Anda di halaman 1dari 11

3) a. Jelaskan gejala penyakit sistemik tersebut!

Tanda-tanda penyakit diabetes diantaranya cepat haus, sering buang air kecil,
lekas lelah, dan berat badan menurun meskipun nafsu makan tetap tinggi. Dalam
kondisi yang lebih parah, gejala yang ditimbulkan dapat berupa pandangan mata
kabur, bila ada luka sulit untuk sembuh dan impotensi pada pria. Menurut Emma S.
Wirakusumah (2000: 4) gejala khas yang sering timbul dan dikeluhkan oleh penderita
diabetes melitus adalah:
a. Trias poli yaitu:
1) Poliuria, yaitu banyaknya kencing akibat hiperglikemia, maka terjadilah
penambahan bentuk air kemih dengan jelas penarikan cairan ke sel-sel tubuh.
2) Polidipsia, yaitu banyak minum. Sebenarnya keluhan ini merupakan reaksi
tubuh akan adanya poliuria yang menyebabkan kekurangan cadangan air
tubuh.
3) Poliphagia, yaitu nafsu makan bertambah, karena karbohidrat tidak dapat
digunakan karena jumlah insulin tidak dapat menjamin proses metabolisme
glukosa.
b. Lemas, ini akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka tubuh
kekurangan kalori.
c. Berat badan menurun, oleh karena gula yang ada pada darah tidak dapat
dioksidasi, maka terpaksa menghasilkan tenaga, sehingga tubuh kehilangan lemak
yang mengakibatkan penderita menjadi kurus.
d. Polineuritis, yaitu rasa gatal-gatal seluruh tubuh, seperti diketahui untuk
metabolisme karbohidrat diperlukan vitamin B1, dimana vitamin B1 digunakan
sebagai co-enzim, karena kadar gula yang meningkat.
e. Hyperglikemia, yaitu kadar gula tubuh yang meningkat karena tubuh kekurangan
insulin, sehingga glukosa dapat dirubah menjadi glikogen.8

b. Jelaskan gejala yang ditemukan pada pasien tersebut!


Gejala yang ditemukan pada pasien tersebut ialah:
1. Sering buang air kecil / poliuri. Tingginya kadar gula dalam darah yang
dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka buang air
kecil menjadi banyak.
2. Polidipsia, yaitu pasien banyak minum. Secara fisiologis pasien merasakan
keluhan mulut kering dan sering haus menyebabkan pasien banyak minum serta
banyaknya urin yang keluar menyebabkan cairan tubuh berkurang sehingga
kebutuhan akan air (minum) meningkat
3. Poliphagia, yaitu nafsu makan bertambah sehingga pasien banyak makan. Oleh
karena Sistem saraf : otak memberi sinyal pada tubuh karena sel kekurangan
insulin  intake glukosa ↑ ↑  nafsu makan   makan berlebihan
4. Badan terasa lemas, ini akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka
tubuh kekurangan kalori. Rasa lemas muncul karena energy menurun akibat
berkurangnya glukosa dalam jaringan/sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi
tidak bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin
sehingga orang tersebut kekurangan energi
5. Sering merasa kebas, mudah mengantuk, pandangan penglihatan kabur, gigi
mudah goyah merupakan gejala kronik dari diabetes mellitus disebabkan oleh
menurunnya kadar gula. Setelah seseorang mengonsumsi gula, reaksi pancreas
meningkat (produksi insulin meningkat), menimbulkan hipoglikemik (kadar gula
rendah). Gangguan mata atau penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan
cairan dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang disebabkan adanya
kemumpuhan pada otot mata.
6. Hyperglikemia, yaitu kadar gula tubuh yang meningkat karena tubuh kekurangan
insulin, sehingga glukosa dapat dirubah menjadi glikogen. Pada pasien diketahui
pemeriksaan pertama kali didapatkan gula darah 270mg/dL, beberapa bulan yang
lalu 300 mg/dL, dan terakhir periksa kadar gula darah yaitu 200mg/dL. Hal
tersebut menunjukkan diatas batas normal dengan HbA1C 10% yang menandakan
pasien DM tidak terkontrol
7. Manifestasi oral pada pasien tersebut didapatkan adanya keluhan mulut kering
(xerostomia). Efek dari hiperglikemia menyebabkan meningkatnya jumlah urin,
terjadi pengurangan cairan ekstraselular sehingga menurunkan sekresi saliva dan
akan menyebabkan mulut kering.
8. Manifestasi oral pada pasien juga didapatkan adanya penyakit periodontal yakni
gusi bengkak dan mudah berdarah disertai gigi goyang dan diperparah oleh
banyaknya kalkulus/karang gigi pasien tersebut. Karena menurut penelitian bahwa
Uncontrolle DM mudah mengalami penyakit periodontal yakni akan mencapai
kondisi severe periodontal disease.
Dari sekian banyak komplikasi, periodontitis merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi pada penderita DM. Periodontitis adalah inflamasi jaringan
periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke apikal dengan tanda
klinis peningkatan kedalaman probing, kehilangan perlekatan, dan biasanya tidak
ada rasa sakit. Pada pasien DM, kadar sitokin yang lebih tinggi akan memperparah
kerusakan jaringan periodontal.Penderita DM memiliki sistem imun yang rendah
sehingga mudah terkena infeksi. Dengan demikian, diketahui bahwa periodontitis
dan diabetes mempunyai hubungan timbal balik dan saling berhubungan.9

Sesuai skenario, hasil anamnesis pada pasien yaitu pasien mengaku banyak
makan, banyak minum, sering merasa kebas, badan lemas, sering ngantuk,
penglihatan kabur dan pening kepala. Hal-hal yang dirasakan pasien merupakan
gejala dari diabetes.
Poliphagia (Banyak Makan)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemasukan gula kedalam sel sel tubuh
kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun sebabnya orang menjadi
lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan.
Polidipsi (Banyak Minum)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi. Untu
mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan
ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan karena membuat
kadar gula semakin tinggi.
Sering Merasa Kebas
Neuropati adalah komplikasi yang terdapat pada syaraf. Kadar gula darah yang
tinggi mengakibatkan serat saraf hancur sehingga sinyal ke otak dan dari otak
tidak terkirim dengan benar, akibat dari tidak terkirimnya sinyal tersebut maka
hilangnya indera perasa, meningkatnya rasa nyeri di bagian yang terganggu.
Kerusakan saraf tepi yang umum terjadi biasanya dimulai dari jempol kaki hingga
seluruh kaki dan akan timbul mati rasa. Keluhan yang paling sering dirasakan
adalah kesemutan. Badan Lemas
Penderita diabetes yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat
mengalami peningkatan gula darah. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan
berbagai gejala, seperti badan terasa lemas, bahkan sampai penurunan kesadaran.
Jika gula darah yang tinggi tidak ditangani dengan baik, penderita dapat
mengalami berbagai gangguan saraf pusat, seperti penurunan kesadaran dan
kejang. Sering Ngantuk
Kondisi tersebut dapat menjadi pertanda gula darah sedang tinggi atau meningkat.
Akan tetapi, hubungan antara diabetes dan mengantuk bukan hanya sekadar
karena gula darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi bisa menyebabkan kantuk
karena metabolisme tidak berjalan dengan seharusnya. Walaupun kadarnya tinggi,
gula darah tidak dapat digunakan oleh sel penderita diabetes karena tidak ada
insulin. Kondisi tersebut dapat menjadi pertanda gula darah sedang tinggi atau
meningkat. Akan tetapi, hubungan antara diabetes dan mengantuk bukan hanya
sekadar karena gula darah yang tinggi.
Penglihatan Kabur
Retinopati adalah terganggunya retina mata sehingga terjadi kebutaan secara
parsial maupun permanen. Apabila retina terganggu, maka otak tidak dapat
memproses gambar yang dilihat oleh mata. Retinopati sulit dideteksi karena
gejalanya berjalan lambat. Keluhan yang timbul akibat kerusakan mata adalah
sebagai berikut: pada penglihatan mata terlihat bayang jaring laba-laba, bayangan
ke abu-abuan, pandangan kabur, tidak dapat membaca karena pandangan kabur, di
tengah lapangan pandang terdapat titik gelap atau kosong, pada penglihatan
seperti ada selaput merah, mata terasa nyeri, lingkaran terang mengelilingi obyek
yang dilihat, terdapat perubahan garis vertikal yang terlihat, dan kebutaan.
Pening Kepala
Penderita diabetes seringkali merasakan sakit kepala karena adanya
ketidakseimbangan gula darah dalam tubuh mereka. Sakit kepala memang bisa
mengindikasikan tingginya kadar gula dalam darah, yang dalam dunia medis
dikenal dengan istiah hiperglikemia. Selain itu, sakit kepala pada penderita
diabetes juga bisa terjadi karena gula darah yang terlalu rendah atau hipoglikemia.
Semakin tinggi fluktuasi kadar glukosa, semakin besar kemungkinan seseorang
mengalami sakit kepala. Fluktuasi atau perubahan kadar glukosa ini biasanya
disebabkan karena adanya perubahan kadar hormon, seperti epinefrin dan
norepinefrin. Hormon-hormon ini bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan
menyebabkan rasa sakit di kepala.
7) Jelaskan penanggulangan kasus tersebut!
Penanggulangan terhadap manifestasi penyakit sistemik di rongga mulut16
Dental management yang dilakukan pada pasien sesuai dengan kasus (Penderita
membutuhkan insulin), yaitu
1. Dental prosedur dapat dilakukan untuk penyakit xerostomia, gingivitis dan
kariesnya
2. Perawatan sebaik dilakukan pagi hari
3. Pasien dianjurkan memakai dosis insulin normal dan makan seperti biasa
4. Apabila selama perawatan timbul gejala DM pasien dapat diberikan glukosa (juice
jeruk, soda, tablet glukosa (Dextrosol))
5. Jika penderita mengalami Hypoglicemia Reaction maka dokter gigi harus
menghentikan prosedur dental, apabila sadar pasien diberikan salah satu produk
gula. Namun, apabila tidak sadar langsung dikirim ke Rumah Sakit.
6. Kontrol kondisi pasien selama perawatan; karena penderita DM berisiko tinggi
untuk terjadinya infeksi setelah perawatan karies dan endodontik, pada perawatan
Periodontal/supurative (harus rutin/ berkesinambungan & memakai oral
propilaxis)
Berikut hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien agar dapat menjaga atau
mengupayakan supaya kesehatan rongga mulut tetap terjaga dengan baik:
 Pertama dan yang terpenting adalah mengontrol kadar gula darah. Kontrol gula
darah yang baik dapat meringankan mulut kering yang disebabkan oleh diabetes.
 Kemudian rawat gigi dan gusi, serta ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin setiap
enam
 bulan. Untuk mengontrol sariawan dan infeksi jamur, serta hindari merokok.
 Menggunakan dental floss paling tidak sekali sehari untuk mencegah plak muncul
di gigi.
 Menggunakan pembersih mulut anti bakteri untuk mengurangi jumlah bakteri
penyebab sakit gigi pada mulut.
 Menggosok gigi, terutama setelah makan. Gunakan sikat gigi dengan bulu yang
lembut.
 Perbaiki pola hidup, jauhkan dari penyebab stres.
 Bila ada gigi yang tanggal harus segera ''diganti''.
 Jangan lupa informasikan mengenai kondisi diabetes bila berkunjung ke dokter
gigi.
 Kecuali sangat mendesak, sebaiknya hindari perawatan gigi bila kadar gula darah
sedang tinggi. Turunkan dahulu kadar gula darah, baru kunjungi dokter gigi
kembali.
 Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan atau kawat orthodontik perlu mendapat
perhatian khusus. Pemakai gigi tiruan harus melepas gigi tiruan sebelum tidur dan
dibersihkan dengan seksama agar meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi
jamur karena kebersihan yang tidak terjaga.

Penanggulangan terhadap penyakit periodontal


1. Terapi fase 1 (fase etioptropik)
- Kontrol plak
- Penskeleran dan penyerutan akar
- Pensplinan (tergantung derajat mobiliti pasien). Pada kasus tidak
disebutkan.
2. Evaluasi respon terhadap fase 1:
- Kedalaman saku, inflamasi gingiva
- Plak dan kalkulus
3. Terapi fase II
- Bedah periodontal
4. Terapi fase IV (fase pemeliharaan)
- Kunjungan berkala
- Plak dan kalkulus
- Kondisi gingiva
- Mobiliti gigi

Penanggulangan xerostomia
Pada penderita diabetes melitus terapi ditujukan pada penyakit sistemik yang diderita.
Terapi dilakukan dengan cara mengatur pola hidup serta pemberian obat-obatan dan
disertai penggunaan saliva buatan. Perawatan simtomatik yang dapat dilakukan antara
lain penggunaan air dan obat kumur. Pasien disarankan untuk mengkonsumsi air yang
cukup. Hal ini dapat membantu menjaga kelembaban rongga mulut, membasahi mukosa,
dan membersihkan debris.
Penanggulangan terhadap penyakit sistemik pasien (Diabetes Mellitus) 14,15
Pada kasus diatas, dapat dilakukan penatalaksanaan sesuai penyakit pasien yaitu
diabetes mellitus tipe 2. Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi:
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup,
dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.

Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum


Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama, yang meliputi
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, evaluasi laboratorium dan penapisan komplikasi.

Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus


Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi
medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti
hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan
sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi
metabolik berat, misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan
cepat, atau adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Sekunder atau
Tersier.
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri
tersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus.
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat
awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer
seperti: Materi tentang perjalanan penyakit DM; Makna dan perlunya
pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan; Penyulit DM dan
risikonya, dll.
b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Sekunder dan / atau Tersier seperti: Mengenal dan mencegah penyulit akut DM;
Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM; Penatalaksanaan DM selama
menderita penyakit lain, dll.
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM tipe 2 secara
komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan setiap penyandang DM. Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
3. Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2
apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar
30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2
hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda
latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas seharihari bukan termasuk dalam
latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50- 70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara
mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang
tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance training
(latihan beban) 2-3 kali/perminggu (A) sesuai dengan petunjuk dokter. Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas
latihan jasmani pada penyandang DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan
pada penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan
disesuaikan dengan masing-masing individu.
4. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan.
a. Obat Antihiperglikemia Oral

b. Obat Antihiperglikemia Suntik, Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu


insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin dan agonis GLP-1
c. Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan dengan
pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak dini.
Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai dengan
dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons
kadar glukosa darah. Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara
terpisah ataupun fixed dose combination, harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu apabila sasaran
kadar glukosa darah belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat
diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien
yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk
dipakai, terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral.
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan
pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang).
Pada keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak
terkendali meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi
kombinasi insulin basal dan prandial, sedangkan pemberian obat
antihiperglikemia oral dihentikan dengan hati-hati.
5. Algoritma pengobatan DM tipe 2 tanpa dekompensasi metabolik dapat dilihat pada
bagan 1

6. Kriteria Pengendalian DM
Kriteria pengendalian diasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa, kadar
HbA1C, dan profil lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah apabila kadar
glukosa darah, kadar lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang diharapkan, serta status
gizi maupun tekanan darah sesuai target yang ditentukan. Kriteria keberhasilan
pengendalian DM dapat dilihat pada Tabel 13.
10. Henry JB. Clinical diagnosis and management by laboratory methods. 22th ed.
Philadelphia: WB Saunders, 2011.
11. Walukow WG, Gambaran Xerostomia pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
Poliklinik Endokrin RSUP. Prof dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Gigi 2013 2013;
1(2): 1-5.
12. Wulandari P, Ulipe. Hubungan Antara Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Destruksi
Periodontal Pada Penderita Periodontitis. dentika Dental Journal 2010; 15(2): 111-4.
13. Ampow FV, Pangemanan DHC, Anindita PS. Gambaran Karies Gigi pada Penyandang
Diabetes Melitus di Rumah Sakit Kalooran Amurang. Jurnal e-GiGi (eG) 2018; 6(2):
107-11.
14. Soelistijo SA, dkk. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia 2015. Ed 1. Jakarta: PB Perkeni, 2015: 11-51.
15. Fatimah RN. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority 2015; 4(5): 93-101.
16. Vitria EE. Evaluasi dan Penatalaksanaan Pasien Medically-Compromised di Tempat
Praktek Gigi. Dentofasial 2011; 10(1): 47-54.

Anda mungkin juga menyukai