Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN SGD

ASKEP KECEMASAN DAN KEHILANGAN


Dosen Pengampu : Agus Warseno, M.Kep

Kelompok 3
Suciana Wulandhari 222201006
Wanda Anggun Frasetiya N. 222201008
Mansur Awali 222201009
Gustira Endani 222201023
Intan Surya Kusuma 222201024
Selia Giri Anggita 222201025
Era Rosalina 222201039
Herlina 222201040
Della Aulia Wulan Safitri 222201051
Putri Nurayu Istiqomah 222201052
Yunda Khofifah Sumariyani S. 222201064
Muhammad Fauzan 222201065
Cindy Gracia Amanda Putri 222201066

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S-1)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
TAHUN 2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


BAB I ...................................................................................................................... 3
LO Learning Outcome ............................................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................... 18
Respon Dan Asuhan Keperawatan ........................................................................ 20
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA BAYI ....................................................................................................... 20
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA REMAJA ................................................................................................. 31
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA DEWASA................................................................................................ 35
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA LANSIA .................................................................................................. 46
BAB III ................................................................................................................. 59
Penutup.................................................................................................................. 59
BAB I
LEARNING OUTCOME

1) Mahasiswa mampu memahami pengkajian cemas


a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Mekanisme koping
h. Masalah psikologi dan lingkungan
i. Pengetahuan
j. Aspek medik
2) Mahasiswa mampu memahami tentang deskripsi umum & penampakan
dari cemas
Kecemasan merupakan suatu perasaan tidak rileks yang samar-samar karena
adanya rasa takut yang disertai suatu respons. Awal perasaan tidak rileks tersebut
tidak jelas atau tidak diketahui oleh seseorang. Kecemasan juga diartikan sebagai
suatu perasaan was-was atau takut akan terjadinya sesuatu yang dipicu oleh
ancaman dan merupakan peringatan yang membantu seseorang untuk siap
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (Sutejo, 2019). Kecemasan adalah
suatu hal yang dialami hampir setiap individu pada waktu tertentu saja. Kecemasan
merupakan reaksi normal terhadap keadaan yang sangat menekan kehidupan
individu yang bersifat umum. Kecemasan dapat muncul sendiri atau bersamaan
dengan gejala-gejala lain seperti seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutejo, 2019).
3) Mahasiswa mampu memahami komunikasi & kemampuan kognitif pasien
cemas
Menurut WHO 27 September 2023 gejala dan pola Orang dengan gangguan
kecemasan mungkin mengalami ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan
terhadap situasi tertentu (misalnya serangan panik atau situasi sosial) atau, dalam
kasus gangguan kecemasan umum, terhadap berbagai situasi sehari-hari. Mereka
biasanya mengalami gejala-gejala ini dalam jangka waktu lama – setidaknya
beberapa bulan. Biasanya mereka menghindari situasi yang membuat mereka
cemas.
Gejala gangguan kecemasan lainnya mungkin termasuk:
1. kesulitan berkonsentrasi atau mengambil keputusan.
2. merasa mudah tersinggung, tegang atau gelisah.
3. mengalami mual atau gangguan perut.
4. mengalami jantung berdebar-debar.
5. berkeringat, gemetar atau gemetar.
6. kesulitan tidur.
7. memiliki perasaan akan datangnya bahaya, panik atau malapetaka.
8. Gangguan kecemasan meningkatkan risiko depresi dan gangguan
penggunaan narkoba serta risiko pikiran dan perilaku untuk bunuh diri.
Ada beberapa macam gangguan kecemasan, antara lain:
1. Gangguan kecemasan umum (kekhawatiran yang terus-menerus dan
berlebihan terhadap aktivitas atau kejadian sehari-hari).
2. Gangguan panik (serangan panik dan ketakutan akan serangan panik yang
berkelanjutan).
3. Gangguan kecemasan sosial (ketakutan dan kekhawatiran tingkat tinggi
terhadap situasi sosial yang mungkin membuat orang tersebut merasa
terhina, dipermalukan, atau ditolak).
4. Agorafobia (ketakutan, kekhawatiran, dan penghindaran situasi yang
berlebihan yang mungkin menyebabkan seseorang panik atau merasa
terjebak, tidak berdaya atau malu).
5. Gangguan kecemasan akan perpisahan (ketakutan atau kekhawatiran
berlebihan akan perpisahan dari orang-orang yang memiliki ikatan
emosional yang dalam dengan orang tersebut).
6. Fobia spesifik (ketakutan yang intens dan tidak rasional terhadap objek atau
situasi tertentu yang mengarah pada perilaku menghindar dan tekanan yang
signifikan).
7. Mutisme selektif (ketidakmampuan berbicara secara konsisten dalam situasi
sosial tertentu, meskipun mampu berbicara dengan nyaman di lingkungan
lain, terutama mempengaruhi anak-anak)

4) Mahasiswa mampu memahami tentang mood, afek, & perasaan cemas


Mood adalah keadaan emosional umum yang dapat berlangsung dalam jangka
waktu yang lebih lama, seperti perasaan sedih, gelisah, atau tegang yang konsta.
Afek adalah ekspresi emosi yang tampak secara luar, seperti wajah yang tegang
atau mata yang gelisah. Perasaan cemas merupakan aspek yang kognitif dari
kecemasan, yaitu kesadaran akan kekhawatiran, ketidakpastian, atau ketakutan
terhadap situasi tertentu.
Berikut adalah beberapa perbedaan antara mood, afek, dan perasaan cemas:

Aspek Mood Afek Perasaan Cemas


Durasi Relatif stabil dan Singkat dan intens bervariasi
tahan lama
Penyebab Genetika, Berbagai faktor Berbagai faktor
hormon, seperti stress, seperti stress,
pengalaman hidup trauma, dan trauma, dan
gangguan mental gangguan mental
Manifestasi Suasana hati yang Ekspresi emosi Perasaan
umum, seperti seperti ekspresi khawatir, takut,
bahagia,sedih, wajah, bahasa atau gelisah
atau marah tubuh, dan nada
suara

5) Mahasiswa mampu memahami tentang pengkajian perilaku & budaya


pada pasien cemas
Berikut adalah contoh pengkajian perilaku pasien cemas:
1. Pasien mengeluh khawatir dengan kondisi yang dihadapi saat ini, merasa
bingung, dan sulit berkonsentrasi.
2. Pasien tampak tegang, tampak gelisah, dan merasa tidak berdaya.
3. Wajah tampak pucat.
4. Tekanan darah meningkat (130/80 mmHg).
5. Frekuensi nadi meningkat (Nadi : 106x/menit).
6. Respirasi 20x/menit.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995). yaitu :
A. Faktor teknologi (tecnological factors)
Perawat perlu mengkaji persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat
ini.
B. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan.
C. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.
D. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan
yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
E. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Yang perlu dikaji adalah mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
F. Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
G. Faktor pendidikan (educational factors)
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
6) Mahasiswa mampu memahami konsep kehilangan
a. Tahapan kehilangan dari berbagai tokoh
Setelah kematian orang yang dicintai, biasanya dibutuhkan waktu 6 hingga
12 bulan bagi orang untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan akhirnya
mengembangkan rasa normal baru dalam hidup mereka. Saat dihadapkan
pada kematian orang yang dicintai atau kerabat dekat, masyarakat biasanya
mengadakan upacara pemakaman sebagai tanda perpisahan terakhir atau
mendampingi almarhum di saat-saat terakhirnya
Balk dan Vesta (1998) menemukan bahwa orang dewasa muda (usia 18-25
tahun) lebih sering mengalami reaksi bermasalah terhadap kehilangan
daripada yang diketahui. Kelompok usia ini mengalami kesulitan akademis
yang dapat berdampak pada tantangan perkembangan, pekerjaan, dan sosial
di masa dewasa awal. Brent mengatakan orang-orang muda yang berduka
sebenarnya lebih mungkin mengalami kesedihan yang intens dan
berkepanjangan, kesehatan yang memburuk, seringnya mengunjungi dokter
untuk mengatasi masalah fisik dan mental, serta peningkatan penggunaan
narkoba dan alkohol setelah kehilangan (Mash, 2015).
Teori Worden memberikan penjelasan tentang bagaimana para penyintas
melakukan penyesuaian berbeda terhadap kehilangan orang yang dicintai.
Beberapa orang dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik, yang lainnya
tidak begitu baik. Tugas-tugas ini tidak harus dilakukan secara berurutan,
meskipun definisinya menyarankan beberapa urutan (Worden, 2018).
Menurut Freud, kesedihan merupakan reaksi yang wajar dan wajar atas
kehilangan orang yang dicintai (Prigerson, 2021). Duka adalah emosi
kompleks yang melibatkan menghidupkan ingatan orang yang meninggal
atau menghadapi kenyataan kehilangan (Overvad & Wagoner, 2019).
Definisi lain dari kesedihan adalah reaksi naluriah psikologis yang umum
terhadap pengalaman kehilangan orang yang dicintai (Shear, 2012).
b. Durasi kehilangan
Terdapa 2 fase yaitu fase akut dan fase jangka panjang
1. Fase akut
Berlangsung selama 4-8 minggu setelah kematian, terdapat tiga
proses, yaitu syok dan tidak percaya, perkembangan kesadaran, serta
restitusi.
a) Syok dan tidak percaya
Respons awal berupa penyangkalan, tidak dapat menerima
pedihnya kehilangan. Tetapi, proses ini sangat penting untuk
menoleransi ketidakmampuan menghadapi kepedihan
b) Perkembangan kesadaran
Gejala yang muncul adalah kemarahan dengan menyalahkan
orang lain, perasaan bersalah dengan menyalahkan diri
sendiri.
c) Restitusi
Proses yang formal dan ritual bersama teman dan keluarga
membantu menurunkan sisa perasaan tidak menerima
kenyataan kehilangan.
2. Fase Jangka Panjang
Berlangsung selama 1-2 tahun atau lebih lama. Reaksi berduka yang
tidak terselesaikan akan menjadi penyakit yang tersembunyi dan
termanifestasi dalam berbagai gejala fisik. Beberapa individu
berkembang menjadi keinginan bunuh diri dan bisa juga
mengabaikan diri dengan menolak makan dan menggunakan
alkohol.
c. Rentang respon berduka
Rentang respon berduka seseorang bervariasi dimulai dari Denial, Anger,
Bergaining,Depresi dan Acceptance. Respon tersebut dapat berupan
perasaan berduka, marah, sedih bahkan depresi. Respon berduka
menunjukan suatu reaksi syok dan ketidaknyamanan,menunjukkan
perasaan sedih dan hampa bila mengingat kembali kejadian
kehilangan,menunjukan perasaan tidak nyaman sering disertai dengan
menangis,keluhan sesak pada,tercekik dan nafas pendek,mengenang orang
yang telah pergi secara terus menerus.

7) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian


1) Ekspektasi & ritual kematian
Aneka ragam budaya di Indonesia adalah keistimewaan yang dimiliki
Indonesia. Dimana budaya yang berawal dari warisan para leluhur yang
tetap dilestarikan dalam kehidupan suku Jawa terutama suku Jawa di
Desa Semambung. Tradisi yang masih dilaksanakan di Desa Semambung
adalah tradisi among untuk orang yang telah meninggal. Tradisi among
ini selain berkaitan dengan budaya juga berkaitan dengan budaya, karena
among ini bertujuan untuk mendoakan orang yang telah meninggal agar
mendapatkan ampunan dari Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi among
dilakukan untuk mendoakan orang – orang yang telah meninggal dunia.
Tradisi ini dilakukan setiap malam jumat, dimana disajikan makanan dan
minuman yang diletakkan dikamar orang yang telah meninggal dunia
atau diletakkan di ruang tamu. Ekspektasi kematian adalah berbagai
anggapan, keyakinan, dan perasaan yang dimiliki seseorang tentang
kematian. Hal ini dapat mencakup :
a. Proses kematian : Bagaimana seseorang membayangkan proses
kematiannya sendiri, seperti apa yang akan mereka rasakan dan
apa yang akan terjadi setelahnya.
b. Kehidupan setelah kematian : Keyakinan seseorang tentang apa
yang terjadi setelah kematian, seperti surga, neraka, reinkarnasi,
atau ketiadaan.
c. Dampak kematian : Bagaimana seseorang membayangkan
kematiannya akan memengaruhi orang-orang yang dicintainya.
Ekspektasi kematian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
a. Budaya: Budaya dan agama seseorang sering kali memiliki
keyakinan dan ritual tertentu tentang kematian.
b. Pengalaman pribadi: Pengalaman seseorang dengan kematian
orang yang dicintai dapat memengaruhi ekspektasi mereka sendiri
tentang kematian.
c. Kepribadian: Kepribadian seseorang dapat memengaruhi
bagaimana mereka menghadapi kematian.
Ritual merupakan salah satu unsur yang bersentuhan langsung dengan orang
yang berduka secara fisik dan memiliki struktur yang juga melibatkan tiga
unsur lainnya. Di dalam proses pelaksanaan ritual melibatkan unsur
komunitas yakni anggota keluarga atau warga setempat sebagai peserta aktif
maupun pasif dalam sebuah ritual. Ritual memiliki kekuatan religius,
dimana sebuah ritual penuh dengan makna simbol yang mendeskripsikan
sistem kepercayaan dari sebuah komunitas atau kelompok masyarakat
tertentu. Atas dasar sebuah keyakinan, ritual diakui dan dilaksanakan oleh
individu atau kelompok karena berfungsi menghadirkan kekuatan dan
memberi kelegaan bagi pelaku dalam sebuah ritual. Ritual tidak hanya
memiliki fungsi sosial tetapi juga fungsi psikologis. Secara universal,
sebuah komunitas atau kelompok masyarakat dalam sistem kepercayaannya
memiliki beragam ritual yang diwariskan turun-temurun.
Beberapa contoh ritual kematian:
a) Memandikan dan mengafani jenazah
b) Melakukan doa atau upacara keagamaan
c) Menguburkan atau mengkremasi jenazah
d) Menerima tamu dan pelayat
e) Melakukan ritual dukacita, seperti memakai pakaian hitam atau
berpuasa
Ritual kematian dapat membantu orang yang hidup untuk:
a) Menerima kenyataan kematian
b) Mengekspresikan kesedihan mereka
c) Merayakan kehidupan orang yang meninggal
d) Mendapatkan dukungan dari orang lain.
2) Respon kematian & berduka
Kehilangan orang yang berharga karena kematian biasanya juga disebut
dengan kedukaan. Berduka itu adalah respon atau reaksi emosional yang
berhubungan dengan kehilangan. Ketika kita mengalami kehilangan,
perasaan dan emosi kita mungkin kalut dan sangat sakit sehingga sulit
untuk menerima kenyataan bahwa orang tersebut telah tiada. 1. Fisik
Respon fisik yang dialami orang yang mengalami kedukaan yaitu
kehilangan nafsu makan, sulit tidur, kelelahan dan kehilangan energi,
nyeri fisik, dan sistem kekebalan tubuh yang rendah. 2. Kognitif Respon
kognitif yang dialami oleh orang yang sedang berduka yaitu pengaruh
persepsi dan pikiran terhadap dunia, misalnya kesulitan menerima
kenyataan menjadikan kita berjarak dengan kenyataan, memiliki ingatan
yang buruk dan kurang fokus. 3. Interpersonal Respon orang yang
mengalami kedukaan biasanya menarik diri dari lingkungan sosial, lebih
suka menyendiri dan menjaga jarak dalam hubungan. 4. Emosional
Respon emosi yang dirasakan yaitu kesedihan mendalam, rasa bersalah,
kemarahan, permusuhan, kecemasan, keputusasaan dan perasaan
terisolasi. 5. Gaya Hidup Respon yang terlihat dalam gaya hidup yaitu
rutinitas sehari-hari berkurang dan kurangnya dalam perawatan diri.
8) Mahasiswa mampu mengaplikasikan askep berduka
ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA

Masalah Keperawatan : Berduka (D. 0081)


Definisi : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien
akibat kehilangan (orang, objek, fungsi, status,
bagian tubuh atau hubungan)
Penyebab
1) Kematian keluarga atau orang yang berarti
2) Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
3) Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan
sosial)
4) Antisipasi kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh,
hubungan sosial)

Gejala & Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1. Merasa sedih 1. Menangis
2. Merasa bersalah atau 2. Pola tidur tidak berubah
menyalahkan orang lain 3. Tidak mampu berkonsentrasi
3. Tidak menerima kehilangan
4. Merasa tidak ada harapan

Gejala & Tanda Minor

Subjektif Objektif
1. Mimpi buruk atau pola mimpi 1. Marah
berubah 2. Tampak panik
2. Merasa tidak berguna 3. Fungsi imunitas terganggu
3. Fobia

Kondisi Klinis Terkait


1. Kematian anggota keluarga atau orang terdekat
2. Amputasi
3. Cedera medula spinalis
4. Kondisi kehilangan perinatal
5. Penyakit terminal (mis. Kanker)
6. Putus hubungan kerja

Luaraan dan Intervensi

DIAGNOSA LUARAN DAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Berdu ka b.d Penyebab Tingkat berduka Dukungan Proses
d.d Tanda dan gejala (L.09094) Berduka (I.09274)

Setelah di lakukan Observasi :


tindakan keperawatan - Identifikasi
selama 3x24 jam di kehilangan yang
harapkan tingkat dihadapi
berduka membaik - Identifikasi proses
dengan kriteria hasil: berduka yang
- verbalisasi dialami
menerima - Identifikasi sifat
kehilangan keterikatan pada
(menurun) benda yang hilang
- verbalisasi atau orang yang
harapan meninggal
(menurun) - Identifikasi reaksi
- verbalisasi awal terhadap
perasaan berguna kehilangan
(menurun)
Tereupatik :
- verbalisasi - Tunjukkan sikap
perasaan sedih menerima dan
(menurun) empati
- verbalisasi - Motivasi agar mau
perasaan mengungkapkan
bersalah atau perasaan
menyalahkan kehilangan
orang lain - Motivasi untuk
(menurun) menguatkan
- menangis dukungan keluarga
(menurun) atau orang terdekat
- verbalisasi - Fasilitasi
mimpi buruk melakukan
(menurun) kebiasaan sesuai
- fobia (menurun) dengan budaya,
- marah (menurun) agama dan norma
- panik (menurun) sosial
- pola tidur - Fasilitasi
(membaik) mengekspresikan
- konsentrasi perasaan dengan
(membaik) cara yang nyaman
- imunitas (mis, membaca
(membaik) buku, menulis,
menggambar atau
bermain)
- Diskusikan strategi
koping yang dapat
digunakan

Edukasi :
- Jelaskan kepada
pasien dan
keluarga bahwa
sikap mengingkari,
marah, sepresi dan
menerima adalah
wajar dalam
menghadapi
kehilangan
- Anjurkan
mengidentifikasi
ketakutan terbesar
pada kehilangan
- Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
- Ajarkan melewati
proses berduka
secara bertahap

Dukungan Emosional
(1.09256)

Observasi :
- Identifikasi fungsi
marah, frustrasi,
dan amuk bagi
pasien
- Identifikasi hal
yang telah memicu
emosi

Terapeutik :
- Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau sedih
- Buat pernyataan
suportif atau
empati selama fase
berduka.
- Lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan (mis.
merangkul,
menepuk-nepuk)
- Tetap bersama
pasien dan pastikan
keamanan selama
ansietas, jika perlu
- Kurangi tuntutan
berpikir saat sakit
atau lelah

Edukasi :
- Jelaskan
konsekuensi tidak
menghadapi rasa
bersalah dan malu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami (mis.
ansietas, marah,
sedih)
- Anjurkan
mengungkapkan
pengalaman
emosional
sebelumnya dan
pola respons yang
biasa digunakan
- Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat

Kolaborasi :
- Rujuk untuk
konseling, jika
perlu
BAB II
RESPON DAN ASUHAN KEPERAWATAN
1) Memahami konsep kecemasan dan kehilangan sesuai LO
2) Memahami respon kecemasan dan kehilangan berbagai rentang usia
a) Kecemasan & Kehilangan Bayi
b) Kecemasan & Kehilangan Remaja
c) Kecemasan & Kehilangan Dewasa
d) Kecemasan & Kehilangan Lansia
BAYI REMAJA DEWASA LANSIA
1. Menangis 1. Takut untuk 1. perasaan bersalah 1.Hilangnya
histeris saat melakukan dengan konsentrasi
Mama, Papa, atau aktivitas sehari- menyalahkan diri akibat
pengasuhnya hari, seperti sendiri melalui kekhawatiran
keluar kamar. memulai suatu berbagai cara, dan 2. Rasa takut
2. Menangis dan percakapan, menangis untuk yang terjadi
rewel berbelanja, menurunkan tekanan terus menerus
saat Mama atau bekerja, bertemu dalam perasaan yang sehingga
pengasuh tidak orang asing, dalam. menyebabkan
berada di ruangan bersekolah, 2. reaksi syok, tidak terjadinya
yang sama ataupun berbicara yakin, tidak percaya, penurunan
dengan si Kecil. di telepon. perasaan dingin, dalam
3. Terbangun di 2. Menghindari perasaan kebal, dan melakukan
malam hari dan atau merasa bingung. aktivitas sehari-
menangis khawatir secara 3. hari,
mencari Mama berlebihan pada ⁠mengekspresikanny 3.Berkurangny
atau Papa setelah kegiatan sosial, a dengan menangis a perasaan
sebelumnya bisa seperti acara secara terus menerus kesejahteraan
tidur lelap pertemuan 4. ⁠adanya perilaku pada lansia
sepanjang malam. keluarga, pesta, obsesif yaitu sebuah
percakapan suatu perilaku yang terus
4. Menolak atau kelompok hingga mengulang-ulang Respon
susah tidur tanpa saat makan peristiwa kehilangan Kehilangan
keberadaan orang bersama orang yang terjadi. Pada Lansia
tua di dekatnya. asing. 5.⁠ berlarut dalam 4.Merasakan
5. Selalu ingin 3. Takut untuk kesedihan sampai kesulitan di
dekat dengan dievaluasi atau dengan menolak masa tuanya
Mama atau dikritik orang lain. makan dan 5.Terbatas
pengasuh sampai 4. Menghindar dan mengkonsumsi dalam
si Kecil tertidur. kerap merasa alkohol. melakukan
6. Tidak suka khawatir saat aktivitas dan
bermain melakukan sesuatu interaksi
sendiri. yang menurut ia dengan
7. Tidak mau dapat memalukan, lingkungan
berpisah dari misalnya tampil di - Merasa
Mama atau depan publik kesepian
pengasuhnya secara tidak - Lansia akan
ketika berada di kompeten, tersipu, sering jatuh
situasi dan berkeringat. sakit.
baru. 5. Takut untuk
8. Cenderung masuk ke dalam
memiliki ruangan yang
preferensi yang penuh banyak
kuat orang.
terhadap satu 6. Menghindari
orang saja bertatapan mata
dibanding karena kurangnya
bersama. yang rasa percaya diri.
lain. 7. Memiliki
9. Merasa takut perilaku yang
jika melihat orang aneh, misalnya
yang belum sering mencuci
dikenal atau tangan berkali-
belum kali.
pernah dilihatnya 8. Memiliki
. kecenderungan
obsesif terhadap
sesuatu dan tidak
terkendali.
9. Sering
overthinking dan
dihantui
mimpi yang buruk
.

3) Memahami Asuhan Keperawatan kecemasan, kehilangan, & berduka sesuai


kelompok usia

ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA


USIA BAYI
DIAGNOSA 1
Masalah Keperawatan : Berduka (D. 0081)
Definisi : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien
akibat kehilangan (orang, objek, fungsi, status,
bagian tubuh atau hubungan)
Penyebab
1) Kematian keluarga atau orang yang berarti
2) Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
3) Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan
sosial)
4) Antisipasi kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh,
hubungan sosial)
Gejala & Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Merasa sedih 1. Menangis
2. Merasa bersalah atau 2. Pola tidur tidak berubah
menyalahkan orang lain 3. Tidak mampu
3. Tidak menerima kehilangan berkonsentrasi
4. Merasa tidak ada harapan

Gejala & Tanda Minor

Subjektif Objektif
1. Mimpi buruk atau pola mimpi 1. Marah
berubah 2. Tampak panik
2. Merasa tidak berguna 3. Fungsi imunitas terganggu
3. Fobia

Kondisi Klinis Terkait

1. Kematian anggota keluarga atau orang terdekat


2. Amputasi
3. Cedera medula spinalis
4. Kondisi kehilangan perinatal
5. Penyakit terminal (mis. Kanker)
6. Putus hubungan kerja

Luaraan dan Intervensi

DIAGNOSA LUARAN DAN RENCANA


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
Berduka b.d Penyebab Tingkat berduka Dukungan Proses
d.d Tanda gejala mayor (L.09094) Berduka (I.09274)
dan minor
Setelah di lakukan Observasi :
tindakan keperawatan - Identifikasi
selama 3x24 jam di kehilangan yang
harapkan tingkat dihadapi
berduka membaik - Identifikasi
dengan kriteria hasil: proses berduka
- verbalisasi yang dialami
menerima - Identifikasi sifat
kehilangan keterikatan pada
(menurun) benda yang
- verbalisasi hilang atau orang
harapan yang meninggal
(menurun) - Identifikasi
- verbalisasi reaksi awal
perasaan terhadap
berguna kehilangan
(menurun)
- verbalisasi Tereupatik :
perasaan sedih - Tunjukkan sikap
(menurun) menerima dan
- verbalisasi empati
perasaan - Motivasi agar
bersalah atau mau
menyalahkan mengungkapkan
orang lain perasaan
(menurun) kehilangan
- menangis - Motivasi untuk
(menurun) menguatkan
- verbalisasi dukungan
mimpi buruk keluarga atau
(menurun) orang terdekat
- fobia (menurun) - Fasilitasi
- marah melakukan
(menurun) kebiasaan sesuai
- panik (menurun) dengan budaya,
- pola tidur agama dan
(membaik) norma sosial
- konsentrasi - Fasilitasi
(membaik) mengekspresikan
- imunitas perasaan dengan
(membaik) cara yang
nyaman (mis,
membaca buku,
menulis,
menggambar
atau bermain)
- Diskusikan
strategi koping
yang dapat
digunakan

Edukasi :
- Jelaskan kepada
pasien dan
keluarga bahwa
sikap
mengingkari,
marah, sepresi
dan menerima
adalah wajar
dalam
menghadapi
kehilangan
- Anjurkan
mengidentifikasi
ketakutan
terbesar pada
kehilangan
- Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
- Ajarkan
melewati proses
berduka secara
bertahap

Dukungan Emosional
(1.09256)

Observasi :
- Identifikasi
fungsi marah,
frustrasi, dan
amuk bagi pasien
- Identifikasi hal
yang telah
memicu emosi

Terapeutik :
- Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau sedih
- Buat pernyataan
suportif atau
empati selama
fase berduka.
- Lakukan
sentuhan untuk
memberikan
dukungan (mis.
merangkul,
menepuk-nepuk)
- Tetap bersama
pasien dan
pastikan
keamanan
selama ansietas,
jika perlu
- Kurangi tuntutan
berpikir saat
sakit atau lelah

Edukasi :
- Jelaskan
konsekuensi
tidak
menghadapi rasa
bersalah dan
malu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami (mis.
ansietas, marah,
sedih)
- Anjurkan
mengungkapkan
pengalaman
emosional
sebelumnya dan
pola respons
yang biasa
digunakan
- Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat

Kolaborasi :
Rujuk untuk konseling,
jika perlu

DIAGNOSA 2

Masalah Keperawatan : Distres Spiritual (D.0082)


Definisi : Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa
kesulitan merasarakan mana dan tujuan hidup
melalui hubungan dengan diri, orang lain,
lingkungan atau Tuhan.
Penyebab :
1) Menjelang ajal
2) Kondisi penyakit kronis
3) Kematian orang terdekat
4) Perubahan pola hidup
5) Kesepian
6) Pengasingan diri
7) Pengasingan sosial
8) Gangguan sosio-kultural
9) Peninggkatan ketergantungan pada orang lain
10) Kejadian hidup yang tidak di harapkan

Gejala & Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mempertanyakan 1. Tidak mampu beribadah
makna/tujuan hidupnya 2. Marah pada Tuhan
2. Menyatakan hidupnya
terasa tidak/kurang
bermakna
3. Merasa menderita/ tidak
berdaya

Gejala & Tanda Minor

Subjektif Objektif
1. Menyatakan hidupnya terasa 1. Menolak berinteraksi denfgan
tidak /kurang tenang orang terdekat/memimpin spritrual
2. Mengeluh tidak dapat 2. Tidak mampu beraktivitas (misal
menerima (kurang pasrah) menyanyi, mendengarkan musik,
3. Merasa bersalah menukis)
4. Merasa terasing 3. Koping tidak efektif
5. Menyatakan telah diabaikan
4. Tidak berminat pada alam/literatur
spiritual

Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit kronis (mis. Arthritis rheumatoid, sklerosis multipel)


2. Penyakit terminal (mis. Kangker)
3. Relaldasi mental
4. Kehilangan bagian tubuh
5. Sudden infant death syindrome (SIDS)
6. Kelahiran mati, kematian janin, keguguran
7. Kemandulan
8. Gangguan psikiatrik

Luaraan dan Intervensi

DIAGNOSA LUARAN DAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
Dukungan Spritual (I.09276)
Observasi:
- Indentifikasi perasaan
khawatir, kesepian dan
ketidakberdayaan
- Identifikasi pandangan
tentang hubungan antara
spiritual dan Kesehatan
- Identifikasi harapan dan
kekuatan pasien
- Identifikasi ketaatan
dalam beragama
Terapeutik:
- Berikan kesempatan
mengekspresikan
perasaan tentang
penyakit dan kematian
- Berikan kesempatan
mengekspresikan dan
meredakan marah secara
tepat
- Yakinkan bahwa bahwa
perawat bersedia
mendukung selama masa
ketidak berdayaan
- Sediakan privasi dan
waktu tenang untuk
aktivitas spiritual
- Diskusikan keyakinan
tentang makna dan
tujuan hidup, jika perlu
- Fasilitas melakukan
kegiatan kegiatan ibadah
Edukasi:

- Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan/atau orang lain
- Anjurkan berpartisipasi
dalam kelompok
pendukung
- Ajarkan metode
relaksasi, meditasi, dan
imajinasi bimbingan
Kolaborasi:
- Atur kunjungan dengan
rohaniawan
(mis.ustaz,pendeta,romo,
biksu)
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA REMAJA

Masalah Keperawatan : Ansietas (D.0080)


Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab :
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bar ya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi

Gejala & Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tanpa tegang
dari kondisi yang di hadapi 3. Sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi

Gejala & Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi nafas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tanpak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorintasi pada masa lalu

Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit kronis (mis. Kanker, penyakit autoimun)


2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana oprerasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

Luaraan dan Intervensi

DIAGNOSA LUARAN DAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Ansietas b.d Penyebab Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
d.d Tanda gejala mayor (L.09093) (I.09314)
dan minor Setelah dilakukan Observasi :
Tindakan keperawatan - Identifikasi saat
selama 3x24 jam tingkat ansietas
diharapkan tingkat berubah (mis:
ansietas menurun kondisi, waktu,
dengan kriteria hasil: stresor)
- Verbilisasi - Identifikasi
kebingungan kemampuan
(menurun) mengambil
- Verbalisasi keputusan
khawatir akibat - Monitor tanda-
kondiri yang tanda ansietas
dihadapi (verbal dan
(menurun) nonverbal)
- Perilaku gelisah Terapeutik :
(menurun) - Ciptakan suasana
- Perilaku tegang terapeutik untuk
(menurun) menumbuhkan
- Keluhan pusing kepercayaan
(menurun) - Temani pasien
- Anoreksia untuk mengurangi
(menurun) kecemasan, jika
- Palpitasi memungkinkan
(menurun) - Pahami situasi
- Frekuensi yang membuat
pernafasan ansietas
(menurun) - Dengarkan dengan
- Frekunsi nadi penuh perhatian
(menurun) - Gunakan
- Tekanan darah pendekatan yang
(menurun) tenang dan
- Diaphoresis meyakinkan
(menurun) - Tempatkan barang
pribadi yang
- Tremor memberikan
(menurun) kenyamanan
- Pucat (menurun) - Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
- Diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang

Edukasi :
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga
untuk tetap
Bersama pasien,
jika perlu
- Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
- Latih Teknik
relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu

ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA


USIA DEWASA

Masalah Keperawatan : Berduka (D. 0081)


Definisi : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien
akibat kehilangan (orang, objek, fungsi, status,
bagian tubuh atau hubungan)
Penyebab :
1) Kematian keluarga atau orang yang berarti
2) Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
3) Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan
sosial)
4) Antisipasi kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh,
hubungan sosial)

Gejala & Tanda Mayor

Subjektif Objektif
4. Merasa sedih 4. Menangis
5. Merasa bersalah atau 5. Pola tidur tidak berubah
menyalahkan orang lain 6. Tidak mampu berkonsentrasi
6. Tidak menerima kehilangan
7. Merasa tidak ada harapan

Gejala & Tanda Minor

Subjektif Objektif
5. Mimpi buruk atau pola mimpi 11. Marah
berubah 12. Tampak panik
6. Merasa tidak berguna 13. Fungsi imunitas terganggu
7. Fobia

Kondisi Klinis Terkait

8. Kematian anggota keluarga atau orang terdekat


9. Amputasi
10. Cedera medula spinalis
11. Kondisi kehilangan perinatal
12. Penyakit terminal (mis. Kanker)
13. Putus hubungan kerja

Luaraan dan Intervensi

DIAGNOSA LUARAN DAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Berduka b.d Penyebab Tingkat berduka Dukungan Proses
d.d Tanda dan gejala (L.09094) Berduka (I.09274)

Setelah di lakukan Observasi :


tindakan keperawatan - Identifikasi
selama 3x24 jam di kehilangan yang
harapkan tingkat dihadapi
berduka membaik - Identifikasi proses
dengan kriteria hasil: berduka yang
- verbalisasi dialami
menerima - Identifikasi sifat
kehilangan keterikatan pada
(menurun) benda yang hilang
- verbalisasi atau orang yang
harapan meninggal
(menurun) - Identifikasi reaksi
- verbalisasi awal terhadap
perasaan berguna kehilangan
(menurun)
- verbalisasi Tereupatik :
perasaan sedih - Tunjukkan sikap
(menurun) menerima dan
- verbalisasi empati
perasaan - Motivasi agar mau
bersalah atau mengungkapkan
menyalahkan perasaan
orang lain kehilangan
(menurun) - Motivasi untuk
- menangis menguatkan
(menurun) dukungan keluarga
- verbalisasi atau orang terdekat
mimpi buruk - Fasilitasi
(menurun) melakukan
- fobia (menurun) kebiasaan sesuai
- marah (menurun) dengan budaya,
- panik (menurun) agama dan norma
- pola tidur sosial
(membaik) - Fasilitasi
- konsentrasi mengekspresikan
(membaik) perasaan dengan
- imunitas cara yang nyaman
(membaik) (mis, membaca
buku, menulis,
menggambar atau
bermain)
- Diskusikan strategi
koping yang dapat
digunakan

Edukasi :
- Jelaskan kepada
pasien dan
keluarga bahwa
sikap mengingkari,
marah, sepresi dan
menerima adalah
wajar dalam
menghadapi
kehilangan
- Anjurkan
mengidentifikasi
ketakutan terbesar
pada kehilangan
- Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
- Ajarkan melewati
proses berduka
secara bertahap

Dukungan Emosional
(1.09256)

Observasi :
- Identifikasi fungsi
marah, frustrasi,
dan amuk bagi
pasien
- Identifikasi hal
yang telah memicu
emosi

Terapeutik :
- Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau sedih
- Buat pernyataan
suportif atau
empati selama fase
berduka.
- Lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan (mis.
merangkul,
menepuk-nepuk)
- Tetap bersama
pasien dan pastikan
keamanan selama
ansietas, jika perlu
- Kurangi tuntutan
berpikir saat sakit
atau lelah

Edukasi :
- Jelaskan
konsekuensi tidak
menghadapi rasa
bersalah dan malu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami (mis.
ansietas, marah,
sedih)
- Anjurkan
mengungkapkan
pengalaman
emosional
sebelumnya dan
pola respons yang
biasa digunakan
- Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat

Kolaborasi :
- Rujuk untuk
konseling, jika
perlu

DIAGNOSA 2
Masalah Keperawatan : Ansietas (D.0080)
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan Tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab :
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bar ya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi

Gejala & Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tampak tegang
dari kondisi yang di hadapi 3. Sulit tidurr
3. Sulit berkonsentrasi

Gejala & Tanda Minor

Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi nafas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tanpak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorintasi pada masa lalu

Kondisi Klinis Terkait


1. Penyakit kronis (mis. Kanker, penyakit autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana oprerasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

Luaraan dan Intervensi

DIAGNOSA LUARAN DAN RENCANA


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL TINDAKAN
Ansietas b.d Penyebab Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
d.d Tanda gejala mayor (L.09093) (I.09314)
dan minor Setelah dilakukan Observasi
Tindakan keperawatan - Identifikasi saat
selama 3x24 jam tingkat ansietas
diharapkan tingkat berubah (mis:
ansietas menurun kondisi, waktu,
dengan kriteria hasil: stresor)
- Verbilisasi - Identifikasi
kebingungan kemampuan
(menurun) mengambil
- Verbalisasi keputusan
khawatir akibat - Monitor tanda-
kondiri yang tanda ansietas
dihadapi (verbal dan
(menurun) nonverbal)
- Perilaku gelisah Terapeutik
(menurun) - Ciptakan
suasana
- Perilaku tegang terapeutik untuk
(menurun) menumbuhkan
- Keluhan pusing kepercayaan
(menurun) - Temani pasien
- Anoreksia untuk
(menurun) mengurangi
- Palpitasi kecemasan, jika
(menurun) memungkinkan
- Frekuensi - Pahami situasi
pernafasan yang membuat
(menurun) ansietas
- Frekunsi nadi - Dengarkan
(menurun) dengan penuh
- Tekanan darah perhatian
(menurun) - Gunakan
- Diaphoresis pendekatan yang
(menurun) tenang dan
- Tremor meyakinkan
(menurun) - Tempatkan
Pucat (menurun) barang pribadi
yang
memberikan
kenyamanan
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
- Diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang

Edukasi
- Jelaskan
prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap Bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
- Latih Teknik
relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu

ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA


USIA LANSIA

Masalah Keperawatan : Ansietas (D.0080)


Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan Tindakan untuk menghadapi ancaman
Penyebab :
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bar ya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi

Gejala & Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1. Merasa binggung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tambapk tegang
dari kondisi yang di hadapi 3. Sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi

Gejala & Tanda Minor

Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 5. Frekuensi nafas meningkat
2. Anoreksia 6. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpilasi 7. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 8. Diaphoresis
9. Tremor
10. Muka tanpak pucat
11. Suara bergetar
12. Kontak mata buruk
13. Sering berkemih
14. Berorintasi pada masa lalu

Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit kronis (mis. Kanker, penyakit autoimun)


2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana oprerasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

Luaraan dan Intervensi


DIAGNOSA LUARAN DAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Ansietas b.d Penyebab Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
d.d Tanda dan gejala (L.09093) (I.09314)
mayor dan minor Setelah dilakukan Observasi
Tindakan keperawatan - Identifikasi saat
selama 3x24 jam tingkat ansietas
diharapkan tingkat berubah (mis:
ansietas menurun kondisi, waktu,
dengan kriteria hasil: stresor)
- Verbilisasi - Identifikasi
kebingungan kemampuan
(menurun) mengambil
- Verbalisasi keputusan
khawatir akibat - Monitor tanda-
kondiri yang tanda ansietas
dihadapi (verbal dan
(menurun) nonverbal)
- Perilaku gelisah Terapeutik
(menurun) - Ciptakan suasana
- Perilaku tegang terapeutik untuk
(menurun) menumbuhkan
- Keluhan pusing kepercayaan
(menurun)
- Anoreksia - Temani pasien
(menurun) untuk mengurangi
- Palpitasi kecemasan, jika
(menurun) memungkinkan
- Frekuensi - Pahami situasi
pernafasan yang membuat
(menurun) ansietas
- Frekunsi nadi - Dengarkan dengan
(menurun) penuh perhatian
- Tekanan darah - Gunakan
(menurun) pendekatan yang
- Diaphoresis tenang dan
(menurun) meyakinkan
- Tremor - Tempatkan barang
(menurun) pribadi yang
- Pucat (menurun) memberikan
kenyamanan
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
- Diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang

Edukasi
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga
untuk tetap
Bersama pasien,
jika perlu
- Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
- Latih Teknik
relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu

DIAGNOSA 2
Masalah Keperawatan : Resika Harga Diri Rendah Situasional (D.0102)
Definisi : Beresiko mengalami evaluasi atau perasaan
negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap diri
sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini.
Faktor Resiko :
1. Gangguan gambaran diri
2. Gangguan fungsi
3. Gangguan peran social
4. Harapan tidak realistis
5. Kurang pemahaman terhadap situasi
6. Penurunan control terhadap lingkungan
7. Pennyakit fisik
8. Perilaku tidak sesuai dengan nilai setempat
9. Kegagalan
10. Perasaan tidak beradaya
11. Riwayat kehilangan
12. Riwayat pengabaian
13. Riwayar penolakan
14. Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, psikologi, seksual)
15. Transisi perkembangan

Kondisi Klinis Terkait

1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
3. Kehamilan
4. Kondisi baru terdiagnosis (mis. Diabetes militus)
5. Stroke
6. Penyalahgunaan zat
7. Demensia

Luaraan dan Intervensi

DIAGNOSA LUARAN DAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Resiko Harga Diri Harga Diri (L.09069) Promosi Kesadaran
Rendah Situasional d.d Setelah dilakukan (I.09311)
Faktor Resiko Tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam
diharapkan harga diri - Identifikasi
meningkat dengan keadaan emosional
kriteria hasil: saat ini
- Penilaian diri
positif - Identifikasi
(meningkat) respons yang
- Perasaan ditunjukkan
memiliki berbagai situasi
kelebihan atau
kemampuan Terapeutik
positif
(meningkat) - Diskusikan nilai-
- Penerimaan nilai yang
penilaian positif berkontribusi
terhadap diri terhadap konsep
sendiri diri
(menimgkat)
- Diskusikan tentang
pikiran, perilaku,
- Minat mencoba atau respons
hal baru terhadap kondisi
(meningkat)
- Perasaan malu - Diskusikan
(menurun) dampak penyakit
- Perasaan pada konsep diri
bersalah
(menurun) - Ungkapkan
- Perasaan tidak penyangkalan
mampu tentang kenyataan
melakukan
apapum - Motivasi dalam
(menurun) meningkatkan
- Meremehkan kemampuan
kemampuan belajar
mengatasi
masalah Edukasi
(menurun)
- Anjurkan
mengenali pikiran
dan perasaan
tentang diri
- Anjurkan
menyadari bahwa
setiap orang unik
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan (mis:
marah atau
depresi)
- Anjurkan meminta
bantuan orang lain,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengubah
pandangan diri
sebagai korban
- Anjurkan
mengidentifikasi
perasaan bersalah
- Anjurkan
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
- Anjurkan
mengevaluasi
Kembali persepsi
negatif tentang diri
- Anjurkan dalam
mengekspresikan
diri dengan
kelompok sebaya
- Ajarkan cara
membuat prioritas
hidup
- Latih kemampuan
positif diri yang
dimiliki
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecemasan merupakan suatu perasaan was-was atau takut akan terjadinya
sesuatu yang dipicu oleh ancaman dan merupakan peringatan yang
membantu seseorang untuk siap melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman. Gejala dan pola orang dengan gangguan kecemasan mungkin
mengalami ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan seperti kesulitan
berkonsentrasi atau mengambil keputusan. Pada bayi kecemasan yang
dialaminya yaitu Menangis histeris saat Mama, Papa, atau pengasuhnya
keluar kamar, pada remaja Takut untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti memulai suatu percakapan, berbelanja, bekerja, bertemu orang
asing, bersekolah, ataupun berbicara di telepon, pada dewasa perasaan
bersalah dengan menyalahkan diri sendiri melalui berbagai cara, dan
menangis untuk menurunkan tekanan dalam perasaan yang dalam dan pada
lansia .Hilangnya konsentrasi akibat kekhawatiran .Cemas juga dapat
mempengaruhi mood seseorang.
Kehilangan orang yang berharga karena kematian biasanya juga disebut
dengan kedukaan. Berduka itu adalah respon atau reaksi emosional yang
berhubungan dengan kehilangan.Tahap kehilangan Setelah kematian orang
yang dicintai, biasanya dibutuhkan waktu 6 hingga 12 bulan bagi orang
untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan akhirnya mengembangkan
rasa normal baru dalam hidup mereka. Durasi kehilangan terdiri dari fase
akut dan jangka Panjang. Rentang respon berduka seseorang bervariasi
dimulai dari Denial, Anger, Bergaining,Depresi dan Acceptance.
B. Saran
1. Mahasiswa perlu memahami bahwa pengkajian cemas melibatkan
identifikasi berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi kondisi
kecemasan seseorang, mulai dari identitas klien, keluhan utama,
faktor predisposisi, hingga aspek fisik, psikososial, dan koping.
2. Mahasiswa perlu memahami gejala dan pola perilaku orang dengan
gangguan kecemasan, serta kemungkinan dampaknya terhadap
kemampuan komunikasi dan kognitif pasien.
3. Mahasiswa perlu memahami perbedaan antara mood, afek, dan
perasaan cemas, serta bagaimana ketiganya dapat mempengaruhi
kondisi seseorang yang mengalami kecemasan.
4. Mahasiswa perlu memahami berbagai ekspektasi dan ritual
kematian yang mungkin berbeda-beda di berbagai budaya, serta
bagaimana hal ini dapat memengaruhi cara orang merespon
kematian dan berduka.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, A. B. P., Dwiartyani, A., & Arief, H. (2021). Gambaran proses grieving
pada dewasa awal yang mengalami kehilangan anggota Keluarga akibat virus
covid-19. Psikologi Prima, 4(1), 20-32.

Intan fidyatul, i. F. (2020). Identifikasi karakteristik gangguan jiwa pada pasien


skizofrenia di lingkungan pondok sosial keputih surabaya (doctoral dissertation,
universitas muhammadiyah surabaya).

K. Shear dan H. Shair. (2022) “Attachment, loss, and complicated grief,” Dev.
Psychobiol., vol. 47, no. 3, hal. 253–267

Rozana, R., & Wicaksono, A. (2022). Asuhan Keperawatan Gerontik Berduka


Dengan Intervensi Dukungan Proses Berduka Pada Ny. S Di Dusun Warurejo Kec
Gempol Kab Pasuruan.

http://repository.unika.ac.id/13294/5/12.60.0248%20Christina%20Thiveny%20Pu
trianti%20BAB%20IV.pdf u.

Adiyati, L., & Saffanah, W. M (2023)

Anda mungkin juga menyukai