MODUL IV
KELOMPOK 4
CEMPAKA PUTIH
Ketua : Faradillah Suryanda (2018730123)
Sekretaris : Thalia Nur Azizah (2018730143)
Anggie Kharissa Mihadie (2018730114)
Diana Salsabila Khoirunnisya Arrasuli (2018730119)
M Hanif Muhibat (2018730128)
Mutiara Annisya (2018730131)
Putri Zelba Aguines (2018730135)
Shafa Nabila Mumtaz (2018730139)
Witania Selini (2018730147)
Zeinadine Zakaria (2018730149)
TUTOR : dr. Rayhana, M.Biomed
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan PBL Sistem Neuropsikiatri
Modul IV.
Laporan PBL Sistem Neuropsikiatri Modul IV ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang perempuan 40 tahun datang ke puskesmas dengan jantung berdebardebar, disertai
rasa pusing, melayang, dan keluar keringat dingin di ujung tangan dan kaki, keluhan
dirasakan sepanjang hari sejak satu bulan yang lalu. Keluhan bertambah jika anak dan
suaminya belum pulang, sehingga pasien menelpon mereka berkali-kali.
1.2 Kata Sulit :
-
1.3 Kata Kunci :
1. Perempuan 40 tahun
2. K.U : jantung berdebar-debar, berkeringat dingin di ujung tangan dan kaki
3. Onset : terus menerus sejak satu bulan yang lalu
4. Pemberat : Jika suami dan anak belum pulang
1.4 Pertanyaan
1. Apa definisi, etiologi, dan tanda dan gejala dari cemas?
2. Apa patomekanisme dan faktor resiko dari cemas?
3. Apa Klasifikasi dari cemas?
4. Hubungan antara cemas dengan keluhan pasien?
5. Bagaimana alur diagnosis dari skenario?
6. Apa saja DD dari skenario?
7. Apa tatalaksana dari DD?
1.5 Mind Map
BAB II
PEMBAHASAN
ETIOLOGI CEMAS
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwaperistiwa atau situasi
khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah
(2003:11) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a. Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara
berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat
lama.
c. Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa
kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan beberapa
penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai
gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan
apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan.
Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik
lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.
Musfir Az-Zahrani (2005:511) menyebutkan faktor yang memepengaruhi adanya
kecemasan yaitu
a. Lingkungan keluarga Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan
pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua
terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada
anak saat berada didalam rumah
b. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang
tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan
menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat
menyebabkan munculnya kecemasan.
Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan
sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari masyarakat
menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru dihadapi (Patotisuro Lumban
Gaol, 2004: 24). Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi
individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang
terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik. Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan
menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan
(c) meningkatkan kerja jantung, respirasi, distribusi aliran darah, meningkatkan subtract
dan suplai energi ke otot dan otak
DD 2 : Gangguan Panik
DEFINISI:
Gangguan Panik adalah kecemasan yang ditandai serangan panik spontan dan dapat
berkaitan agorafobia (takut di ruang terbuka, di luar rumah sendirian atau dalam
keramaian) dan disertai dengan kecemasan antisipatorik.
Gangguan panik ditandai dengan adanya episode serangan cemas atau ketakutan yang
hebat secara tiba-tiba, mendadak dan terus menerus disertai perasaan akan datangnya
bahaya atau bencana, takut mati atau serangan jantung. Gangguan panik disebut juga
ansietas paroksismal episodik.
EPIDEMIOLOGI:
2-3% dari populasi umum;
5-10% dari pasien perawatan primer
Onset remaja atau awal 20- an.
Ratio Perempuan: laki-laki 2-3: 1.
ETIOLOGI:
1. Faktor biologis
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa gangguan panik berhubungan dengan
abnormalitas struktur dan fungsi otak, pada otak terdapat beberapa neurotransmiter yang
mengalami gangguan fungsi, antara lain serotonin, GABA (Gama Amino Butiric Acid)
dan norepinefrin. Hal tersebut didukung dengan efektifnya penggunaan Serotonin
Reuptake Inhibitors (SSRIs) sebagai terapi pada penderita gangguan cemas, termasuk
gangguan panik. Beberapa teori patofisiologi terkait gangguan cemas meliputi: adanya
disregulasi pada sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer, peningkatan tonus simpatik
pada sistem otonomik, serta abnormalitas sistem neuroendokrin.
2. Faktor genetik
Pada keturunan pertama penderita dengan gangguan panik dengan agorafobia memiliki
risiko 4 sampai dengan 8 kali lipat untuk mengalami gangguan yang sama.
3. Faktor psikososial
Terdapat beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa gangguan cemas, berhubungan
dengan pola asuh individu pada saat tumbuh kembangnya yang secara nirsadar
mengalami pengekangan agresivitas atau di represi dan suatu saat akan muncul dalam
bentuk adanya ancaman akan eksistensi keberadaannya, yang selanjutnya
termanifestasikan dalam bentuk kecemasan yang sangat kuat.
PATOFISIOLOGI:
DIAGNOSIS:
Diagnosis serangan panik menurut DSM IV adalah adanya salah satu periode ketakutan
sangat hebat atau kegelisahan dimana 4 atau lebih gejala-gejala dibawah ini dapat
ditemukan dan dalam kisaran waktu 10 hingga 30 menit yaitu:
1. Palpitasi, jantung terasa berat dan peningkatan denyut jantung
2. Keringat banyak
3. Menggigil atau gemetaran
4. Nafasnya pendek - pendek
5. Merasa tercekik atau sulit bernafas
6. Nyeri dada
7. Mual atau rasa tidak nyaman di perut
8. Merasa pusing, kepala terasa ringan atau nyeri
9. Derealisasi atau depersonalisasi
10. Takut kehilangan kendali diri atau menjadi gila
11. Takut mati
12. Paresthesia
13. Merasa kedinginan atau merah kepanasan
PROGONOSIS
Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun prognosis nya baik bila
pasien mendapat penatalaksanaan yang sesuai. Sebanyak 30-40% pasien dapat
mengalami kepulihan sempurna.
KOMPLIKASI
Sekitar 50% pasien berlanjut mengalami gejala panik yang derajatnya ringan yang tidak
mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien.
DD 3 : Ansietas Fobia
Definisi.
Ketakutan yg menetap hebat & irrasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi
spesifik yg menimbulkan suatu keinginan mendesak utk menghindari objek, aktivitas atau
situasi yg ditakuti. Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai suatu yg berlebih atau
secara proporsional tak masuk akal terhadap bahaya aktual dari objek, aktivitas atau
situasi itu.
Pedoman diagnostic Anxietas Fobik (F40,-) menurut PPDGJ III.
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu
itu sendiri) yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan
Kondisi lain (dari individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit
(nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tidak
realistic dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa
terancam.
Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbda dari
anxietas lainnya dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik)
Anxiatas fobik sering kali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode
depresi sering kali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa episode depresi dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek
depresi seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya agoraphobia. Pembuatan
diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebh
dominan pada saat pemeriksaan.
Epidemiologi
Prevalensi 2% dari populasi
Ratio Wanita dengan laki-laki: 2: 1
Onset rata-rata adalah 17 tahun
30% dari orang dengan agoraphobia mengalami serangan panik atau gangguan panik
Menganugerahkan risiko tinggi gangguan kecemasan lain, depresi dan gangguan
penggunaan zat
Klasifikasi Gangguan Fobik.
1. Gangguan agorafobi (F40.0)
2. Gangguan fobia social (F40.1)
3. Gangguan fobia khas (F40.2).
Agorafobia
Pedoman Diagnostik
Semua kriteria dbawah ini harus dipenuhi untuk diagnosa pasti :
(a) Gejala psikologik perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif.
(b) Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan)
setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian
keluar rumah, bepergian sendiri dan
(c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
(penderita
menjadi “house bound”
Ketakutan atau kecemasan selama lebih dari 6 bulan sekitar dua atau lebih dari 5 situasi
berikut
Menggunakan transportasi umum
Berada di ruang terbuka
Berada di ruang tertutup
Berada di tengah orang banyak
Berada di luar rumah saja
Ketakutan individu atau menghindari situasi ini karena melarikan diri mungkin akan
sulit atau bantuan mungkin tidak tersedia
Situasi agoraphobic hampir selalu memprovokasi kecemasan
Kecemasan adalah tidak sesuai dengan ancaman aktual yang ditimbulkan oleh situasi
Situasi agoraphobic dihindari atau mengalami kecemasan intens
Penghindaran, ketakutan atau kecemasan secara signifikan mengganggu rutinitas atau
fungsi mereka
Fobia Sosial
Rasa takut diperhatikan oleh orang lain dlm kelompok yg relatif kecil :
makan di tempat umum
berbicara di depan umum
menghadapi jenis kelamin lain atau dapat bersifat difus.
biasanya disertai harga diri rendah & takut di kritik.
Pedoman Diagnotik
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti :
(a) Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham dan pikiran obsesif.
(b) Anxietas harus mendominasi atas terbatas pada situasi social tertentu (outside the
family circle) dan
(c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan anxietas sosial dengan agoraphobia, hendaknya
diutamakan
diagnosis agoraphobia (F40.0).
Fobia Khas
Fobia terbatas pd objek / situasi yang sangat spesifik :
binatang tertentu
tempat tinggi
petir
ruang tertutup
darah
naik pesawat, dlli
Pedoman Diagnostik Fobia Khas (F40.2) Menurut PPDGJ III.
Semua kriteria dibwah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
(a) Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham dan pikiran obsesif.
(b) Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific
situations), dan
(c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain. Tidak seperti halnya
agoraphobia dan fobia social.
PROGNOSIS
Menurut National Institute of Mental Health, 75% orang dengan fobia spesifik dapat
mengatasi ketakutannya dengan terapi kognitif perilaku, dan 80% dengan fobia sosial
membaik dengan farmakoterapi,terapi kognitif perilaku, atau kombinasi.
Agrofobia dengan gangguan panik yang mendapat terapi 30% hingga 40% akan bebas
dari gejala untuk waktu yang lama, dan 50% masih ada gejala ringan yang secara
bermakna tidak menggangu aktivitas.
Hanya 10% hingga 20% yang tidak membaik.
KOMPLIKASI
- Dapat menjadi kronik
- Dapat terjadi komorbiditas dengan gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan
alkohol dan obat bila tidak mendapat terapi
- Dapat menyebabkan timbulnya berbagai gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan,
dan akademik.
- Dapat menyebabkan ketergantungan finansial pada orang lain.
7. Apa tatalaksana dari DD?
Terapi Kognitif-Perilaku
• Mengenali gejala somatik secara langsung
• Pendekatan behavioral berupa relaksasi dan biofeedback
Terapi Suportif
• Reassurance, penggalian potensi, pendukungan ego untuk beradaptasi optimal
Psikoterapi Berorientasi Tilikan
• Penyingkapan konflik bawah sadar
• Menilik egostrength
• Relasi objek dan keutuhan self pasien
Penatalaksanaan
70% respon terhadap pengobatan lebih baik
Pendidikan, jaminan, pengurangan kafein, alkohol, obat-obatan, stimulan Terapi kognitif-
perilaku
Farmakologik :
- Diazepam, Alprazolam (Xanax)
- Imipramin (Tofranil)
- Buspiran (Buspar)
- Obat- SSRI, Paroxetine,
- valproate, gabapentin
Psikoterapi :
- Terapi kognitif-behaviour
- efektif untuk gangguan panik
- koreksi keyakinan yang salah (kecenderungan mis-interpretasi sensasi-sensasi badan
sebagai
serangan panik atau kematian)
- menjelaskan bahwa serangan panik itu terbatas waktunya dan tidak mengancam
kehidupan
- relaksasi
- desensitisasi
DAFTAR PUSTAKA