Pak muh.

Dia berdiri menuju ke depan papan tulis sembari menatap handphone nya, seakan
menunggu kabar dan aba aba untuk bicara.

‘’jadi, bapak disini akan mengumumkan bahwasan nya hari ini ada kejadian yang sangat
tidak enak didengar. Bagi yang sudah tau mohon diam, karna bapak yang akan
menjelaskan.’’ kata kata pak muh kali ini terdengar serius.
Naya semakin mengernyitkan alis. Rasanya ia ingin bertanya lagi pada Loli tapi ia terlanjur
malas. Namun kali ini, loli lah yang memulai pembicaraan.

‘’Nay.. lo tau gak?’’ tanya Loli tiba tiba

Naya hanya menengok dan langsung menggeleng geleng. Loli mencubit pelan lengan Naya.

‘’ihhhh gue serius, dengerin gue, gue tadi baru denger dari Pina, katanya ada siswi yang
dibunuh di rooftop.’’ Ucap Loli setengah berbisik. Naya membelalakan mata nya.

Naya memang bukan perempuan yang berlebihan takut nya, dia tidak takut tinggi, tidak
takut serangga, tidak takut gelap, hantu, sendirian dan takut lainnya yang biasa ada di diri
perempuan. Naya terkejut.

‘’serius, lol?’’ ucap naya

‘’iya gue serius, kejadiannya tuh tadi abis selesai class meeting. Katanya siswi ini di seret
sama geng perempuan gitu, terus dibawa ke rooftop. Dan gatau deh diapain aja disana.’’
Ucap Loli.

Naya terdiam sejenak. Ia teringat laki laki yang ia temui di perpustakaan tadi, setelah keluar
dari perpustakaan, naya tidak benar benar meninggalkan tempat itu. Ia duduk di depan
perpustakaan karna kebetulan bertemu dengan loli dan pina disana, mereka sedang
menonton lomba futsal yang diadakan di lapangan sekolah.

Padahal mereka sebelum nya berada di depan kelas tepatnya di lantai dua. Naya ikut
Bersama mereka, namun karna Naya kurang menyukai futsal, ia meninggalkan Loli dan Pina.
Mencari suasana baru, yaitu ke perpustakaan.

‘’Eh Nay nay, abis dari mana lo?” tanya Pina yang sudah sadar akan kedatangan Naya.

‘’Nih abis dari perpus,’’ ucap naya sambil menengok kearah perpustakaan. Saat menengok,
tiba tiba laki laki yang ia temui di dalam tadi keluar, hingga akhirnya pandangan Naya
terpusat pada nya.

Laki laki itu tidak membawa buku. Padahal tadi ia terlihat sangat menyukai buku yang di
pegang, sampai membuat Naya terkekeh geli. Unik, fikir naya.

Laki laki itu ternyata berjalan ke arah rooftop!

Ingatan Naya berputar di situ, apakah laki laki itu tau tentang pembunuhan ini?

Pak muh tiba tiba menggertak meja. Pasal nya seisi kelas malah semakin rebut.

‘’tolong! Suara nya dikondisikan. Hari ini kita akan pulang lebih awal. Tolong bagi yang sudah
tau alasannya untuk tutup mulut dan jangan sampai berita ini tersebar ke luar. Terimakasih’’

Bel berbunyi
Naya berjalan di koridor sekolah sendirian. Ia berfikir haruskah ia menemui laki laki itu, tapi
dia tidak tahu dimana kelas nya. Atau kah Naya harus ke perpustakaan lagi? Atau dia harus
ke rooftop?

Gadis berjepit rambut itu akhirnya memutuskan ke rooftop. Secara diam diam supaya tidak
ketahuan dengan guru guru.

‘’Tapi pasti di rooftop bakal rame, mending gue lewat jalan pintas aja deh.’’

Naya berjalan ke belakang sekolah, sebelum itu dia melihat kea rah cctv, ternyata lampu
cctv sudah mati menandakan cctv itu sudah di non-aktifkan. Naya langsung menuju ke
Gudang belakang sekolah yang terhubung dengan aula. Di dalam Gudang yang terbilang
cukup lebar itu terdapat sebuah tangga ke atas. Tepatnya ke rooftop.

‘’udah berapa bulan sih gue gak kesini, makin horror aja suasananya.’’ Ucap Naya sedikit
takut.

Kriiiiiet

Naya terkejut!

Ia reflek menunduk dan menutup mulut nya. Suara pintu yang terbuka itu membuat ia
terkejut. Ia kira hanya ia yang tau jalan pintas ini, ternyata terdengar suara samar samar dari
pintu tangga atas.

‘’hahhh…. Euhhh tolong..’’ itu suara rintihan.

Naya memberanikan diri untuk membuka mata nya dan berjalan sedikit demi sedikit ke arah
tangga.

Begitu terkejutnya dia ternyata itu adalah laki laki yang ia cari.

‘’kamu kenapa?!’’ tanya Naya yang melihat keadaan Leo terkulai lemas.

‘’aku.. tolongin aku sya..’’ naya terkejut. Siapa sya?

Naya membantu menuruni tangga dan berbaring di Gudang. Keadaan laki laki dihadapannya
benar benar lemah, dia seperti kehabisan nafas. Naya bingung harus berbuat apa. Ia hendak
keluar meminta pertolongan, namun tangan nya ditahan oleh laki laki itu.

‘’Kamu, jangan kemana mana sya. Aku butuh kamu.’’ Ucap nya sambil memegang dada nya
yang sesak.

‘’ah iya, aku disini. Aku punya sedikit minum. Kamu bisa minum biar lebih tenang.’’ Naya
mengambil botol minum nya di tas.

‘’terimakasih.’’ Leo mengambil minum itu dan dengan cepat meminumnya. Memang air lah
yang ia butuhkan saat ini.
Suasana menjadi hening saat leo sudah merasa baikan. Naya hanya bersandar pada tiang di
Gudang dan leo bersandar di belakangnya.

Naya memulai pembicaraan

‘’

Anda mungkin juga menyukai