Disusun Oleh :
Kelompok 1
Surakarta
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat ditolak oleh seluruh
makhluk hidup. Bencana dapat terjadi secara tiba-tiba dimana saja dan kapan saja.
Bencana alam menjadi kekhawatiran terbesar bagi manusia, karena bencana alam selain
dapat menyebabkan kerugian fisik dan mental, juga menyebabkan seseorang kehilangan
nyawa atau kematian. Selain itu, bencana alam juga dapat menghambat suatu
pembangunan nasional maupun internasional.
Salah satu bencana alam yang sangat berbahaya adalah tsunami. Tsunami
merupakan gelombang besar yang berasal dari laut menuju pantai. Bencana alam
tsunami ini biasanya terjadi akibat letusan gunung berapi di bawah laut, gempa bumi
yang pusatnya dibawah laut dan tabrakan antara lempeng samudera. Tingginya potensi
terjadinya tsunami di Indonesia disebabkan tatanan dan proses geologi dan pergerakan
lempeng Indonesia yang terletak di tiga lempeng, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan
Pasifik. Untuk itu, Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam
tsunami sehingga diperlukan kesiapsiagaan bagi seluruh komponen masyarakat untuk
menghadapi bencana alam tsunami.
Di Indonesia, tsunami yang paling baru terjadi adalah tsunami Selat Sunda yang
terjadi pada 22 Desember 2018 kemarin. Dimana tsunami ini terjadi pada malam hari
dan menelan korban sebanyak 437 korban tewas, 16 orang hilang, dan belasan ribu
orang mengalami luka-luka. Selain menyebabkan adanya korban, tsunami ini juga
mengakibatkan rusaknya bangunan dan fasilitas umum. Tsunami besar yang pernah
melanda Indonesia juga pernah terjadi pada 26 Desember 2004 lalu di Nangroe Aceh
Darussalam. Gempa bumi berkekuatan 9,2 SR mengguncang Samudera Hindia dan
memicu gelombang tsunami. Setidaknya 230.210 orang meninggal dunia akibat tsunami
ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mitigasi?
2. Apa saja contoh mitigasi yang dilakukan untuk mengadapi bencana tsunami?
3. Bagaimana prosedur evakuasi bencana alam tsunami?
4. Bagaimana sistem tanggap darurat bencana alam tsunami?
C. Tujuan
1. Mengetahui mitigasi bencana alam tsunami dan contoh penerapannya.
2. Mengetahui prosedur evakuasi bencana alam tsunami.
3. Mengetahui sistem tanggap darurat penanganan bencana alam tsunami.
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan
wawasan para pembaca mengenai seperti apa terjadinya tsunami, mitigasi bencana
tsunami, prosedur evakuasi dan tanggap darurat terjadinya bencana alam tsunami
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan pembaca
untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam tsunami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tsunami
Tsunami, kata ini berasal dari Jepang, tsu berarti pelabuhan, nami berarti
gelombang. Tsunami dipergunakan untuk gelombang pasang yang memasuki
pelabuhan. Pada laut lepas misal terjadi gelombang pasang sebesar 8 m tetapi
begitu memasuki daerah pelabuhan yang menyempit tinggi gelombang pasang
menjadi 30 m. Tsunami biasa terjadi jika gempa bumi berada di dasar laut dengan
pergerakan vertikal yang cukup besar. Tsunami juga bisa terjadi jika terjadi letusan
gunung api di laut atau terjadi longsoran di laut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kebencanaan gempa bumi dan
tsunami adalah sebagai berikut :
Gempa-gempa kecil tidak selalu berarti merupakan pendahuluan
dari sebuah gempa besar.
Hypocenter gempa adalah lokasi dibawah permukaan bumi dimana
patahan mulai retak.
Epicenter gempa adalah lokasi tepat diatas hypocenter dipermukaan
Bumi.
Diperkirakan setiap tahun 500.000 gempa terdeteksi di dunia.
Sebanyak 100.000 diantaranya dapat dirasakan, dan 100
diantaranya menyebabkan kerusakan.
Intensitas gempa diukur berdasarkan getaran yang dihasilkan gempa.
Angkanya bervariasi di tiap lokasi yang terkena efek gempa.
Tidak ada gempa akibat cuaca.
Kebanyakan gempa terjadi di kedalaman kurang dari 80 km di bawah
permukaan Bumi.
Tahun 1760 Insinyur Inggris John Michell mencatat gempa
disebabkan oleh pergeseran massa batuan di bawah permukaan.
Kebanyakan gelombang gempa memiliki frekuensi kurang dari 20
Hz. Jadi suara gemuruh yang didengar manusia adalah suara benda-
benda yang terguncang.
Bencana tsunami yang merupakan salah satu bencana ikutan akibat gempa
bumi akan terjadi apabila :
Kekuatan e”6 skala Richter (ada juga yang mengatakan e”6.5 SR).
Dasar laut mengalami penyesaran vertical (sesar naik atau sesar turun).
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi dan tsunami sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
Kedalaman Hiposentrum.
Kepadatan penduduk.
F. Tanggap Darurat
Tanggap Darurat adalah Suatu sikap yang mengantisipasi kemungkinan
terjadinya hal yang tidak diinginkan yang akan menimbulkan kerugian baik fisik ,
material maupun mental spiritual. Sehingga perlu komitmen manajemen untuk
menyusun suatu prosedur tanggap darurat. Prosedur tanggap darurat merupakan tata
cara dalam mengantisipasi keadaan darurat. (Jusuf, 1999). Upaya yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya bencana dapat dilakukan melalui pengertian dan
pemahaman yang baik tentang sebab–sebab terjadinya bencana, proses terjadinya
bencana dan akibat yang dapat ditimbulkan sebagai prinsip dasar dalam melakukan
penanggulangan bencana tersebut.
Tanggap Darurat Bencana (pertolongan/bantuan dan relief) Tanggap darurat
bencana biasanya mengacu pada pemberian bantuan atau intervensi selama atau
segera setelah bencana melanda suatu kawasan untuk memenuhi kebutuhan mereka
yang terkena dampak bencana. Hal ini umumnya bersifat mendesak dan jangka
pendek. Adanya tindakan tanggap darurat bencana ini adalah untuk menyelamatkan
nyawa, 34 meringankan penderitaan, serta menjaga martabat manusia (The Sphere
Project, 2004).
PEMBAHASAN
A. Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi berarti mengambil tindakan
untuk mengurangi pengaruh dari suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah
mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-
tindakan perlindungan yang mungkin diawali dari yang fisik seperti membangun
bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang procedural seperti teknik-teknik
yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan
lahan.
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik
yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai
akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster). Mitigasi pada umumnya
dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya
bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta benda yang akan berpengaruh
pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefenisikan rencana atau srategi
mitigasi yang tepat dan akurat, perlu dilakukan kajian resiko (risk assessmemnt).
Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang rutin dan
berkelanjutan (sustainable). Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya
sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari sebelum kegiatan bencana, yang
seringkali datang lebih cepat dari waktu-waktu yang diperkirakan, dan bahkan
memiliki intensitas yang lebih besar dari yang diperkirakan semula.
Tujuan mitigasi
Meminimalisir risiko korban jiwa.
Meminimalisir kerugian ekonomi.
Meminimalisir kerusakan sumber daya alam.
Pedoman bagi pemerintah untuk membuat rencana pembangunan di
masa depan.
Meningkatkan public awareness atau kesadaran masyarakat dalam
menghadapi risiko & dampak bencana.
Membuat masyarakat merasa aman dan nyaman.
Jenis-jenis mitigasi
Mitigasi struktural
Mitigasi ini adalah upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan dengan cara membangun berbagai prasarana fisik dan
menggunakan teknologi. Misalnya dengan membuat waduk untuk
mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi,
membuat bangunan yang tahan gempa, atau menciptakan early
warning system untuk memprediksi gelombang tsunami.
Mitigasi non struktural
Mitigasi ini adalah upaya untuk mengurangi dampak bencana
selain dari cara-cara di atas, seperti membuat kebijakan dan
peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang
Penanggulangan Bencana sebagai upaya non struktural dalam bidang
kebijakan, pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lain yang
berguna bagi penguatan kapasitas warga.
Prinsip-prinsip mitigasi
Bencana yang terjadi adalah pelajaran saat terjadi bencana
berikutnya.
Butuh kerja sama berbagai pihak.
Dilaksanakan secara aktif.
Harus lebih mendahulukan kelompok rentan supaya menghindari
lebih banyak korban jatuh.
Harus selalu dipantau dan dievaluasi supaya hasilnya efektif.
D. Evakuasi Tsunami
Perencanaan Evakuasi Tsunami
Langkah-langkah perencanaan :
1. Mempersiapkan perencanaan,berupa rencana kerja
2. Memahami risiko tsunami yang dihadapi masyarakat,berupa peta
dasar,pemetaan pikiran dan data
3. Merancang strategi dan peta evakuasi,berupa peta dan rencana
evakuasi.Merancang strategi meliputi waktu evakuasi,zona (-zona)
evakuasi dan area aman,cara evakuasi,rute evakuasi & bangunan
evakuasi,kapan melakukan evakuasi
4. Mengkaji,mengesahkan dan menyebarkan rencana evakuasi,berupa
rencana evakuasi yang disahkan, rencana penyebarluasan dan rencana
sosialisasi
5. Menguji,mengevaluasi,dan memperbaiki rencana evakuasi,berupa rencana
untuk menguji, mengevaluasi, dan memperbaiki rencana evakuasi
Pedoman Evakuasi Diri Saat Tsunami
Sebelum terjadi tsunami
1. Kenali tempat anda berada,apakah termasuk daerah rawan tsunami
2. Ketahui tempat dan jalur evakuasi terdekat dari tempt anda berada
3. Pahami 3 langkah tanggap tsunami :
a. Tanggap Gempa
- Bisa diawali gempa bumi yang kuat (sehingga anda sulit
berdiri,kepala pusing) atau gempabumi lemah namun
guncangannya dirasakan lama (lebih dari 1 menit) dapat memicu
tsunami dalam waktu singkat.
- Jauhi pantai dan tepi sungai,serta cari informasi apa yang terjadi
b. Tanggap Peringatan
- Dapatkan informasi Peringatan dari BMKG melalui TV Nasional,
radio daerah, atau pengumuman di sekitar anda.
- Jika terdengar bunyi sirine,kentongan,atau peralatan lain yang
sudah disepakati,segera evakuasi
c. Tanggap Evakuasi
- Setelah gempabumi atau menerima peringatan tsunami, segera
evakuasi ke lokasi yang aman.
- Ikuti jalur dan rambu evakuasi,jika ada
- Jika lokasi aman tidak diketahui, larilah sejauh mungkin dari
pantai, naiklah ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan
tinggi).
4. Selaraskan rencana kedaruratan keluarga kita dengan tetangga,
lingkungan RT,RW dan Kelurahan (sistem peringatan dini, jalur
evakuasi, titik kumpul, serta bantuan kedaruratan).
5. Ikutlah berpartisipasi dalam pelatihan dan simulasi evakuasi tsunami
Saat terjadi tsunami
1. Tetap berada di tempat yang tinggi dan aman, seperti bangunan
evakuasi, bukit terdekat, atau pohon kelapa yang tinggi, jangan kembali
ke arah pantai sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak
berwenang.
2. Jika gelombang pertama yang datang telah surut, jangan segera turun ke
tempat yang rendah, karena gelombang tsunami tidak datang sekali,
bisa jadi gelombang yang datang kemudian justru lebih tinggi dan
berbahaya.
3. Jika berada dalam kapal di tengah laut dan mendapat info Peringatan
Tsunami, segera arahkan kapal ke laut, jangan mendekat ke pantai.
4. Simak perkembangan informasi bencana yang akurat melalui radio/TV/
pengumuman di sekitar anda.
Setelah terjadi tsunami
1. Pastikan anda telah memperoleh informasi bahwa ancaman tsunami
sudah berakhir dari BMKG melalui TV Nasional/radio daerah/
pengumuman di sekitar anda.
2. Tetap utamakan keselamatan anda :
- Jauhi area yang tergenang karena kemungkinan terdapat kubangan
atau adanya kontaminasi zat-zat berbahaya.
- Jauhi area rusak (banyak puing-puing) kemungkinan adanya
benda-benda tajam yang dapat melukai anda.
- Hindari air yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan
Anda.
- Jauhi jaringan instalasi listrik dan pipa gas.
- Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang
tidak terlihat seperti pada fondasi.
3. Apabila anda terluka, dapatkan perawatan di pos kesehatan terdekat.
4. Perhatikan kesehatan anda dan keluarga dengan :
- Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih jika terkena air
genangan tsunami.
- Tidak mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi air genangan
tsunami.
5. Simak perkembangan informasi bencana yang akurat melalui
radio/TV/ pengumuman di sekitar anda.
6. Simak perkembangan informasi bencana yang akurat melalui
radio/TV/ pengumuman di sekitar anda.
7. Apabila rumah anda dinyatakan masih layak huni oleh pihak
berwenang :
- Bersihkan rumah dari sampah sampah yang terbawa tsunami.
- Menjernihkan sumber air bersih
- Perbaiki jamban dan saluran pembuangan air limbah.
Contoh Prosedur Evakuasi
a) Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh pada waktu
kajian, yaitu; observasi di lapangan dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan terhadap fenomena yang diteliti.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran,
pencatatan, dan penyelidikan ataupun dari kegiatan pihak lain termasuk
didalamnya laporan-laporan penyelidikan atau laporan kegiatan dari
suatu kelompok studi maupun dari suatu instansi yang terkait dengan
permasalahan tersebut.Data sekunder antara lain adalah:
a. jumlah pengunjung maksimal pada masing-masing obyek wisata yang
akan diteliti, yang didapatkan dari Dinas Pariwisata atau Badan Pusat
Statistik Kabupaten Gunungkidul
b. jenis dan lebar jalan yang berada di kawasan obyek wisata yang akan
diteliti, lebar jalan digunakan sebagai konstrain dalam menentukan
kecepatan berjalan penduduk sepanjang rute evakuasi. Lebar jalan ini
mempangaruhi sejauh mana jalan yang dapat dilalui para pengungsi
dalam waktu yang tersedia
c. kerentanan tsunami meliputi ketinggian (elevasi) permukaan tanah, jarak
dari garis pantai, kepadatan penduduk dan permukiman;
d. peta Topografi, peta ini digunakan untuk menentukan batas administrasi
wilayah kajian serta referensi dalam melakukan koreksi geometrik pada
citra satelit;
e. peta Jaringan Jalan pada masing-masing obyek wisata, Peta ini
menunjukkan jalan yang dapat dijadikan sebagai rute evakuasi;
c) Metode Dokumentasi
Analisa dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen yang ada di obyek-obyek wisata pantai
di Gunungkidul. Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal yang
berupa catatan, buku, foto.
Kebutuhan Jumlah
ruang pengunjung
Nama Luas
(orang) maksimal
Pantai (m2)
(1 m2 = 2 (per hari)
orang) (pengunjung)
E. Tanggap Darurat
Tanggap darurat dilakukan sebelum bencana terjadi yang dapat menimbulkan
kerugian baik fisik, mental, maupun harta benda. Tanggap darurat yang dilakukan,
yaitu :
- Mempersiapkan Tenaga Medis
Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi tenaga medis yang
bergabung dalam sebuah tim penanggulangan, seperti : tim reaksi cepat, tim
penilaian cepat (TIM RHA), dan tim bantuan kesehatan. Sebagai koordinator
tim adalah Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota (mengacu Surat
Kepmenkes nomor 066 tahun 2006). Tim reaksi cepat bertugas sebagai tim
yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi kejadian
bencana, terdiri dari pelayanan medik, surveilans epidemiologi/sanitarian
dan petugas komunikasi. Tim RHA biasanya diberangkatkan bersama
dengan tim reaksi cepat atau menyusul dala kurang dari 24 jam. Tim bantuan
kesehatan diberangkatkan setekah tim reaksi cepat dan tim RHA kembali
dengan laporan hasil kegiatan mereka di lapangan, kebutuhan tenaga medis
disesuaikan dengan jenis bencana dan kasus yang ada.
- Pertolongan Pertama (PP)
PP dilakukan oleh para sukarelawan, pertugas pemadam kebakaran,
polisi, tenaga dari unit khusus, tim medis gawat darurat dan tenaga perawat
gawat darurat terlatih. PP dialokasikan dapat diberikan dilokasi seperti
berikut :
Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan.
Tempat penampungan sementara.
Pada “tempat hijau” dari pos medis lanjutan.
Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
Pertolongan pertama yang diberikan pada korban dapat berupa
kontrol jalan napas, fungsi penapasan dan jantung, pengawasan posisi
korban, kontrol pendarahan, imobilisasi fraktur, pembalutan dan usaha-usaha
untuk membuat korban merasa lebih nyaman. Harus selalu diingat bahwa,
bila korban masih berada di lokasi yang paling penting adalah memindahkan
korban sesegera mungkin, membawa korban gawat darurat ke pos medis
lanjutan sambil melakukan usaha pertolongan pertama utama, seperti
mempertahankanjalan napas, dan kontrol pendarahan. Resusitasi
kardiopulmoner tidak boleh dilakukan dilokasi kecelakaan pada bencana
massal karena membutuhkan waktu dan tenaga.
- Memasang Sistem Peringatan Bencana
Sistem peringatan bencana bisa dilakukan dengan berbagai macam bisa
dengan cara tradisional maupun modern. Apalagi dengan tradisional
biasanya menggunakan kentongan, sedangan modern biasa menggunakan
alarm/sirine, speaker, dan mobil keliling dari pemerintah.
- Pos Medis Lanjutan
Pos medis lanjutan didirikan untuk menurunkan jumlah kematian dengan
memberikan perawatan efektif (stabilisasi) terhadap korban secepat
mungkin. Lokasi pendirian pos medis lanjutan sebaiknya cukup dekat untuk
ditempuh dengan berjalan dari lokasi bencana (50-100 m) dan daerah
tersebut harus memenuhi kriteria, yaitu :
Termasuk daerah yang aman.
Memiliki akses langsung ke jalan raya tempat evakuasi
dilakukan.
Berada di dekat dengan pos komando.
Berada dalam jangkauan komunikasi radio.
Tetapi, misalnya terdapat paparan bahaya, pos medis lanjutan dapat
didirikan di tempat yang lebih jauh. Sekalipun demikian tetap garus
diusahakan untuk didirikan sedekat mungkin dengan daerah bencana.
Luas pos medis lanjutan sebaiknya bisa menampung sebanyak 25 orang
korban bersama para petugas yang bekerja disana. Luas pos medis lanjutan
yang dianjurkan :
Untuk daerah perawatan 2,6 m2 untuk setiap korban.
Dengan mempertimbangkan banyaknya orang yang
berlalu lalang, luas tempat triase adalah minimum 9m2.
Luas minimum tempat perawatan untuk pos medis
lanjutan dasar adalah 65 m2.
Luas minimum tempat perawatan untuk pos medis
lanjutan standar adalah 130m2.
Tempat evakuasi 26m2.
BAB IV
A.Kesimpulan
Pedoman evakuasi diri saat terjadi tsunami meliputi tindakan sebelum terjadi
tsunami,tindakan saat terjadi tsunami,dan tindakan setelah terjadinya tsunami.Serta
prosedur evakuasi tsunami harus disusun secara khusus untuk kondisi daerah tertentu
yang rawan terhadap bencana alam tsunami.
B.Saran
FEMA P646, 2008. Guidelines for Design of Structures for Vertical Evacuation from
Tsunamis. California, Amerika