Anda di halaman 1dari 8

KEBUTUHAN MULTIMEDIA PADA PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA

SEKOLAH DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA


SEKOLAH (LPPKS)
Giyarni1, Siswandari2, Asri Laksmi Riani3
Magister Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret
Email: Giyarni.1986@student.uns.ac.id1, siswandari@staff.uns.ac.id2,
asrilaksmiriani@staff.uns.ac.id3
Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kebutuhan multimedia pada program penyiapan
calon kepala sekolah di Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LPPKS). Metode penelitian ini adalah studi literatur review. Saat ini media pembelajaran
yang digunakan pada Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah (PPCKS) masih terbatas,
kurang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Bahan pembelajaran yang
digunakan berupa modul, lembar kerja, power point yang diunggah oleh pengajar diklat
melalui google drive atau diberikan secara langsung kepada peserta diklat dalam bentuk soft
file. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran cenderung satu arah dan berpusat pada
pengajar diklat. Salah satu inovasi media pembelajaran yang dapat digunakan adalah
multimedia. Multimedia merupakan kombinasi antara teks, seni, suara, animasi, dan video
yang disampaikan melalui komputer atau peralatan eletronik dan digital. Hasil kajian
literatur menunjukkan bahwa penggunaan multimedia memiliki efek yang jauh lebih positif
pada prestasi akademik. Multimedia membuat perubahan dalam perilaku belajar Calon
Kepala Sekolah (CKS) dan meningkatkan motivasi intrinsik untuk belajar dan mampu
berpikir kritis. Multimedia juga membantu CKS untuk memanfaatkan TIK dalam konteks
kolaboratif teknologi digital yang berpotensi mendukung pembelajaran orang dewasa. Pada
gilirannya lulusan PPCKS diharapkan betul-betul menguasai materi diklat dan mereka dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya.

Kata kunci : Multimedia, PPCKS, LPPKS


I. PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan yang
berarti di berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, budaya. Pollitzer (2018,
75) menjelaskan peran teknologi informasi dan komunikasi adalah pusat dari tujuan revolusi
industri ke 4.0 dan pembangunan berkelanjutan tahun 2030 sehingga perkembangan
teknologi dan informasi digunakan untuk menghadapi tantangan yang berlimpah dalam
pembangunan.
Perangkat teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, jaringan internet, dan
telepon selular berbasis website semula masih merupakan barang mewah dan hanya dimiliki
beberapa orang saja. Saat ini, teknologi tersebut telah dimiliki masyarakat pada umumnya,
bahkan hampir di semua lapisan masyarakat tidak terlepas dari penggunaan teknologi
tersebut dalam keseharianya. Ayres (2013: 269) menjelaskan saat ini kebanyakan orang
dewasa terlibat dengan penggunaan teknologi mobile setiap hari untuk menyelesaikan tugas
penting harian hidup (contohnya, penggunaan resep memasak pada aplikasi iPad; mengatur
jam alarm pada smartphone; melihat peta pada iPhone untuk navigasi) ini menunjukkan
bahwa sudah ada kesadaran umum mengenai kemampuan teknologi. Penjelasan ini
membuktikan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah merubah pola pikir dan
peradaban manusia.
Mengingat pentingnya penggunaan teknologi dan informasi dalam kehidupan sehari-hari
maka pelaksanaan PPCKS harus mampu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi agar tidak ketinggalan jaman. Perkembangan teknologi
seharusnya bisa dimanfaatkan secara positif, bijaksana, dan bertanggungjawab untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, baik formal maupun non formal. Ariesto (2012: 19)
mengemukakan bahwa pembelajaran dengan guru dan memanfaatkan teknologi lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru saja atau dengan teknologi saja.
Fenesi (2015: 7) mengemukakan bahwa orang dewasa yang lebih tua membutuhkan
desain multimedia yang unik disesuaikan dengan kemampuan kognitif mereka untuk belajar
efektif, peserta yang lebih tua dapat belajar lebih mudah ketika narasi audio dipasangkan
dengan teks berlebihan. Hasil akhir dari program pelatihan keterampilan dewasa ini
bergantung pada tingkat ketersediaan materi ,alat bantu pengajaran dan sumber daya manusia
pelatih berkualitas dengan pengalaman praktis dan keterampilan teknis (Mayombe, 2016:
187).
Oleh karena itu tidak diragukan lagi jika PPCKS membutuhkan multimedia sehingga
pembelajaran lebih efektif, kreatif, menyenangkan dan peserta PPCKS aktif dalam
pembelajaran. Selain itu penggunaan multimedia dalam pembelajaran dan memudahkan
peserta diklat untuk memahami materi pelatihan.
II. Pembahasan
A. Multimedia Pembelajaran

Multimedia merupakan kombinasi antara teks, seni, suara, animasi, dan video yang
disampaikan melalui komputer atau peralatan eletronik dan digital (Ariesto, 2012:102).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Heinich (2008:372) mendefinisikan multimedia sebagai
penggunaan berurutan atau simultan berbagai format media dalam presentasi atau program
belajar mandiri yang diberikan, dapat juga disebut multimedia komputer.

Pembelajaran dengan multimedia terjadi ketika konten instruksional disampaikan dengan


memanfaatkan fitur yang disediakan dalam multimedia. Yaitu, peserta didik menerima
visualisasi, suara, dan informasi verbal melalui presentasi materi pembelajaran multimedia,
sehingga memungkinkan pembangunan representasi mental dari informasi tersebut, (Wu,
2013:292). Multimedia konstruktivis secara pedagogik yang dirancang dengan baik dapat
meningkatkan sikap terhadap mata pelajaran tertentu, sehingga meningkatkan keterampilan
pemecahan masalah dan kolaborasi serta kemampuan berpikir kreatif dan kritis,(Senan,
2016:35-36). Dengan kata lain penggunaan beberapa media yang dengan dirancang dengan
baik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran baik secara kognitif, maupun sikap
penggunanya.

Dengan pemanfaatan gambar, warna, simulasi, suara dan bahkan video, pembelajaran
akan membantu peningkatan perkembangan otak yang seimbang. Keseimbangan antara minat
dengan IQ akan membentuk peserta didik yang cerdas, adaptif dan kreatif (Delianti,
2018:69). Multimedia interaktif adalah sah, praktis, efektif dan materi pembelajaran
multimedia interaktif dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa (Djamas, 2018:
66). Riza (2018: 2032) menyatakan Multimedia pembelajaran terbukti menyediakan dampak
positif. Hal ini ditunjukkan oleh skor siswa, rentang perhatian rata-rata, persepsi, dan
perasaan emosional saat dan setelah menggunakan media pembelajaran.

B. Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah


Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah adalah penyiapan kompetensi calon
Kepala Sekolah untuk memantapkan wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan
dalam memimpin sekolah (pasal 1, Permendikbud No. 6 Tahun 2018). Pengangkatan kepala
sekolah harus mengacu pada aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pasal 5 Permendikbud
Nomor 6 Tahun 2018 menyebutkan bahwa Penyiapan calon Kepala Sekolah pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah termasuk yang akan ditugaskan di
daerah khusus dilakukan melalui tahap: a) Pengusulan bakal calon kepala sekolah; b) Seleksi
bakal calon kepala sekolah; dan c) Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.
Berdasarkan Petunjuk Teknis (Juknis), pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah
diselenggarakan dengan pola Diklat In-On-In yang diselenggarakan oleh LPPKS atau
Lembaga Penyelenggara Diklat (LPD) yang telah mendapatkan persetujuan dari Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tahapan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah dimulai dari Diklat In service
learning 1, diklat ini dilaksanakan dengan pola tatap muka selama 70 jp atau selama 7 hari.
Pada diklat tersebut peserta mengikuti kegiatan pembelajaran dengan mempelajari 12 (dua
belas) modul ditambah lembar kerja (LK) dan materi dalam bentuk power point. Masing-
masing kelas diklat dipandu oleh 2 (dua) orang pengajar dan tiap kelas berisi 28 orang calon
kepala sekolah. Selanjutnya setelah diklat in service learning 1 selesai, calon kepala sekolah
melaksanakan On The Job Learning (OJL) selama 200 jp untuk mempraktekan teori yang
didapat pada saat In service learning 1 di 2 (dua) sekolah yaitu di sekolah calon kepala
sekolah berdinas dan di sekolah magang yang telah di tentukan oleh dinas pendidikan,
kemudian hasil laporan dari On The Job Learning tersebut akan di presentasikan dalam
Diklat In Service Learning 2 selama 30 jp. Akhir dari PPCKS adalah peserta akan
mendapatkan Sertifikat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) sebagai calon kepala
sekolah.
C. Profil LPPKS
Sesuai dengan amanat Permendikbud Nomor 17 tahun 2015 (2015: 2), Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS), sebagai UPT Kemendikbud di
bawah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. LPPKS mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan, pengembangan dan pemberdayaan kepala sekolah. Dalam
melaksanakan tugasnya, LPPKS menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan Program Penyiapan, Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
2. Pengelolaan Data dan Informasi mutu dan kompetensi kepala sekolah
3. Fasilitasi dan Pelaksanaan Penyiapan dan Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah
4. Evaluasi Program dan Fasilitasi Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah
Adapun visi dan misi LPPKS adalah sebagai berikut :
Visi :
“Terwujudnya guru dan tenaga kependidikan yang profesional, sejahtera dan bermartabat
serta ekosistem yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong"
Misi
1. Mewujudkan pemerataan layanan diklat bagi kepala sekolah, calon kepala sekolah,
pengawas sekolah dan calon pengawas sekolah.
2. Mewujudkan sistem rekrutmen dan diklat calon kepala sekolah dan calon pengaws sekolah
yang bersih dan terhormat.
3. Mewujudkan sistem diklat penguatan kompetensi kepala sekolah dan pengawas sekolah
berbasis kebutuhan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
4. Mewujudkan pengelolaan sistem informasi mutu dan kompetensi kepala sekolah dan
pengawas sekolah yang terpadu.
5. Mewujudkan keterbukaan dan penyebarluasan informasi peningkatan kompetensi kepala
sekolah dan pengawas sekolah.
6. Mewujudkan kerjasama di bidang fasilitasi peningkatan kompetensi calon kepala sekolah,
kepala sekolah, dan calon pengawas sekolah dengan lembaga terkait.Mewujudkan sistem
penjaminan mutu pada rekrutmen dan diklat calon kepala sekolah dan pengawas sekolah.
D. Kebutuhan Multimedia Pada PPCKS di LPPKS
Saat ini media pembelajaran yang digunakan pada Program Penyiapan Calon Kepala
Sekolah (PPCKS) masih terbatas, kurang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Bahan pembelajaran yang digunakan berupa modul, lembar kerja, power point yang diunggah
oleh pengajar diklat melalui google drive atau diberikan secara langsung kepada peserta
diklat dalam bentuk soft file. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran cenderung satu arah
dan berpusat pada pengajar.
Oleh karena itu dengan penggunaan TIK dalam pembelajaran orang dewasa memiliki
dampak positif. Hasilnya dapat terlihat memiliki perubahan dalam perilaku belajar mereka,
meningkatkan motivasi intrinsik untuk belajar, menemukan bahwa belajar menyenangkan
dan dapat lebih efektif, konteks kolaboratif teknologi digital berpotensi mendukung
pembelajaran orang dewasa, (Manasia, 2014: 598). Menurut Francis M. Dwyer (1978) hasil
dari penelitiannya menyebutkan bahwa setelah lebih dari tiga hari pada umumnya manusia
dapat mengingat pesan yang disampaikan melalui tulisan sebesar 10%, audio 10%, visual
30%, audio dan visual sebesar 50%, dan apabila ditambah dengan melakukan maka akan
mencapai 90%.
Bulut (2019: 1) menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan pengaturan multimedia
memiliki efek yang jauh lebih positif pada prestasi akademik, berbeda dengan pengajaran
tradisional dan dengan multimedia membuat topik yang akan dipelajari jauh lebih dimengerti
dan menciptakan lingkungan belajar lebih menyenangkan.
Oleh karena itu multimedia pada PPCKS sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran
agar pembelajaran lebih menarik, interaktif, waktu mengajar dapat efektif, kualitas belajar
dapat ditingkatkan, dan proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja, serta
sikap belajar peserta diklat untuk memanfaatkan TIK dapat ditingkatkan. Pada giliriannya
lulusan CKS betul-betul menguasai materi diklat dan mereka dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah diperolehnya.
Multimedia juga membantu CKS karena materi-materi diklat yang terintegrasi dalam
satu multimedia dilengkapi dengan teks, audio, video membuat CKS lebih mudah memahami
materi, gampang menemukan file pembelajaran, mengerjakan lembar kerja (LK) yang
ditugaskan pengajar, mendengarkan sekaligus melihat visual yang ada dalam multimedia dan
dapat digunakan kembali jika sewaktu-waktu diperlukan.
E. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya membahas tentang kebutuhan multimedia pada PPCKS.
2. Penelitian ini hanya berdasarkan studi literatur review.
3. Perlu dilakukan penelitian pengembangan untuk menghasilkan produk multimedia
PPCKS.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan studi literatur review diatas dapat disimpulkan bahwa PPCKS di LPPKS
membutuhkan multimedia pembelajaran. Multimedia memiliki efek yang jauh lebih positif
pada prestasi akademik, berbeda dengan pengajaran tradisional dan dengan multimedia
membuat topik yang akan dipelajari jauh lebih mudah dipahami dan menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan. Multimedia membuat perubahan dalam perilaku belajar mereka
dan meningkatkan motivasi intrinsik untuk belajar, dan mampu berfikir kritis. Multimedia
juga membantu peserta PPCKS tentang pemanfaatan TIK dan dalam konteks kolaboratif
teknologi digital berpotensi mendukung pembelajaran orang dewasa.

UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan terselesainya artikel ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Allah SWT atas Rahmat dan Hidayahnya.
2. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. Atas bimbingan, arahan dan koreksi selama penyusunan
artikel ilmiah ini.
3. Prof. Dr. Asri Laksmi Riani, M.S. Atas bimbingan, arahan dan koreksi selama penyusunan
artikel ilmiah ini.
4. Keluarga besar, atas doa, dukungan, bantuan dalam mengerjakan artikel ini.
5. Teman-teman MPE UNS 2019 yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan artikel
ini.

REFERENSI
1. Ayres Michael Kevin, Mechling Linda, Sansosti J Frank. (2013). The Use Of Mobile
Technologies To Assist With Life Skills/Independence Of Students With
Moderate/Severe Intellectual Disability And/Or Autism Spectrum Disorders:
Considerations For The Future Of School Psychology. Psychology in the Schools,
Vol. 50(3), 2013.
2. Ariesto Hadi Sutopo. (2012). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
3. Bulut Ramazan. (2019). An Analysis of the Effects of Multimedia Teaching on Student
Achievement. International Journal of Progressive Education, Volume 15 Number 1,
2019.
4. Djamas Djusmaini, Tinedi Vonny, Yohandri. (2018). Development Of Interactive
Multimedia Learning Materials For Improving Critical Thingking Skills. International
Journal Of Information and Communication Technology Education. Volume 14. Issue
4. October-December 2018.
5. Delianti Irma Vera. (2018). Perancangan Dan Implementasi Multimedia Interaktif
Dengan Metode Exploratory Tutorial Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan
Komunikasi. Jurnal Teknologi Informasi & Pendidikan P-ISSN : 2086 – 4981 VOL.
11 NO. 1 Maret 2018.
6. Fenesi Barbara, Vandermorris Susan, oseph A Kim. (2015). One Size Does Not Fit All :
Older Adults Benefit From Redundant Text In Multimedia Instruction. Frontiers In
Psychology Published 28 July 2015.
7. Francis M Dwyer. (1978). Strategies for Improving Visual Learning a Handbook for
The Effective Selection Design and Use of Visualized Materials. Pennsylvania:
Learning Services.
8. Heinich,R.,et al. (2008). Instructional Media and Technologies for Learning (7th
Edition). New Jersey: Merril Prentice Hall.
9. Manasia Loredana, Bozon Alina. (2014). The Effective Triad: Impact, Digital Content
And Adult Education. A Case Study Approach. Socio and Humanities Scientific
Research & Education in the Air Force 591-598.
10. Mayombe Celestine, Lombard Antoinette. (2016). The Importance Of Material
Resources and Qualified Trainers In Adult Non Formal Education and Training
Centres In South Africa. Int Rev Educ (2016) 62:187-204 DOI 10.1007/s11159-016-
9548-7.
11. Pollitzer Elizabeth . (2018). Creating A Better Future: Four Scenarios For How Digital
Technologies Could Change The World. Journal o f International Affairs, Vol. 72, No.
1.
12. Riza Septem Lala, et all. (2018). A Concept And Implementation Of Instructional
Interactive Multimedia For Deaf Students Based On Inquiry-Based Learning Model.
Journal of Engineering Science and Technology Vol. 13, No. 7 (2018) 2016 – 2035 ©
School of Engineering, Taylor’s University.
13. Senan,D.C, et all.(2016). Effectiveness of a Constructivistic Multimedia-Learning
Package on Shaping and Guiding Students Attitudes Toward Physics. Journal of
Systemics, Cybernetics and Informatics. 2016;14(3):31-37.
14. Wu & Yamanaka, A. (2013). Exploring the effects of multimedia learning on pre-service
teachers’ perceived and actual learning performance: the use of embedded
summarized texts in educational media. Educational Media International, 50(4), 291–
305.
15. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2018).Permendikbud No. 6 Tahun 2018
tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah.
16. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2015). Permendikbud Nomor 17 tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan
Kepala Sekolah.
17. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah. (2019). Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah.
18. Lppks.kemdikbud.go.id

Anda mungkin juga menyukai