Anda di halaman 1dari 12

HPPP Pertemuan 1

Hukum Perlindungan Pemeriksaan Pendahuluan


Pemeriksaan pendahuluan , yaitu pemeriksaan yang meliputi :
1). Pemeriksaan di tingkat penyelidikan
Proses untuk menentukan bahwa perbuatan yang terjadi itu sebagai tindak pidana atau
bukan, contohnya : Ada orang lari – lari di jalan, kemudian dia jatuh, lemas dan akhirnya
mati. Maka di datangi oleh orang lain dan mengecek keadaannya mengapa orang tersebut
mati dan apabila dilihat dari kondisi tubuhnya tidak ditemukan luka, memar sedikitpun.
Sehingga kemungkinan matinya orang tersebut / hilangnya nyawa orang tersebut bukan
karena suatu tindak pidana, melainkan karena suatu penyakit. Sebaliknya apabila pada tubuh
orang tersebut ditemukan luka, memar dapat dimungkinkan orang tersebut mati / hilangnya
nyawa orang tersebut karena suatu tindak pidana ntah itu pembunuhan ntah itu penganiayaan
, sehingga hal tersebut perlu di proses lebih lanjut ke tingkat penyidikan.
Penyelidikan dilakukan oleh pihak aparat penyelidik
2). Penyidikan
Penyelidikan dilakukan oleh pihak aparat penyidik
3). Penuntutan
Penuntutan dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum
Jadi pemeriksaan pendahuluan itu merupakan pemeriksaan sebelum maju ke sidang pengadilan
Pemeriksaan Pendahuluan ini bukan pemeriksaan di tingkat PN ( sebelum di tingkat PN),
walaupun dalam prakteknya sidangnya tetap di PN.
Dalam hal ini harus diketahui perlindungan terhadap pelaku baik pelaku di tingkat penyelidikan,
penyidikan, maupun penuntutan.
Misalnya : Tersangka mencuri tas di pasar. Kemudian Tersangka yang mencuri tas tersebut
otomatis ditangkap oleh pihak penyelidik. Saat akan ditangkap Tersangka bilang “loh kok aku
ditangkap tidak sesuai aturan ya?”. Sehingga Saudara harus mengetahui aturannya atau sesuai
aturan seperti :
1). Harus punya bukti permulaan yang cukup
2). Adanya surat perintah penangkapan
Maka kedua syarat itu harus ada, seandainya apabila Tersangka atau Pelaku ditangkap tetapi
tidak ada surat penangkapan, maka Pelaku tersebut dapat mengajukan Pra – Peradilan. Jadi untuk
suatu penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan harus sesuai dengan aturan.
Contoh :
Seandainya seorang Tersangka ditangkap oleh pihak aparat penyidik, ternayata Tersangka ini
ketika ditangkap tidak ada Surat Perintah Penangkapan. Apakah penangkapan terhadap
Tersangka itu sah ?
Secara umum penangkapan tersebut dapat dikatakan tidak sah, tetapi terdapat suatu
pengecualian, seandainya Tersangka itu tertangkap tangan, maka tanpa Surat Perintah
Penangkapan itu boleh dilakukan penangkapan nanti baru apabila sudah ditangkap dibuatkan
surat penangkapan. Mengapa itu boleh? Karena bisa saja apabila dibuatkan surat penangkapan
terlebih dahulu terhadap si Tersangka yang tertangkap tangan, Tersangka tersebut malah bisa
saja melarikan diri

Bukti Permulaan Yang Cukup : Bukti minimal sekurang – kurangnya harus ada 2 alat bukti yang
sah dan harus ada surat perintah penangkapan
Perbedaan Tersangka dengan Terdakwa :
Tersangka merupakan seseorang yang berdasarkan bukti permulaan yang cukup diperiksa di
tingkat sebelum PN ( seseorang yang di duga melakukan tindak pidana yang diperiksa sebelum
di tingkat PN ) . Sedangkan Terdakwa merupakan seorang tersangka yang diperiksa di tingkat
PN.
Terpidana : Terdakwa yang telah dijatuhi putusan pidana / sudah dieksekusi
Pemeriksaan sebelum di tingkat PN : Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan
Syarat sah nya suatu penahanan :
- Syarat objektif : Ancaman pidana yang didakwakan 5 tahun ke atas
- Syarat subjektif : Artinya pihak aparat ketakutan apabila seandainya Tersangka itu melarikan
diri, mengulangi TP, menghilangkan alat bukti / Kekhawatiran bagi aparat dalam hal ini
penyidik atau penunut umum apabila seandainya Tersangka itu melarikan diri, menghilangkan
barang bukti, , mengulangi TP

HPPP Pertemuan II
Dasar hukum Pra peradilan diatur pada ps. 77 – 83 KUHAP

Pasal 77 :
Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang – undang ini tentang :
a. sah atau tidaknya penangkapan , penahanan , penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan
b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada
tingkat penyidikan atau penuntutan.
Pasal 77 ini sering dikatakan sebagai kewenangan Pra peradilan atau objek Pra peradilan
Maka kalo ditanya apa yang dimaksud Pra peradilan ?
- Yang memeriksa Pra peradilan itu Pengadilan Negeri
Jadi Pra peradilan itu adalah kewenangan PN untuk memeriksa tentang sah atau tidaknya
penangkapan, penahanan, pengentian penyidikan, penghentian penuntutan ; ganti rugi dan atau
rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau
tingkat penuntutan.
Tersangka diduga melakukan TP tetapi tidak ditahan, apakah itu boleh ?
- Ya boleh, karena pihak aparat dalam hal ini tidak khawatir Tersangka melarikan diri,
menguulangi TP, menghilangkan barang bukti. Sehingga seorang Tersangka yang diduga
melakukan TP bisa tidak ditahan selama aparat itu tidak ada kekhawatiran.
Dimungkinkan juga penahanan itu dilakukan lebih lama dari yang ditentukan undang – undang,
contohnya : penahanan di tingkat penyidikan bisa diperpanjang selama 60 hari . Apabila selama
60 hari kalau pemeriksaan belum selesai maka Tersangka harus dikeluarkan.
Contoh : Si Tersangka penahanannya sampai 70 hari dan tidak dikeluar – keluarkan sehingga si
Tersangka bisa complain mengatakan bahwa penahanannya tidak sah
Penyidikan dapat dihentikan karena ( Alasan penyidikan dihentikan ) :
1). Kurang alat bukti
2). Bukan merupakan tindak pidana
3). Tersangka meninggal dunia
4). Adanya daluwarsa
5). Adanya asas Nebis in Idem
Yang melakukan penghentian penyidikan adalah Penyidik, maka dalam hal ini yang merasa
keberatan / komplain adalah JPU , maka dapat mengajukan Pra peradilan
Penuntutan dihentikan karena (Alasan penuntutan dihentikan) :
1). Kurang alat bukti
2). Bukan merupakan tindak pidana
3). Tersangka meninggal dunia
4). Adanya daluwarsa
5). Adanya asas Nebis in Idem
Yang melakukan penghentian penuntutan adalah JPU, maka dalam hal ini yang merasa keberatan
/ komplain adalah Penyidik, maka dapat mengajukan Pra peradilan
Terkait ganti rugi dan rehabilitasi itu bisa diberikan kepada seorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
Pasal 78 :
(1) Yang melaksanakan wewenang pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77
adalah praperadilan
(2) Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri dan
dibatu oleh seorang panitera
Dalam ayat 1 diatur mengenai wewenang Praperadilan yang dilaksanakan oleh Pengadilan
Negeri
Dalam ayat 2 intinya dalam pelaksanaan pemeriksaan Praperadilan dilakukan oleh hakim tunggal
dan dibantu oleh seorang panitera.
Hakim tunggal adalah hakim yang jumlahnya terdiri dari lebih dari seorang tetapi harus ganjil
Pasal 79 :
Permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan diajukan
oleh tersangka, keluarga atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan
alasannya.
Pasal 79 itu mengatur pihak – pihak : Tersangka, keluarga atau kuasanya yang dapat mengajukan
Praperadilan tentang sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan
Pasal 80 :
Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan
dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada
ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya.
Pasal 80 itu mengatur pihak – pihak : Penyidik,Penuntut umum, atau Pihak ketiga yang
berkepentingan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan
Pihak ketiga yang berkepentingan itu sering disebut dengan LSM, misalnya MAKI

PERTEMUAN III
Contoh kasus 1 :
Penangkapan Moh. Jibril
(1). Penangkapan Moh. Jibril dilakukan oleh Densus 88 Anti teror
(2). Jibril ditangkap tanpa surat perintah penangkapan
(3). Di tangkap di daerah Pamulang, Tanggerang pada tanggal 25 Agustus 2009 , sekitar pukul
16.10
(4). Tembusan surat perintah penangkapan kepada kuasa hukum tanggal 26 Agustus 2009
(5). Atas kuasa hukum Jibril mengajukan upaya hukum pra peradilann ke PN Jakarta Selatan
Pertanyaan : Pihak – pihak siapa yang berperkara dalam kasus diatas ? Sebut dasar hukumnya
Jawaban :
- Termohon : Penyidik , dalam hal ini Densus 88 Anti Teror
- Pemohon : Kuasa Hukum Jibril
Kasusnya berkaitan tentang sah atau tidaknya penangkapan, alasan tidak sah karena tanpa
disertai surat perintah penangkapan. Dasar hukumnya Ps. 79 KUHAP

Contoh kasus 2 :
(1). Penyidikan terhadap kasus yang melibatkan Tersangka yang diduga meracuni anaknya
dengan obat serangga
(2). Tersangka tersebut dibebaskan dan menjalani perawatan kejiwaan di RS
(3). Kasusnya dinyatakan gugur demi hukum serta dikeluarkan SP3 ( Surat Perintah Penghentian
Penyidikan ) oleh aparat
Pertanyaan : Siapa yang dapat mem- pra peradilan kan dalam kasus diatas ? Sebut dasar
hukumnya
Jawaban : Kasusnya mempermasalahkan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan ,
yang dapat mengajukan pra peradilan adalah JPU atau pihak ketiga yang berkepentingan. Dasar
hukumnya yaitu Pasal 80 KUHAP.

Contoh kasus 3 :
MAKI Tagih Janji Kepolisian
(1). LSM MAKI di Solo memperpanjangkan kelanjutan penyidikan
(2). Mem- praperadilan kan Kepala Poltabes Solo ke Pengadilan
(3). MAKI menilai pihak yang berwenang tidak melakukan tindakan apa pun terhadap kasus ini
(4). Dalam persidangan praperadilan, Kuasa Hukum Kepolisian Solo menyatakan penyidikan
kasus ini tidak terhenti bahkan telah dikeluarkan SPDP (Surat Perintah Dimulainya Penyidikan)
(5). Pemeriksaan terhadap dua pejabat yang terlibat kasus ini belum dipanggil
Pertanyaan : Pihak – pihak siapa dalam kasus diatas? Sebutkan dasar hukumnya
Jawaban : Kasusnya mempermasalahkan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan
( dilihat dari point keempat ). Pihak – pihaknya yaitu :
- Pemohon : LSM MAKI selaku pihak ketiga yang berkepentingan
- Termohon : Kepala Poltabes Solo / Kuasa hukumnya
Dasar hukumnya yaitu Pasal 80 KUHAP.

Pra peradilan itu mempunyai tujuan dan fungsi


Tujuan : Melindungi hak – hak tersangka (di tingkat pemeriksaan pendahuluan )
Mengapa di tingkat pemeriksaan pendahuluan ?
Karena dilakukan sebelum masuk ke pengadilan, yaitu di tingkat Penyelidikan, Penyidikan,
Penuntutan.
Fungsi : - Sebagai pengawasan secara horizontal ( Jadi antara aparat penyidik dan JPU itu saling
mengawasi. Kalau JPU mengawasi penghentian penyidikan yang dilakukan oleh
penyidik,Penyidik juga dapat melakukan pengawasan kepada JPU apabila terjadi penghentian
penuntutan.)

PERTEMUAN IV
Cara Mengajukan Pra peradilan
1. Permohonan pemeriksaan pra peradilan dilakukan secara tertulis dan diajukan kepada Ketua
PN setempat
2. Dalam menyusun surat permohonan pra peradilan menurut undang – undang.
Surat Permohonan Pra peradilan memuat 3 hal, yaitu :
1). Identitas dari para pihak
Yang dimaksud para pihak yaitu Termohon dan Pemohon
2). Dasar permohonan / fundamentum petendi
Isinya yaitu memuat alasan – alasan dari tuntutan dan dalil – dalil menurut hukum sebagai
dasar tuntutan :
a. Bagian yang menguraikan tentang peristiwa atau kejadian yang merupakan penjelasan
tentang duduk perkara
Contohnya : Ada seorang tersangka ditangkap , tersangka itu merasa penangkapannya itu
tidak sah karena pada waktu penangkapan tanpa adanya surat perintah penangkapan atau
kurangnya bukti permulaan yang cukup. Atas hal tersebut maka harus diuraikan duduk
perkaranya, maka disitu dikatan menguraikan tentang peristiwa atau kejadian yang
merupakan penjelasan tentang duduk perkaranya
b. Bagian yang menguraikan tentang hukumnya yang menjelaskan tentang hubungan
hukum yang menjadi dasar tuntutan
Contoh : Penahanannya dianggap tidak sah oleh tersangka maka disitu dikatakan “mengapa
penahanannya tidak sah? ” misalnya karena jangka waktu penahanannya terlalu lama
melebihi batas waktu karena di dalam KUHAP itu diatur batas waktu di tingkat penyidikan
itu 20 hari diperpanjang 40 hari jadi selama 60 hari. Jadi setelah 60 hari itu si tersangka
harus diselesaikann walaupun itu belum selesai atau telah selesai. Maka dasar hukumnya
21 - …. KUHAP
3. Tuntutan / petitum
a. Tuntutan yang dimohonkan agar diputus dan dikabulkan oleh hakim
Misalnya : Termohon itu mengajukan pemeriksaan pra peradilan tentang penahanannya
yang dianggap tidak sah karena melampaui batas waktu, maka disitu permohonan
tuntutannya supaya permohonannya itu dikabulkan bahwa penahanannya itu dinyatakan
tidak sah
b. Menyerahkan keputusan kepada hakim yang memeriksa
Permohonan Pra peradilan diajukan oleh Ketua PN yang sebelumya di daftarkan terlebih
dahulu di Kepaniteraan Perkara

Seandainya ada pertanyaan, “ Surat permohonan itu memuat apa ? ”


- Identitas para pihak , dasar permohonan / fundamentum petendi , tuntutan / petitum
Dalam dasar permohonan / fundamentum petendi, sebutkan bagian – bagian yang ada di
dalamnya!
- Bagian yang menguraikan tentang peristiwa atau kejadian yang merupakan penjelasan tentang
duduk perkara, bagian yang menguraikan tentang hukumnya yang menjelaskan tentang
hubungan hukum yang menjadi dasar tuntutan

Acara Pemeriksaan Pra peradilan


Acara : Urutan – urutan , Cara : Teknik / metode
1. Penentuan hari sidang
Dalam waktu 3 hari setelah permohonan tersebut diterima, hakim yang ditunjuk menetapkan
hari sidang ( Ps. 82 ayat huruf a KUHAP)
2. Pemeriksaan pra peradilan dilakukan secara cepat
Artinya selambat – lambatnya dalam waktu 7 hari , hakim yang memeriksa perka pra peradilan
harus sudah menjatuhkan putusannya (Ps. 82 ayat 1 huruf c )
Kalo ada soal “ Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan pra peradilan dilakukan secara cepat ?”
- Jadi selambat – lambatnya dalam waktu 7 hari , hakim yang memeriksa perka pra peradilan
harus sudah menjatuhkan putusannya
Bagaimana kalau dalam jangka waktu 7 hari itu belum diputus ?
- Akibat hukumnya maka pemeriksaan pra peradilan tersebut gugur
Kapan pemeriksaan pra peradilan itu dianggap gugur ?
- Apabila dalam 7 hari itu hakim belum menjatuhkan putusannya
3. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim tunggal
Dasar hukumnya Ps. 78 ayat 2 KUHAP
Bagaimana bentuk hakim yang memeriksa pra peradilan itu ?
- Hakim yang memeriksa pra peradilan itu berbentuk tunggal yang dibantu oleh seorang panitera

Acara Pemeriksaan Pra peradilan mirip dengan acara pemeriksaan perkara perdata
Urutan – urutan pemeriksaan pra peradilan di persidangan :
1. Pembukaan sidang oleh hakim
2. Memeriksa kelengkapan para pihak
3. Pembacaan surat permohonan oleh pihak pemohon atau kuasanya atau penasehat hukumnya
4. Replik oleh pemohon pra peradilan
5. Duplik oleh termohon
6. Penyampaian alat – alat bukti tertulis disertai pemeriksaan saksi – saksi dan para pihak
Dalam acara perdata yang pertama diperiksa adalah alat bukti tertulis baru alat bukti saksi dll,
tetapi dalam hukum acara pidana yang pertama kali diperiksa yaitu saksi baru diikuti alat bukti
lain
7. Kesimpulan dari Termohon dan Pemohon
8. Putusan pra peradilan
PERTEMUAN V (TERAKHIR)
Upaya Hukum Pra Peradilan
Praperadilan kaitan dengan upaya hukum itu diatur di dalam Ps. 83 KUHAP

(1). Terhadap putusan praperadilan dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, Pasal
80, dan Pasal 81 tidak dapat dimintakan banding.

- Dalam pasal ini mengatur putusan pra peradilan yang tidak bisa dimintakan upaya hukum
banding

(2) . Dikecualikan dan ketentuan ayat (1) adalah putusan praperadilan yang menetapkan tidak
sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan yang untuk itu dapat dimintakan putusan akhir
ke pengadilan tinggi dalam daerah hukum yang bersangkutan.
- Dalam pasal ini mengatur yang dapat dimintakan upaya hukum pra peradilan mengenai tidak
sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan
Kalau diperhatikan, dari satu pasal terdiri dari 2 ayat, dimana ayat 1 dan ayat 2 saling
bertentangan artinya di dalam ayat 1 semua putusan pra peradilan khususnya ttg Ps.79,80, dan 81
tidak bisa dimintakan upaya hukum, tetapi dalam ayat 2 nya bisa dimintakan upaya hukum di
tingkat banding sebatas mengenai tidak sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan.

Pertanyaan : Bagaimana upaya hukum tentang putusan pra peradilan?


- Upaya hukum untuk putusan pra peradilan itu tidak dapat dimintakan upaya hukum sebatas
mengenai Ps. 79 dan Ps.81 , yang dapat dimintakan upaya hukum adalah putusan pra
peradilan yang diatur dalam Ps.80 tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau
penuntutan

- Kewenangan Pra peradilan : sah atau tidaknya penangkapan, sah atau tidaknya penahanan, sah
atau tidaknya penghentian penyidikan, sah atau tidaknya pembuktian penuntutan , ganti rugi
atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan
atau penuntutan (ini merupakan kewenangan pra peradilan yang diatur di dalam KUHAP)
Sebagai perluasan kewenangan pra peradilan itu diatur dalam ketentuan lain yaitu di dalam
Ketentuan MK No. 21/PUU/XII/2014
Perluasannya itu mengenai apa?
- Yaitu mengatur tentang sah atau tidaknya status tersangka
Contoh : Kasus Setya Novanto, yang didakwa melakukan suatu tindak pidana korupsi kaitan
dengan E- KTP tetapi Setya Novanto mengajukan ke Pra peradilan tentang statusnya di aitu sah
atau tidak, awalnya ditolak tetapi setelah ada ketentuan MK tadi maka diterima dan diperiksa ,
ternyata status Setya Novanto sebagai tersangka itu sah.
Di samping mengatur tentang sah atau tidaknya status tersangka juga mengatur arti bukti
permulaan yang cukup ( Sekurang – kurangnya terdapat 2 alat bukti untuk menentukan status
tersangka, dasar hukumnya : Ps. 183 KUHAP )
- Ps. 183 mengatur sistem pembuktian, dimana dalam KUHAP diatur sistem negatief wettelijk atau
digambarkan pembuktian menurut undang – undang secara negatif, dimana disitu harus sekurang –
kurangnya ada 2 alat bukti baru hakim boleh menjatuhkan putusan pidana setelah ada keyakinan

Lembaga Pra Peradilan diatur dalam KUHAP maka dalam perkembangannya itu diubah menjadi Hakim
Komisaris, dasar hukumnya yaitu di RUU KUHAP Tahun 2010

TUGAS : Sebutkan 3 perbedaan pokok antara Lembaga Pra peradilan dengan hakim komisaris
Contoh : terkait upaya hukum
- Upaya hukum di Lembaga Pra peradilan itu ada yg bisa dimintakan upaya hukum, dan ada juga yang
tidak bisa (Ps. 83 KUHAP), sedangkan pada Hakim Komisaris itu tidak bisa dimintakan upaya hukum

Perbedaan antara Lembaga Pra peradilan dengan Hakim Komisaris :


1. Kewenangan
Kewenangan Lembaga Praperadilan yaitu berwenang untuk memeriksa dan memutus tentang sah atau
tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan , juga ganti
kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat
penyidikan atau penuntutan (Ps. 77 KUHAP), sedangkan kewenangan yang dimiliki oleh Hakim
Komisaris itu lebih luas yaitu tidak hanya terbatas tentang sah atau tidaknya penangkapan dan
penahanan ataupun penghentian penyidikan dan penuntutan , melainkan juga mengenai sah atau
tidaknya penggeledahan , penyitaan atau penyadapan;pembatalan atau penangguhan penahanan;
mengenai keterangan yang dibuat oleh tersangka atau terdakwa dengan melanggar hak untuk tidak
memberatkan diri sendiri alat bukti atau pernyataan yang diperoleh secara tidak sah tidak dapat
dijadikan alat bukti; ganti kerugian dan/atau rehabilitasi untuk seseorang yang ditangkap atau ditahan
secara tidak sah atau ganti kerugian untuk setiap hak milik yang disita secara tidak sah; tersangka atau
terdakwa berhak untuk atau diharuskan untuk didampingi oleh pengacara; bahwa penyidikan atau
penuntutan telah dilakukan untuk tujuan yang tidak sah; penghentian penyidikan atau penghentian
penyidikan yang tidak berdasarkan asas oportunitas; layak atau tidaknya suatu perkara untuk
dilakukan penuntutan ke pengadilan dan pelanggaran terhadap hak tersangka apapun yang lain yang
terjadi selama tahap penyidikan.(Pasal 111 RUU KUHAP Tahun 2010).
2. Pengajuan Permohonan Pemeriksaan
Lembaga Pra Peradilan
Hakim praperadilan bersifat menunggu adanya permohonan dari pemohon yang merasa bahwa haknya
telah dilanggar dalam hal pengujian upaya paksa maupun permohonan ganti kerugian dan atau
rehabilitasi. Jadi tidak dapat melakukan persidangan tanpa adanya suatu permohonan. Pihak-pihak
yang dapat mengajukan permohonan praperadilan terkait sah tidaknya suatu penangkapan atau
penahanan adalah tersangka, keluarga atau kuasanya (pasal 79 KUHAP) Sedangkan terkait sah
tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan,pihak yang berhak mengajukan
praperadilan adalah penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan (pasal 80
KUHAP).
Hakim Komisaris
Hakim komisaris mempunyai tambahan kewenangan inisiatif dimana tanpa perlu adanya permohonan.
Pemeriksaan dalam Lembaga Hakim Komisaris dilakukan dengan permohonan atau tanpa permohonan
oleh tersangka atau terdakwa, keluarga, atau kuasanya kepada Hakim Komisaris.Permohonan diajukan
oleh tersangka atau penasihat hukumnya atau oleh penuntut umum (pengecualiannya: dalam hal layak
atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke pengadilan, yang dapat mengajukan
permohonan hanyalah penuntut umum), diatur dalam pasal 111 ayat (2) RUU KUHAP. Selain itu,
hakim komisaris dapat memutuskan hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal 111 RUU
KUHAP atas inisiatifnya sendiri, kecuali ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i pasal
111 RUU KUHAP, yaitu dalam hal layak atau tidaknya suatu perkara untuk dilakukan penuntutan ke
pengadilan.

3. Tata Cara Pemeriksaan


Lembaga Pra Peradilan
- Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri dan dibantu
oleh seorang Panitera (pasal 78 ayat (2) KUHAP).
- Dalam waktu 3 (tiga) hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang ditunjuk menetapkan hari sidang
(pasal 82 ayat (1) huruf a KUHAP)
- Dalam pemeriksaannya, hakim mendengar keterangan, baik dari tersangka atau pemohon maupun dari
pejabat yang berwenang (pasal 82 ayat (1) huruf b KUHAP).
- Praperadilan dilakukan dengan proses pemeriksaan cepat dan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari hakim
harus sudah menjatuhkan putusannya (pasal 82 ayat (1) huruf c KUHAP ).
- Jika suatu (pokok) perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri, sedangkan permintaan
pemeriksaan praperadilan belum selesai, maka permintaan tersebut gugur (pasal 82 ayat (1) huruf d
KUHAP). Atau dengan kata lain apabila pemeriksaan telah melampaui waktu 7 (tujuh) hari, maka
pemeriksaan praperadilan tersebut gugur.
- Permintaan praperadilan bisa diajukan lagi terhadap upaya paksa yang lain di tingkat penyidikan
maupun di tingkat penuntutan. Atau dengan kata lain, tidak menutup kemungkinan permintaan
praperadilan diajukan lagi, lebih dari sekali. Hal ini didasarkan pada pasal 82 ayat (1) huruf e KUHAP.
Hakim Komisaris
- Hakim komisaris diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul ketua Pengadilan Tinggi yang
daerah hukumnya meliputi pengadilan negeri setempat (pasal116 ayat (1) RUU KUHAP) dan hakim
komisaris diangkat untuk masa jabatan selama 2 (dua) tahun dan dapat diangkat kembali hanya untuk satu
kali masa jabatan (pasal 116 ayat (2) RUU KUHAP).
- Hakim komisaris memberikan keputusan dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari terhitung sejak
menerima permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (2).
- Hakim komisaris memberikan keputusan atas permohonan berdasarkan hasil penelitian salinan dari
surat perintah penangkapan, penahanan, penyitaan, atau catatan lainnya yang relevan.
- Hakim komisaris dapat mendengar keterangan dari tersangka atau penasihat hukumnya, penyidik, atau
penuntut umum. - Apabila diperlukan, hakim komisaris dapat meminta keterangan dibawah sumpah dari
saksi yang relevan dan alat bukti surat yang relevan.
- Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (2) tidak menunda proses penyidikan.

Anda mungkin juga menyukai