Asuhan - Keperawatan - Berduka - Kel 3
Asuhan - Keperawatan - Berduka - Kel 3
Kelompok 3
Suciana Wulandhari 222201006
Wanda Anggun F.N 222201008
Mansur Awali 222201009
Gustira Endani 222201023
Inttan Surya Kusuma 222201024
Selia Giri Anggita 222201025
Era Rosalian 222201039
Herlina 222201040
Della Aulia Wulan Safitri 222201051
Putri Nurayu Istoqomah 222201052
Yunda Khofifah 222201064
Muhammad Fauzan 222201065
Cindy Gracia Amanda Putri 222201066
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
LO WAJIB...............................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................20
Tema Dan Asuhan Keperawatan............................................................................20
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA BAYI........................................................................................................23
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA REMAJA..................................................................................................34
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA DEWASA.................................................................................................39
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA LANSIA...................................................................................................50
BAB III..................................................................................................................59
Kesimpulan Dan Saran...........................................................................................59
BAB I
LO WAJIB
a) Identitas klien
c) Faktor predisposisi
e) Aspek psikososial
f) Status mental
g) Mekanisme koping
i) Pengetahuan
j) Aspek medik
Menurut WHO 27 September 2023 gejala dan pola Orang dengan gangguan
kecemasan mungkin mengalami ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan
terhadap situasi tertentu (misalnya serangan panik atau situasi sosial) atau, dalam
kasus gangguan kecemasan umum, terhadap berbagai situasi sehari-hari. Mereka
biasanya mengalami gejala-gejala ini dalam jangka waktu lama – setidaknya
beberapa bulan. Biasanya mereka menghindari situasi yang membuat mereka
cemas.
Mood adalah keadaan emosional umum yang dapat berlangsung dalam jangka
waktu yang lebih lama, seperti perasaan sedih, gelisah, atau tegang yang konsta.
Afek adalah ekspresi emosi yang tampak secara luar, seperti wajah yang tegang
atau mata yang gelisah. Perasaan cemas merupakan aspek yang kognitif dari
kecemasan, yaitu kesadaran akan kekhawatiran, ketidakpastian, atau ketakutan
terhadap situasi tertentu.
Berikut adalah beberapa perbedaan antara mood, afek, dan perasaan cemas:
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Yang perlu dikaji adalah mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
6) Mahasiswa mampu memahami konsep kehilangan
Balk dan Vesta (1998) menemukan bahwa orang dewasa muda (usia 18-25 tahun)
lebih sering mengalami reaksi bermasalah terhadap kehilangan daripada yang
diketahui. Kelompok usia ini mengalami kesulitan akademis yang dapat
berdampak pada tantangan perkembangan, pekerjaan, dan sosial di masa dewasa
awal.
Menurut Freud, kesedihan merupakan reaksi yang wajar dan wajar atas
kehilangan orang yang dicintai (Prigerson, 2021). Duka adalah emosi kompleks
yang melibatkan menghidupkan ingatan orang yang meninggal atau menghadapi
kenyataan kehilangan (Overvad & Wagoner, 2019). Definisi lain dari kesedihan
adalah reaksi naluriah psikologis yang umum terhadap pengalaman kehilangan
orang yang dicintai (Shear, 2012).
1. Fase akut
Berlangsung selama 4-8 minggu setelah kematian, terdapat tiga proses, yaitu
syok dan tidak percaya, perkembangan kesadaran, serta restitusi.
b. Perkembangan kesadaran
c. Restitusi
Proses yang formal dan ritual bersama teman dan keluarga membantu
menurunkan sisa perasaan tidak menerima kenyataan kehilangan.
Berlangsung selama 1-2 tahun atau lebih lama. Reaksi berduka yang tidak
terselesaikan akan menjadi penyakit yang tersembunyi dan termanifestasi dalam
berbagai gejala fisik. Beberapa individu berkembang menjadi keinginan bunuh
diri dan bisa juga mengabaikan diri dengan menolak makan dan menggunakan
alkohol.
Budaya: Budaya dan agama seseorang sering kali memiliki keyakinan dan ritual
tertentu tentang kematian.
Ritual merupakan salah satu unsur yang bersentuhan langsung dengan orang yang
berduka secara fisik dan memiliki struktur yang juga melibatkan tiga unsur
lainnya. Di dalam proses pelaksanaan ritual melibatkan unsur komunitas yakni
anggota keluarga atau warga setempat sebagai peserta aktif maupun pasif dalam
sebuah ritual. Ritual memiliki kekuatan religius, dimana sebuah ritual penuh
dengan makna simbol yang mendeskripsikan sistem kepercayaan dari sebuah
komunitas atau kelompok masyarakat tertentu. Atas dasar sebuah keyakinan,
ritual diakui dan dilaksanakan oleh individu atau kelompok karena berfungsi
menghadirkan kekuatan dan memberi kelegaan bagi pelaku dalam sebuah ritual.
Ritual tidak hanya memiliki fungsi sosial tetapi juga fungsi psikologis. Secara
universal, sebuah komunitas atau kelompok masyarakat dalam sistem
kepercayaannya memiliki beragam ritual yang diwariskan turun-temurun.
Kehilangan orang yang berharga karena kematian biasanya juga disebut dengan
kedukaan. Berduka itu adalah respon atau reaksi emosional yang berhubungan
dengan kehilangan. Ketika kita mengalami kehilangan, perasaan dan emosi kita
mungkin kalut dan sangat sakit sehingga sulit untuk menerima kenyataan bahwa
orang tersebut telah tiada. 1. Fisik Respon fisik yang dialami orang yang
mengalami kedukaan yaitu kehilangan nafsu makan, sulit tidur, kelelahan dan
kehilangan energi, nyeri fisik, dan sistem kekebalan tubuh yang rendah. 2.
Kognitif Respon kognitif yang dialami oleh orang yang sedang berduka yaitu
pengaruh persepsi dan pikiran terhadap dunia, misalnya kesulitan menerima
kenyataan menjadikan kita berjarak dengan kenyataan, memiliki ingatan yang
buruk dan kurang fokus. 3. Interpersonal Respon orang yang mengalami kedukaan
biasanya menarik diri dari lingkungan sosial, lebih suka menyendiri dan menjaga
jarak dalam hubungan. 4. Emosional Respon emosi yang dirasakan yaitu
kesedihan mendalam, rasa bersalah, kemarahan, permusuhan, kecemasan,
keputusasaan dan perasaan terisolasi. 5. Gaya Hidup Respon yang terlihat dalam
gaya hidup yaitu rutinitas sehari-hari berkurang dan kurangnya dalam perawatan
diri.
Subjektif Objektif
1. Merasa sedih 1. Menangis
2. Merasa bersalah atau 2. Pola tidur tidak berubah
menyalahkan orang lain 3. Tidak mampu berkonsentrasi
3. Tidak menerima kehilangan
4. Merasa tidak ada harapan
Subjektif Objektif
1. Mimpi buruk atau pola mimpi 1. Marah
berubah 2. Tampak panik
2. Merasa tidak berguna 3. Fungsi imunitas terganggu
3. Fobia
Edukasi :
- Jelaskan kepada
pasien dan
keluarga bahwa
sikap mengingkari,
marah, sepresi dan
menerima adalah
wajar dalam
menghadapi
kehilangan
- Anjurkan
mengidentifikasi
ketakutan terbesar
pada kehilangan
- Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
- Ajarkan melewati
proses berduka
secara bertahap
Dukungan Emosional
(1.09256)
Observasi :
- Identifikasi fungsi
marah, frustrasi,
dan amuk bagi
pasien
- Identifikasi hal
yang telah memicu
emosi
Terapeutik :
- Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau sedih
- Buat pernyataan
suportif atau
empati selama fase
berduka.
- Lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan (mis.
merangkul,
menepuk-nepuk)
- Tetap bersama
pasien dan
pastikan keamanan
selama ansietas,
jika perlu
- Kurangi tuntutan
berpikir saat sakit
atau lelah
Edukasi :
- Jelaskan
konsekuensi tidak
menghadapi rasa
bersalah dan malu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami (mis.
ansietas, marah,
sedih)
- Anjurkan
mengungkapkan
pengalaman
emosional
sebelumnya dan
pola respons yang
biasa digunakan
- Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
Kolaborasi :
- Rujuk untuk
konseling, jika
perlu
BAB II
Penyebab :
Subjektif Objektif
1. Merasa sedih 1. Menangis
2. Merasa bersalah atau 2. Pola tidur tidak
menyalahkan orang lain berubah
3. Tidak menerima kehilangan 3. Tidak mampu
4. Merasa tidak ada harapan berkonsentrasi
Subjektif Objektif
1. Mimpi buruk atau pola mimpi 1. Marah
berubah 2. Tampak panik
2. Merasa tidak berguna 3. Fungsi imunitas terganggu
3. Fobia
Edukasi :
- Jelaskan kepada
pasien dan
keluarga bahwa
sikap
mengingkari,
marah, sepresi
dan menerima
adalah wajar
dalam
menghadapi
kehilangan
- Anjurkan
mengidentifikasi
ketakutan
terbesar pada
kehilangan
- Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
kehilangan
- Ajarkan
melewati proses
berduka secara
bertahap
Dukungan Emosional
(1.09256)
Observasi :
- Identifikasi
fungsi marah,
frustrasi, dan
amuk bagi
pasien
- Identifikasi hal
yang telah
memicu emosi
Terapeutik :
- Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau
sedih
- Buat pernyataan
suportif atau
empati selama
fase berduka.
- Lakukan
sentuhan untuk
memberikan
dukungan (mis.
merangkul,
menepuk-nepuk)
- Tetap bersama
pasien dan
pastikan
keamanan
selama ansietas,
jika perlu
- Kurangi tuntutan
berpikir saat
sakit atau lelah
Edukasi :
- Jelaskan
konsekuensi
tidak
menghadapi rasa
bersalah dan
malu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami (mis.
ansietas, marah,
sedih)
- Anjurkan
mengungkapkan
pengalaman
emosional
sebelumnya dan
pola respons
yang biasa
digunakan
- Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
Kolaborasi :
Rujuk untuk konseling,
jika perlu
DIAGNOSA 2
Penyebab :
1) Menjelang ajal
2) Kondisi penyakit kronis
3) Kematian orang terdekat
4) Perubahan pola hidup
5) Kesepian
6) Pengasingan diri
7) Pengasingan sosial
8) Gangguan sosio-kultural
9) Peninggkatan ketergantungan pada orang lain
10) Kejadian hidup yang tidak di harapkan
Subjektif Objektif
1. Mempertanyakan 1. Tidak mampu beribadah
makna/tujuan hidupnya 2. Marah pada Tuhan
2. Menyatakan hidupnya
terasa tidak/kurang
bermakna
3. Merasa menderita/
tidak berdaya
Subjektif Objektif
1. Menyatakan hidupnya terasa 1. Menolak berinteraksi denfgan
tidak /kurang tenang
orang terdekat/memimpin spritrual
2. Mengeluh tidak dapat
menerima (kurang pasrah) 2. Tidak mampu beraktivitas (misal
3. Merasa bersalah
menyanyi, mendengarkan musik,
4. Merasa terasing
5. Menyatakan telah diabaikan menukis)
3. Koping tidak efektif
4. Tidak berminat pada alam/literatur
spiritual
- Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan/atau orang lain
- Anjurkan berpartisipasi
dalam kelompok
pendukung
- Ajarkan metode
relaksasi, meditasi, dan
imajinasi bimbingan
Kolaborasi:
- Atur kunjungan dengan
rohaniawan
(mis.ustaz,pendeta,romo,
biksu)
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA REMAJA
Penyebab :
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bar ya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi
Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tanpa tegang
dari kondisi yang di hadapi 3. Sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi
Gejala & Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi nafas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tanpak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorintasi pada masa lalu
Edukasi :
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga
untuk tetap
Bersama pasien,
jika perlu
- Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
- Latih Teknik
relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN DAN KEHILANGAN PADA
USIA DEWASA
Penyebab :
Subjektif Objektif
4. Merasa sedih 4. Menangis
5. Merasa bersalah atau 5. Pola tidur tidak berubah
menyalahkan orang lain 6. Tidak mampu berkonsentrasi
6. Tidak menerima kehilangan
7. Merasa tidak ada harapan
Subjektif Objektif
5. Mimpi buruk atau pola mimpi 11. Marah
berubah 12. Tampak panik
6. Merasa tidak berguna 13. Fungsi imunitas terganggu
7. Fobia
Kondisi Klinis Terkait
Dukungan Emosional
(1.09256)
Observasi :
- Identifikasi fungsi
marah, frustrasi,
dan amuk bagi
pasien
- Identifikasi hal
yang telah memicu
emosi
Terapeutik :
- Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau sedih
- Buat pernyataan
suportif atau
empati selama fase
berduka.
- Lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan (mis.
merangkul,
menepuk-nepuk)
- Tetap bersama
pasien dan
pastikan keamanan
selama ansietas,
jika perlu
- Kurangi tuntutan
berpikir saat sakit
atau lelah
Edukasi :
- Jelaskan
konsekuensi tidak
menghadapi rasa
bersalah dan malu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami (mis.
ansietas, marah,
sedih)
- Anjurkan
mengungkapkan
pengalaman
emosional
sebelumnya dan
pola respons yang
biasa digunakan
- Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
Kolaborasi :
- Rujuk untuk
konseling, jika
perlu
DIAGNOSA 2
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bar ya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi
Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tampak tegang
dari kondisi yang di hadapi 3. Sulit tidurr
3. Sulit berkonsentrasi
Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi nafas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tanpak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorintasi pada masa lalu
Edukasi
- Jelaskan
prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap Bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
- Latih Teknik
relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
Penyebab :
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bar ya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi
Subjektif Objektif
1. Merasa binggung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tambapk tegang
dari kondisi yang di hadapi 3. Sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi
Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 5. Frekuensi nafas meningkat
2. Anoreksia
3. Palpilasi 6. Frekuensi nadi meningkat
4. Merasa tidak berdaya 7. Tekanan darah meningkat
8. Diaphoresis
9. Tremor
10. Muka tanpak pucat
11. Suara bergetar
12. Kontak mata buruk
13. Sering berkemih
14. Berorintasi pada masa lalu
Edukasi
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga
untuk tetap
Bersama pasien,
jika perlu
- Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
- Latih Teknik
relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
DIAGNOSA 2
Faktor Resiko :
1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
3. Kehamilan
4. Kondisi baru terdiagnosis (mis. Diabetes militus)
5. Stroke
6. Penyalahgunaan zat
7. Demensia
Luaraan dan Intervensi
- Anjurkan
mengenali pikiran
dan perasaan
tentang diri
- Anjurkan
menyadari bahwa
setiap orang unik
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan (mis:
marah atau
depresi)
- Anjurkan meminta
bantuan orang lain,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan
mengubah
pandangan diri
sebagai korban
- Anjurkan
mengidentifikasi
perasaan bersalah
- Anjurkan
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
- Anjurkan
mengevaluasi
Kembali persepsi
negatif tentang diri
- Anjurkan dalam
mengekspresikan
diri dengan
kelompok sebaya
- Ajarkan cara
membuat prioritas
hidup
- Latih kemampuan
positif diri yang
dimiliki
BAB III
Kesimpulan
Kecemasan merupakan suatu perasaan was-was atau takut akan terjadinya sesuatu
yang dipicu oleh ancaman dan merupakan peringatan yang membantu seseorang
untuk siap melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. Gejala dan pola
orang dengan gangguan kecemasan mungkin mengalami ketakutan atau
kekhawatiran yang berlebihan seperti kesulitan berkonsentrasi atau mengambil
keputusan. Pada bayi kecemasan yang dialaminya yaitu Menangis histeris saat
Mama, Papa, atau pengasuhnya keluar kamar, pada remaja Takut untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memulai suatu percakapan, berbelanja,
bekerja, bertemu orang asing, bersekolah, ataupun berbicara di telepon, pada
dewasa perasaan bersalah dengan menyalahkan diri sendiri melalui berbagai cara,
dan menangis untuk menurunkan tekanan dalam perasaan yang dalam dan pada
lansia .Hilangnya konsentrasi akibat kekhawatiran .Cemas juga dapat
mempengaruhi mood seseorang.
Kehilangan orang yang berharga karena kematian biasanya juga disebut dengan
kedukaan. Berduka itu adalah respon atau reaksi emosional yang berhubungan
dengan kehilangan.Tahap kehilangan Setelah kematian orang yang dicintai,
biasanya dibutuhkan waktu 6 hingga 12 bulan bagi orang untuk menyesuaikan diri
dengan situasi dan akhirnya mengembangkan rasa normal baru dalam hidup
mereka. Durasi kehilangan terdiri dari fase akut dan jangka Panjang. Rentang
respon berduka seseorang bervariasi dimulai dari Denial, Anger,
Bergaining,Depresi dan Acceptance.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unika.ac.id/13294/5/12.60.0248%20Christina%20Thiveny
%20Putrianti%20BAB%20IV.pdf u.
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/Psikologi/article/view/1864
Jurnal : K. Shear dan H. Shair. (2022) “Attachment, loss, and complicated grief,”
Dev. Psychobiol., vol. 47, no. 3, hal. 253–267