Anda di halaman 1dari 3

No.

Jelaskan metode rekam medik!

Jawab:

Problem Oriented Medical Record (POMR)/Rekam Medis Berorientasi Masalah (RMBM) POMR
diperkenalkan oleh Dr. Lawrence Weed pada tahun 1970 dengan maksud untuk membuat cara standar
(baku) dalam pengumpulan dan analisis data medis. POMR sekarang disebut sebagai Problem Oriented
Health Record (POHR)/Rekam Kesehatan Berdasarkan Masalah. Konsep dasar POHR adalah membuat
dokter dapat menjabarkan setiap masalah klinis secara individual.

Sumber : Ali S. Problem Oriented Medical Record. Dalam: Buku Panduan Penataran Tutor Ketrampilan
Klinik Dasar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 28-31 Mei 1990

Sumber: Harun. Catatan Medik. Kuliah Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Modifikasi terakhir: 11 Juli 2005.

No. 11

- Chikungunya
(sumber: Maha, Masri Sembiring & Subangkit.2014.Manifestasi Klinis Infeksi Virus
Chikungunya pada Kejadian Luar Biasa di Indonesia. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia .
Vol.3.1.2014:11-16)

Chikungunya virus adalah genus alphavirus termasuk dalam family Togaviridae dan merupakan
re-emerging diseases yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai daerah di
kawasan Asia termasuk Indonesia.
Penyakit chikungunya ditandai dengan demam disertai nyeri sendi yang dominan. Virus
chikungunya ditularkan oleh nyamuk terutama Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Mansoniasp.
Penyakit Chikungunya pada dasarnya tidak menyebabkan kematian, namun menyebabkan
keluhan nyeri sendi berlebihan sehingga penderita tidak dapat. menjalankan aktivitas sehari-hari
menyebabkan kerugian materi secara tidak langsung. Gejala yang sering dijumpai adalah demam
akut disertai nyeri pada sendi, sakit kepala, sakit perut, mual/ muntah. biasanya sembuh sendiri
dalam 7-10 hari, kecuali nyeri pada sendi yang bisa berkepanjangan bahkan sampai
kronis.Diagnosis berdasarkan gejala klinis yaitu demam disertai dengan sakit sendi dan biasanya
mengenai banyak orang di daerah yang sama (attack rate yang tinggi), atau pemeriksaan
laboratorium menggunakan enzyme-linked assay immunosorbent (ELISA) dan polymerase chain
reactions (PCR), karena keterbatasan reagen dan peralatan maka kedua jenis pemeriksaan ini
jarang dilakukan. Pengobatan biasanya suportif dan simptomatis; vaksin untuk pencegahan
sampai saat ini belum tersedia.

- Apendisitis
(sumber: http://digilib.unila.ac.id/20879/15/BAB%20II.pdf)

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer, 2010).
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga
abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2005). Apendisitis
adalah peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Price, 2005).
Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks (Schwartz, 2000). Gejala apendisitis akut
ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar
umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun. Gejala
diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise dan demam
ringan (Rukmono, 2011).
Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, antara 37,5-38,5 C tetapi jika suhu lebih
tinggi, diduga sudah terjadi perforasi (Departemen Bedah UGM, 2010). Pada pemeriksaan fisik
yaitu pada inspeksi di dapat penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang
sakit, kembung bila terjadi perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat pada
apendikuler abses (Departemen Bedah UGM, 2010). Pada palpasi, abdomen biasanya tampak
datar atau sedikit kembung. Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit
tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri.

Anda mungkin juga menyukai