Pedoman Identifikasi Kepiting Bakau
Pedoman Identifikasi Kepiting Bakau
PEMERIKSAAN/IDENTIFIKASI
JENIS IKAN DILARANG TERBATAS
(KEPITING BAKAU/Scylla spp.)
2016
i
Pedoman Pemeriksaan/Identifikasi Jenis Ikan Dilarang Terbatas (Kepiting
Bakau/
Scylla spp.)
Pengarah:
Kepala Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan
Penanggung Jawab:
Kepala Bidang Keamanan Hayati Ikan
Editor:
Heri Yuwono
Penyusun:
Sulistiono
Etty Riani
Aries Asriansyah
Wawing Walidi
Djoko Darman Tani
Awliya Prama Arta
Sri Retnoningsih
Yeni Anggraeni
Risman Ferdiansyah
Atit Wistati
Enggar Rahayuningsih
Anton Ojak Panjaitan
Adang Supardan
Diterbitkan oleh:
Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan
Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
2016
ISBN 978-602-97141-1-1
2 2
KATA PENGANTAR
Hal.
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- iv
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------- v
DAFTAR GAMBAR ---------------------------------------------------------------- vi
I. PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------ 1
1.1. Latar Belakang ---------------------------------------------------------- 1
1.2. Tujuan -------------------------------------------------------------------- 2
1.3. Sasaran ------------------------------------------------------------------- 2
1.4. Ruang Lingkup ---------------------------------------------------------- 2
1.5. Dasar Hukum ------------------------------------------------------------ 2
1.6. Definisi Istilah ---------------------------------------------------------- 3
II. JENIS-JENIS KEPITING BAKAU -------------------------------------- 4
III. MORFOLOGI DAN ANATOMI KEPITING BAKAU -------------- 8
3.1. Morfologi Kepiting Bakau -------------------------------------------- 8
3.2. Anatomi Kepiting Bakau ---------------------------------------------- 12
IV. DISTRIBUSI DAN HABITAT -------------------------------------------- 14
4.1. Distribusi ----------------------------------------------------------------- 14
4.2. Habitat -------------------------------------------------------------------- 15
V. BIOLOGI ---------------------------------------------------------------------- 18
5.3. Sumber Makanan dan Kebiasaan Makan ---------------------------- 18
5.4. Siklus Hidup ------------------------------------------------------------- 18
5.5. Tingkat Kematangan Gonad ------------------------------------------ 20
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------
30
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Jenis-jenis Kepiting Bakau menurut Estampador (1949) dan
Keenan dkk (1998)------------------------------------------------------ 5
Tabel 2. Perbedaan Kepiting Bakau Jantan dan Betina ---------------------- 9
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1. Jenis-jenis Kepiting Bakau menurut (Keenan dkk. 1989)------ 5
Gambar 2. Morfologi Kepiting Bakau spesies Scylla serrata
(Keenan dkk. 1999) ---------------------------------------------------- 6
Gambar 3. Morfologi Kepiting Bakau spesies Scylla paramamosain
(Keenan dkk. 1999) ------------------------------------------------- 6
Gambar 4. Morfologi Kepiting Bakau spesies Scylla tranquebarica (Keenan
dkk. 1999) ------------------------------------------------------------ 7
Gambar 5. Morfologi Kepiting Bakau spesies Scylla olivacea (Keenan
dkk. 1999)------------------------------------------------------------- 7
Gambar 6. Bagian-bagian Tubuh Kepiting Bakau --------------------------- 9
Gambar 7. Perbedaan Secara Morfologis Kepiting Bakau Jantan dan
Betina------------------------------------------------------------------ 10
Gambar 8. Tiga Bentuk Penutup Abdomen. A. Tipe Meruncing dan
Triangular (V shape), B. Tipe Lebar dan Globular (U shape),
dan C. Tipe Antara V dan U (intermediate V-U) --------------- 10
Gambar 9. Morfologi Kepiting Bakau (tampak atas) ------------------------ 11
Gambar 10. Morfologi Kepiting Bakau (tampak bawah) --------------------- 12
Gambar 11. Bagian Organ Dalam Kepiting Bakau ---------------------------- 13
Gambar 12. Distribusi Kepiting Bakau di Dunia ------------------------------ 14
Gambar 13. Jumlah Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla spp.)
(Sunarto, 2015) ------------------------------------------------------ 16
Gambar 14. Siklus Hidup Kepiting Bakau ------------------------------------- 19
Gambar 15. Kondisi Morfologis Gonad Dalam Keadaan Belum Matang
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 21
Gambar 16. Kondisi Histologis Gonad Dalam Keadaan Belum Matang
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 21
Gambar 17. Kondisi Morfologis Gonad Dalam Keadaan Berkembang
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 22
Gambar 18. Kondisi Histologis Gonad Dalam Keadaan Berkembang
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 22
Gambar 19. Kondisi Morfologis Gonad Dalam Keadaan Matang Awal
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 23
Gambar 20. Kondisi Histologis Gonad Dalam Keadaan Matang Awal
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 24
Gambar 21. Kondisi Morfologis Gonad Dalam Keadaan Matang Akhir
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 24
Gambar 22. Kondisi Histologis Gonad Dalam Keadaan Matang Akhir
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 25
Gambar 23. Kondisi Morfologis Gonad Dalam Keadaan Matang Sempurna
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 26
Gambar 24. Kondisi Histologis Gonad Dalam Keadaan Matang Sempurna
(M. S. Islam dkk. 2010) -------------------------------------------- 26
Gambar 25. Perkembangan Gonad Melalui Pengamatan Luar
(Tanpa Pembedahan -Karapas) Gonad Mulai Matang Kuning
(a,b) dan Gonad Sudah Matang Kuning-Oranye (c,d,e)-------- 28
Gambar 26. Perkembangan Telur yang telah dibuahi, Mulai Dari
Telur Berwarna Kuning (Gambar. a) Hingga Telur
Berwarna Kehitaman (Gambar. f) ---------------------------------- 29
7
viii
I. PENDAHULUAN
1 1
KIPM) di lapangan menemukan beberapa kendala diantaranya dalam
mengidentifikasi
2 2
jenis kepiting bakau yang terdapat di Indonesia serta stadia bertelur dan
tidak bertelur. Oleh karena itu, perlu disusun Pedoman Pemeriksaan/Identifikasi
Jenis Ikan Dilarang Terbatas (Kepiting Bakau/Scylla spp.).
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman ini adalah untuk memberikan acuan bagi
petugas UPT-KIPM dalam mengidentifikasi jenis dan stadia bertelur kepiting
bakau.
1.3. Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah petugas UPT-KIPM agar mampu
mengidentifikasi jenis dan stadia bertelur kepiting bakau.
Capit (Claw atau Chela) : bagian kaki pertama yang umumnya paling
besar;
Kaki jalan : kaki kepiting yang umumnya berjumlah 4,
yang berfungsi untuk berjalan;
Kaki renang : kaki kepiting yang ujungnya
berbentuk dayung, berfungsi untuk berenang;
Merus : bagian kaki kepiting yang dekat denga
bagian badan;
Corpus : bagian kaki kepiting yang terletak atara
merus dan propodus;
Propondus : bagian kaki kepiting yang posisinya jauh dari
badan
Dactylus : bagian propondus yang dapat digerakkan;
Duri kepala (frontal spine) : duri yang terdapat pada bgian dahi kepala
kepiting bakau;
Duri lengan : duri yang terdapat pada bagian lengan
corpus;
Duri samping (lateral spine):duri yang terdapat pada bagian samping
badan kepiting bakau;
Karapas : cangkang keras yang melindungi
organ dalam;
Perut (abdomen) : bagian perut yang umumnya terdapat pada
bagian bawah dari kepiting bakau.
II. JENIS-JENIS KEPITING BAKAU
Kepiting bakau jenis Scylla serrata memiliki duri yang tinggi dengan
warna kemerahan hingga oranye terutama pada capit dan kakinya. Pada duri
bagian depan kepala umumnya lancip, dan memiliki duri tajam pada bagian
corpus.
Kepiting bakau jenis Scylla paramamosain memiliki duri yang relatif agak
tinggi/sedang, memiliki warna karapas cokelat kehijauan, sumber pigmen
polygonal terdapat pigmen putih pada bagian terakhir dari kaki-kaki.
Gambar 4.Morfologi Kepiting Bakau Spesies Scylla tranquebarica (Keenan dkk.
1999)
Kepiting bakau jenis Scylla olivacea memiliki warna karapas hijau keabu-
abuan, rambut atau setae melimpah pada bagian karapas, duri bagian kepala
umumnya tumpul, dan memiliki duri tajam bagian bagian corpus. Secara ringkas
perbedaan perbandingan karakter kepiting genus Scylla dijelaskan pada Tabel
2 berikut.
Tabel 2. Perbandingan Karakter Pada Genus Scylla
Capit
Muka
karapas
A B C
Gambar 8.Tiga Bentuk Penutup Abdomen. A. tipe Meruncing dan Triangular (V
shape), B. Tipe Lebar dan Globular (U shape), dan C. Tipe Antara V
dan U (intermediate V-U)
Keterangan:
1. Capit 7. Daerah orbital 13. Daerah metagastric 19. Badan
2. Manus 8. Mata majemuk 14. Daerah jantung, 20. Daerah protobranchial,
3. Carpus 9. Daerah epigastric, 15. Daerah 21. Daerah mesobranchial,
anterolateral
4. Merus 10. Daerah propogastric 16. Branchial Lobe 22. Daerah metabranchial,
5. Ischium 11. Daerah hati 17. Usus 23. Propodus,
6. Daerah frontal 12. Daerah mesogastric 18. Tepi Posterior 24. Dactylus, B-D. kaki jalan,.
dan E. kaki renang
Jika dilihat dari bawah, tampak beberapa bagian antara lain: dactylus,
propodus, carpus, merus, ischium, basis, coxa, thorax, badan, daerah sub hepatic,
merus dengan 3 mexilliped, ischium dengan 3 mexiliiped, tiga mexilliped, manus,
cheliped, a-d sternum ke 7, 6, 5, 4. (Gambar 10).
Foto: Asriansyah, 2016
Gambar 10. Morfologi Kepiting Bakau (tampak bawah)
Keterangan:
1. Dactylus 7. Coxa 13. Ischium dengan 3 Maxiliped
2. Propodus 8. Thorax 14. Tiga Maxiliped
3. Carpus 9. Badan 15. Manus
4. Merus 10. Daerah subhepatic a-d. Sternum ke 7,6,5,4
5. Ischium 11. Hepatic
6. Basis 12. Merus
4.1. Distribusi
Kepiting bakau mempunyai habitat hidup di daerah pantai dengan vegetasi
bakau di sekitar muara sungai. Genus Scylla spp. memiliki penyebaran yang
sangat luas (Gambar 12). Menurut Moosa dkk. (1985) dalam Mardjono dkk.
(1994) kepiting bakau mempunyai daerah penyebaran geografis mulai dari Pantai
Barat Afrika Selatan, Madagaskar, India, Sri Langka, Seluruh Asia Tenggara
sampai kepulauan Hawaii; Di sebelah Utara: dari Jepang bagian Selatan sampai
Pantai Utara Australia, dan di Pantai Barat Amerika bagian Selatan.
Kepiting bakau sesuai dengan jenisnya, memiliki wilayah habitat yang juga
spesifik.
Scylla serrata merupakan spesies kepiting bakau yang memiliki distribusi
penyebaran paling luas dibanding spesies lainnya (Hubatsch dkk., 2015). S.
serrata dapat ditemukan di wilayah pesisir perairan tropis dan
subtropis, diantaranya adalah pantai selatan dan timur Afrika, Laut Merah,
Teluk Aden, Teluk Persia, Asia Tenggara, Asia Timur, dan Australia. Selain itu,
S. serrata juga ditemui di kepulauan Indo Pasifik seperti Kepulauan Mariana,
Kepulauan Fiji, Kepulauan Samoa, Kepulauan Seychelles, Kepulauan
Maladewa, dan Pulau Mauritius. Populasi S. serrata menyebar hingga
wilayah perairan sampai 38° Lintang Selatan, sedangkan 3 spesies lainnya
berpusat di perairan sekitar garis khatulistiwa (Hubatsch dkk., 2015).
Distribusi kepiting bakau jenis S. tranquebarica, S. olivacea, dan S.
paramamosain menyebar di wilayah perairan Landasan Kontinen (wilayah
laut dangkal di sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter) Asia
dan hanya jenis S. olivacea yang dapat ditemukan di wilayah perairan
bagian utara Australia. Ketiga spesies tersebut menyebar di Laut Cina Selatan,
dan Laut Jawa dimana kepiting bakau jenis S. serrata jarang ditemukan di
wilayah tersebut (Keenan dkk., 1998).
Sumber: Hubatsch dkk., 2015
Gambar 12. Distribusi Kepiting Bakau di Dunia
Indonesia dengan potensi hutan bakau yang sangat besar (4,25 juta
ha) tersebar di beberapa pulau seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku dan Papua, diduga merupakan habitat dan fishing ground kepiting bakau.
Kepiting bakau terdapat di wilayah perairan pantai estuari dengan kadar garam 0
sampai 35 ppt. Hewan ini menyukai perairan yang berdasar lumpur dan
lapisan air yang tidak terlalu dalam (sekitar 10-80 cm) dan terlindung,
seperti di wilayah hutan bakau. Di habitat seperti itu kepiting bakau hidup dan
berkembang biak.
Ekosistem hutan bakau atau mangrove merupakan ekosistem hutan yang
tumbuh di lingkungan pantai dan sebagai sumber produktivitas primer, sehingga
berfungsi sebagai daerah untuk mencari makan (feeding ground), tempat
berlindung/daerah asuhan (nursery ground) dan tempat pemijahan (spawning
ground) berbagai biota perairan, termasuk kepiting bakau. Ekosistem
mangrove juga berfungsi menghasilkan berbagai makanan yang dibutuhkan
oleh kepiting bakau dalam bentuk material organik maupun jenis pakan
alami lainnya. Ketersediaan pakan alami, produktivitas maupun kualitas
habitat ekosistem
mangrove sangat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan kepiting bakau
di dalam meningkatkan kualitas hidupnya.
Kepiting bakau yang sudah dewasa dan mengandung telur terdapat di
daerah laut dekat pantai yang merupakan tempat melakukan perkawinan
(spawning ground). Selain itu kepiting bakau banyak dijumpai berkembangbiak di
daerah pertambakan dan hutan bakau yang berair tak terlalu dangkal (lebih dari
0,5 m).
4.2. Habitat
Habitat hutan bakau merupakan habitat utama kepiting untuk tumbuh dan
berkembang (nursery ground) dikarenakan terdapat organisme kecil yang menjadi
makanan dari kepiting bakau. Habitat alami kepiting bakau adalah daerah
perairan payau yang dasarnya berlumpur dan berada di sepanjang garis
pantai yang banyak ditumbuhi pohon bakau (mangrove). Vegetasi mangrove yang
umum dijumpai di wilayah pesisir Indonesia, antara lain api-api (Avicennia
sp.), nyrih (Xylocarpus sp.), bakau (Rhizophora sp.), pedada (Sonneratia
sp.), tanjang (Brugueira sp.), tengar (Ceriops sp.) dan buta-buta (Exoecaria sp.).
Berdasarkan hasil penelitian Sunarto (2015), di wilayah pertambakan dan
hutan bakau Kabupaten Indramayu ditemukan 2 jenis kepiting bakau, yaitu Scylla
paramamosain dan S. olivacea. Jenis S. paramamosain umumnya
mendominasi wilayah di Indramayu dengan habitat dominan Rhizopora sp.
ataupun Avicenia sp., namun demikian pada kanal dominan Avicenia sp., jenis S.
olivacea dijumpai cukup banyak dibandingkan dengan habitat lain (Gambar 13).
Keterangan Lokasi Stasiun:
1 = Tambak silvofishery dominan Rhizopora sp. (TSDR)
2 = Tambak silvofishery dominan Avicennia sp. (TSDA)
3 = Kanal dominan Rhizopora sp. (KDR)
4 = Kanal dominan Avicennia sp. (KDA)
5 = Pinggiran Hutan Mangrove (PHM)
Gambar 13. Jumlah Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla spp.) (Sunarto, 2015)
Keterangan: O: Ovary
Gambar 16. Kondisi Histologis Gonad Dalam Keadaan Belum Matang (M. S.
Islam dkk. 2010).
Ciri histologisnya antara lain butiran kuning telurnya lebih besar dari TKG
III dan lapisan minyaknya menutupi seluruh sitoplasma (Gambar 22). Pada fase
ini ukuran diameter telur berkisar 120-200 µm.
Keterangan: F :Follicle cell; N: Nukleus; Yg: Yolk globule; Nu: Nucleolus
Gambar 22. Kondisi Histologis Gonad Dalam Keadaan Matang Akhir (M. S.
Islam dkk. 2010).
c d
a b c
d e f
Gambar 26. Perkembangan Telur yang Telah Dibuahi, Mulai Dari Telur
Berwarna Kuning Hingga Telur Berwarna Kehitaman
DAFTAR PUSTAKA