Anda di halaman 1dari 23

SISTEM NEUROPSIKIATRI

MODUL 3
KEJANG

Kelompok 4
Tutor : dr. Zaini Hamzah, Sp.BS
Anggota :

Anggie Kharissa 2018730114


Diana Salsabila K.A 2018730119
Faradillah Suryanda 2018730123
Muhammad Hanif M 2018730128
Mutiara Annisya 2018730131
Putri Zelba A 2018730135
Shafa Nabila M 2018730139
Thalia Nur Azizah 2018730143
Witania Selini 2018730147
Zeinadine Zakaria 2018730149

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Univeristas Muhammadiyah Jakarta
2021
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr.wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan tutorial ini
yang mengenai “Kejang”.
Selanjutnya, laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Sistem
Neuropsikiatri. Kepada semua dosen yang terlibat dalam pembuatan laporan tutorial ini, kami
ucapkan terima kasih atas segala pengarahannya sehingga laporan ini dapat kami susun dengan
sebaik-baiknya.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi isi,
bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, kami ingin meminta maaf atas segala
kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan kami.Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna untuk
kesempurnaan laporan ini dan perbaikan untuk kita semua.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu
pengetahuan untuk kita semua.

Wassalammualaikum wr.wb.

Jakarta, 10 Maret 2021

Penulis
A. Skenario
Seorang perempuan 30 tahun dibawa ke rumah sakit karena kejang berulang. Kejang
berupa kelojotan seluruh badan. Pada saat dan setelah kejang pasien tidak sadar. Pasien
pernah minum obat kejang selama 5 tahun. Sejak 3 bulan terakhir memberhentikan
sendiri obat kejangnya.

B. Kata Sulit
- Kelojotan

C. Kata/Kalimat Kunci
 Perempuan, 30 tahun
 KU:
 Kejang berulang berupa kelojotan
 Pada saat dan setelah kejang, pasien tidak sadar.
 Riwayat pengobatan: obat kejang selama 5 tahun. 3 bulan terakhir tidak minum obat.

D. Mind Map
E. Pertanyaan
1. Jelaskan definisi, etiologi, dan klasifikasi dari kejang!
2. Bagaimana patofisiologi dari kejang?
3. Bagaimana hubungan kejang dengan keadaan pasien tidak sadarkan diri?
4. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?
5. Jelaskan DD pada skenario (definisi, etio, faktor risiko, epi, manifest, patof, pem
penunjang, prognosis, komplikasi)!
6. Tatalaksana (farmako dan nonfarmako) (emergensi dan definitive) (edukasi, promotif
preventif) dan apa syarat pemberhentian obat anti kejang
7. Bagaimana hubungan putus obat dengan kejang berulang?
PEMBAHASAN
1. Jelaskan definisi, etiologi, dan klasifikasi dari kejang!
Kejang adalah ganguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering sekali di tandai oleh gerakan
tubuh yang tidak terkendali dan disertai hilangnya kesadaran. Kejang bisa menjadi tanda adanya
penyakit pada otak,atau kondisi lain yang mempengaruhi fungsi otak.
Etiologi

1. Intrakranial
Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik
Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular
Infeksi : Bakteri virus dan parasit
Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri
2. Ekstra cranial
Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan elektrolit
(Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat
Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan
kekurangan asam amino
3. Idiopatik
Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5
(Lumbang Tebing, 1997)
Klasifikasi
Klasifikasi menurut ILAE 2017
2. Bagaimana patofisiologi dari kejang?
3. Bagaimana hubungan kejang dengan keadaan pasien tidak sadarkan diri?

4. Bagaimana alur diagnosis pada skenario?


Pemeriksaan fisik umum
Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan epilepsi,
misalnya:
• Trauma kepala,
• Tanda-tanda infeksi,
• Kelainan kongenital,
• Kecanduan alkohol atau napza,
• Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
• Tanda-tanda keganasan.
Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat berhubungan dengan
epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan maka akan tampak tanda pasca
bangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti:
• Paresis Todd
• Gangguan kesadaran pascaiktal
• Afasia pascaiktal

5. Jelaskan DD pada skenario (definisi, etio, faktor risiko, epi, manifest, patof, pem
penunjang, prognosis, komplikasi)!

 STATUS EPILEPTIKUS
Definisi
SE merupakan kegawat daruratan yang memerlukan penanganan dan terapi segera guna
menghentikan bangkitan (dalam waktu 30 menit).
ETIOLOGI
Pada orang dewasa, penyebab utama antiepileptikus potensi rendah (34 %) dan penyakit
serebrovaskular (22%), termasuk akut atau remote stroke dan perdarahan.
Penyebab lain hipoglikemia, hipoksemia, trauma, infeksi (meningitis, ensefalitis, dan
abses otak), alkohol, penyakit metabolik, toksisitas obat, dan tumor.

Terdapat dua fase dalam status epileptikus:
• fase pertama ( 0 – 30 menit) Pada fase pertama,mekanisme kompensasi masih baik dan
menimbulkan pelepasan adrenalin dan non-adrenalin, meningkatnya aliran darah ke otak,
meningkatnya metabolisme, hipertensi,
hiperpireksia,hiperventilasi, takikardi, dan asidosis laktat.
• fase kedua (> 30 menit). Pada fase kedua, mekanisme kompensasi telah
gagal mempertahankan sehingga autoregulasi cerebral gagal dan menimbulkan edema
otak, depresi pernafasan, aritmia jantung, hipotensi,
hipoglikemia, hiponatremia, gagal ginjal,rhabdomiolisis, hipertermia, dan DIC.
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang :
EEG(elektroensefalografi), EKG(elektrokardiogram), Ct Scan, MRI

Prognosis
Gejala sisa lebih sering terjadi pada SE simtomatis (37%) menderita defisit neurologis
permanen (48%) disabilitas intelektual. Sekitar (3-56%) pasien yang mengalami SE akan
mengalami kembali kejang yang lama atau status epileptikus yang terjadi dalam 2 tahun
pertama.
Faktor risiko SE berulang adalah; usia muda, ensefalopati progresif, etiologi simtomatis
remote, sindrom epilepsi.

 EPILEPSI
DEFINISI
Gangguan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi secara terus menerus
untuk terjadinya suatu bangkitan epileptik, dan juga ditandai oleh adanya faktor
neurobiologis, kognitif, psikologis dan konsekuensi sosial akibat kondisi tersebut

EPIDEMIOLOGI
• Menurut WHO, diperkirakan terdapat 50 juta orang diseluruh dunia yang menderita
epilepsi. 
• Menurut PERDOSSI, di 5 pulau besar di Indonesia 2013 mendapatkan 2.288 penyandang
epilepsi dengan 21,3 % merupakan pasien baru.
• Mengenai usia pasien yang produktif.
ETIOLOGI
• Kejang Fokal
a. Trauma kepala
b. Stroke
c. Infeksi
d. Malformasi vaskuler
e. Tumor (Neoplasma)
f. Displasia
g. Mesial Temporal Sclerosis

• Kejang Umum
a. Penyakit metabolic
b. Reaksi obat
c. Idiopatik
d. Faktor genetik
e. Kejang fotosensitif

Patofisiologi
Epilepsi adalah pelepasan muatan listrik yang berlebihan dan tidak teratur di otak.
Aktivitas listrik normal jika terdapat keseimbangan antara faktor yang menyebabkan
inhibisi dan eksitasi dari aktivitas listrik.
Epilepsi timbul karena adanya ketidakseimbangan faktor inhibisi dan eksitasi aktivitas
listrik otak
Gejala & Tanda
Kejang Parsial
Lesi pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak atau satu hemisfer
serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan kesadaran
penderita umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana
Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena halusinatorik,
psikoilusi, atau emosional kompleks. Pada kejang parsial sederhana, kesadaran
penderita masih baik
b. Kejang parsial kompleks
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana, tetapi yang
paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan otomatisme.
Kejang umum
Lesi berasal dari sebagian besar dari otak atau kedua hemisfer serebrum. Kejang
terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran penderita umumnya menurun
a. Kejang Absans
Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak disertai amnesia.
b. Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak&biasanya total pada otot anggota badan, leher, dan
badan.
c. Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan singkat.
d. Kejang Tonik
Kaku dan tegang pada otot. Sering jatuh akibat hilangnya keseimbangan
e. Kejang Tonik-Klonik/grand mal
Kesadaran hilang dengan cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif di
seluruh otot. Mata mengalami deviasi ke atas.
f. Kejang Klonik
Seperti mioklonik, tetapi biasanya berlangsung lebih lama sampai 2 menit.

Faktor Risiko
• Jenis kelamin
• Usia onset epilepsy
• Keterlambatan perkembangan
• Abnormalitas pemeriksaan neurologi
• Komplikasi perinatal
• Riwayat kejang demam
• Riwayat status epilepticus
• Riwayat genetik keluarga garis pertama
• Tipe kejang multiple
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
• Elektrolit, LED, fungsi liver, fungsi ginjal
• Electro-Ensefalografi (EEG)
• Pemeriksaan pencitraan otak (brain imaging) CT Scan MRI untuk melihat apakah ada
kelainan structural otak.
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang sering di lakukan untuk
menegakkan diagnosis epilepsi. Terdapat 2 bentuk kelainan dalam EEG,
kelainan fokal pada EEG meunjukkan adanya lesi struktural pada otak.
Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
genetik atau metabolik.
Hasil EEG dikatakan abnormal apabila :
1. Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer.
2. Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding seharusnya.
3. Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya gelombang
tajam, paku (spike), paku-ombak, paku-majemuk, dan adanya gelombang yang melambat.
Namun sekitar 10-40% pasien epilepsi tidak menunjukkan gambaran EEG yang abnormal,
sedangkan gambaran EEG abnormal ringan atau tidak khas dapat dijumpai pada 15%
populasi normal
Diagnosis
Paling sedikit 2 kali bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) dengan jarak antara 2 bangkitan
tersebut >24
Satu kali bangkitan tanpa provokasi (atau refleks) dan kemungkinan terjadi bangkitan
berikutnya (60%) setelah terjadi 2 kali bangkitan tanpa provokasi dalam 10 tahun kedepan.
Prognosis
Bergantung pada beberapa hal, diantaranya 
• jenis epilepsy
• faktor penyebab
• ketaatan minum obat. 
• Respon terhadap pengobatan baik, Umumnya 50-70% penderita epilepsi serangat dapat
dicegah dengan obat-obatan. 
• Sekitar 80 – 90% pasien dapat terkontrol dengan obat, walaupun memerlukan jangka
Panjang atau bahkan seumur hidup. 
• Ganggaun fungsi luhur dan gangguan psikiatri lebih sering muncul pada pasien yang
tidak terkontrol dengan obat.
• Epilepsi yang serangan pertamanya mulai 3 tahun atau di sertai kelainan neurologic dan
mulai pada usia 3 tahun atau yang sertai kelainan neurologic dan atau retardasi mental
mempunyai prognosis relatif buruk.

Komplikasi
• Kecelakaan dan perlukaan ketika serangan berlangsung
• Kematian
• Status epilepsy
• Pneumonia aspirasi
• Gangguan psikologis
• Gangguan kualitas hidup
• Edema serebral
• Aritmia
• Henti jantung
• Edema paru.
 Kejang Psikogenik Non-Epilepsi
6. Tatalaksana (farmako dan nonfarmako) (emergensi dan definitive) (edukasi, promotif
preventif) dan apa syarat pemberhentian obat anti kejang

TATALAKSANA STATUS EPILEPTIKUS


Tatalaksana
Stadium 1 (0−10 menit)
• Diazepam 10 mg IV bolus lambat dalam 5 menit, stop jika kejang berhenti, bila masih kejang
dapat diulang 1 kali lagi atau Midazolam 0.2 mg/kgBB IM
• Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi
• Berikan oksigen
• Periksa fungsi kardiorespirasi
• Pasang infus
Stadium 2 (0−30 menit)
• Monitor pasien
• Pertimbangkan kemungkinan kondisi non epileptik
• Pemeriksaan emergensi laboratorium
• Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau thiamine 250 mg i.v bila ada kecurigaan
penyalahgunaan alkohol atau defisiensi nutrisi
• Terapi asidosis bila terdapat asidosis berat
Stadium 3 (0−60 menit)
• Pastikan etiologi
• Siapkan untuk rujuk ke ICU
• Identifikasi dan terapi komplikasi medis yang terjadi
• Vasopressor bila diperlukan
• Phenytoin i.v dosis of 15–18 mg/kg dengan kecepatan pemberian 50 mg/menit dan/atau bolus
Phenobarbital 10–15 mg/kg i.v.dengan kecepatan pemberian100 mg/menit
Stadium 4 (30−90 menit)
• Pindah ke ICU
• Anestesi umum dengan salah satu obat di bawah ini :
- Propofol 1–2 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 2–10 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol
- Midazolam 0.1–0.2 mg/kg bolus, dilanjutkan 0.05–0.5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE
terkontrol
- Thiopental sodium 3–5 mg/kg bolus, dilanjut 3–5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai terkontrol
• Perawatan intensif dan monitor EEG
• Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan
• Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang
Edukasi
• Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat,
biaya, pengobatan, prosedur, masa dan
tindakan pemulihan dan latihan, risiko dan
komplikasi)
• Penjelasan mengenai status epileptikus,
risiko dan komplikasi selama perawatan
• Penjelasan mengenai faktor risiko dan
pencegahan rekurensi
• Penjelasan program pemulangan pasien
(Discharge Planning)
• Penjelasan mengenai gejala status
epileptikus, dan apa yang harus dilakukan
sebelum dibawa ke RS
7. Bagaimana hubungan putus obat dengan kejang berulang?
Pada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses inhiasi dan
penyebaran kejang.
Terjadinya kegagalan terapi dapat diakibatkan :
(1) tidak tepatnya diagnosis bentuk epilepsi
(2) tidak tepatnya pilihan obat dan dosis yang digunakan
(3) terlalu sering mengganti obat tanpa beri waktu cukup untuk peralihan keadaan penyakit
setelah tiap kali tercapai taraf mantap kadar obat dalam darah
(4) gagal memanfaatkan sepenuhnya kelebihan terapi kombinasi
(5) kurang memperhatikan aspek yang berkaitan dengan penyakit dan pengobatan
(6) ketidakpatuhan pasien.
karna pasien memberhentikan OAE maka pasien tidak sembuh total, akibatnya terjadi
ketidakseimbangan eksitasi dan inhibisi yang akan mengakibatkan depolarisasi dan
hiperpolarisasi yang akan menyebabkan terjadinya hipereksitabilitas sehingga meningkatnya
kadar ca dalam pascasinaps dan terjadi pelepasan potensial aksi yang berlebihan yang akan
menyebabkan terjadinya kejang pada pasien.

Indikasi penghentian obat :


- bebas kejang selama 2-3 tahun
- aktivitas paroksismal EEG telah menghilang
Obat perlu dihentikan secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa bulan dengan pantauan
dokter.
Referensi:
1. PERDOSSI. Acuan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI 2016.
2. Anindhita, T. dan Wiratman, W. 2017, Buku Ajar Neurologi, Departemen Neurologi
FKUI, Jakarta.
3. Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) Neurologi. 2008. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia
4. Silbernagl, Stefan. 2016. Patofisiologi, edisi 3. EGC: penerbit buku kedokteran.
5. Stephen L, Haurer. 2013. Harrison’s Neurolofy In Clinical Medicine. USA: Mc Graw
Hill Education.
6. Priguna, Sidharta. 2007. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian
Rakyat.
7. Asadi-Pooya AA. Psychogenic Nonepileptic Seizures. Epilepsy. 2015;3(3).
8. Sarma AK, Khandker N, Kurczewski L, Brophy GM. Medical management of
epileptic seizures: challenges and solutions. Neuropsychiatry. Dis Treat.
2016;12:467-85
9. Ganiswara, S., G. 2016. Farmakologi dan Terapi, Edisi VI. Bagian Farmakologi
FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai