Anda di halaman 1dari 9

KRIMINOLOGI

Pertemuan I
SEBAB – SEBAB KEJAHATAN

Kriminologi itu memiki 3 ruang lingkup bidang studi : etiologi kriminal, penologi, sosiologi hukum pidana

Etiologi kriminal : studi yang mempelajari sebab – sebab kejahatan

Penologi : studi tentang pidana , bagaimana lahir dan berkembangnya pidana serta arti dan faedah
pidana

Sosiologi hukum pidana : kondisi sosial,politik,ekonomi yang mempengaruhi lahirnya undang – undang
pidana dan bekerjanya hukum pidana

Karena eratnya hubungan kriminologi dengan hukum pidana, ada seorang ahli yang menyatakan bahwa
kriminologi adalah perbuatan hukum pidana yang bersifat empiris

Hukum pidana itu adalah hukum pidana yang bersifat normatif, sedangkan kriminologi adalah hukum
pidana yang bersifat empiris

Teori – teori tentang sebab – sebab kejahatan :

1. Kejahatan dari aspek biologis atau fisik

Bahwa aspek fisik ini melihat sebab - sebab kejahatan bisa dilihat dari ciri – ciri fisik atau tubuh
manusia, misalnya dihubungkan dengan bentuk tengkorak manusia. Di samping itu juga mengkaji dari
segi hubungan antara kondisi biologis manusia yang berupa jenis kelamin dengan kejahatan , kemudian
antara usia dengan kejahatan, ada juga yang menghubungkan antara bentuk tubuh manusia dengan
kejahatan.

1). C. Lombroso, ahli kedokteran kehakiman

Ini merupakan tokoh penting dalam studi tentang kriminologi yang modern atau kriminologi yang
bersifat ilmiah, sebelum ada studi Lambroso kriminologi belum disebut sebagai studi ilmiah karena tidak
didasarkan dengan kajian – kajian metodelogi. Lombroso itu mencoba melihat atau mengkaji hubungan
antara bentuk fisik manusia khususnya dari bentuk tengkorak manusia dengan kejahatan. Dia dalam
membangun teorinya didasarkan pada 2 kerangka teori, yang pertama kerangka teori yang dikemukakan
oleh Aristoteles tentang bentuk tengkorak, yang kedua kerangka teori yang dibuat oleh Charles Darwin
tentang teori evolusi terjadinya manusia. Dua teori tersebut dijadikan dasar untuk Lombroso melakukan
suatu riset penelitian terhadap suatu kejahatan dari aspek fisik.

Menurut Aristoteles dikatakan bahwa otak merupakan organ / alat dari akal. Hubungan otak dengan
akal menurut beliau dikatakan bahwa bentuk luar tengkorak kepala sesuai dengan apa yang ada di
dalamnya dan bentuk dari otak. Kemudian dikatakan juga bahwa akal terdiri dari kemampuan /
kecakapan. Jadi semakin manusia berakal semakin dianggap mampu dan cakap , semakin kurang berakal
semakin dianggap kurang mampu dan kurang cakap. Cakap ini bisa dilihat dari aspek kecerdasasan
intelektual (IQ). Kemampuan / kecakapan ini berhubungan dengan bentuk otak dan tengkorak kepala.
Jadi kalau tengkorak kepalanya besar maka otaknya juga besar, berarti mempunyai kemampuan atau
kecakapan yang lebih baik dibandingkan dengan yang otaknya kecil. Orang yang otaknya besar itu akan
lebih berakal dibandingkan dengan orang yang otaknya kecil. Oleh karena otak merupakan organ dari
akal, sehingga benjolan – benjolan yang ada dalam bentuk tengkorak tadi merupakan petunjuk dari
kemampuan atau kecakapan dari organ tadi. Semakin besar otaknya maka semakin berakal / cakap,
semakin kecil otaknya maka semakin kurang kecakapannya.

Kemudian teori ini oleh Lambroso dihubungkan dengan teori yang dikemukan oleh Charles Darwin.

Charles Darwin menyatakan bahwa terjadinya manusia secara fisik/biologis itu merupakan hasil evolusi.
Bahwa bentuk biologis manusia pertama itu tidak seperti sekarang tetapi menyerupai kera besar dan
lama – kelamaan bentuk manusia tidak lagi seperti kera tetapi sudah bentuk manusia modern seperti
saat ini.

Dikatakan oleh Lombroso bahwa manusia yang ada pertama kali adalah binatang , binatang adalah tidak
berakal, , tidak mempunyai hati Nurani. Sehingga manusia pertama adalah penjahat semua.

Kemudian dari kedua teori/pemikiran tadi, Lombroso membuat hipotesa bahwa penjahat yang ada di
masa modern seperti ini karena mewarisi sifat – sifat nenek moyang ( Hipotesa Atafisme ). Lalu untuk
membuktikan hipotesa tadi, Lambroso melakukan suatu riset “apakah betul penjahat – penjahat yang
sekarang itu mewarisi sifat – sifat nenek moyangnya?” Karena ia menggunakan teori dari Aristoteles , ia
mencoba mengukur bentuk tengkorak para narapidana di penjara. Kemudian dari pengukuran terhadap
riset tadi Lombroso memberi suatu kesimpulan :

1). Menurut Lombroso, penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat

2). Bakat jahat itu diperoleh karena kelahiran atau diwariskan dari nenek moyang

Karena penjahat tadi memperoleh kejahatan karena warisan nenek moyang, sehingga penjahat yg
ada di bumi ini adalah born criminals artinya penjahat sejak lahir

3). Bakat jahat pun bisa dilihat dari ciri – ciri biologis , seseorang yang memiliki bakat jahat yang
diwariskan oleh nenek moyang itu bisa dilhat dari ciri – ciri biologisnya antara lain : 1). Muka tidak
simetris, 2). Bibir tebal, 3). Hidung pesek , 4). Tulang dahi menonjol ke depan, 5). Mata cekung ,dsb

4). Bakat jahat tersebut tidak dapat diubah

Dari keempat pokok ajaran Lombroso tadi, ada mazhab – mazhab lain yang menentang ajaran dari
Lombroso terutama mazhab lingkungan yang dipelopori oleh Lacassagne. Dari mazhab lingkungan itu
mengatakan bahwa penjahat itu bukan disebabkan karena faktor biologis maupun faktor warisan nenek
moyang , tapi disebabkan oleh faktor lingkungan. Kalau lingkungannya baik, ia akan menjadi baik,
sebaliknya kalau lingkungannya jahat, ia akan menjadi jahat.

Ajaran Lombroso juga ditentang oleh hasil penelitian yang sama. Bahwa ahli yang lain juga melakukan
suatu riset yang dilakukan oleh Lombroso hanya saja beda sampel / populasinya (orang – orang yang
mempunyai kepribadian yang berbalik dengan narapidana, seperti orang yang patriotic, juga diambil dari
orang – orang yang memiliki jiwa kasih sayang terhadap sesama manusia). Dan ternyata hasilnya hampir
sama dengan Lomboroso, banyak juga dijumpai dari kalangan tantara dan perawat tadi yang bermuka
tidak simetris.

Menurut Lombroso, kejahatan adalah sama dengan faktor individu ( K = I ). Oleh Enrico Ferri mencoba
mengubah rumus kejahatan tadi bahwa kejahatan itu bukan saja karena faktor individu tetapi juga
disebabkan oleh faktor sosial (sosial lingkungan manusia, sosial lingkungan alam ) dan fisik . Sehingga
kejahatan menurut Enrico Ferri dirumuskan menjadi “ tiap tiap kejahatan adalah resultan dari keadaan
individu, fisik dan sosial .“ Enrico Ferri memberikan reaksi dari mazhab lingkungan dengan
menambahkan bahwa faktor kejahatan juga dipengaruhi oleh faktor sosial yang dipecah menjadi sosial
individu, juga bisa karena faktor lingkungan alam. Sehingga rumus kejahatan menjadi Kejahatan = Bakat
+ Lingkungan + Lingkungan ( K = B + L1 + L2 ). Menurut Enrico Ferri faktor tetap yang paling utama
adalah faktor bakat, karena faktor lingkungan hanya memberikan bentuk / jenis kejahatan , tapi
perbuatan jahatnya tatap dari faktor bakat.

W. A. Bonger melakukan suatu riset di Eropa dalam hubungannya antara kejahatan dengan faktor
biologis dan lingkungan . Menurut hasil penelitiannya dikatakan bahwa kejahatan itu mempunyai
hubungan dengan masalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Di Eropa itu memiliki 2 musim yg
berbeda yaitu musim dingin dan musim panas. Pada sangat musim dingin banyak masyarakat tidak mau
keluar rumah padahal mereka tetap butuh memenuhi kebutuhannya, sehingga mereka banyak mencuri,
banyak terjadi kasus pencurian. Kemudian pada saat musim panas, orang Eropa itu enggan di rumah ,
biasanya ke pantai , memakai pakaian yg sangat minim, kondisi tsb dapat menyabkan kejahatan seksual.

Adanya kelemahan – kelemahan dari hasil penelitian Lombroso tadi secara ilmiah, tidak dapat
dipertahankan lagi dan secara teoritik itu pun gugur. Namun demikian ajaran Lombroso ini membuat
suatu perkembangan di dalam studi kriminologi. Dari studi Lombroso tersebut krimologi disebut sebagai
kriminologi modern bersifat ilmiah, sebelum adanya ajaran Lombroso kriminologi belum bersifat ilmiah.

Pengaruh positif ajaran Lombroso :

1. Timbulnya perhatian dari para ahli hukum pidana dalam memandang penjahat

Sebelum adanya ajaran Lombroso, ahli hukum pidana melihat bahwa penjahat itu sebagai objek
pemeriksaan, tetapi setelah adanya ajaran dari Lombroso , penjahat itu dianggap sebagai subjek
(karena diakui hak – hak asasinya sebagai manusia). Dulu, karena penjahat hanya dianggap sebagai
objek maka aspek – aspek subjektif dari si pelaku kejahatan yang penting dalam ajaran hukum pidana
pada waktu itu, jika terbukti melakukan suatu tindakan pidana , makai ia langsung di pidana aspek
subjektifnya tidak diperhatikan bahkan apabila si pelaku tindak pidana ternyata memiliki gangguan
kepribadian/kejiwaan pada saat itu tidak diperhatikan. (Daad Straafrecht : hukum pidana yg hnya
berorientasi pd perbuatan). Setelah adanya ajaran Lombroso paradigma hukum pidana itu berubah
bahwa tadinya pelaku kejahatan hanya menjadi objek dalam hukum pidana, sekarang sudah berubah
menjadi subjek. Akhirnya timbul lah rumus bahwa dalam pemidanaan meskipun orang itu telah
melakukan perbuatan pidana ia baru bisa dipidana apabila ia berbuat salah, sehingga lahirlah asas
kesalahan “ Nulla Poena Sine Culpa “ ( dulu yang penting asas perbuatan “ Nullum delictum
nulla poena sine praevia lege poenali”).

Daad Straafrecht – Daad dader straafrecht. Ini dalam hukum acara materiil
Dalam hukum acara pidana pun ada perubahan , pelaku kejahatan hanya sebagai objek
pemeriksaan (sistem pemeriksaan inquisitoir ) berubah menjadi sistem pemeriksaan akusatoir,
dimana si Tersangka dilihat sebagai subjek pemeriksaan, ia tidak biisa sembarang dirampas hak
asasinya demi pemeriksaan perkara.
2. Ajaran Lombroso dipandang mendorong perkembangan ilmu psikiatri
Orang – orang yang dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana adalah orang – orang
yang jiwanya sehat , yang tidak bisa dipertanggungjawabkan : cacat mental , orang yang sakit
jiwa
Ps. 44 KUHP
Pengaruh negatif :
Timbulnya sikap penegak hukum khususnya hakim yang berprasangka terhadap Terdakwa yang
dianggap memiliki ciri – ciri penjahat ini akan merugikan kepentingan Terdakwa

2). Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejahatan

Apabila kita lihat kebanyakan lapas yg ada itu untuk laki – laki , lapas khusus wanita itu hanya sedikit,
misalnya pd Jawa Tengah di tiap tiap kabupaten kota itu jumlah lapas laki – laki itu 35 sedangkan untuk
prempuan hanya satu (35 : 1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kaum laki – laki cenderung menjadi
penjahat disbanding perempuan. Ada yang menentang jugta bahwa memang laki – laki itu secara kodrat
memiliki fisik yang lebih memungkinkan untuk melakukan kejahatan daripada perempuan karena fisik
perempuan lebih lemah daripada laki – laki sehingga karena lebih lemah jadinya perempuan itu lebih
sedikit kemungkinan untuk melakukan kejahatan karena untuk melakukan kejahatan dibutuhkan fisik
yang kuat. Di samping itu ada juga kejahatan yang secara kodratnya tidak bisa dilakukan oleh laki – laki
hanya bisa dilakukan oleh perempuan yaitu aborsi.

Kemudian yang memandang kejahatan dengan jenis kelamin itu tidak hanya disebabkan karena
perbedaan fisik tetapi juga apabila dalam pengakuan budaya suatu masyarakat antara peremuan dan
laki – laki itu sama maka jumlah kejahatan antara perempuan dan laki – laki iktu tidak terlalu jauh
perbandingannya, misal : korupsi

3). Hubungan Kejahatan dengan Usia

Umur 1-11 : anak – anak

12-18 tahun : remaja

Diatas 18 tahun : dewasa

Diatas 60 tahun : lansia

Perbedaan usia ini pun ada hubungannya dengan hubungan masalah kejahatan, kejahatan pada umunya
dilakukan oleh remaja. Sedangkan usia di bawah remaja itu tidak mempunyai peran dalam masalah
kejahatan karena mereka belum bisa membedakan perbuatan baik atau jahat. Sehingga apabila ada
pelaku kejahatan yg usianya antara 1 – 12 tahun itu tidak dapat dipidana karena dianggap belum bisa
melakukan kejahatan yang disadari , ini dikuatkan dalam undang – undang peradilan anak : “ Anak –
anak yg bisa diproses pidana apabila ia melakukan kejahatan yg usianya antara 12 – 18 tahun kalau
belum umur 12 itu belum bisa diproses “

Antara umur 12 – 14 tahun apabila ia melakukan tindak pidana maka ia tidak bisa dipidana , dia hanya
bisa dikenakan tindakan / treatment, kecuali yg usianya 14 – 18 tahun itu bisa dipidana (ini juga beda
dengan pidana orang dewasa minimal separp dari pidana orang dewasa, tidak bisa dipidana lebih dari 10
tahun)

2). Kejahatan dari aspek bentuk tubuh

Menurut Kretchmer ada 3 tipe dasar manusia dalam arti fisik :

- Tipe leptosome, yang mempunyai bentuk jasmani tinggi, kurus, dengan sifatnya pendiam dan
dingin, bersifat tertutup dan selalu menjaga jarak;

- Tipe piknis yang mempunyai bentuk tubuh pendek, kegemuk-gemukan dengan sifatnya yang ramah
dan riang

- Tipe atletis, yang mempunyai bentuk tubuh dengan tulang dan otot yang kuat, dada lebar, dagunya
kuat dan rahang menonjol. Sifatnya eksplosif dan agresif.

Hubungan ketiga tipe dasar manusia tersebut dengan kejahatan yaitu

- Tipe leptosome : kejahatan pelmasuan

- Piknis : penipuan dan pencurian

- Atletis : kejahatan kekerasan fisik maupun kekerasan seksual

PERTEMUAN II

Di dalam teori sebab – sebab kejahatan dari aspek psikologis itu ada 2 studi yaitu : studi mencari sebab
kejahatan dari aspek jiwa yang sehat dan studi mencari kejahatan dari aspek jiwa yang sakit.

1. Aspek Jiwa yang Sakit

Kaitannya dengan hukum pidana itu dapat dilihat dari Ps.44 KUHP itu ada kondisi kejiwaan seorang
pelaku kejahatan yang tidak bisa dipidana atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kondisi jiwa yang
tidak sehat itu ada 2 kondisi yaitu : 1). Jiwanya cacat dalam pertumbuhan : sejak lahir ia sudah cacat
(cacat mental) , IQ nya dibawah normal (dibawah 70) , 2). Terganggu jiwanya karena penyakit (sakit
jiwa).

Sebab – sebab kejahatan disebabkan oleh sakit jiwa antara lain :

A. Psikoses

Dibedakan menjadi psikoses organis dan psikoses fungsional.

1). Psikoses organis :


- Kelumpuhan umum dari otak yang ditandai dengan kemerosotan yang terus menerus dari seluruh
kepribadian , pada tingkat permulaan, maka perbuatan kejahatan seperti pencurian, penipuan,
pemalsuan dilakukan dengan terang – terangan dan penuh ketololan. Contoh : Mencuri dihadapan
pemiliknya, mencuri di depan umum, mengambil barang jualan begitu saja

- Traumatic psikoses yang diakibatkan oleh luka pada otak yang disebkan dari kecelakaan (geger otak).
Orang yang mengalami geger otak ini secara kejiwaan mudah gugup dan cenderung untuk melakukan
kejahatan kekerasan

- Encephalis lethargica. Umumnya penderitanya adalah anak-anak. Seingkali melakukan tindakan –


tindakan yang anti sosial, pelanggaran seks

- Senile dementia. Penderitanya pada umumnya pria yang sudah lanjut usia dengan kemunduran pada
kemampuan fisik dan mental, gangguan emosional dan kehilangan ontrol terhadap orang lain,
menimbulkan tindak kekerasan atau pelanggaran seksual terhadap anak - anak

- Puerperal insanity. Penderitanya adalah wanita yang sedang hamil atau beberapa saat setelah
melahirkan, yang diakibatkan karena kekhawatiran yang luar biasa disebabkan karena kelahiran anak
yang tidak dikehendaki, tekanan ekonomi dan kelelahan fisik. Kejahatan yang dilakukan berupa aborsi,
pembunuhan bayi atau pencurian

- Epilepsi. Merupakan salah satu bentuk psikoses yang sangat terkenal. Akan tetapi juga salah satu
bentuk psikoses yang sukar dipahami. Bentuk gangguan ini sangat bermacam-macam. Di Indonesia
dikenal dengan istilah “ayan”. Terkait epilepsi juga ada juga ada indikasi untuk melakukan kehajatan
tapi tidak jelas karena kalau kita lihat epilepsi di Indonesia sepertinya para penderitanya tidak pernah
melakukan suatu kejahatan

- Psikoses yang diakibatkan dari alkohol. Orang yang minum alcohol akan mengganggu organ dari akal /
saraf , sehingga orang yang mengkonsumsi alcohol itu akan mengalami gangguan karena ada pengaruh
alcohol terhadap saraf pusat sehingga sarafnya tidak berfungsi secara normal, akibatnya ia sudah tidak
bisa mengontrol dirinya apalagi orang lain. Sehingga persoalan yang dapat diajukan adalah :

1). Seberapa jauh pemabukan dipandang sebagai pelanggaran hukum?

Kalau dilihat dari aturan – aturan hukum pidana bahwa pemabukan yang melanggar hukum adalah
pemabukan yang dilakukan di depan umum, tempat – tempat umum, tempat terbuka. Itu dapat
dijadikan suatu tindak pidana karena orang yang mabuk dapat dianggap bisa menganggu ketertiban
ataupun orang lain.

2). Seberapa jauh pemabukan merupakan penyebab timbulnya kejahatan?

Dalam kaitan ini, orang yang minum sampai mabuk itu dapat dikatakan telah melakukan perilaku
sebagai ibu kejahatan. Kenapa disebut ibu kejahatan ? Karena akibat dari orang mabuk itu biasa
melahirkan kejahatan – kejahatan lain. Karena setelah mabuk kontrolnya menjadi tidak terkendali
kadang – kadang mabuk juga menimbulkan hasrat – hasrat kekerasan fisik maupun kekerasan
seksual , juga menjadi mudah tersinggung. Di samping itu orang yang mabuk bisa juga melakukan
tindakan penganiayaan , pencurian, perampokan, pemekorsaan. Sehingga pemabukan disebut
sebagai ibu kejahatan
3). Apakah makna pemabukan dalam psikiatris?

Dari pandangan psikiatri dan kriminologi dapat dibedakan tiga tipe penggunaan alkohol :

- Tipe normal. Mereka menggunakan alkohol kadang-kadang saja. Penggunaan alkohol di sini dapet
mengganggu kemampuan fisik dan mental yang kadang-kadang dapat menghasilkan kejahatan
kekerasan, pelanggaran seks, pembakaran atau balas dendam.

- Peminum pathologist, terjadi pada orang-orang yang mentalnya tidak stabil, dan sebagainya. Orang
macam ini akan menjadi garang mesldpun hanya. Orang maca mini akan menjadi garang mesikipun
hanya minum alkohol dalam jumlah sangat sedikit

- Alkoholis yang kronis, yang dapat mengakibatkan menjadi kurang waras

dengan halusinasi.

4). Seberapa jauh sikap hukum pidana terhadap kejahatan yang dilakukan sebagai akibat tingkat
pemabukan yang berbeda – beda ?

Orang yang mabuk itu berbeda – beda, ada yang hanya minum beberapa ml sudah mabuk , ada
yang cuman setengah mabuk , ada yang gejala – gejalanya saja. Orang mabuk ini tergantung dari
kondisi fisik masing - masing. Bagaimana sikap hukum pidana terhadap jenis pemabukan yang
berbeda – beda tadi ? Bisa diilustrasikan bahwa dalah hukum pidana itu memang ada ajaran
kesalahan, orang itu melakukan kejahatan apabila ia bersalah. Arti dari kesalahan yaitu orang itu
mampu bertanggung jawab dan juga dilakukan dengan kesalahan , baik dolus ataupun culpa
(sengaja atau lalai). Nah apakah disini orang mabuk dapat dikatakan sebagai orang yang mampu
bertanggung jawab? Arti orang yang dapat bertanggungjawab adalah orang yang jiwanya normal ,
sedangkan orang yang mabuk itu jiwanya tidak normal Karenna saraf pusatnya sudah terganggu , ia
sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri ataupun mengontrol orang lain, juga tidak bisa
mengontrol mana itu perbuatan yang baik atau buruk . Kalau begitu apakah dia dapat
dipertanggungjwabkan dalam hukum pidana ? Dalam hukum pidana ada 2 pendapat : Bahwa
apabila orang mabuk tadi memang sengaja mabuk untuk melakukan kejahatan , berarti meskipun ia
mabuk tetap dapat dipidana karena mabuknya itu merupakan suatu alat atau cara untuk
melakukan kejahatan. Tetapi kalau pemabukannya itu tanpa disengaja , misalnya : Orang yag
mabuk sampai tidak sadarkan diri , kemudian secara tidak sadar ia merusak tempat hiburan , ini
bisa saja bahwa perbuatan tadi itu mungkin tidak dapat dipertanggungjawabkan atau meringankan
pidananya.

2). Psikoses Fungsional

Organnya tidak masalah, sehat , organnya utuh, tetapi fungsinya lah yang tidak benar/sakit / tidak
berfungsi sebagai mana mestinya

- Paranoia : Penderitanya antara lain diliputi khayalan (delusi), merasa hebat,merasa dikejar-kejar.
Biasanya sering dialami oleh orang yang kecanduan alkohol dan orang yang kecanduan narkoba

- Maniac – depressive psikhoses : Penderitanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dari


kegembiraan yang berlebihan ke kesedihan. Keadaan yang demikian bisa berlangsung berhari-hari
bahkan berminggu-minggu atau lebih lama lagi, bunuh diri, pencurian, kecil-kecilan, penipuan,
pemabukan.

- Schizoprenia : Sering dianggap sebagai bentuk psikoses fungsional yang paling banyak dan penting.
Pada penderitanya ada kepribadian yang banyak dan penting. Pada penderitanya ada kepribadian
yang terpecah. Melarikan diri dari kenyataan. Hidup dengan fantasi, terpecah. Melarikan diri dari
kenyataan. Hidup dengan fantasi, delusi dan halusinasi. Tidak bisa memahami lingkungannya.
Kadang-kadang merasa ada orang yang menghipnotis dirinya.

B. Neuroses

1). Anxiety Neuroses dan Phobia

Keadaannya ditandai dengan ketakutan yang tidak wajar dan berlebih-lebihan terhadap adanya
bahaya dari sesuatu atau pada sesuatu yang tidak ada sama sekali. Jika dihubungkan dengan
obyek atau ideologi tertentu disebut phobia.

Beberapa jenis dari phobia yaitu :

- Nycotophobia : takut pada kegelapan

- Gynophobia : takut terhadap wanita

- Aerophobia : takut terhadap tempat tinggi

- Ochlophobia : takut terhadap orang banyak

- Monophobia : takut terhadap kesunyian / berada sendirian

2). Histeria

Bagi si penderitanya, terdapat disosiasi antara dirinya dengan lingkungannya dalam berbagai
bentuk. Pada umumnya sangat egosentris, emosional dan suka bohong. Pada umumnya penderita
histeria ini dialami oleh wanita

3). Obsesional dan Compulsive Neuroses

Penderitanya memiliki keinginan atau ide-ide yang tidak rasional dan tidak dapat ditahan. Sering
dikatakan bahwa hal ini disebabkan karena ada keinginan-keinginan (seksual) yang ditekan
disebabkan adanya ketakutan untuk melakukan keinginan tersebut (karena adanya norma – norma
atau akibat tertentu). Bentuk obsesional dan Compulsive Neuroses antara lain kleptomania,
discomania, fetishisme, exhibitionist,pyromania. Mengenai penelitian tentang adanya kleptomania
dilaukanoleh T.C.N Gibbens, pada pencurian yang dilakukan di supermarket.

Anda mungkin juga menyukai