Anda di halaman 1dari 2

Nama anggota:

1. Dwi Aprilia (1613024046)


2. Eka Ayu Lailatul Istikomah (1613024052)
3. Elida Rebecca Nadapdap (1613024040)
4. Reni Munazir (1613024010)

Faktor dan Solusi Kasus Gizi Kurang Karena Fakor Ekonomi

A. Faktor gizi buruk


Faktor yang paling mendasari kasus gizi buruk ialah kemiskinan. Masyarakat dengan
ekonomi rendah tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan keluarganya sehingga nutrisi
untuk anak-anaknya pun tidak bisa tercukupi.
Faktor lainnya ialah perilaku dan sikap dalam mengasuh anak. Ibu yang memiliki
kesadaran yang tinggi akan selalu memperhatikan kesehatan anaknya agar jumlah nutrisi
yang anak dapatkan tetap di atas standar. Masalahnya, sekarang banyak orang tua yang
sibuk bekerja sehingga meninggalkan anak di tangan pengasuh anak. Untuk pengasuh
anak yang kurang memperhatikan gizi anak akan berbahaya bagi kesehatan anak. Oleh
karena itu, sebaiknya orang tua tetap memperhatikan anak.
Beberapa kasus juga terjadi karena ketidaktahuan orang tua akan pemberian nutrisi yang
tepat. Selain itu, ada juga faktor keturunan penyakit dari orang tua, seperti TBC, paru-paru
basah, jantung dan HIV. Beberapa jenis penyakit dapat mengakibatkan infeksi pada organ
yang menyebabkan menurunnya fungsi organ ketika menyerap nutrisi makanan.

B. Solusi Kasus Gizi Kurang Karena Fakor Ekonomi


 Pemaksimalan keseimbangan ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun
tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.Untuk poin yang satu ini sebenarnya
adalah tanggung jawab pemerintah, bukan tanggung jawab perorangan. Lantas apa
hubungannya melakukan keseimbangan ekonomi dengan masalah kekurangan gizi?
Ekonomi yang seimbang tentu saja dampaknya akan terasa atau dapat dirasakan oleh
masyarakat bawah yang tidak mampu membeli sesuatu yang mereka butuhkan untuk
memnuhi kebutuhan gizi. Maka dari itulah keseimbangan ekonomi menjadi faktor
penentu masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan yang layak unuk kesehatan mereka
masing-masing. Kebijakan pemerintah terkait pengadaan bahan pangan. Kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah terkait pengadaan bahan pangan tentu mempunyai
andil yang cukup besar terhadap keberadaan bahan pangan yang akan dikonsumsi oleh
masyarakat berikut harganya. Pemerintah berwewenang mengambil kebijakan untuk
impor atau ekspor bahan pangan. Selama ini pemerintah masih banyak mengimpor
bahan pangan untuk memenuhi kekurangan bahan pangan dari dalam negeri. Namun
impor bahan pangan yang tidak dikendalikan, dapat memperparah keterpurukan
ekonomi Indonesia, karena hal tersebut dapat membunuh sektor pertanian yang
seharusnya menjadi andalan bangsa ini.

C. Cara Untuk Mencegah Terjadinya Gizi Buruk Pada Anak:


1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak
mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,
segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas
pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan
energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan
dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa
dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya
akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.

Sumber: (www.harianpost.co.id)

Anda mungkin juga menyukai