( KEPERAWATAN ANAK )
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEMAM
THYPOID
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ELMA A. SAFIR
INDAH M. ZACHAWERUS
LUCKY J. SETIAWINATA
WAYAN SURIYANI
I GEDE SUDARMAWAN
I GEDE D. WEDANA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1. Latar Belakang.....................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................1
3. Tujuan ..................................................................................................2
4. Manfaat penulisan ...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
I KONSEP MEDIK......................................................................................3
A. Definisi ................................................................................................3
B. Etiologi ................................................................................................3
C. Patofisiologi ........................................................................................3
D. Manifestasi klinik ................................................................................4
E. Pemeriksaan diagnostik .......................................................................5
F. Penatalaksanaan ..................................................................................5
G. Komplikasi ..........................................................................................6
II ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................6
A. Pengkajian ...........................................................................................6
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervesi ..................................................8
C. Implementasi .......................................................................................12
D. Evaluasi ...............................................................................................12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................13
A. Kesimpulan ..........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
3. Tujuan
a. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Demam Thypiod serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan
b. Tujuan khusus :
Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit Demam
Thypoid
A. DEFINISI
Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Thypii, parathypii
A, B, C pada saluran pencernaan. (Suratum, 2010)
Demam tifoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama
disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari
salmonelosis. Jenis lain dari demam interik adalah demam paratifoid yang di
sebabkan oleh S. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S. Paratyphi B), dan S.
Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam tifoid memperlihatkan gejala lebih
berat dibandingkan demam enterik yang lain (Widagdo. 2011)
Penularan demam tifoid terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar
Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphosa yang terdapat didalam air, es,
debu maupun benda lainnya. Kuman tifoid dapat berasal dari karier demam tifoid
yang merupakan sumber penularan yang sukar diketahui karena mereka tidak
menunjukkan gejala-gejala sakit. (Soedarto, 2009)
B. ETIOLOGI
Bakteri Salmonella Typhi
Wujud dari bakteri tersebut adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O
(somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan
antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga
macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif
anaerob pada suhu 15-41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor
pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, etc.
C. PATOFISIOLOGI
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus.
Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil
Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan
kelejar getah bening mesenterika.
2. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati,
sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
3. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali).
Di organ ini, kuman S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler,
dan gangguan mental koagulasi).
4. Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hinga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi
usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,
pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya
penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian,
terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.
Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus
dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa
tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan.
Sedangkan, masa tunas terlama berlangsung 30 hari, jika infeksi melalui
minuman. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal, yaitu
perasaan tidak enak badan, nyeri kepala, lesu, pusing, dan tidak bersemangat,
yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis seperti demam, gangguan pada
saluran pencernaan seperti napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut
kembung, hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada perabaan dan terjadi
gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen.
1. Perawatan
a) Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus
b) Mobilisasi sesuai dengan kondisi
c) Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah decubitus
2. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring,
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan
penderita. Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai
dengan keadaan penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein,
elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas
selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran
maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan
3. Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang,
dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a) Ampisilin
b) Amoxicillin
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis → biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang.
4. Meningitis ensefalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. registrasi, status
perkawinan, agama, pekerjaan, TB, BB, dan tanggal masuk RS.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan
gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada
perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa
lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkontaminasi
dengan minuman.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
Intervensi :
a. Observasi suhu tubuh
b. Berikan pakaian yang tipis
c. Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuhnya menurun.
d. Atur ruangan agar cukup ventilasi.
e. Berikan kompres dingin.
f. Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai
anak).
g. Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuhnya menurun.
h. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian obat secara mencukupi.
2. Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan mual muntah.
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, Pasien mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang diberikan
Intervensi :
a. Observasi intake output.
b. Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein,
dan tidak menimbulkan gas.
c. Jika kesadaran klien masih membaik Berikan makanan lunak dengan lauk pauk
yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam/wortel yang dimasak
lunak sekali. Boleh juga diberikan tahu, telur setengah matang atau matang yang
direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu
extra.
d. Jika kesadaran klien menurun, berikan makanan cair per sonde dan berikan kalori
sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk
makanan ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika
kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak.
e. Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien payah
(memburuk), seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan
makanan per sonde, disamping infus masih diteruskan. Makanan per sonde
biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, sementara setengahnya lagi
masih perinfus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk
makanan beralih ke makanan biasa.
f. Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori/kebutuhan nutrisi .
C. IMPLEMENTASI
keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencan tindakan yang telah
disusun setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dan dicatat dalam pencatatan
teknik komunikasi terapi serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan
kepada klien.
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah
dokter atau tenaga kesehatan lainnya, dependen adalah tindakan yang sehubungan
kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi dan
D. EVALUASI
adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi
atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaituevaluasi proses dan
evaluasi hasil.
terhadap tindakan. Sedangkan, evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada
akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada
pada tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak
diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan
ditemukan hampir sepanjang tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering
pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting
melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama :
Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat /
kesadaran.
B. Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan
saran untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi
harus higiene dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suriadi, Rita Yuliani., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :
Sagung setia
2. Muhammad Ardiansyah.2012.Medikal Bedah.Penerbit Diva Press:Jogjakarta
3. Arif Muttaqin dan Kumala Sari.2011.Gangguan Gastrointestinal.Penerbit
Salemba Medika:Jakarta
4. Suddarth & Brunner.2002. Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 Vol. 2.Suzanne
C. Smeltzer.Penerbit Buku Kedokteran ECG:Jakarta
5. Sodikin.2011.Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Gastrointestinal &
Hepatobilier.Penerbit Salemba Medika.Jakarta
6. Doenges Marylin E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Penerbit Buku
Kedokteran EGC:Jakarta.
7. Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik. Airlangga University Press. Surabaya
Suriadi, Rita Yuliani., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta :
Sagung setia
8. Judith M. Wilkinson .2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
Nic dan Kriteria Hasil Noc. EGC : Jakarta.
9. Sylvia & Lorraine. 2005. Patofisiologi . EGC. Jakarta
10. Suratun.2010. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal.CV. Trans Info Media.Jakarta