Anda di halaman 1dari 11

KESELAMATAN PASIEN DAN K3 DALAM KEPERAWATAN

PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PERAWAT

Disusun Oleh kelompok 2 :


Evi apriani NIM 131911004
Felix yudi NIM 131911005
Nadela selfa NIM 131911012
Sari yanti NIM 131911016
Mira anggun NIM

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TA 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di
kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.  Faktor keselamatan kerja menjadi
penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada
kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin
sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
walaupun sudah tersedia.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami
sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan
untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan meliputi :
1. Pengertian penyakit akibat kerja pada perawat
2. macam-macam penyakit akibat kerja (penyakit menular&tidak menular)
3. penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat
4. upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat
5. proses tertularnya penyakit akibat kerja

C.  Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan diatas penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Untuk mengetahui Pengertian penyakit akibat kerja pada perawat
2. Untuk mengetahui macam-macam penyakit akibat kerja (penyakit
menular&tidak menular)
3. Untuk mengetahui penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat
5. Untuk mengetahui proses tertularnya penyakit akibat kerja
BAB II
PEMBAHASAN

1. pengertian penyakit akibat kerja pada perawat


Penyakit penyakit akibat kerja di rumah sakit – Rumah Sakit adalah satu
unit service layanan kesehatan pada penduduk. Agar bisa mendapatkan kelebihan
serta daya saing maka rumah sakit harus mendapatkan perhatian khusus dalam
peningkatan mutu layanannya dengan profesional pada customer, yaitu pasien
yang dirawat atau rawat jalan.
Rumah sakit dalam kaca mata publik adalah unit service fungsional
sebagai unit dalam service penyuluhan, mencegah serta perlakuan beberapa kasus
segala jenis penyakit.
Penyakit karena kerja bisa menyerang semua tenaga kerja di dalam rumah
sakit, baik tenaga medis ataupun non medis karena pajanan biologi, kimia serta
fisik di lingkungan kerja rumah sakit tersebut. Rumah sakit adalah tempat
berkumpulnya beberapa orang sakit ataupun sehat, atau anggota penduduk baik
petugas ataupun pengunjung, pasien yang mendapatkan perawatan di dalam
rumah sakit dengan beberapa jenis penyakit menyebar.
Perihal ini membuat rumah sakit adalah tempat kerja yang mempunyai
kemungkinan pada masalah kesehatan serta kecelakaan kerja buat petugas.
Beberapa jenis penyakit yang ada di lingkungan rumah sakit sangat mungkin
rumah sakit jadi tempat penyebaran penyakit infeksi baik buat pasien, tenaga kerja
ataupun pengunjung. Petugas di lingkungan rumah sakit begitu berdampak dengan
kontak langsung pada agent penyakit menyebar lewat darah, sputum, jarum
suntuk dan sebagainya.
Persepsi publik berasumsi jika rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang
bersih serta sehat, hingga tenaga kerja yang berada di lingkungan rumah sakit tak
kan terkena penyakit. Bila kita memandang jika rumah sakit adalah industri
service kesehatan yang banyak didatangi penduduk setiap hari bahkan juga pada
unit service spesifik yang memakai tenaga kerja shift tetap ada selama 24 jam,
seharusnya usaha kesehatan serta keselamatan kerja di dalam rumah sakit bukan
adalah hal yang tabu agar bisa diaplikasikan.
Dalam perihal ini sangat berguna bagi tenaga kerja yang berada di
lingkungan rumah sakit menjadi usaha perlindungan dari kecelakaan kerja serta
penyakit karena kerja. Pengendalian Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam
rumah sakit harus bisa jadi perhatian khusus supaya tenaga kerja dapat melakukan
peranan serta fungsinya dengan baik. Perihal ini sama dengan paradigma sdm
menjadi human capital di dalam rumah sakit.
Perihal ini ikut jadi begitu kompleks sebab terdapatnya pembagian
pekerjaan beragam macam profesi yang kerja di lingkungan rumah sakit, serta
masing-masing profesi akan mempunyai etika serta budaya kerja yang berbeda-
beda. Keadaan seperti ini yang membuat manajemen SDM di lingkungan rumah
sakit penuh rintangan.
Oleh karenanya bila tenaga kerja di lingkungan rumah sakit terkapar
dengan penyakit karena kerja, jadi beberapa hal yang akan terganggu dalam
efektif serta manfaat tenaga kerja di dalam rumah sakit. Sama dengan referensi
ILO dalam kewajiban tiap-tiap masyarakat negara agar bisa melakukan serta
mengevaluasi kebijaksanaan nasional dalam aplikasi kesehatan serta keselamatan
kerja di lingkungan kerja, mengingat rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang
mempunyai banyak tenaga kerja baik medis ataupun non medis yang berefek
alami kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja.
Tenaga kerja dalam UU No. 14 memiliki hak mendapatkan perlindungan
atas kesehatan, keselamatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja dan perlakuan
yang sama dengan martabat manusia serta kepribadian agama. Dalam perihal ini
memerlukan usaha perlindungan kesehatan serta keselamatan kerja buat petugas
di lingkungan rumah sakit.

1. Macam-macam penyakit akibat kerja (penyakit menular & tidak menular)


Kecelakaan kerja menurut standar (Australian AS 1885,1990) adalah suatu
proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat
kerja. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyebab penyakit akibat kerja :
1. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan
2. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan,
kabut
3. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll
4. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
5. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan
Setiap hari perawat kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup
lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikroorganisme patogen. Dapat
menjadi pembawa infeksi dari satu pasien ke pasien lain, atau ke perawat lainnya.
Harus sangat berhati-hati (bersama apoteker) bila menyiapkan dan memberikan
obat-obatan antineoplastik pada pasien kanker. Selalu mencuci tangan setelah
melayani pasien, melepas masker dan kap (topi perawat) bila memasuki ruangan
istirahat atau ruangan makan bersama. Abortus spontan, lahir prematur dan lahir
mati sering dialami perawat yang bertugas di ruang rawat inap/ bangsal
perawatan.
Bahaya diarea kerja tenaga perawat :
Bahaya utama adalah penyakit menular, cedera otot dan tulang, gangguan tidur.
A. Penyakit menular
Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan dengan
cairan darah berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan urine, kotoran
manusia, muntahan dan lain-lain sehingga mendapat penularan.
B. Sakit otot dan tulang
Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan meneput-nepuk punggung
pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering mengeluarkan tenaga
berlebihan, gerakan yang tidak benar atau berulang-ulang, mudah menyebabkan
cedera di bagian otot dan tulang, apabila tenaga perawat berusia agak tua, maka
akan menambah resiko dan tingkat keseriusan cedera di otot dan tulang.
C. Gangguan tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak tentu
untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur pendek, tidur
kurang lelap, kesulitan tidur.

2. Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat


Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha
pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin
kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan
bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus
dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains :
52%, contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%;
fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions:
1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of
Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi
pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia,
diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS,
insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung
menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di
RS belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhan-
keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di
RS. Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang
diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57%
wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita
petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit
infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti
sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak,
gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 di rumah
sakit perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 di rumah sakit lebih
efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di rumah
sakit, baik bagi pengelola maupun karyawan di rumah sakit.

3. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat


Perilaku hidup sehat dan kebiasaan makan yang baik serta melakukan
olahraga secara teratur, adalah resep tiada duanya bagi tubuh yang sehat, berikut
ini adalah saran pencegahan penularan penyakit menular, cedera otot dan tulang,
gangguan tidur.
1. Penularan penyakit menular
a. Rajin mencuci tangan
Dilakukan sebelum makan, setelah berkontak dengan pasien atau melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan cairan kotoran, cairan tubuh pasien, sebelum
memakai sarung tangan, dan setelah melepas sarung tangan. Cara mencuci tangan
adalah dengan menggunakan air mengalir dan sabun atau cairan pembersih
kuman, cuci kedua tangan setidaknya dalam waktu 15-20 detik.
b. Memakai sarung tangan
Pada waktu ada kemungkinan berkontak dengan cairan darah, cairan tubuh,
barang cairan dan kotoran, harus mengenakan sarung tangan anti air yang terbuat
dari bahan karet, ethylene resin, atau asafetida dan sejenisnya. Pada waktu
melepas sarung tangan, harus
melalui pergelangan yang ditarik keluar, kemudian sarung tangan dibalikkan
keseluruhan, kemudian dibuang, dan segera mencuci tangan. Perhatian:
pemakaian sarung tangan tidak dapat menggantikan pentingnya mencuci tangan.
c. Menenakan masker mulut, masker mata atau masker rmulut
Pada saat menghadapi kemungkinan adanya cairan tubuh yang beterbangan,
seperti : pasien yang batuk atau bersin, harus mengenakan masker mulut atau
masker muka dan lain-lain sebagai alat pelindung. Hal-hal yang perlu diperhatikan
mengenai masker mulut :
(1) Masker mulut berbentuk datar walaupun memiliki hasil perlindungan, tetapi
karena
kurang melengkung dan tidak menempel rapat di wajah, hasilnya tidak
sebanding dengan masker mulut berbentuk gelas.
(2) Masker mulut sebaiknya digunakan sekali pakai saja,apabila perlu dipakai
berulangkali, harus diperhatikan penyimpanan di tempat yang bersih dan
berudara lancar. Tetapi untuk kondisi berikut ini pemakaian tidak boleh
dilanjutkan : ada kecurigaan pencemaran, berlubang, berubah bentuk, kotor,
berbau, hambatan untuk bernafas bertambah dan lain-lain.
(3) Pada saat melepas masker mulut harus menghindari tercemarnya masker
mulut,juga menghindari terkena pencemaran dari masker mulut. Sebelum dan
sesudah melepas masker mulut, harus mencuci tangan secara bersih.
(4) Pada saat membuang masker mulut yang tercemar, harus menghindari
tersebarnya kuman, dengan cara melipat masker ke arah dalam, diletakkan ke
dalam kantong plastik yang ditutup rapat
d. Memakai seragam kerja
Selama waktu kerja harus mengenakan seragam kerja serta rajin diganti dan
dicuci. Selesai kerja, meninggalkan kamar pasien untuk istirahat, atau ke ruang
makan untuk makan. Seragam kerja dan pakaian lainnya harus dicuci secara
terpisah.
2. Pencegahan cedera otot dan tulang
a. Pada saat memindahkan barang, tubuh sebisa mungkin dekat dengan barang
tersebut dan hindari gerakan membungkuk atau posisi membungkuk ke arah
depan, sebaiknya berlutut atau kedua kaki direndahkan sehingga pusat beban
berkurang untuk menghindari cedera di bagian pinggang. Pada saat
memindahkan barang jangan hanya memutarkan pinggang, harus dengan satu
kaki sebagai tumpuan, kaki yang lain bergerak dan memutarkan seluruh badan
untuk menghindari cedera di lutut dan pinggang.
b. Pada saat merawat pasien apabila ada gerakan condong ke depan sebelum
membungkuk, harus dengan satu tangan sebagai tumpuan badan untuk
menghindari pinggang mendapat beban terlalu besar. Apabila perlu
memindahkan pasien, harus dengan kedua kaki merendah sehingga pusat beban
terkurang untuk menghindari terjadinya cedera di bagian pinggang.
c. Jagalah posisi duduk yang benar, bagian punggung sebaiknya menempel di
punggung kursi, untuk menghindari tulang pinggang melengkung, dapat
diganjal dengan barang tumpuan kecil atau bantal kecil, untuk mengurangi
beban di tulang pinggang.
3. Saran untuk istirahat tidur
a. Pergunakan waktu istirahat siang, atau istirahat singkat untuk mensuplai waktu
tidur.
b. Sebelum tidur lakukan gerakan peregangan, untuk membantu cepat tidur.
Tetapi sebelum tidur tidak boleh melakukan olah raga berat.
c. Kegiatan sebelum tidur hendaknya diusahakan penuh kehangatan jangan
membuat emosi terlalu tinggi.
d. Dalam hal makanan hendaknya normal, teratur, seimbang sebagai patokan,
sebelum tidur hindari konsumsi makanan berlebihan, minum kopi, teh, nikotin
dan makanan merangsang lainnya. Apabila lembur malam, makan malam
boleh ditambah, tetapi sebelum selesai kerja harus menghindari produk
penambah energi dan sebelum tidur jangan makan terlalu kenyang atau
mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.
4. Hal lain yang perlu diperhatikan
a. Merawat pasien dibatasi untuk satu kamar pasien saja, batasan ruang gerak
hanya di satu kamar pasien saja, tidak dibenarkan bergerak di berbagai bagian
rumah sakit.
b. Boleh mendapat suntikan vaksinasi untuk memperkecil kemungkinan
penularan, seperti vaksinasi untuk hepatitis B, TBC, flu dan lain-lain.
c. Memahami perawatan pasien, atau kondisi penyakit menular pasien satu
ruangan, untuk mengambil langkah perlindungan diri sendiri yang memadai
dan setiap tahun melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.
d. Memelihara kebiasaan berolah raga teratur, mempergunakan waktu luang
perawatan untuk mengerakkan seluruh otot dan tulang tubuh.
e. Secara aktif mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,
kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya
preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya
sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah
menjadi melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan
kesehatan pekerja yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada
tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja.

B.  Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit)
suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus
dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung


Agung, 1985
Sumber Lain :
http://alfa1995.blogspot.co.id/2012/09/makalah-tentang-anemia-apalastik.html

Anda mungkin juga menyukai