Anda di halaman 1dari 5

MODUL 3

PERILAKU BAWAAN
(Taksis, Refleks, dan Insting)

Disusun oleh:
NAMA : HADI PRAMONO
STAMBUK : A 221 18 006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
A. Tujuan

B. Uraian Materi
Perilaku Bawaan
Perilaku merupakan bentuk respon terhadap kondisi internal dan eksternalyang
sia"atnya dapat diamati, di gambarkan dan di catat. Suatu respons dikatakan perilaku
bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yangsama
terhadap stimulus tertentu. Perilaku bawaan merupakan prilaku yang dihasilkan oleh
gen dan faktor-faktor lingkungan. Perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi
fenotip (norma reaksi) yang bergantung pada lingkungan, dimana genotip itu
diekspresikan, foktor–faktor lingkungan yang mempengaruhi prilaku adalah suatu
kondisi dimana gen yang mendasari prilaku itu diekspresikan. Hal ini meliputi
lingkungan kimiawi di dalam sel dan juga semua kondisi hormonal, kondisi kimia
dan fisik yang dialami oleh seekor hewan yang sedang berkembang didalam sebauh
sel telur atau di dalam rahim.
1. Taksis
Taksis (taxes) adalah pergerakan organisme yang tergantung pada arah
stimulus, mendekati atau menjauhi stimulus. Merupakan reaksi terhadap stimulus
dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada
suatu tertentu terhadapnya. Pergerakan tersebut menuju sesuatu yang dibutuhkan
untuk “survive”, misalnya phototaxes, yaitu pergerakan organisme menuju sumber
cahaya yang dibutuhkan.
Taksis, yang disederhanakan dalam bentuknya yang paling mendasar, dibagi
menjadi dua jenis orientasi: positif dan negatif. Taksisme positif adalah yang
membuat hewan mendekati sumber rangsangan; yang negatif, di sisi lain,
membuatnya menjauh. Taksis positif biasanya membantu hewan dalam perkawinan
atau makan, karena membawa mereka lebih dekat dengan pasangannya atau
memindahkan mereka ke arah mangsanya. Respons terhadap stimulus ini membantu
mereka bahkan untuk berkomunikasi satu sama lain, dan untuk bertemu walaupun
berada pada jarak yang sangat jauh.
Taksisme negatif, di sisi lain, biasanya terkait dengan pelestarian dan
kelangsungan hidup hewan. Ini adalah respons terhadap rangsangan yang dapat
mengindikasikan bahaya, seperti gerakan tiba-tiba. Misalnya, ketika hewan
mengidentifikasi perubahan suhu, mereka cenderung pindah ke iklim yang lebih
hangat atau lebih dingin sesuai dengan kenyamanan mereka.
Jenis-jenis Taksis adalah konsekuensi dari variasi rangsangan eksternal atau
internal ketika mereka dicegat oleh hewan menggunakan organ indera mereka. (1)
Anemotaksis, Ini adalah perpindahan menurut arah angin. Beberapa serangga, ketika
mereka melihat jejak kimiawi dari mangsa yang mungkin atau pasangan kawin,
melakukan anemotaksis negatif (mereka bergerak melawan angin) sampai mereka
menemukan asal usul bau tersebut. (2) Fototaksis, Ini adalah gerakan menuju atau
melawan cahaya. Serangga seperti cacing dan kecoak biasanya bergerak menjauh
ketika terkena cahaya, sedangkan ngengat dan lalat sangat tertarik padanya. (3)
Geotaksis, Ini adalah gerakan menuju atau melawan gerakan gravitasi. Sebagai
contoh, beberapa jenis anemon, ubur-ubur dan parasit laut cenderung bergerak ke
dasar laut, sehingga membuat geotaksis positif. (4) Hidrotaksis, Perpindahan ke arah
air. Ketika kura-kura muncul dari telurnya yang terkubur di pasir di pantai, mereka
melakukan hidrotaksis positif, karena insting mereka membuat mereka pergi ke laut
segera setelah mereka dilahirkan. (5) Thermotaksis, Ini mengacu pada perpindahan ke
sumber panas. Termotaksis positif akan lebih dekat ke daerah beriklim sedang,
sedangkan yang negatif adalah untuk menjauh dari sumber panas. Beberapa spesies di
mana termotaksis positif telah terbukti adalah nematoda dan nyamuk dan (6)
Tigmotaksis, Ini adalah respons terhadap getaran atau tekanan yang diberikan pada
suatu titik. Contoh taksis ini termasuk laba-laba. Dengan menenun jaringnya, laba-
laba dapat mengidentifikasi getaran paling halus. Ketika serangga kecil terperangkap
dan menekan jaring, laba-laba melakukan tigmotaksis positif: mereka mendekati
mangsanya.
2. Refleks
Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang mempunyai
sistem saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu
stimulus. Respon terbawa sejak lahir artinya sifatnya ditentukan oleh pola respon
saraf dan efektor yang diwariskan. Respon rentan akan pemberitan mekanisme
pengendalian yang teratur dengan baik yang mengarahkan kontraksi refleks otot,
menghambat kontraksi otot–otot antagonis dan terus–menerus memonitor
keberhasilan yang dengannya perintah–perintah dari otak diteruskan,dan dengan
cepat serta otomatis membuat setiap penyesuaian sebagian pengganti yang perlu.
Mesin (respon) refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang
teratur dengan baik, yang (1) Mengarahkan kontraksi refleks otot. (2) Menghambat
kontraksi otot-otot antagonis. (3) Terus-menerus memonitor keberhasilan yang
dengannya perintah-perintah dari otak diteruskan, dan dengan cepat dan secara
otomatis membuat setiap penyesuaian sebagai pengganti yang perlu.
Dalam suatu gerakan refleks adalah gerakan yang tidak bisa diwujudkan.
Melaksanakan impuls dalam refleks mirip dengan mengarahkan impuls dalam
gerakan normal. Ini adalah perbedaan antara impuls dalam refleks yang tidak diproses
oleh pusat saraf. Neuron di otak hanya bertindak sebagai konektor. Ada dua jenis
konektor neuron, termasuk sumsum tulang belakang atau bahkan konektor neuron
otak, seperti refleks yang mencapai otak melalui konektor neuron.

3. Insting
Pola prilaku kompleks yang sebagaimana refleks, merupakan bawaan, bersifat
agak tidak fleksibel dan mempunyai nilai bagi hewan untuh menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleks dan dapat
melibatkan serangkaian aksi. Sehingga insting adalah kecenderungan sebuah
organisme untuk melakukan perilaku tertentu yg spesifik. Pola perilaku yg tetap ini
bukanlah hasil belajar dari pengalaman, namun merupakan hasil turunan dari para
pendahulunya. Insting ini dibentuk dari hasil pengalaman jangka panjang para
pendahulunya dalam periode tertentu yg kemudian 'dicetak' dalam genetik mahluk itu
untuk diteruskan kepada keturunannya. Insting pada intinya ialah suatu kesanggupan
untuk melakukan perbuatan yang tertuju kepada sesuatu pemuasan dorongan nafsu
atau dorongan batin yang telah dimiliki manusia maupun hewan sejak lahir.
Perbuatan insting pada hewan bersifat tetap, tidak berubah dari waktu ke waktu, sejak
lahir sampai mati.
Manusia memiliki insting, begitu juga hewan. Namun peranan insting pada
hewan sangat penting, karena semata-mata hidup binatang dikuasai oleh dorongan
nafsu. Dengan instin, hewan dapat bergerak kemana dan dimana ada kesempatan.
Dengan insting hewan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan cara
yang tetap. Perhatikan cara binatang mendapatkan makanan, pembuatan sarang atau
tempat tinggal, cara-cara mencapai tujuan yang menjadi kebutuhannya tidak pernah
meningkat. Dengan kata lain, dengan instingnya binatang tidak dapat meningkatkan
dan mempertinggi kecakapannya. Insting hanya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup tidak sama sekali instrumen hewan yang dapat mengarahkan hewan
pada perubahan pola hidup berdasarkan ambisi dan keinginan, sehingga hewan sukar
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang akut.

C. Pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai