Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 7 (“Rizal Ramli Laporkan Skandal Korupsi Impor Pangan ke KPK”)

Iqbal Mardhani (4317500169)


Siti Khotimah (4317500023)
Yeni Yumiati Riyanto (4317500037)
Refani Ayunita (4317500070)

Berita dari kasus korupsi impor pangan

Laporan Rizal Ramli ke KPK & Deretan Kasus Korupsi Impor Pangan.

tirto.id - Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli melaporkan dugaan tindak
pidana korupsi impor pangan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa
(23/10/2018). Ia menyebut, dugaan rasuah itu bersumber pada jumlah impor yang dilebih-
lebihkan.
“Impor pangan ini sangat merugikan bangsa kita, terutama petani, konsumen, dan ada dugaan
tindak pidana korupsi,” kata Rizal di Gedung Merah Putih KPK, Selasa lalu (23/10/2018).
Dalam laporannya itu, ia juga menyerahkan bukti-bukti berupa laporan audit Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) terkait Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan Tata Niaga Impor Tahun
2015 hingga Semester I Tahun 2017.
Rizal berharap KPK mendalami laporannya dan mengusut tuntas kasus ini. Apalagi, kata Rizal,
komisi antirasuah sudah berpengalaman dalam menangani kasus impor pangan, salah satunya ia
merujuk kasus yang menjerat mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan
Ishaaq atau LHI.
Rizal bahkan mengklaim, kasus yang dilaporkannya ini puluhan kali lipat lebih besar dari kasus
LHI tersebut. Meski demikian, ia enggan menyebut pihak-pihak mana yang dilaporkan.
Alasannya, hal itu menjadi tugas KPK untuk menelusuri lebih lanjut.
Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Yuyuk Andriati Iskak menyatakan pihaknya
akan mempelajari lebih lanjut terkait laporan itu. Selain itu, KPK juga akan melihat kembali
apakah kasus yang diadukan Rizal itu termasuk dalam ranah KPK atau bukan.
Hal itu dilakukan sebelum KPK memutuskan apakah akan menindaklanjuti laporan Rizal itu atau
tidak. “Nanti tim dumas [pengaduan masyarakat] akan melihat apakah memang kasus yang
diadukan [Rizal] termasuk ranah KPK dan bisa ditindaklanjuti,” ujarnya kepada reporter Tirto,
Rabu (24/10/2018).
Rawan Praktik
Korupsi Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Azam Azman Sasmita
mengapresiasi laporan Rizal Ramli tersebut. Menurutnya selama ini memang terdapat pihak-
pihak yang mencari keuntungan lebih dari praktik impor pangan di Indonesia.
Salah satu indikasinya adalah merembesnya pasokan gula rafinasi di pasaran. Padahal
seharusnya gula rafinasi hanya dijual ke industri bukan ke pasaran. Akan tetapi, karena ada pihak
yang memanfaatkan celah impor, maka stok gula rafinasi berlebih kemudian dijual ke pasaran.
Akibatnya, gula konsumsi yang dihasilkan petani tidak laku karena harganya lebih mahal.
Karena itu, Azam mendorong KPK agar memeriksa seluruh mata rantai impor pangan yang
berjalan selama ini. “Harus diperiksa semua. Kami tidak menuduh birokrasi, tapi rantai dari
impor itu harus diperiksa semua,” kata Azam kepada reporter Tirto.
Kasus dugaan korupsi terkait impor pangan ini memang bukan barang baru. Dalam lima tahun
terakhir saja, setidaknya KPK telah memproses tiga kasus korupsi terkait impor yang cukup
menyita perhatian publik. Salah satunya kasus yang menyeret Irman Gusman pada 2016.
Pada 20 Februari 2017, mantan ketua Dewan Perwakilan Daerah RI itu akhirnya divonis 4 tahun
dan 6 bulan penjara ditambah denda Rp200 juta subsider 3 bulan kurungan karena dinilai
terbukti menerima Rp100 juta dari pemilik CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto dan Memi.
Uang haram ìni diberikan guna mengatur pemberian kuota gula impor dari Perum Bulog ke CV
Semesta Berjaya.
Contoh lainnya adalah kasus mantan hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar yang
menerima suap dari pengusaha daging impor pada awal 2017.
Dalam kasus ini, Patrialis terbukti menerima uang dari Basuki Hariman selaku pemilik PT
Impexindo Pratama dan dari General Manager PT Impexindo Pratama Ng Fenny melalui seorang
perantara bernama Kamaludin untuk mempengaruhi putusan Perkara Nomor 129/ PUU-XIII/
2015 terkait uji materi atas UU No 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 18 Tahun
2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Atas perbuatannya itu, Patrialis telah dijatuhi vonis 8 tahun penjara oleh Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat, pada 4 September 2017. Selain itu, ia juga dikenakan
denda Rp300 juta dan harus mengembalikan uang kepada negara senilai Rp4,043 juta dan 10
ribu dolar AS.
Selain dua kasus ini, pada 2013 KPK juga menjerat presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Luthfi Hasan Ishaaq. Dalam kasus ini, Pengadilan Tipikor Jakarta akhirnya memvonis politikus
PKS itu 16 tahun penjara dan denda Rp1 miliar dalam perkara korupsi pengurusan penambahan
kuota impor daging sapi dan pencucian uang.
Tak terima dengan putusan itu, Luthfi mengajukan upaya hukum hingga tingkat kasasi ke
Mahkamah Agung (MA). Namun demikian, Hakim Agung Artidjo Alkostar malah memperberat
hukumannya menjadi 18 tahun penjara.

Rizal Ramli Laporkan Skandal Korupsi Impor Pangan ke KPK.

Jakarta, CNN Indonesia – Mantan Menteri Koordinator Bidang Maritim Rizal Ramli melaporkan
dugaan korupsi bernilai besar terkait impor pangan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Selasa (23/10).
Rizal hadir di KPK pukul 09.00 WIB bersama sejumlah pengacara. Rizal menyebut
kedatangannya untuk mengadukan dugaan korupsi dari kebijakan impor pangan pemerintah.
"Hari ini kami dan tim lawyer datang ke KPK mengadukan adanya dugaan tindak pidana korupsi
di dalam impor pangan," ujar Rizal, di gedung KPK, Jakarta, Selasa (23/10).
"Impor pangan ini sangat merugikan bangsa kita terutama petani, konsumen dan ada dugaan
tindak pidana korupsi. Oleh karena itulah kami akan melaporkan kepada KPK, memberikan
bahan-bahan untuk KPK melakukan tindakan lebih lanjut," imbuhnya.
Ia menyebut kasus ini nilainya berpuluh kali lipat ketimbang kasus korupsi impor daging sapi
yang menjerat mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq.
KPK, katanya, juga memiliki pengalaman kasus impor lainnya, seperti kasus impor gula yang
menjerat mantan Ketua DPD RI Irman Gusman, yang bisa memudahkannya membongkar kasus
itu.
"KPK sangat berpengalaman, tahu persis permainannya, dan harusnya bisa membuka kasus ini
dalan waktu secepat-cepatnya. Karena nilainya puluhan kali dari permainan impor pangan kasus
Ketua PKS yang hukumannya 16 tahun," tutur dia.
Kendati demikian, Rizal masih enggan membeberkan siapa pihak yang ia laporkan dalam
aduannya ini. Ia baru mau menyebut nama setelah selesai melaporkan dugaan tindak korupsi
tersebut kepada pihak KPK.
Sebelumnya Rizal Ramli terlibat adu mulut dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Rizal mengkritik kebijakan impor oleh Enggar berlebihan dan menyebabkan pelemahan rupiah.
Selain itu, Rizal menuding Presiden Joko Widodo takut menegur Menteri Perdagangan
Enggartiasto Lukita terkait kebijakan impor pangan karena tunduk dengan Ketua Umum Partai
NasDem Surya Paloh.
Rizal Ramli kemudian dilaporkan ke Polda Metro Jaya tentang pencemaran nama baik oleh
Partai NasDem.

Rizal Ramli Laporkan 8 Kasus Dugaan Korupsi Impor Pangan.


Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mendatangi Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Kedatangannya ini untuk melaporkan dugaan korupsi di sektor
pangan. Setidaknya, ada 8 kasus dugaan kasus korupsi terkait dengan impor pangan yang
dilaporkan Rizal Ramli.
Usai keluar dari gedung KPK setelah menyampaikan laporan, Rizal mengaku dirinya ditemui
Komisioner KPK Basaria Panjaitan, direktur Litbang, direktur penindakan dan sejumlah staf lain.
Dalam keterangannya, Rizal mengungkapkan ada sejumlah oknum pejabat kecanduan impor,
karena ada keuntungan pribadi yang didapat oleh pejabat tersebut.
“Karena tiap kali impor ada rentenya, ada keuntungan yang besar yang dinikmati importir dan
oknum pejabat,” ujar Rizal di KPK, Selasa (23/10/2018).
Ia mengklaim kasus yang dilaporkannya ini puluhan kali lebih besar daripada perkara yang
pernah menjerat Presiden Partai Keadilan Sejahtera (KPK) Luthfi Hasan Ishak. “Nilai dari tindak
pidana korupsi Presiden PKS itu pat gulipat dengan dugaan korupsi impor pangan ini,” terang
Rizal.
Menurutnya, dalam dugaan kasus korupsi yang dilaporkannya ini cara impor yang dilakukan
oknum terkait terlihat wajar, tetapi mereka bermain dengan jumlah kuota. Artinya, kuota impor
melebihi komoditas yang dibutuhkan masyarakat sehingga ujungnya merugikan para petani.
Bagi Rizal, hal yang seharusnya menjadi fokus KPK yakni mengenai nilai kerugian keuangan
negara. Sebab, dengan adanya kelebihan kuota impor tersebut secara otomatis hal itu akan
menjadi beban tersendiri bagi keuangan negara. Apalagi impor yang dilakukan pemerintah
selama ini sumber dananya berasal dari APBN.
“Jadi kami minta tadi KPK tidak hanya fokus soal kerugian keuangan negara dalam arti sempit.
Tetapi, juga kerugian ekonomi negara dan itu di Pasal 2 UU Tipikor ada kategori korupsi yang
bisa ditindak seandainya ekonomi negara dirugikan,” ujar Rizal.
Salah satu advokat yang mendampingi Rizal Ramli yaitu Effendi mengklaim pihaknya sudah
memberi bukti awal terkait laporannya tersebut. “Ada audit BPK, ada undang-undang, ada
kronologis semua sudah kita serahkan. Kita minta KPK tindak lanjuti karena ini kabar baik buat
petani dan petambak garam,” terang Effendi.
Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Yuyuk Andriati Iskak membenarkan salah satu
Komisioner KPK Basaria Panjaitan beserta sejumlah jajarannya menemui Rizal Ramli pada saat
memberikan laporan. Namun, ia enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai laporan tersebut
karena masih harus ditelusuri lebih lanjut.
“Jadi tadi teman-teman di Litbang juga memberi informasi seputar kajian yang sudah dilakukan
oleh KPK. Kalau tentang materi pengaduannya sendiri saya terus terang belum dan itu biasanya
karena materi pengaduan sifatnya rahasia, jadi tidak bisa saya sampaikan disini,” terang Yuyuk.
Saat memberikan keterangan kepada wartawan, Rizal beserta tim pendamping memberikan
lembaran rilis kepada wartawan. Setidaknya ada 8 kasus dugaan tindak pidana yang disebut
Rizal berdasar pada salah satu audit BPK terkait perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan tata
niaga impor tahun 2015 hingga semester I 2017 di kementerian tertentu, berikut daftarnya:
1. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan impor gula kristal putih tahun 2015 sampai
dengan semester I tahun 2017 sebanyak 1.694.325 ton (diduga hal tersebut tanpa rapat
koordinasi).
2. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan persetujuan impor gula kristal mentah sebanyak
108 ribu ton (diduga dilakukan tanpa didukung analisis kebutuhan).
3. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan pelaksanaan impor beras khusus tahun 2016
sebanyak 200 ton (tanpa rekomendasi dari kementerian terkait).
4. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan persetujuan impor sapi tahun 2015 sebanyak 50
ribu ekor (diduga tidak didasarkan pada hasil keputusan rapat koordinasi).
5. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan persetujuan impor sapi tahun 2016 sebanyak
97.100 ton dan realisasi sebanyak 18.012,91 ton (diduga tidak sesuai atau tanpa rapat
koordinasi dan/atau tanpa rekomendasi kementerian terkait).
6. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan persetujuan impor beras tahun 2015 sampai
dengan semester I tahun 2017 sebanyak 70.195 ton dengan realisasi sebanyak 36.347 ton
(diduga tidak memenuhi persyaratan, melampaui batas, dan bernomor ganda).
7. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan impor sapi sebanyak 9.370 ekor dan daging sapi
sebanyak 86.567,01 ton (diduga tidak memenuhi dokumen persyaratan).
8. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan impor garam pada tahun 2015 sampai dengan
semester I 2017 sebanyak 3.355.850 ton dengan realisasi 2.783.487,16 ton (diduga
dilakukan tidak memenuhi persyaratan).
Analisis Kasus

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mendatangi Komisi


Pemberantasan Korupsi (KPK). Kedatangannya ini untuk melaporkan dugaan korupsi di sektor
pangan. Setidaknya, ada 8 kasus dugaan kasus korupsi terkait dengan impor pangan yang
dilaporkan Rizal Ramli, Selasa (23/10). Rizal hadir di KPK pukul 09.00 WIB bersama sejumlah
pengacara. "Hari ini kami dan tim lawyer datang ke KPK mengadukan adanya dugaan tindak
pidana korupsi di dalam impor pangan," ujar Rizal, di gedung KPK, Jakarta, Selasa (23/10).

Usai keluar dari gedung KPK setelah menyampaikan laporan, Rizal mengaku dirinya ditemui
Komisioner KPK Basaria Panjaitan, direktur Litbang, direktur penindakan dan sejumlah staf lain.
Dalam keterangannya, Rizal mengungkapkan ada sejumlah oknum pejabat kecanduan impor,
karena ada keuntungan pribadi yang didapat oleh pejabat tersebut.

Ia mengklaim kasus yang dilaporkannya ini puluhan kali lebih besar daripada perkara yang
pernah menjerat Presiden Partai Keadilan Sejahtera (KPK) Luthfi Hasan Ishak. “Nilai dari tindak
pidana korupsi Presiden PKS itu pat gulipat dengan dugaan korupsi impor pangan ini,” terang
Rizal.

Dalam dugaan kasus korupsi yang dilaporkannya ini cara impor yang dilakukan oknum terkait
terlihat wajar, tetapi mereka bermain dengan jumlah kuota. Artinya, kuota impor melebihi
komoditas yang dibutuhkan masyarakat sehingga ujungnya merugikan para petani. Bagi Rizal,
hal yang seharusnya menjadi fokus KPK yakni mengenai nilai kerugian keuangan negara. Sebab,
dengan adanya kelebihan kuota impor tersebut secara otomatis hal itu akan menjadi beban
tersendiri bagi keuangan negara. Apalagi impor yang dilakukan pemerintah selama ini sumber
dananya berasal dari APBN.

Salah satu advokat yang mendampingi Rizal Ramli yaitu Effendi mengklaim pihaknya sudah
memberi bukti awal terkait laporannya tersebut. Bukti yang dibawa adalah audit BPK, undang-
undang yang berlaku, dan kronologis.
Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK Yuyuk Andriati Iskak membenarkan salah satu
Komisioner KPK Basaria Panjaitan beserta sejumlah jajarannya menemui Rizal Ramli pada saat
memberikan laporan. Namun, ia enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai laporan tersebut
karena masih harus ditelusuri lebih lanjut.

Saat memberikan keterangan kepada wartawan, Rizal beserta tim pendamping memberikan
lembaran rilis kepada wartawan. Setidaknya ada 8 kasus dugaan tindak pidana yang disebut
Rizal berdasar pada salah satu audit BPK terkait perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan tata
niaga impor tahun 2015 hingga semester I 2017 di kementerian tertentu.

8 kasus dugaan tindak pidana yang disebut Rizal berdasar pada salah satu audit BPK :

1. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan impor gula kristal putih tahun 2015 sampai
dengan semester I tahun 2017 sebanyak 1.694.325 ton (diduga hal tersebut tanpa
rapat koordinasi)

2. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan persetujuan impor gula kristal entah
sebanyak 108 ribu ton (diduga dilakukan tanpa didukung analisis kebtuhan)

3. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan pelaksanaan impor beras khusus tahun 2016
sebanyak 200 ton (tanpa rekomendasi dari kementrian terkait)

4. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan persetujuan impor sapi tahun 2015 sebanyak
50 ribu ekor (diduga tidak didasarkan pada hasil keputusan rapat koordinasi)

5. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan persetujuan impor sapi tahun 2016 sebanyak
97.100 ton dan realisasi sebanyak 18.012,91 ton (diduga tidak sesuai atau tanpa rapat
koordinasi dan/atau tanpa rekomendasi kementrian terkait)

6. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan persetujuan impor beras tahun 2015 sampai
dengan semester I tahun 2017 sebanyak 70.195 ton dengan realisasi sebanyak 36.347
ton (diduga tidak memenuhi persyaratan, melampaui batas, dan bernomor ganda)

7. Dugaan tindak pidana akibat penerbitan impor sapi sebanyak 9.370 ekor dan daging
sapi sebanyak 86.567,01 ton (diduga tida memenuhi dokumen persyaratan)
8. Dugaan tindak pidana akiibat penerbitan impor garam pada tahun 2015 sampai
dengan semester I 2017 sebanyak 3.355.850 ton dalam realisasi 2.783.487,16 ton
(diduga dilakukan tidak memenuhi persyaratan).

Berdasarkan kasus di atas diduga ada pelanggaran-pelanggaran hukum yang diduga dilakukan
pihak-pihak terkait, tidak sesuai persyaratan, tanpa berdasarkan rapat koordinasi dan/atau tanpa
berdasarkan analisis kebutuhan yang diperlukan. Dengan adanya hal tersebut, diduga hal ini telah
bertentangan dengan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi khususnya Pasal 2
dan Pasal 3.

Ekonom Rizal Ramli mendorong Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggunakan pasal
baru dalam mengusut pejabat yang merugikan petani akibat kebijakannya. Menurut Rizal ada
pasal dalam Undang Undang No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi yang belum
pernah dipakai KPK.

Dalam Pasal 2 UU No 31 tahun 1999 disebutkan bahwa setiap orang yang memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau korporasi dan merugikan keuangan serta perekonomian negara
dipidana penjara seumur hidup atau paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun. Pula,
dikenakan denda paling sedikit Rp200 juta, paling banyak Rp1 miliar.

Kerugian perekonomian negara yang dimaksud dalam pasal itu termasuk konsumen dan
produsen atau petani. Dengan demikian, apabila petani merasa merugi akibat suatu kebijakan,
maka pejabat yang bersangkutan dapat dijerat dengan pasal 2 UU no 31 tahun 1999.

Kasus ini sangat berpengaruh untuk publik khususnya pengaruh buruk untuk negara karena
mengalami kerugian keuangan negara, kelebihan kuota impor akan menjadi beban tersendiri
untuk keuangan negara. Apalagi impor yang dilakukan pemerintah selama ini dananya dari
APBN. Kuota impor yang melebihi komoditas yang dibutuhkan masyarakat sangat merugikan
para petani dan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai