Anda di halaman 1dari 4

ESSAY

DIGESSTIF II

Nama : Ni Nengah Bela Ariyanti

Nim : 018.06.0007

Kelas : A

Dosen : dr. Fahriana Azmi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2019/2020
Ascariasis adalah nematoda usus yang bentuknya silindris, memanjang, tidak
bersegmen, panjang bervariasi sekitar mm s/d beberapa cm, tubuhnya tertutup kutikula, jenis
kelamin terpisah (jantan & betina), sistem digestif sempurna, mempunyai rongga tubuh ,
sistem reproduksi yaitu sederhana, Ovipar (bertelur), sistem neuron sederhana, dan sistem
ekskresi juga sederhana. Ascaris Lumbicoides, daerah penyebaran biasanya pada daerah
tropik/sub-tropik, keadaan sosial ekonomi / lingkungan jelek, dengan hospesnya berupa
Musca domestica (lalat), Periplanata Americana (kecoa). Termaksud golongan soil
transmitted helminth (Ascaris lumbricoides, Tricuris trichiura, Necator americanus &
Ancylostoma duodenale). Morfologinya yaitu pada dewasa panjangnya 25-30 cm, telur
berupa fertil (mengandung ovum & menetas menjadi larva), infertil (tidak dpt berkembang /
menetas menjadi larva) mencemari lingkungan, dapat hidup sekitar 40 hari, dan Larvanya
didalam hospes. beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan diluar hospes, diantaranya
berupa suhu, kelembaban, sinar matahari, zat kimia, dan Kondisi tanah. Cara penularannya
melalui Hospes definitive(yang terjadi perkawinan seksual dan jantan)seperti manusia,
Hospes antara/vektor mekanik(tidak ada perkawinan) lalat, kecoa, Habitat: usus halus,
Bentuk infektif: telur yang mengandung larva, Cara infeksi: makanan/ minuman yang
tercemar telur infektif. Penyakit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides disebut dengan
Ascariasis. Patofisiologinya berupa menyerap zat makanan / vit A, iritasi mekanik mukosa
usus, dan menyumbat usus halus pada jumlah yang banyak. Gejala klinis yang muncul
seperti malnutrisi, defisiensi vit Ayaitu gangguan penglihatan, diarhea, ileus, batuk & alergi,
dan anemia sehingga menimbulkan kurang konsentrasi belajar. Penegakan diagnosis yang
dilakukan berupa diagnosis penderita dengan memeriksa feses: melihat bentuk telur.
Diagnosis lingkungan dengan memeriksa tanah, sayuran, buah. Pengobatan yang dilakuakn
berupa upixon, combantrin. Tindakan pencegahan yaitu mengobati sumber infeksi,
memperbaiki lingkungan, dan mengurangi populasi vektor mekanik.

Skistomosiasis adalah cacaing dengan jenis kelamin terpisah, jantan biasanya lebih
pendek & lebih gemuk dibanding betina, Ceaca di belakang ventral sucker, testes: 4-8, egg
non operculated, embryonated, dan serkaria ekor bercabang 2 (penetrate into definitive host).
Biasanya disebut dengan trematoda darah (Blood Fluke), ada beberapa jenis spesies penting
yang menginfeksi manusia yaitu Schistosoma japonica, Schistosoma manson, dan
Schistosoma haematobium. S. japonica telurnya 100 x 65 µm Lateral knob, S. Haemotobium
telurnya 150 x 50 µm Terminal spine, dan S. Mansomi telurnya 150 x 60 µm Lateral spine.
Proses Patogenitas dan patologi dan organ paling terkena yaitu hepar & intestinum
(untuk ketiga spesies). Proses patologis ada 3 stadium progresif berupa inkubasi, peletakan
dan ekspulsi telur, dan proliferasi jaringan dan penyembuhan. Inkubasi berupa lesi terdiri atas
Dermatitis serkarial (24-36 jam sesudah invasi), terjadi infiltrasi seluler. Akibat migrasi larva
pada paru à haemoragi dan infiltrasi eosinofil, sel epiteloid, sel raksasa sekitar pembuluh
darah paru, hepatitis akut, larva tumbuh dan berkembang dalam hepar. Hiperemia pada
dinding intestinum tenue, terjadi waktu schistosomul menjadi dewasa dalam vena
mesenterika superior. Fase kedua yaitu perlekatan dan ekspulsi telur Trauma dan hemoragi
pada submukosa dan mukosa intestinum tenue terjadi saat telur diletakkan pada submukosa
dan mukosa intestinum tenue masuk lumen usus. Eosinofilia menimbulkan proses patologis
akibat intoksikasi absorbsi sistemik hasil metabolit cacing. Fase yang ketiga, proliferasi
jaringan dan penyembuhan, kumpulan telur merata menyebabkan infiltrasi seluler, terutama
eosinofil. Cacing dewasa meletakkan telur, dan migrasi ke vena mesenterika lain di
sekitarnya. Telur masuk ke sirkulasi darah vena ke vena portal intrahepatik menyebabakan
pseudotuberkel miliar & granulomatosa dalam hepar. Respon imun seluler berlanjut
sepanjang umur cacing (47 tahun), dan fase kronis terjadi fibrosis hepar.

Untuk diagnosisnya dapat dilakukan dari tanda akut demam (DD: tifoid, infeksi
bakteri / virus), Laboratoris yaitu menemukan telur dalam tinja, aspirasi protoskopik,
jaringan biopsy, dan diagnosis serologi berupa ELISA dan COPT (circum oval precipitation
test). Terapi yang dilakukan Praziquantel (Biltricide) dengan dosis 40 mg/Kg: single dose per
oral, dan Niridazole. Prognosis berupa Baik bila pengobatan diberikan pada awal penyakit,
dan Buruk bila usus dan hati telah fibrosis. Pencegahan yang dilakukan berupa perbaikan
sanitasi dengan keong mati, penggunaan molusisida Sodium pentakhlorofenat (NaPCP),
Niklosamid, dll , pengobatan, pencegah kontaminasi air oleh larva, dan penyuluhan kesehatan
kepada anak SD, SMP.

Taeniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp. Spesies penyebab taeniasis
Taenia solium, Taenia saginata, dan Taenia asiatica. Sistiserkosis Merupakan penyakit yang
disebabkan adanya sista dari Taenia sp. yang terdapat pada tubuh manusia. Taeniasis
termasuk filum platyhelminthes, skoleks: cyclophyllidea : 4 buah sucker (acetabulum),
pseudophyllidea: 2 buah bothria, Rangkaian proglottid: immature, mature, gravid, Sis digestif
(-) makanan diserap dengan seluruh permukaan tubuh, Habitat cacing dewasa : intestinum
tenue, dan Hermaphrodit. Taenia saginata (bafe tapo worm), morfologinya berbentuk seperti
cacing pita terpanjang (10-25m), terdiri dari 1000-2000 proglotida, scoleks 4 buah sucker
berbentuk seperti mangkok, tidak punya rostelum dan kait-kait, proglotid imatur, matur dan
gravid segi empat memanjang, porus genitalis letak berselang-seling, kanan atau kiri tidak
teratur, dan percabangan uterus pada proglotid gravid 15-30 buah. Biasanya dari sapi dan
babi. Manifestasi klinis yang timbul berupa sebagian besar asimtomatis, cacing dewasa
menyebabkan iritasi mukosa usus, proglotid yang sampai pankreas nekrosis, proglotid yang
sampai lumen apendiks dan disertai infeksi sekunder apendisitis, Cacing dewasa fragil,
obstruksi usus (-), inflamasi ringan, Rasa nyeri di daerah epigastrik, hunger pain, Nafsu
makan BB , dan Proglotid keluar bersama tinja. Untuk mendiagnosis dilakukan dengan
menemukan proglotid gravid pada feses, telur T. saginata dan T. solium tidak bisa dibedakan.
Proglotid difiksasi dengan formalin 10% à injeksi dengan India ink à percabangan uterus
akan terlihat (> 15 cabang). Telur Taenia sp. dapat ditemukan dengan Anal Swab. Soluble
antigen T. saginata (coproantigens) dalam sampel tinja penderita dapat dideteksi dengan
ELISA. Terapi yang dilakukan berupa pemberian Niclosamide dosis tunggal, Praziquantel,
efektif dengan dosis 2,5mg/KgBB, Bithionol dosis 40-60mg/Kg BB, Quinakrin
hidrochloride, albendazol tidak efektif untuk infeksi T. saginata. Tindakan encegahan yaitu
makanan sapi dijaga tidak tercemar tinja manusia yang terinfeksi dengan sempurna, dan
memasak daging sapi hingga masak.

Anda mungkin juga menyukai