Anda di halaman 1dari 35

P3 : Koefisien Kekentalan Zat Cair

Nama : Muhamad Raihan Maulidan

NIM : 1308620070

Jurusan/Prodi : Biologi

Kelompok : Kelompok 8

Nama Percobaan : Percobaan Koefisien Kekentalan Zat Cair

Tanggal Percobaan : 15 Oktober 2020

Tanggal Pengumpulan : 17 Oktober 2020

Nama Asisten : 1. Jayanti Eka Sari Ningsih (1302618015)

2. Andi Nisfananda Ekayanti (1302618007)

3. Nur Fadhilah Syahidah (1302618011)

4. Rakha Aditria Pratama (1302618034)

Pre-Test Laporan Awal Laporan Akhir

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

TAHUN 2020
A. TUJUAN
1. Memahami bahwa benda yang bergerak di dalam fluida (zat cair atau gas) akan
mendapatkan gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut
2. Menentukan koefisien kekentalan (coefficien of viscosity) dari zat cair, dalam hal
ini gliserin, dengan mengukur waktu jatuh bola-bola di dalam fluida
3. Mempelajari dinamika benda dalam cairan
4. Menentukan besaran gaya gesek dalam zat cair
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya viskositas

B. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung yang berisi zat cair
2. Bola-bola kecil dari zat padat
3. Mikrometer sekrup, jangka sorong mistar
4. Termometer
5. Sendok saringan untuk mengambil bola dari dasar tabung
6. Dua gelang kawat yang melingkari tabung
7. Stop-watch
8. Areometer
9. Timbangan torsi dengan batu timbangannya

C. TEORI DASAR

Jika benda dijatuhkan pada zat cair tanpa kecepatan awal, maka benda tersebut
akan mendapatkan percepatan karena ada gaya yang bekerja padanya. Gaya yang
bekerja pada benda tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Dengan,
G = gaya berat benda
B = gaya apung ke atas
F = gaya gesek
Gaya yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan kecepatan, gaya semacam
ini disebut gaya gesek Newton dan cairan. Dalam hal ini, cairan yang digunakan disebut
cairan Newton. Apabila benda berbentuk bola, menurut Stokes, gaya yang dialami benda
dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana,

F = gaya gesekan yang bekerja pada bola

 = kofisien kekentalan dari fluida

r = jari-jari bola

v = kecepatan bola relatif terhadap fluida

Pemakaian hukum Stokes memerlukan beberapa syarat, antara lain :

a. Ruang tempat fluida tidak terbatas ukurannya cukup besar/luas dibandingkan


dengan ukuran benda
b. Tidak ada turbulensi di dalam fluida
c. Kecepatan v tidak besar,sehingga aliran masih laminar

Jika sebuah benda padat berbentuk bola dengan rapat massa  dilepaskan pada
permukaan zat cair tanpa kecepatan awal, bola tersebut mula-mula akan mendapat
percepatan. Dengan bertambah besarnya kecepatan bola, maka bertambah besar pula gaya
Stokes yang bekerja pada bola tersebut. Pada akhirnya bola tersebut akan bergerak dengan
kecepatan tetap. Gerakan dengan kecepatan tetap ini terjadi setelah tercapai keseimbangan
antara gaya berat, gaya apung (Archimedes) dan gaya Stokes pada bola tersebut.
Jika kecepatan makin membesar, maka gaya gesek juga akan makin membesar,
sehingga suatu saat akan terjadi keseimbangan dinamis, dimana benda bergerak tanpa
percepatan. Gaya gesek tersebut dirumuskan:

Dengan memasukkan harga gaya-gaya ini, maka dapat diperoleh:

(2)

Dari persamaan (2) dapat diturunkan persamaan:

(3)

T = waktu yang diperlukan bola menempuh jarak d

d = jarak jatuh yang ditempuh

Koreksi: Pada percobaan yang dilakukan , syarat (a) tidak dipenuhi, karena fluida yang
akan ditentukan koefisien kekentalannya ditempatkan dalam tabung yang besarnya
terbatas, sehingga jari – jari bola tidak dapat diabaikan terhadap Jari-jari tabung. Dalam
hal demikian kecepatan bola harus dikoreksi dengan:

( ) (4)

karena:v = d/t persamaan (6-4) dapat ditulis sebagai:

(5)1

1
Tim Dosen Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika Dasar I, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2014)
Pengukuran viskositas zat cair diperlukan dalam proses industri untuk menentukan
standar kualitas maupun standar kerja suatu produk. Banyak metode telah digunakan
untuk mengukur koefisien viskositas zat cair, diantaranya adalah metode bola jatuh bebas
(Nelcon dan Parker, 1995), metode aliran fluida dalam tabung kapiler dengan
mengandaikan hukum Newton tentang gesekan fluida (Nelcon dan Parker, 1995), metode
bola bergetar (Gupta, dkk, 1986) dan metode ayunan bola (Shamim, dkk, 2010). Beberapa
viscometer komersial sebagian besar berbasis pada metode bola jatuh. Prinsipnya, jika
suatu benda dijatuhkan bebas kedalam fluida (gas atau cair) akan bergerak dengan
kelajuan tertentu dan dihambat oleh gaya hambat (drag force) pada fluida tersebut
(Hakim, 2014). Umumnya masalah utama pada penggunaan metode bola jatuh adalah
bagaimana menentukan nilai kecepatan terminal yang terjadi secara alamiah pada benda
yang jatuh bebas kedalam fluida, nilai kecepatan terminal tersebut sangat penting untuk
menentukan kekuatan gaya hambat yang terkait dengan koefisien viskositas fluida. Secara
teoritik, ketika awal bola dijatuhkan tidak langsung mencapai kecepatan konstan, tetapi
membutuhkan waktu beberapa saat hingga mencapai kecepatan konstan atau terjadi
fenomena terminal velocity.2

Viskositas merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada


fluida pada waktu lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Pada zat
cair, viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul. Pada gas, viskositas
muncul dari tumbukan antar molekul. Fluida yang berbeda memiliki besar viskositas yang
berbeda. Makin besar viskositas dalam suatu fluida, makin sulit suatu benda bergerak
dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara
molekul zat cair. Viskositas menetukan kemudahan suatu molekul bergerak karena
adanya gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti suhu, gaya tarik antar molekul, dan ukuran serta jumlah molekul terlarut.
Fluida, baik zat cair maupun gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang
berbeda beda. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu

2
Ervina Trisnawati dan Margi Sasono, “Rancang Bangun Instrumen Untuk Penentuan Koefisien Viskositas Zat CairMenggunakan Mesin Atwood
Termodifikasi dan Terotomatisasi”, J. Ilmu Alam dan Tek Terapan, Vol. 1, No.01, 2019, Hal. 52-53
fluida (Sears dan Zemansky, 2003). Untuk melihat tingkat kekentalan fluida dapat
dijelaskan melaui gambar 1 di bawah ini (Mikrajuddin, 2016).3

Viskositas fluida merupakan ukuran kekentalan fluida yang memberikan


gambaran seberapa besar friksi yang dialami oleh bola uji saat bergerak dalam fluida
viskos. Menurut Ballereau et al. (2016), aliran fluida viskos dapat dipandang sebagai
aliran laminer maupun turbulen bergantung dari seberapa besar kecilnya bilangan
Reynolds yang didefinisikan sama seperti dalam Prastowo et al. (2009) dan dituliskan
sebagai

Untuk aliran fluida dengan nilai 𝑒 < 103 maka alirannya adalah laminer (G.U.N.T.
Gerätebau GmbH, 1997).

Percobaan uji viskositas fluida memenuhi relasi d < 0,6D (Ballereau et al., 2016),
di mana d adalah diameter bola dan D adalah diameter penampang tabung silinder agar
pengaruh dinding tabung tidak memicu turbulensi (Ambari et al., 1985; Ballereau et al.,
2016). Fase krusial dalam metode bola uji jatuh adalah fase saat bola uji bergerak dengan
kecepatan tetap yang dikenal sebagai kecepatan terminal selama selang waktu t dan
menempuh jarak sejauh .4
Viskositas merupakan sifat friksi atau sifat tahanan di pedalaman fluida terhadap
tegangan geser yang diterapkan pada fluida tersebut. Viskositas cairan akan berkurang
dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas akan lebih tinggi jika suhunya naik.
Dalam sistem internasioanl, viskositas mempunyai satuan atau ,
sedangkan dimensinya adalah . Viskositas dibedakan atas viskositas dinamik
atau viskositas mutlak dan viskositas kinematik. Fluida adalah zat yang berubah
bentuk secara berkesinambungan jika dibebani oleh gaya geser berapapun kecilnya gaya
tersebut. Gerakan dan perubahan bentuk yang dialami fluida secara berkesinambungan
disebut aliran sehingga secara sederhana, fluida sering didefinisikan sebagai zat yang
dapat mengalir.5

3
Nur Azizah Lubis, “Pengaruh Kekentalan Cairan Terhadap Waktu Jatuh Benda MenggunakanFalling Ball Method”, FISITEK: Jurnal Ilmu
Fisika dan Teknologi, Vol. 2, No. 2 , 2018, Hal. 27-28
4
Neni Indah Astuti, “Penentuan Viskositas Fluida dan Kecepatan Terminal Bola Uji Dengan Pendekatan Teori dan Eksperimen”, Jurnal Inovasi
Fisika Indonesia (IFI) Volume 09 Nomor 02, 2020, Hal. 35
5
Efrizon Umar, Buku Pintar Fisika, (Jakarta: Media Pusindo, 2008), Hal. 59&237
F F
a s

m
g

Gambar . Deskripsi gaya-gaya yang bekerja pada benda yang jatuh kedalam fluida

Pada gambar diatas, sebuah bola berjari-jari R yang dijatuhkan ke dalam fluida
mula-mula bergerak dipercepat karena gaya gravitasi Bumi, kemudian diperlambat
hingga benda bergerak dengan kecepatan konstan dan akhirnya berhenti di dasar fluida.
Hal ini terjadi karena bola tersebut tidak hanya mengalami gaya apung dan gaya berat
saja, melainkan juga mengalami gaya gesek antara permukaan bola dengan fluida yang
disebabkan oleh kekentalan zat cair atau viskositas. Viskositas dihasilkan oleh gaya
kohesi antara molekul-molekul zat cair dan merupakan ukuran kekentalan suatu fluida
yang secara kuantitatif dinyatakan dengan besaran koefisien viskositas y. Semakin besar
viskositas, semakin susah suatu zat padat bergerak di dalamnya.
Menurut Sir George Stokes, gaya gesek ( Fs ) yang dialami oleh suatu bola
berjari-jari R adalah

dengan Fs merupakan gaya Stokes, merupakan koefisien viskositas, R jari-jari


6
bola, dan v kecepatan terminal.

6
Tipler P.A, Fisika Untuk Sains dan Teknik, (Jakarta: Erlangga, 1998)
D. CARA KERJA
1. Mengukur diameter tiap-tiap bola dengan micrometer sekrup. Melakukan 5 kali
pengukuran untuk tiap-tipa bola
2. Menimbang tiap-tiap bola dengan neraca torsi
3. Mengukur diameter bagian dalam dari tabung, sebanyak 5 kali pengukuran
4. Mencatat suhu zat cair sebelum dan sesudah percobaan
5. Mengukur rapat massa zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan
Areometer
6. Menempatkan gelang kawat yang melingkar tabung kira-kira 5 cm di bawah
permukaan zat cair dan yang lain kira-kira 5 cm dari dasar tabung
7. Mengukur jarak jatuh d (Jarak kedua gelang kawat)
8. Memasukkan sendok saring sampai dasar tabung dan tunggu beberapa saat hingga
zat cair diam
9. Mengukur waktu jatuh T untuk tiap-tiap bola masing-masing 5 kali pengulangan
10. Mengubah letak – letak kawat sehingga jarak d berubah juga. Ukurlah d dan T
seperti langkah pada nomor 7 dan 9.(pengulangan jarak d sebanyak 3 perubahan)
11. Mengubah suhu zat cair dengan memasukkan tabung zat cair ke dalam air es
(dingin) atau ke dalam bak air hangat (panas).(Bila kondisi memungkinkan)
12. Mengulangi langkah percobaan nomor 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 untuk suhu yang
tidak sama dengan suhu semula
E. PERTANYAAN

1. Tentukan letak gelang-gelang kawat yang melingkari tabung dipilih (jarak d).
Apakah akibatnya bila terlalu tinggi (dekat dengan permukaan atau terlalu rendah
(dekat dengan dasar tabung)

 Karet-karet gelang pada tabung dilingkarkan sejajar. Jika jarak terlalu


dekat dengan permukaan dasar tabung waktu yang ditempuh benda
semakin lama daripada jarak yang lebih jauh dari permukaan dasar. Jika
terlalu dekat dengan permukaan akibatnya penghitungan tidak akan tepat.

2. Hitunglah untuk tiap-tiap bola dan tiap-tiap d (gunakan tabel-tabel).


⁄ Bola I Bola II Bola III
40 cm 1,47 2,83 1,87
60 cm 3,22 5,71 3,75
70 cm 3,75 6,71 4,34

3. Hitunglah grafik antara dan d

5
Bola I
4
Bola II
3
Bola III
2

0
40 cm 40 cm 60 cm
4. Hitunglah harga  dengan memakai grafik tersebut

Harga
Bola I Bola II Bola III
40 cm 0,0803 0,107 0,087
60 cm 0,117 0,144 0,116
70 cm 0,117 0,145 0,115

5. Buktikan bahwa mempunyai harga tetap pada d yang sama untuk berbagai
ukuran bola.

 Dari hasil percobaan yang dilakukan, harga pada P yang sama tidak
sama. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya ketelitian.

6. Apakah faedahnya menghitung lebih dulu untuk menghitung harga  ?

 (terlampir dalam perhitungan)

7. Berilah ketelitian percobaan ini untuk hasil-hasil yang diperoleh

 Dengan betambahnya besar kecepatan bola, maka bertambah pula gaya


Stokes pada bola tersebut sehingga bola akan bergerak dengan kecepatan
tetap
8. Apakah pengaruh suhu terhadap koefisien kekentalan zat cair. Terangkan jawaban
Anda.

 Pengaruh suhu terhadap koefisien kekentalan zat cair adalah jika semakin
tinggi suhu maka semakin rendah nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan
gaya kohesi pada zat cair, bila dipanaskan akan mengalami penurunan.
Dengan semakin bertambahnya temperature pada zat cair, akan
menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Selain itu, juga
akibat gesekan-gesekan partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu
ditingkatkan dan kekentalan diturunkan.

9. Berilah defenisi koefislen kekentalan zat secara umum

 Sifat cahaya zat cair dihitung dengan cara membandingkan waktu yang
digunakan zat cair untuk mengalir dan massa jenis dengan nilai koefisien
kekentalan zat. Viskositas merupakan efek dari transfer momentum
molekul. Semakin tinggi sebuah viskositas, maka semakin tinggi transfer
momentum dari fluida terhadap permukaan benda. Teori momentum
mengatakan, semakin besar momentum diberikan atau ditransferkan, maka
semakin sulit suatu benda untuk melenting dan cenderung lengket pada
permukaan. Viskositas adalah ukuran kekentalan fluida yang menyatakan
besar kecilnya gesekan dalam fluida.

10. Apakah satuan koefisien kekentalan  dalam SI dan apa pula satuan  dalam c.g.s

 Satuan dalam SI adalah atau bisa ditulis juga dengan ⁄


 Satuan dalam c.g.s adalah 𝑒 atau ⁄
11. . Buktikan rumus-rumus (6-2) dan (6-3)

 Gaya berat :

Gaya Archimedes :

Gaya Stokes :

(6.2)

(6.3)

12. Apakah akibatnya bila kecepatan bola besar relatif terhadap fluida ?

 Jika kecepatan bola relative terhadap fluida, maka gerak juga aka semakin
besar. Gesekan akan menghambat gesekan fluida sehingga energy kinetic
hilang. Sehingga suatu saat akan terjadi keseimbangan dinamis, dimana
benda bergerak tanpa percepatan dengan bertambah besarnya kecepatan
bola dan akhirnya bola akan bergerak dengan kecepatan tetap
13. Bagaimanakah dapat ditentukan harga dari grafik ?

 Dengan bertambahnya besar kecepatan bola maka bertambah pula gaya


stokes pada bolatersebut sehingga pada akhirnya bola tersebut akan
bergerak dengan kecepatan tetap.

14. Jika sebuah peluru ditembakkan ke atas, apakah kecepatannya pada saat jatuh
kembali sama dengan kecepatannya pada saaf ditembakkan ? Terangkan jawaban
Anda!

 Pada saat naik, benda diberi sehingga ada energi kinetik untuk peluru
naik ke atas. Sebaliknya, benda harus melawan gaya gravitasi sehingga
terjadi perlambatan
 Pada saat turun sehingga tidak ada energi kinetik, tetapi benda
memiliki energi potensial yang disebabkan gaya gravitasi menarik benda
untuk jatuh ke bawah serta energi potensial yang dihasilkan dari ketinggian
benda.
F. TABEL HASIL PERCOBAAN
Lembar Kerja
Viskositas

Massa bola I : 625 mg Diameter bola I : 7,90 mm


Massa bola II : 492 mg Diameter bola II : 6,90 mm
Massa bola III : 365 mg Diameter bola III : 6,45 mm

Jarak lintasan : 40 cm, 60 cm, 70 cm


Massa jenis gliserin : 1400 ⁄
Diameter tabung : 3 cm

40 cm 60 cm

Bola I Bola II Bola III Bola I Bola II Bola III


(detik) (detik) (detik) (detik) (detik) (detik)
8.9 11,5 12,5 18,9 21,8 24,5
9,4 10,0 11,5 17,7 22,2 25,0
9,2 10,9 13,0 19,1 22,0 27,3
9,4 11,5 12,8 22,2 22,2 24,0
9,2 11,3 13,2 20,8 23,3 25,6

70 cm

Bola I Bola II Bola III


(detik) (detik) (detik)
24,1 26,4 30,7
23,4 26,2 29,0
22,5 25,8 28,2
23,2 25,9 28,8
23,8 26,2 29,3

NST Neraca : 0,05 mg

NST Jangka Sorong : 0,02 mm

NST Mistar : 0,1 cm


G. PENGOLAHAN DATA

a) Data Tunggal
Jarak Tabung

a. P = 40 cm atau 0,4 m (NST = 0,1 cm atau 0,001 m)

(4AP)

b. P = 60 cm atau 0,6 m (NST = 0,1 cm atau 0,001 m)

(4AP)

c. P = 70 cm atau 0,7 m (NST = 0,1 cm atau 0,001 m)

(4AP)
b) Data Majemuk
 Diameter Bola
Bola I = 7,90 mm = 0,0079 m
No. d (m)

1 0,0079 0,000062

2 0,0079 0,000062
3 0,0079 0,000062 √
4 0,0079 0,000062
5 0,0079 0,000062 √

0,0395 0,00031

Maka,

(4AP)

Bola II = 6,90 mm = 0,0069 m

No. d (m)

1 0,0069 0,000047

2 0,0069 0,000047
3 0,0069 0,000047 √

4 0,0069 0,000047

5 0,0069 0,000047
0,0345 0,00023

Maka,

(4AP)
Bola III = 6,45 mm = 0,00645 m

No. d (m)

1 0,00645 0,000041 √
2 0,00645 0,000041
3 0,00645 0,000041 √

4 0,00645 0,000041

5 0,00645 0,000041
0,0322 0,000208

Maka,

(4AP)

 Massa Bola
Bola I = 625 mg = 0,625 g

No. m (g)

1 0,625 0,390 √
2 0,625 0,390
3 0,625 0,390 √

4 0,625 0,390

5 0,625 0,390
3,125 1,953

Maka,

(4AP)
Bola II = 492 mg = 0,492 g

No. m (g)

1 0,492 0,242 √
2 0,492 0,242

3 0,492 0,242
4 0,492 0,242

5 0,492 0,242
2,46 1,210

Maka,

(4AP)

Bola III = 365 mg = 0,365 g

No. m (g)

1 0,365 0,133 √
2 0,365 0,133

3 0,365 0,133
4 0,365 0,133

5 0,365 0,133
1,825 0,666

Maka,

(4AP)
 Diameter Tabung
3 cm = 0,03 m

No. d(m)

1 0,03 0,0009 √
2 0,03 0,0009

3 0,03 0,0009
4 0,03 0,0009

5 0,03 0,0009
0,15 0,0045

Maka,

(4AP)

 Waktu Jatuh
o Bola I
P = 40 cm = 0,4 m

No. t(s)

1 8.9 79,21 √
2 9,4 88,36

3 9,2 84,64
4 9,4 88,36

5 9,2 84,64
46,10 425,21 √

(3AP) Maka,
P = 60 cm = 0,6 m

No. t(s)

1 18,9 357,21 √
2 17,7 313,29

3 19,1 364,81
4 22,2 492,84

5 20,8 432,64
98,70 1960,79 √

(3AP) Maka,

P = 70 cm = 0,7 m

No. t(s)

1 24,1 580,81
2 23,4 547,56 √
3 22,5 506,25

4 23,2 538,24
5 23,8 566,44 √
117 2739,30

Maka,

(3AP)
o Bola II
P = 40 cm = 0,4 m

No. t(s)

1 11,5 132,25
2 10,0 100 √
3 10,9 118,81

4 11,5 132,25
5 11,3 127,69 √
55,2 611

Maka,

(3AP)

P = 60 cm = 0,6 m

No. t(s)

1 21,8 475,24 √
2 22,2 492,84

3 22,0 484
4 22,2 492,84

5 23,3 542,89
111,5 2487,81 √

(3AP) Maka,
P = 70 cm = 0,7 m

No. t(s)

1 26,4 696,96 √
2 26,2 686,44

3 25,8 665,64
4 25,9 670,81

5 26,2 686,44
130,5 3405,29 √

(4AP) Maka,

o Bola III
P = 40 cm = 0,4 m

No. t(s)

1 12,5 156,25
2 11,5 132,25 √
3 13,0 169

4 12,8 163,84
5 13,2 174,24 √
63 795,58

Maka,

(3AP)
P = 60 cm = 0,6 m

No. t(s)

1 24,5 600,25 √
2 25,0 625

3 27,3 745.29
4 24,0 576

5 25,6 655,36
126,4 3201,90 √

(3AP) Maka,

P = 70 cm = 0,7 m

No. t(s)

1 30,7 942,49 √
2 29,0 841

3 28,2 795,24
4 28,8 829,44

5 29,3 858,49
146 4266,66 √

(3AP) Maka,
 Kecepatan Jatuh Bola

o Bola I

No. P(m) t(s) ⁄ ⁄

1 0,4 9,11 0,044 0,00193


2 0,6 19,74 0,030 0,0009
3 0,7 23,40 0,030 0,0009
1,7 52,25 0,104 0,00373

(2AP)

Maka,

o Bola II

No. P(m) t(s) ⁄ ⁄

1 0,4 11,04 0,036 0,00129


2 0,6 22,3 0,023 0,000529
3 0,7 26,1 0,026 0,000720
1,7 59,44 0,085 0,00253

(2AP)

Maka,

o Bola III

No. P(m) t(s) ⁄ ⁄

1 0,4 12,6 0,0317 0,001004


2 0,6 25,28 0,0237 0,000561
3 0,7 29,2 0,0240 0,000574
1,7 67,08 0,0794 0,00214

(3AP)

Maka,

H. PERHITUNGAN

1. Tentukanlah koefisien kekentalan dari zat cair, yang dalam hal ini gliserin, dengan
mengukur waktu jatuh bola-bola dalam zat cair.

 Bola I

P = 40 cm t = 9,11 s v = 4,4 cm/s


P = 60 cm t = 19,74 s v = 3 cm/s
P = 70 cm t = 23,40 s v = 3 cm/s

⁄ ⁄
Diameter bola = 0,79 cm
Massa bola = 0,625 gr

o Lintasan 40 cm
o Lintasan 60 cm

o Lintasan 70 cm

 Bola II

P = 40 cm t = 11,04 s v = 3,62 cm/s


P = 60 cm t = 22,3 s v = 2,70 cm/s
P = 70 cm t = 26,1 s v = 2,68 cm/s

⁄ ⁄
Diameter bola = 0,69 cm
Massa bola = 0,492 gr


o Lintasan 40 cm

o Lintasan 60 cm

o Lintasan 70 cm

 Bola III

P = 40 cm t = 12,6 s v = 3,17 cm/s


P = 60 cm t = 25,28 s v = 2,37 cm/s
P = 70 cm t = 29,2 s v = 2,39 cm/s

⁄ ⁄
Diameter bola = 0,645 cm
Massa bola = 0,365 gr

o Lintasan 40 cm

o Lintasan 60 cm

o Lintasan 70 cm
2. Tentukan persamaan garis lurus antara dan r/R.

a. pada Bola I

 P = 40 cm

 P = 60 cm

 P = 70 cm

b. pada Bola II

 P = 40 cm

 P = 60 cm
 P = 70 cm

c. pada Bola III

 P = 40 cm

 P = 60 cm

 P = 70 cm
I. ANALISIS

Dari percobaan praktikum menentukan kekentalan atau viskositas zat cair yang
telah di tentukan, didapatkan hasil yang dapat dijadikan patokan dalam analisis. Pengaruh
anatara diameter terhadap kecepatan bola saat dijatuhkan ialah smakin besar diameter
bola, maka semakin cepat bola jatuh. Namun, hal tersebut sangat bergantung pada massa
bola itu sendiri. Jika ada bola yang bermassa berbeda dijatuhkan pada zat cair, maka bola
yang bermassa paling besar yang akan mengalami kecepatan paling besar. Hal ini terjadi
karena berat benda akan dipengaruhi oleh kecepatan gavitasi bumi. Sehingga benda yang
memiliki massa yang besar akan memiliki berat yang besar pula dan memiliki percepatan
dan kecepatan menjadi yang besar.
Pengaruh kekentalan terhadap kecepatan jatuhnya bola yaitu semakin kental suatu
zat cair atau fluida, maka daya untuk memperlambat suatu jatuhnya bola semakin besar,
sehingga semakin kental suatu zat cair, semakin lambat pergerakan benda yang jatuh
didalamnya. Sebaliknya, semakin encer suatu zat cair atau fluida, maka semakin cepat
benda yang dijatuhkan kedalamnya. Sementara pengaruh massa suatu benda yang
dijatuhkan kedalam zat cair atau fluida terhadap keceptan jatuhnya bola ialah semakin
besar massa benda tersebut, maka semakin besar pula jatuhnya benda tersebut. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa massa suatu benda yang dijatuhkan kedalam zat cair (fluida)
bebanding lurus terhadap kecepatan jatuhnya bola tersebut dalam fluida (zat cair).
Adapun hubungan antara viskositas dengan kelajuan benda yaitu semakin besar
kelajuan benda maka dapat dipastikan bahwa menilai koifisien viskositas semakin kecil.
Demikian sebaliknya, semakin kecil kecepatan atau kelajuan suatu benda, maka nilai
koefisien viskositstnya semakin besar, sehingga nilai viskositas berbanding terbalik
dengan kelajuan benda. Dalam percobaan yang dilakukan, ada banyak faktor yang
menjadi penyebab kekurangan. Salah satu cotoh, dimana dalam percobaan menentukan
viskositas ini dilakukan oleh beberapa orang. Hal ini berpengaruh pada hasil percobaan,
misalnya dalam menghitung dan mencatat waktu tempuh benda dalam fluida. Bisa saja
seorang praktikan terlalu cepat menekan tombol stopwatch sehingga waktu yang tercatat
tidak sesuai dengan waktu yang sebenarnya dan yang satunya lagi mungkin tercatat lebih
lambat dalam menekan stopwatch sehingga sudah melewati target atau sasaran. Akibatnya
hasil yang didapatkan tidak sesuai dan kurang akurat.
J. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:


1. Koefisien kekentalan zat cair adalah ukuran kekentalan fluida yang menyatakan
besar kecilnya gesekan di dalam fluida.
2. Fluida adalah zat-zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena gaya gesek.
3. Semakin besar diameter bola yang dijatuhkan kedalam fluida, maka kecepatan
benda semakin besar pula, begitupun dengan massanya.
4. Semakin kental suatu zat cair ( fluida ), maka semakin lambat kecepatan bola yang
jatuh di dalamnya, dan sebaliknya semakin encer suatu zat cair maka kecepatan
atau kelajuan dari bola tersebut akan semakin cepat.
5. Koefisien viskositas gliserin (ηm) lebih besar dari pada diameter (db) dan massa
bola (mb) sehingga fluida dapat menghambat jatuhnya bola.
6. Dengan hukum Stokes, hasil dari praktikum ini dapat menentukan koefisien
kekentalan zat cair.
7. Gaya yang dialami benda berbanding lurus dengan kecepatan, gaya ini disebut
gaya gesek newton.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. I. (2020). Penentuan Viskositas Fluida dan Kecepatan Terminal Bola Uji Dengan Pendekatan
Teori dan Eksperimen. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI) Volume 09 Nomor 02 Tahun, 35.

Tim Dosen Fisika Dasar. (2014). Panduan Praktikum Fisika Dasar I. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Ervina Trisnawati, M. S. (2019). Rancang Bangun Instrumen Untuk Penentuan Koefisien Viskositas Zat
CairMenggunakan Mesin Atwood Termodifikasi dan Terotomatisasi. J. Ilmu Alam dan Tek
Terapan, Vol. 1, No.01, 52-53.

Lubis, N. A. (2018). Pengaruh Kekentalan Cairan Terhadap Waktu Jatuh Benda MenggunakanFalling Ball
Method. FISITEK: Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi, Vol. 2, No. 2, 27-28.

Umar, E. (2008). Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo.

Tipler, P.A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai