Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ihwan Aindi S

NIM : 1710116039

Jawaban.

1. Produksi dalam islam adalah usaha mengeksploitasi sumber-sumber daya agar dapat
menghasilkan manfaat ekonomi ( Qutub abdus salam duaib). Dalam ilmu ekonomi, yang dapat
dikerjakan manusia hanyalah membuat barang yang " dihasilkan". Dengan begitu bahwa
manusia hanya mampu membuat kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur lama yang
tersedia yaitu alam.
Dalam sistem ekonomi islam, kata "produksi " merupakan salah satu kata kunci terpenting. Dari
konsep dan gagasan produksi ditekankan bahwa tujuan utama yang ingin dicapai kegiatan
ekonomi dalam sistem ekonomi islam adalah untuk kemaslahatan individu ( self interest)  dan
kemaslahatan masyarakat (sosial interest) secara berimbang. Dalam hal ini untuk mewujudkan
kemaslahatan individu dan masyarakat, sistem ekonomi islam menyediakan beberapa landasan
teoritis yaitu, keadilan ekonomi, jaminan sosial,  pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi
produktif dan efisien.
Syari'ah yang didasarkan pada Al- Quran dan As-Sunnah, bertujuan untuk menebar
kemaslahatan bagi seluruh manusia yang terletak pada terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
hidup manusia, Allah telah menganugerahkan sumber-sumber daya produktif. Beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan dalam proses produksi adalah, 1). Dilarang memproduksi dan
memperdagangkan komoditas yang tercela karena bertentangan dengan syari'ah (haram).
Dalam sistem ekonomi islam tidak semua barang dapat diproduksi atau dikonsumsi. Islam
dengan tegas mengklasifikasikan barang-barang atau komoditas kedalam dua kategori. Pertama,
barang yang disebutkan Al-Quran tyayyibat yaitu barang-barang yang secara hukum halal
dikonsumsi dan diproduksi, kedua khabaits yaitu barang-barang yang secara hukum haram
dikonsumsi dan diproduksi. 
2). Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah kepada kezaliman, seperti riba dimana
kezaliman menjadi illat hukum bagi haramnya riba, dan riba secara bertahap dapat
menghilangkan keadilan ekonomi yang merupakan ciri khas ekonomi islam, dan berdampak
negatif bagi perekonomian umat. 
3). Segala bentuk penimbunan ( ikhtikar) terhadap barang-barang kebutuhan bagi masyarakat,
adalah dilarang sebagai perlindungan syari'ah terhadap konsumen dari masyarakat. Pelaku
penimbunan menurut yusuf kamal,  mengurangi tingkat produksi untuk menguasai pasar, sangat
tidak menguntungkan bagi konsumen dan masyarakat karena berkurangnya suplai dan
melonjaknya harga barang. 
Hal ini sama dengan kezaliman yang dikutuk Allah swt. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
penimbunan terhadap barang kebutuhan pokok,  islam telah menyediakan sarana hukum yaitu
pemerintah harus bertindak tegas, menyita produk dan barang tersebut kemudian menjualnya
kepada konsumen dengan harga yang adil setelah membayar ganti harga yang adil kepada
pemilik barang, atau pemerintah memaksa menjual barang-barang tersebut dengan harga yang
adil. 
4). Memelihara lingkungan. Manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lain ditunjuk
sebagai wakil ( khalifah) tuhan di bumi bertugas menciptakan kehidupan dengan memanfaatkan
sumber-sumber daya yang dalam perspektif ekonomi islam diuraikan sebagai: pertama, setiap
manusia adalah produsen,  untuk menghasilkan barang-barang dan jasa yang dalam prosesnya
bersentuhan langsung dengan bumi sebagai faktor produksi. 
Kedua, bumi selain sebagai faktor produksi,  juga berfungsi mendidik manusia mengingat
kebesaran Allah, kebaikan-Nya yang telah mendistribusikan rezeki yang adil di antara manusia.
Ketiga, sebagai produsen dalam melakukan kegiatan produksi tidak boleh melakukan tindakan-
tindakan yang merusak lingkungan hidup atau lingkungan makhluk lain.

2. Dalam memasarkan suatu produk seorang pengusaha kerap kali masih melakukan segala cara
agar mendapatkan keuntungan satu pihak. Tanpa melihat dua sisi atau memikirkan aturan yang
seharusnya ditaati dalam memasarkan barang nya tersebut. Namun ingatlah bahwa dalam
agama, risalah bisnis sudah dibahas dalam fiqih muamalah jual beli dalam islam. Sebagai umat
muslim kita harus bisa mematuhi dan mampu menjalankan apa saja yang sudah diperintahkan
dalam islam. Kita harus mematuhi fungsi agama islam dalam mengatur segala sesuatu dalam
hidup ini.
Bisnis menurut islam memiliki sebuah sistem pemasaran atau bisa disebut dengan etika
pemasaran pada umumnya, dan tentu memiliki prinsip yang sesuai dengan islam. Dalam islam
diperbolehkan mengikuti persaingan pasar, perkembangan pasar namun tentu harus sesuai
dengan syariah yang sudah ditetapkan. Di dalam pemasaran syariah di bolehkan untuk menjaga
nama baik dengan pelanggan, menjaga kesan dengan pelanggan, menyebutkan spesifikasi
kualitas barang, tapi tentu harus sesuai dengan kondisi barang tersebut. Seorang pebisnis harus
mampu jujur dalam menjalankan perdagangan, ikuti segala tata aturan transaksi ekonomi dalam
islam.
Etika pemasaran dalam islam memiliki prinsip yang menjaga aturan dalam hukum islam atau
aturan hukum ekonomi syariah. Pemasaran dalam islam harus mengandung pemasaran syariah,
yakni pemasaran yang selalu memperhatikan aturan dan tujuan ekonomi islam. Akan lebih baik
jika seorang pelaku bisnis memperhatikan norma yang berlaku atau tata cara dagang yang ada
dalam islam. Adanya tata cara berdagang atau berbisnis sudah diatur dalam Alquran, selain itu
sebagai pebisnis harus tahu apa saja bahaya yang mengintai dalam berbisnis. Seperti misalnya :
Mengerti apa pengertian riba menurut islam, Apa saja macam-macam riba, Bahaya riba bagi
kehidupan manusia, Cara bertransaksi menurut syariah islam, dll.

3. CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi
kepentingan pembangunan manusia (People) dan lingkungan (Planet) secara berkelanjutan
berdasarkan prosedur (Procedure) yang tepat dan profesional.
Allah berfirman :
“bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Baqarah:177)
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang mengedepankan
pentingnya nilai-nilai sosial di masyarakat ketimbang hanya sekedar menghadapkan wajah kita
ke barat dan ke timur dalam shalat. Tanpa mengesampingkan akan pentingnya shalat dalam
Islam, Al Quran mengintegrasikan makna dan tujuan shalat dengan nilai-nilai sosial. Di samping
memberikan nilai keimanan berupa iman kepada Allah SWT, Kitab-Nya, dan Hari Kiamat, Al
Quran menegaskan bahwa keimanan tersebut tidak sempurna jika tidak disertai dengan amalan-
amalan sosial berupa kepedulian dan pelayanan kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, dan
musafir serta menjamin kesejahteraan mereka yang membutuhkan.
Menurut Islam, CSR yang dilakukan harus bertujuan untuk menciptakan kebajikan yang
dilakukan bukan melalui aktivitas-aktivitas yang mengandung unsur riba, melainkan dengan
praktik yang diperintahkan Allah berupa zakat, infak, sedekah, dan wakaf. CSR juga harus
mengedepankan nilai kedermawanan dan ketulusan hati (Suharto,2010). Perbuatan ini lebih
Allah cintai dari ibadah-ibadah mahdhah. Rasulullah SAW bersabda, “Memenuhi keperluan
seorang mukmin lebih Allah cintai dari pada melakukan dua puluh kali haji dan pada setiap
hajinya menginfakan ratusan ribu dirham dan dinar”. Dalam hadis lain, Rasulullah SAW juga
bersabda, “Jika seorang muslim berjalan memenuhi keperluan sesama muslim, itu lebih baik
baginya daripada melakukan tujuh puluh kali thawaf di Baitullah.”

4. bisnis syariah mengacu pada konsep halal dan haram, sehingga produk yang dijual baik barang
maupun jasa harus produk-produk yang halal, seperti kosmetik halal, kuliner halal, jasa travel
dan umroh, salon Muslimah, dan lain sebagainya. Dalam proses transaksinya, penjual dengan
pembeli juga harus melakukan ijab qabul terlebih dahulu. Bisnis ini juga bebas dari unsur riba,
gharar (penipuan), dan maisir (perjudian). Proses kegiatan jual beli juga dilakukan dengan seadil-
adilnya, sehingga tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan maupun kelompok
tertentu saja, namun bermanfaat bagi masyarakat. Maka dari itu, perbedaan bisnis syariah dan
bisa terletak pada landasannya. 

Jawaban studi kasus


1. a. seorang AO memiliki kewajiban yang harus ditaati, yaitu: a. Menaati semua ketentuan yang
ditetapkan dalam KKPD (Komite Kebijakan Penyaluran Dana); b. Melaksanakan tugas secara
jujur, obyektif, cermat dan seksama, dan c. Menghindari diri dari pengaruh dari pihak-pihak yang
berkepentingan dengan pemohon penyaluran dana yang dapat merugikan bank. Seorang
Account Officer mengawalinya dengan membuat perencanaan, usaha apa saja yang layak
dibiayai di wilayahnya, dan berapa kira-kira dana yang diperlukan untuk menyalurkan
pembiayaannya. Kemudian akan melakukan kunjungan usaha nasabah, dan wawancara untuk
menggali apakah nasabah pantas untuk dibiayai atau tidak. Account Officer membutuhkan
keahlian probing, yaitu mengarahkan nasabah agar pinjaman memang sesuai dengan kebutuhan
nasabah. Selain itu, Account Officer juga berperan sebagai konsultan bagi nasabah, karena tidak
jarang nasabah tidak mampu membuat laporan keuangan, sedangkan dalam persyaratan
pembiayaan diperlukan laporan keuangan. Dengan peran tersebut, Account Officer membantu
nasabah untuk membuat neraca perkiraan usaha nasabah, dan cash flow kemampuan
membayarnya.
b. kerjasama menngunakan akad Mudharabah:  Akad kerja sama suatu usaha antara pihak
pertama (malik, shahibul mal,  atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak
kedua (‘amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi
keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
2. a. Di dalam Islam dilarang keras melakukan penipuan, kebohongan dan mengingkari janji. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan promosi pebisnis muslim harus menghindari tindakan
kebohongan, janji palsu, iklan porno (ilusi ketidaksenonohan), serta publikasi produk yang
menghalalkan segala cara.
Ialah Islam agama rahmatan lil alamin, yang tidak menghalalkan kekayaan secara kapitalis,
apalagi dengan cara yang tidak seharusnya. Maka, promosi apapun yang disampaikan ialah dari
hal yang benar dan bukan menjebak konsumen. Sehingga tercipta dunia bisnis yang sehat dan
berkualitas nantinya.

b. etika yang harus diperhatikan dalam berpromosi sesuai anjuran Islam adalah:
 Jangan mudah mengobral sumpah
 Berkata jujur
 Menjaga agar selalu memenuhi akad dan janji serta kesepakatan-kesepakatan di antara kedua
belah pihak
 Menghindari berpromosi palsu yang hanya ditujukan untuk menarik perhatian pembeli
 Rela dengan laba yang sedikit
Pandangan Islam mengenai promosi sudah ada sejak zaman Nabi Mukammad. Nabi Muhammad
SAW menggunakan promosi dalam perdagangan. Prinsip- prinsip yang diguanakan Nabi
Muhammad SAW berbeda dengan promosi yang dilakukan pada saat ini. Konsepnya tidak
terlepas dari nilai-nilai moralitas dan sesuai dengan etika serta estetika keislaman.
Pada saat ini untuk membangun sebuah perusahaan yang efektif, suatu perusahaan
menggunakan variabel-variabel bauran promosi yang efektif (promotional mix), baik perusahaan
barang maupun jasa. Promosi yang dilakukan dimaksudkan untuk mempengaruhi calon
konsumen agar membeli produknya, dengan menawarkan keunggulan-keunggulan tertentu
pada produknya dan memberi janji-janji tertentu.
Di dalam Islam dilarang keras melakukan penipuan, kebohongan dan mengingkari janji. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan promosi pebisnis muslim harus menghindari tindakan
kebohongan, janji palsu, iklan porno (ilusi ketidaksenonohan), serta publikasi produk yang
menghalalkan segala cara.

Anda mungkin juga menyukai