Prevalensi
Data World Health Organization
( W HO ) tahun 2012 prevalensi
ISPA di Indonesia adalah 25%
( D epkes, 2013 ) . Menurut profil
kesehatan tahun 2013 di Provinsi
Sulawesi Tenggara, terdapat 4.669
Page 1
Antibiotik
Klasifikasi Antibiotik
1. Berdasarkan aktivitas & spectrum D. Senyawa antivirus yang terdiri atas bebarapa golongan yaitu
analog asam nukleat, inhibitor trankriptase, inhibitor enzim-
Senyawa antibiotik memiliki khasiat antibakteri
enzim esensial virus lainnya, misalnya inhibitor protase
sehingga definisi dari antibiotik ialah senyawa yang
HIV atau neuraminidase infuenza.
dihasilkan oleh berbagai jenis mikroorganisme (bakteri,
fungi, aktinomisetes) yang menekan pertumbuhan E. Senyawa yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat
mikroorganisme lainnya (Goodman & Gilman, 2014). bakteri seperti golongan rifampisin.
Page 2
Pentingnya pengobatan ISPA yang rasional
Jenis antibiotik yang digunakan untuk terapi infeksi saluran pernafasan akut yaitu golongan penisilin seperti
amoksisilin, amoksisilin– klavulanat. Golongan sepalosforin yang meliputi sefadriksil, sefiksim dan sefuroksim.
Golongan antibiotik makrolida yaitu azitromisin dan eritromisin, dan masih banyak lagi golongan antibiotik lainnya.
Page 3
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Penelitian mengenai rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien ISPA telah dilakukan diberbagai daerah di Indonesia dan
hasilnya masih belum rasional sepenuhnya, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2014) meneliti 66 kasus di
Puskesmas Poasia Kota Kendari diperoleh persentase ketepatan obat adalah 71,2%, persentase ketepatan dosis adalah 95,7% dan
persentase ketepatan lama pemberian adalah 93,6%. Hasil penelitian artikel ini yang dilakukan oleh Suciawati (2017) menunjukkan
Pengggunaan Antibiotik pada pasien infeksi saluran pernapasan atas di poli anak Rumah Sakit Umum Daerah Konawe periode 2015
secara umum masih belum rasional sepenuhnya dengan rincian, Rasionalitas berdasarkan tepat obat sebesar 92,5% , rasionalitas
berdasarkan tepat dosis sebesar 77,03% , rasionalitas berdasarkan tepat indikasi sebesar 100%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penggunaan antibiotic ini perlu dipertimbangkan untuk di sesuaikan dengan kondisi
pasien dalam hal ini perlu di pastikan adanya infeksi bakteri pada ISPA non pneumonia, sebab penyebab utama infeksi pada ISPA non
pneumonia adalah virus yang tidak membutuhkan antibiotic. Penggunaan antibiotic yang tidak tepat akan menyebabkan terjadinya re-
sistensi yang dapat menyebabkan kerugian baik secara ekonomi maupun secara klinis berupa peningkatan terjadinya infeksi dan biaya
kesehatan.
Referensi
Alsagaff, H., Mukty, A., 2005. Dasar- Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Goodman., Gilmann., 2008. Dasar Farmakologi Terapi. Edisi 10 . Penerbit Buku Kedokteran EGC . Jakarta.
Kemenkes RI., 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.
Jakarta.
Kusuma, S,M.S., 2014. Rasionalitas Penggunaan A ntibiotik Infeksi Saluran Pernafasan A kut (ISPA) Pada Pasien A nak Di
Instalasi Rawat Inap Puskesmas Poasia. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo. Kendari.
Tanu, I. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Suciawati., 2015. Rasionalitas Penggunaan A ntibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Atas di Poli
Anak Rumah Sakit Umum Daerah Konawe 2015 Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo. Kendari.
Page 4