Anda di halaman 1dari 12

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Dipresentasikan untuk memenuhi tugas matakuliah


“PERPAJAKAN”

Dosen Pengampu: Irma Riana, S.E.,M.E

DISUSUN OLEH:

1. CICI NUR ADHA


2. TUTIK SUSANTI

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
STAIN BENGKALIS
T.A 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat
dan keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan
tak lupa tim penulis bersyukur atas tersusunya makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terimakasih kepada Irma Riana, S.E.,M.E selaku
dosen pengampu yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas makalah ini.
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan
kita semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.

Dalam penulisan makalah ini kami juga mengalami banyak kesulitan,terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu yang kami miliki. Namum berkat banyaknya refrensi yang
kami baca, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Bengkalis, 27 September 2020

TIM PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.....................................................2
2.2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)...................................................................2
2.3 Pengertian SPT, SSP, SKP, SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN
dan STP...............................................................................................................3
2.3.1 Surat Pemberitahuan (SPT)......................................................................3
2.3.1.1 Fungsi Surat Pemberitahuan.................................................................3
2.3.1.2 Kewajiban terhadap surat pemberitahuan.............................................4
2.3.2 SSP (Surat Setoran Pajak) dan Pembayaran Pajak...................................4
2.3.3 SKP (Surat Ketetapan Pajak)...................................................................5
2.3.4 SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar)......................................5
2.3.5 SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan)..................5
2.3.6 SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar).........................................5
2.3.7 SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil).......................................................5
2.3.8 STP (Surat Tagihan Pajak).......................................................................6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .........................................................................................................7
3.2 Saran ....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan suatu iuran wajib bagi wajib pajak. Adanya pajak diharapkan akan
meningkatkan kesejahteraan hidup semua masyarakat. Pajak ini sifatnya tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat. Pajak ini ada bermacam-macam. Dalam
hubungannya dengan adanya suatu wilayah di permukaan bumi dan segala sesuatu yang
bernilai di atasnya, dalam pelaksanaan pemungutan pajak harus memiliki aturan yang jelas.
Peraturan yang berkaitan dengan pajak ini diatur dalam Undang-undang No.12 tahun
1985 yang telah diubah dengan adanya undang-undang No. 12 tahun 1994. Dengan adanya
peraturan ini diharapkan adanya pemungutan pajak yang berkaitan dengan bumi dan
bangunan dapat dilakukan sesuai dengan asas-asas yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Ketentuan Umum dan Tata Cara Pajak?
2. Bagaimana Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)?
3. Apa Pengertian SPT, SSP, SKP, SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN dan STP?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Ketentuan Umum dan Tata Cara Pajak.
2. Untuk Mengetahui Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3. Untuk Mengetahui Pengertian SPT, SSP, SKP, SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN
dan STP.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan1


Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang “Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan” adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 9 tahun 1994, dengan UU No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun
2007. Undang-undang tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”  dilandasi
falsafah Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan
kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi
perpajakan.
Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu Wajib Pajak
diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak yang terutang,
menyetornya, serta melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak tersebut, sedangkan
fungsi Direktorat Jenderal pajak adalah melakukan pengawasan atas sistem self assesment
tersebut agar Wajib Pajak melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan. Penghitungan pajak yang terutang diatur dalam undang-undang material
perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU PPh dan UU PPN. Sementara itu pendaftaran,
penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang Direktorat Jenderal pajak diatur dalam
undang-undang formal perpajakan sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut UU KUP), yang mengatur tentang hak dan
kewajiban Wajib Pajak serta wewenang Direktorat Jenderal Pajak, termasuk sanksi
perpajakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan.

2.2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)2


NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan oleh direktur
jendral pajak kepada wajib pajak sebagai suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakanya . Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya
diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga
dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan

1
Waluyo, perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 7, Penerbit Salemba Empat , Jakarta : Salemba Empat, 2007.
2
Drs. C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989.

2
administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak
diwajibkan mencantumkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) yang dimilikinya. Terhadap
Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.3 Pengertian SPT, SSP, SKP, SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN dan STP
2.3.1 Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan yaitu surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak,atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. KUP: pasal 1,
angka 11.
2.3.1.1 Fungsi Surat Pemberitahuan antara lain yaitu :
1.    Fungsi SPT bagi wajib pajak PPh:
a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang  telah dilakukan
sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu
tahun pajak.
c. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang  telah dilakukan
sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu
tahun pajak.
2.    Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak :
a. Sebagai sarana untuk malaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak
yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
3.    Fungsi surat pemberitahuan bagi pengusaha kena pajak.
a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah PPN dan PPn-BM yang seharusnya terutang.
b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan oleh Pengusaha Kena Pajak atau melalui pihak lain dalam satu
Masa Pajak yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
c. Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.

3
2.3.1.2 Kewajiban terhadap surat pemberitahuan yaitu :
1.   Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap,
dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya
ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak. KUP :
Pasal 3 ayat (1)
2.    Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :
a. Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu
saat atas Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu
tidak melewati 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa
Pajak berakhir.
b. Batas waktu pembayaran untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan
SPT Tahunan paling lambat sebelum SPT disampaikan.
c. Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha
kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu paling lama 2 bulan.
3.   Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak. Atas keterlambatan pembayaran
pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dari
pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib Pajak yang alpa
tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap dan dapat merugikan negara yang dilakukan pertama kali
tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar.

2.3.2  SSP (Surat Setoran Pajak) dan Pembayaran Pajak3


Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah digunakan dengan cara lain ke kas
Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjukan oleh mentri keuangan.
SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat
kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan vadilasi.

3
http://makalah2107.blogspot.com/2016/06/ketentuan-dan-tata-cara-Perpajakan.html (diakses pada 29 September
2020, pukul 22.08)

4
2.3.3 SKP (Surat Ketetapan Pajak)
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapangn yang meliputi surat ketetapan pajak
kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil atau
surat ketetapan pajak lebih bayar.

2.3.4 SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar)


SKPKB adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

2.3.5  SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan)


SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan. Fungsi SKPKBT yaitu:
a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya
b. Sarana untuk mengenakan sanksi
c.  Alat untuk menagih pajak

2.3.6  SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar)


SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menemukan  jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang  terutang atau seharusya
tidak terutang. Fungsi   dari SKPLB  adalah sebagai alat atau untuk mengembalikan
kelebihan pembayaran pajak.

2.3.7 SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil)


SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besar
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau pajak 
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan
pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak
yang terutang.

5
2.3.8  STP (Surat Tagihan Pajak)
STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa
bunga atau denda. Fungsi STP yaitu:
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut STP wajib pajak.
b.  Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
c.   Alat untuk menagih pajak.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Undang-undang tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”  dilandasi
falsafah Pancasila dan UUD 1945. UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan
kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi
perpajakan.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan oleh direktur
jendral pajak kepada wajib pajak sebagai suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakanya . Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya
diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak.
Pengertian SPT, SSP, SKP, SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN dan STP, yaitu
a. surat Pemberitahuan yaitu surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek
pajak,atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. KUP: pasal 1, angka 11.
b. Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah digunakan dengan cara lain ke
kas Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjukan oleh mentri keuangan.
c. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapangn yang meliputi surat ketetapan
pajak kurang bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan
pajak nihil atau surat ketetapan pajak lebih bayar.
d. SKPKB adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
e. SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan.
f. SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menemukan  jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang 
terutang atau seharusya tidak terutang.
g. SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besar dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak atau pajak  tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

7
h. STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa
bunga atau denda.

3.2 Saran
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan di segala sektor yang ada di Negara kita ini  dapat
berjalan dengan lancar sehingga bisa dinikmati oleh seluruh masayarakat Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA
Drs. C.S.T Kansil,  Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 1989.
http://makalah2107.blogspot.com/2016/06/ketentuan-dan-tata-cara-Perpajakan.html
(diakses pada 29 September 2020, pukul 22.08)
Waluyo, perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 7, Penerbit Salemba Empat , Jakarta :
Salemba Empat, 2007.

Anda mungkin juga menyukai