MATERI TB-dikonversi
MATERI TB-dikonversi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
A.1. Definisi 1,6-9
TB (Tuberkulosis) merupakan penyakit menular yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar
kuman ini menyerang paru (TB paru), dan dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe,
tulang, dan lain-lain. TB dapat disembuhkan dengan berobat secara
tepat dan teratur minimal 6 bulan. Kuman TB menular dari seorang
pasien TB menular (BTA positif) yang batuk dan bakteri tersebut
menyebar melalui udara yang terhirup orang sehat.
A.2. Etiologi 10,11
Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya
penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host),
penyebab (agent) dan lingkungan (environment) yang digambarkan
sebagai segitiga. Perubahan dari sektor lingkungan akan
mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu
maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut.
Pada prinsipnya secara umum kejadian penyakit yang
digambarkan sebagai segitiga epidemiologi menggambarkan
hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agen
dan lingkunan seperti gambar berikut:
http://digilib.unimus.ac.id
Agent
Host Environment
b. Host (Pejamu)
Pejamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh
pengaruh agent. Dalam penelitian ini yang diteliti dari faktor
penjamu adalah faktor Manusia.
c. Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang
bukan bagian dari agent maupun pejamu, tetapi mampu
menginteraksikan agent dan pejamu.
A.3. Patogenesis 1
A.3.1. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas
akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu
sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer.
Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam
paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer
akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis
regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis
regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer
ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut:
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
(restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain
sarang ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara:
a. Perkontinuitatum (menyebar ke sekitamya)
Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu
suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus
lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar
sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman
tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang
tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru
bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen.
Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh,
jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan
dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak
terdapat imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,
typhobacillosis landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya,
misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan
sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin
berakhir dengan:
a. Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya
pertumbuhan terbelakang pada anak setelah
mendapat meningoensefalitis, tuberkuloma) atau
b. Meninggal
A.3.2. Tuberkulosis Post-primer (Sekunder)
Tuberkulosis post-primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada
usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post-primer mempunyai nama
yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,
localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan
sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber
penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior
maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk
suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan
mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:
1. Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan
cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses
penyembuhan dengan membentuk jaringan fibrosis.
Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh
dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi
aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan
menimbulkan kaviti, bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju
(jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan
dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya
berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal
(kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni
baru. Sarang pneumoni ini akan mengikuti pola
perjalanan seperti yang disebutkan di atas.
b. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan
disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,
mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.
c. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed
cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus
diri dan akhimya mengecil. Kemungkinan berakhir
sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga
kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
Gambar 2.2. Skema perkembangan sarang tuberkulosis post-primer dan
perjalanan penyembuhannya
C.2. Pendidikan 14
Di banyak negara pendidikan sampai jenjang tertentu
dinyatakan gratis apabila bersekolah pada fasilitas pendidikan yang
disediakan pemerintah. Di Indonesia pendidikan hingga SD (6 tahun)
dinyatakan gratis dan ada gagasan membuat ini gratis hingga tingkat
SLTP (9 tahun). Di banyak negara yang sudah maju pendidikan
hingga tingkat SMU (12 tahun) dinyatakan gratis. Dari kenyataan
tersebut di atas tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memang
sangat diperlukan dan berguna bagi anggota masyarakat. Pendidikan
sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan untuk
memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik tapi juga
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan
kehidupan sehari-hari.
Sebelum membahas kaitan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku yang dalam hal ini adalah kepatuhan minum obat, ada
baiknya dikemukakan terlebih dahulu arti dari pendidikan. Menurut
Robinson (2006) Pendidikan adalah
a. Merupakan sembarang proses yang dipakai individu untuk
memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan
sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan.
b. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu
lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia
dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan
pribadinya.
Dari uraian kedua definisi tersebut kita mengetahui bahwa
pendidikan dapat bersifat formal dan tidak formal. Bersifat formal
apabila peningkatan kecakapan itu dilakukan dalam lingkungan
khusus (misalnya: sekolah) dan tidak formal apabila kecakapan itu
diperoleh lewat pengalaman kehidupan atau belajar sendiri dari
lingkungan. Namun apabila dihubungkan dengan fenomena lain
(misalnya perilaku kepatuhan minum obat) maka yang digunakan
adalah tingkat pendidikan formal sebab yang diperoleh lewat
pengalaman kehidupan atau lingkungan susah ditentukan besarannya
kecuali dijadikan variabel tersendiri berupa pengalaman.
Tujuan dari pendidikan sebenarnya dari definisi di atas juga
telah tersirat di dalam pendidikan tersebut yaitu meningkatkan
kecakapan seseorang. Namun tujuan pendidikan itu dapat
menciptakan integritas atau kesempurnaan pribadi. Integritas itu
menyangkut jasmaniah, intelektual, emosional, dan etis. Dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Hal ini
berarti tujuan pendidikan itu sangat luas karena menyangkut
perbaikan sikap dan perilaku anak didik. Manfaatnya terkait dengan
seluruh kehidupan manusia itu sendiri baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota masyarakat. Namun salah satu manfaat yang tidak
dapat diabaikan adalah adanya harapan bahwa peningkatan
pendidikan akan menghasilkan perubahan perilaku di kemudian hari.
Pendidikan itu sendiri apabila disertai dengan karakter yang baik
semestinya selain menciptakan berbagai manfaat sosial lainnya juga
mampu menjadi faktor perubahan perilaku.
C.3. Pengetahuan
C.3.1. Definisi 10,11,17
Berasal dari kata "tahu" dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu,
penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Tetapi
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari atau
melalui mata dan telinga. Sebelum orang mengadopsi
perilaku baru dalam diri seseorang akan terjadi proses yang
berturut-turut yaitu:
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yaitu orang tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
C.4. Penghasilan
Beragamnya pekerjaan setiap orang menuntut perbedaan dalam
memperoleh uang yang sering kita sebut dengan penghasilan atau
pendapatan.19 Ada yang menjadi karyawan swasta, PNS (pegawai
negeri sipil), dan atau pengusaha.19 Pembayaran pun ada yang
berskala harian, bulanan, bahkan tahunan.19 Sehingga untuk
mengukur tingkat kebutuhan maka pemerintah menetapkan yang
disebut UMR (upah minimum regional).19 UMR ini tidak semua
daerah sama, dikarenakan perbedaan kondisi demografi, sosial, dan
ekonomi.19 Oleh karena itu penetapan UMR di suatu daerah itu
sangat diperlukan.19 Untuk UMR ini paling banyak dipakai adalah
jangka bulanan, jadi pemberian uang atau gaji diberikan per bulan. 19
Adapun penghasilan disini adalah penghasilan pokok sehingga dapat
ditentukan kisaran nilainya untuk memenuhi minimal kebutuhan
pokoknya.19
Pada pasien TB paru selain penghasilannya untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, mereka masih harus mengeluarkan
biaya untuk berobat di Puskesmas.22 Hal ini yang menyebabkan
penderita tidak patuh dalam pengobatan.20
Menurut Hutabarat (2008), Penghasilan keluarga setiap
bulannya digunakan untuk membiayai keluarga sehari-hari.15
Adanya berbagai keresahan dibidang sosial dan ekonomi keluarga,
khususnya masyarakat yang pendapatannya kecil.16 Dengan
penghasilan yang kecil, mengeluarkan biaya untuk ongkos berobat
terasa berat bagi masyarakat datang ke pelayanan kesehatan atau
puskesmas, dengan tidak datangnya mereka ke puskesmas membuat
penderita tidak akan teratur meminum obat.15
D. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep