Bukti Permulaan Yang Cukup : Bukti minimal sekurang – kurangnya harus ada 2 alat bukti yang
sah dan harus ada surat perintah penangkapan
Perbedaan Tersangka dengan Terdakwa :
Tersangka merupakan seseorang yang berdasarkan bukti permulaan yang cukup diperiksa di
tingkat sebelum PN ( seseorang yang di duga melakukan tindak pidana yang diperiksa sebelum
di tingkat PN ) . Sedangkan Terdakwa merupakan seorang tersangka yang diperiksa di tingkat
PN.
Terpidana : Terdakwa yang telah dijatuhi putusan pidana / sudah dieksekusi
Pemeriksaan sebelum di tingkat PN : Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan
Syarat sah nya suatu penahanan :
- Syarat objektif : Ancaman pidana yang didakwakan 5 tahun ke atas
- Syarat subjektif : Artinya pihak aparat ketakutan apabila seandainya Tersangka itu melarikan
diri, mengulangi TP, menghilangkan alat bukti / Kekhawatiran bagi aparat dalam hal ini
penyidik atau penunut umum apabila seandainya Tersangka itu melarikan diri, menghilangkan
barang bukti, , mengulangi TP
HPPP Pertemuan II
Dasar hukum Pra peradilan diatur pada ps. 77 – 83 KUHAP
Pasal 77 :
Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang – undang ini tentang :
a. sah atau tidaknya penangkapan , penahanan , penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan
b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada
tingkat penyidikan atau penuntutan.
Pasal 77 ini sering dikatakan sebagai kewenangan Pra peradilan atau objek Pra peradilan
Maka kalo ditanya apa yang dimaksud Pra peradilan ?
- Yang memeriksa Pra peradilan itu Pengadilan Negeri
Jadi Pra peradilan itu adalah kewenangan PN untuk memeriksa tentang sah atau tidaknya
penangkapan, penahanan, pengentian penyidikan, penghentian penuntutan ; ganti rugi dan atau
rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau
tingkat penuntutan.
Tersangka diduga melakukan TP tetapi tidak ditahan, apakah itu boleh ?
- Ya boleh, karena pihak aparat dalam hal ini tidak khawatir Tersangka melarikan diri,
menguulangi TP, menghilangkan barang bukti. Sehingga seorang Tersangka yang diduga
melakukan TP bisa tidak ditahan selama aparat itu tidak ada kekhawatiran.
Dimungkinkan juga penahanan itu dilakukan lebih lama dari yang ditentukan undang – undang,
contohnya : penahanan di tingkat penyidikan bisa diperpanjang selama 60 hari . Apabila selama
60 hari kalau pemeriksaan belum selesai maka Tersangka harus dikeluarkan.
Contoh : Si Tersangka penahanannya sampai 70 hari dan tidak dikeluar – keluarkan sehingga si
Tersangka bisa complain mengatakan bahwa penahanannya tidak sah
Penyidikan dapat dihentikan karena ( Alasan penyidikan dihentikan ) :
1). Kurang alat bukti
2). Bukan merupakan tindak pidana
3). Tersangka meninggal dunia
4). Adanya daluwarsa
5). Adanya asas Nebis in Idem
Yang melakukan penghentian penyidikan adalah Penyidik, maka dalam hal ini yang merasa
keberatan / komplain adalah JPU , maka dapat mengajukan Pra peradilan
Penuntutan dihentikan karena (Alasan penuntutan dihentikan) :
1). Kurang alat bukti
2). Bukan merupakan tindak pidana
3). Tersangka meninggal dunia
4). Adanya daluwarsa
5). Adanya asas Nebis in Idem
Yang melakukan penghentian penuntutan adalah JPU, maka dalam hal ini yang merasa keberatan
/ komplain adalah Penyidik, maka dapat mengajukan Pra peradilan
Terkait ganti rugi dan rehabilitasi itu bisa diberikan kepada seorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Pasal 78 :
(1) Yang melaksanakan wewenang pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77
adalah praperadilan
(2) Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri dan
dibatu oleh seorang panitera
Dalam ayat 1 diatur mengenai wewenang Praperadilan yang dilaksanakan oleh Pengadilan
Negeri
Dalam ayat 2 intinya dalam pelaksanaan pemeriksaan Praperadilan dilakukan oleh hakim tunggal
dan dibantu oleh seorang panitera.
Hakim tunggal adalah hakim yang jumlahnya terdiri dari lebih dari seorang tetapi harus ganjil
Pasal 79 :
Permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan diajukan
oleh tersangka, keluarga atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan
alasannya.
Pasal 79 itu mengatur pihak – pihak : Tersangka, keluarga atau kuasanya yang dapat mengajukan
Praperadilan tentang sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan
Pasal 80 :
Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan
dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada
ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya.
Pasal 80 itu mengatur pihak – pihak : Penyidik,Penuntut umum, atau Pihak ketiga yang
berkepentingan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan
Pihak ketiga yang berkepentingan itu sering disebut dengan LSM, misalnya MAKI
PERTEMUAN III
Contoh kasus 1 :
Penangkapan Moh. Jibril
(1). Penangkapan Moh. Jibril dilakukan oleh Densus 88 Anti teror
(2). Jibril ditangkap tanpa surat perintah penangkapan
(3). Di tangkap di daerah Pamulang, Tanggerang pada tanggal 25 Agustus 2009 , sekitar pukul
16.10
(4). Tembusan surat perintah penangkapan kepada kuasa hukum tanggal 26 Agustus 2009
(5). Atas kuasa hukum Jibril mengajukan upaya hukum pra peradilann ke PN Jakarta Selatan
Pertanyaan : Pihak – pihak siapa yang berperkara dalam kasus diatas ? Sebut dasar hukumnya
Jawaban :
- Termohon : Penyidik , dalam hal ini Densus 88 Anti Teror
- Pemohon : Kuasa Hukum Jibril
Kasusnya berkaitan tentang sah atau tidaknya penangkapan, alasan tidak sah karena tanpa
disertai surat perintah penangkapan. Dasar hukumnya Ps. 79 KUHAP
Contoh kasus 2 :
(1). Penyidikan terhadap kasus yang melibatkan Tersangka yang diduga meracuni anaknya
dengan obat serangga
(2). Tersangka tersebut dibebaskan dan menjalani perawatan kejiwaan di RS
(3). Kasusnya dinyatakan gugur demi hukum serta dikeluarkan SP3 ( Surat Perintah Penghentian
Penyidikan ) oleh aparat
Pertanyaan : Siapa yang dapat mem- pra peradilan kan dalam kasus diatas ? Sebut dasar
hukumnya
Jawaban : Kasusnya mempermasalahkan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan ,
yang dapat mengajukan pra peradilan adalah JPU atau pihak ketiga yang berkepentingan. Dasar
hukumnya yaitu Pasal 80 KUHAP.
Contoh kasus 3 :
MAKI Tagih Janji Kepolisian
(1). LSM MAKI di Solo memperpanjangkan kelanjutan penyidikan
(2). Mem- praperadilan kan Kepala Poltabes Solo ke Pengadilan
(3). MAKI menilai pihak yang berwenang tidak melakukan tindakan apa pun terhadap kasus ini
(4). Dalam persidangan praperadilan, Kuasa Hukum Kepolisian Solo menyatakan penyidikan
kasus ini tidak terhenti bahkan telah dikeluarkan SPDP (Surat Perintah Dimulainya Penyidikan)
(5). Pemeriksaan terhadap dua pejabat yang terlibat kasus ini belum dipanggil
Pertanyaan : Pihak – pihak siapa dalam kasus diatas? Sebutkan dasar hukumnya
Jawaban : Kasusnya mempermasalahkan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan
( dilihat dari point keempat ). Pihak – pihaknya yaitu :
- Pemohon : LSM MAKI selaku pihak ketiga yang berkepentingan
- Termohon : Kepala Poltabes Solo / Kuasa hukumnya
Dasar hukumnya yaitu Pasal 80 KUHAP.
PERTEMUAN IV
Cara Mengajukan Pra peradilan
1. Permohonan pemeriksaan pra peradilan dilakukan secara tertulis dan diajukan kepada Ketua
PN setempat
2. Dalam menyusun surat permohonan pra peradilan menurut undang – undang.
Surat Permohonan Pra peradilan memuat 3 hal, yaitu :
1). Identitas dari para pihak
Yang dimaksud para pihak yaitu Termohon dan Pemohon
2). Dasar permohonan / fundamentum petendi
Isinya yaitu memuat alasan – alasan dari tuntutan dan dalil – dalil menurut hukum sebagai
dasar tuntutan :
a. Bagian yang menguraikan tentang peristiwa atau kejadian yang merupakan penjelasan
tentang duduk perkara
Contohnya : Ada seorang tersangka ditangkap , tersangka itu merasa penangkapannya itu
tidak sah karena pada waktu penangkapan tanpa adanya surat perintah penangkapan atau
kurangnya bukti permulaan yang cukup. Atas hal tersebut maka harus diuraikan duduk
perkaranya, maka disitu dikatan menguraikan tentang peristiwa atau kejadian yang
merupakan penjelasan tentang duduk perkaranya
b. Bagian yang menguraikan tentang hukumnya yang menjelaskan tentang hubungan
hukum yang menjadi dasar tuntutan
Contoh : Penahanannya dianggap tidak sah oleh tersangka maka disitu dikatakan “mengapa
penahanannya tidak sah? ” misalnya karena jangka waktu penahanannya terlalu lama
melebihi batas waktu karena di dalam KUHAP itu diatur batas waktu di tingkat penyidikan
itu 20 hari diperpanjang 40 hari jadi selama 60 hari. Jadi setelah 60 hari itu si tersangka
harus diselesaikann walaupun itu belum selesai atau telah selesai. Maka dasar hukumnya
21 - …. KUHAP
3. Tuntutan / petitum
a. Tuntutan yang dimohonkan agar diputus dan dikabulkan oleh hakim
Misalnya : Termohon itu mengajukan pemeriksaan pra peradilan tentang penahanannya
yang dianggap tidak sah karena melampaui batas waktu, maka disitu permohonan
tuntutannya supaya permohonannya itu dikabulkan bahwa penahanannya itu dinyatakan
tidak sah
b. Menyerahkan keputusan kepada hakim yang memeriksa
Permohonan Pra peradilan diajukan oleh Ketua PN yang sebelumya di daftarkan terlebih
dahulu di Kepaniteraan Perkara
Acara Pemeriksaan Pra peradilan mirip dengan acara pemeriksaan perkara perdata
Urutan – urutan pemeriksaan pra peradilan di persidangan :
1. Pembukaan sidang oleh hakim
2. Memeriksa kelengkapan para pihak
3. Pembacaan surat permohonan oleh pihak pemohon atau kuasanya atau penasehat hukumnya
4. Replik oleh pemohon pra peradilan
5. Duplik oleh termohon
6. Penyampaian alat – alat bukti tertulis disertai pemeriksaan saksi – saksi dan para pihak
Dalam acara perdata yang pertama diperiksa adalah alat bukti tertulis baru alat bukti saksi dll,
tetapi dalam hukum acara pidana yang pertama kali diperiksa yaitu saksi baru diikuti alat bukti
lain
7. Kesimpulan dari Termohon dan Pemohon
8. Putusan pra peradilan
PERTEMUAN V (TERAKHIR)
Upaya Hukum Pra Peradilan
Praperadilan kaitan dengan upaya hukum itu diatur di dalam Ps. 83 KUHAP
(1). Terhadap putusan praperadilan dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, Pasal
80, dan Pasal 81 tidak dapat dimintakan banding.
- Dalam pasal ini mengatur putusan pra peradilan yang tidak bisa dimintakan upaya hukum
banding
(2) . Dikecualikan dan ketentuan ayat (1) adalah putusan praperadilan yang menetapkan tidak
sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan yang untuk itu dapat dimintakan putusan akhir
ke pengadilan tinggi dalam daerah hukum yang bersangkutan.
- Dalam pasal ini mengatur yang dapat dimintakan upaya hukum pra peradilan mengenai tidak
sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan
Kalau diperhatikan, dari satu pasal terdiri dari 2 ayat, dimana ayat 1 dan ayat 2 saling
bertentangan artinya di dalam ayat 1 semua putusan pra peradilan khususnya ttg Ps.79,80, dan 81
tidak bisa dimintakan upaya hukum, tetapi dalam ayat 2 nya bisa dimintakan upaya hukum di
tingkat banding sebatas mengenai tidak sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan.
- Kewenangan Pra peradilan : sah atau tidaknya penangkapan, sah atau tidaknya penahanan, sah
atau tidaknya penghentian penyidikan, sah atau tidaknya pembuktian penuntutan , ganti rugi
atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan
atau penuntutan (ini merupakan kewenangan pra peradilan yang diatur di dalam KUHAP)
Sebagai perluasan kewenangan pra peradilan itu diatur dalam ketentuan lain yaitu di dalam
Ketentuan MK No. 21/PUU/XII/2014
Perluasannya itu mengenai apa?
- Yaitu mengatur tentang sah atau tidaknya status tersangka
Contoh : Kasus Setya Novanto, yang didakwa melakukan suatu tindak pidana korupsi kaitan
dengan E- KTP tetapi Setya Novanto mengajukan ke Pra peradilan tentang statusnya di aitu sah
atau tidak, awalnya ditolak tetapi setelah ada ketentuan MK tadi maka diterima dan diperiksa ,
ternyata status Setya Novanto sebagai tersangka itu sah.
Di samping mengatur tentang sah atau tidaknya status tersangka juga mengatur arti bukti
permulaan yang cukup ( Sekurang – kurangnya terdapat 2 alat bukti untuk menentukan status
tersangka, dasar hukumnya : Ps. 183 KUHAP )
- Ps. 183 mengatur sistem pembuktian, dimana dalam KUHAP diatur sistem negatief wettelijk atau
digambarkan pembuktian menurut undang – undang secara negatif, dimana disitu harus sekurang –
kurangnya ada 2 alat bukti baru hakim boleh menjatuhkan putusan pidana setelah ada keyakinan
Lembaga Pra Peradilan diatur dalam KUHAP maka dalam perkembangannya itu diubah menjadi Hakim
Komisaris, dasar hukumnya yaitu di RUU KUHAP Tahun 2010
TUGAS : Sebutkan 3 perbedaan pokok antara Lembaga Pra peradilan dengan hakim komisaris
Contoh : terkait upaya hukum
- Upaya hukum di Lembaga Pra peradilan itu ada yg bisa dimintakan upaya hukum, dan ada juga yang
tidak bisa (Ps. 83 KUHAP), sedangkan pada Hakim Komisaris itu tidak bisa dimintakan upaya hukum