Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK ANTISEPTIK DAN STERILISASI

(Laporan Praktikum PKDL A)

Oleh
RAYNA SYURAIHA RABBANI IMRAN
2017021003

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di masa pandemi COVID-19 saat ini, orang-orang dihimbau untuk menggunakan masker
ketika bepergian, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kontak fisik (social
distancing), dan mematuhi protool kesehatan untuk memutuskan rantai penyeberan dari
virus itu sendiri.

Salah satu cara paling efektif untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 adalah
melakukan sterilisasi dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan handsanitizer
ketika selesai melakukan kegiatan yang dianggap beresiko memperbesar penyebaran virus
tersebut. Sterilisasi adalah suatu cara yang dilakukan pada bidang mikrobiologi untuk
mencegah adanya kontaminasi pada suatu medium, medium yang tidak terkontaminasi
oleh mikroba disebut dengan steril.

Tentunya, akan terdapat perbedaan signifikan yang didapat apabila kita mencuci tangan
dengan sabun dan handsanitizer, mencuci tangan dengan detergen, dan tidak mencuci
tangan sama sekali.

Berdasarkan pentingnya pengetahuan praktikan tentang kuman yang terdapat pada tangan
ketika tangan tidak dicuci sama sekali, tangan dicuci dengan sabun dan handsanitizer, dan
tangan dicuci dengan detergen, maka dilakukanlah percobaan tentang teknik antiseptik dan
sterilisasi dengan tujuan agar praktikan dapat lebih waspada di masa pandemi COVID-19.

B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pengertian sterilisasi
2. Mengetahui fungsi sterilisasi
3. Mengetahui faktor tumbuhnya mikroba pada proses sterilisasi
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sterilisasi merupakan sebuah metode pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua
mikroorganisme yang mengkontaminasi pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya
digabungkan dengan pengemasan hermetis. Pengemasan ini dilakukan untuk mencegah
kontaminasi ulang. Pengemasan hermetis merupakan pengemasan yang dibuat sangat
rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme, air, atau udara
sekalipun. (Purnawijayanti, 2001).

Metode dalam melakukan sterilisasi terbagi menjadi dua cara, yaitu metode fisik dan
metode kimia. Metode fisik difokuskan pada proses pemanasan seperti contohnya yaitu
proses autoclaving, sterilisasi ternalkering atau sterilisasi ternal basah, iradiasi yaitu
irradiasi-ƴ, atau pada pemisahan secara mekanikal melalui metode yang disebut dengan
filtrasi. Cara kimia yaitu dengan sterilisasi gas dengan etilenoksida atau gas lainnya dan
menyampurkan agens pensteril (misalnya seperti glutalardehid) pada larutan desinfektan
(Pruss, et al., 2002).

Sterilisasi secara mekanik atau penyaringan menggunakan suatu saringan yang memiliki
pori dengan ukuran sangat kecil, yakni 0.22 mikron atau 0.45 mikron sehingga mikroba
tertahan pada bagian saringan tersebut. Proses ini memiliki tujuan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misalnya larutan serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel dan lain-lain.
(Fauzi, 2013).

Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan yang disebut dengan steril,
mikroorganisme dapat dimatikan oleh panas (kalor), gas-gas kimia seperti formaldehide,
etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar ultra
violet atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan dengan cara mekanik
oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh penyulingan (Pratiwi, 2008).
III. METODE PERCOBAAN

A. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat-alat yang digunakan praktikum kali ini adalah garpu yang sudah disterilkan.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah handsanitizer, kantong
plastik gula, roti tawar, dan deterjen bubuk

B. Waktu
Praktikum ini dilakukan pada tanggl 12 November 2020 pukul 13.00 Sampai dengan 15
November 2020 pukul 13.00, bertempat di rumah pribadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Percobaan

Adapun data dan hasil pengamatan ini adalah sebagai berikut


No Media Hasil Gambar

Setelah dibiarkan
selama 3 hari, jamur
1. Kontrol di kontrol lebih
banyak daripada
jamur di detergen

Setelah dibiarkan
selama 3 hari, jamur
2. Tangan Kotor di tangan kotor
memiliki jumlah
terbanyak

Setelah dibiarkan
selama 3 hari, jamur
3. Hand sanitizer di hand sanitizer
adalah yang paling
sedikit

Setelah dibiarkan
4. Deterjen selama 3 hari, jamur
di detergen lebih
banyak dari jamur di
handsanitizer
B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan mencoba melakukan percobaan dengan teknik
antiseptik dan sterilisasi menggunakan roti dan jamur sebagai zat kontaminasi. Hal ini
dikarenakan roti merupakan salah satu media yang mudah terkontaminasi layaknya
tangan kita yang sering memegang sesuatu.
Pada hari pertama, roti dimasukkan ke dalam plastik dengan teknik yang berbeda-beda.
Roti dengan label kontrol adalah roti yang dimasukkan ke dalam plastik dengan
menggunakan garpu steril. Roti dengan label tangan kotor adalah roti yang dimasukkan
ke dalam plastik dengan menggunakan setidaknya 3 jari tangan yang belum dicuci. Roti
dengan label deterjen adalah roti yang dimasukkan dengan bantuan garpu steril dan
ditempel setidaknya 3 jari tangan yang sudah dicuci dengan detergen dan roti yang
dilabeli dengan handsanitizer adalah roti yang dimasukkan dengan garpu steril namun
setidaknya sudah ditempel 3 jari tangan yang sudah dipakaikan hand sanitizer. Setiap roti
dilipat dan didiamkan selama 3 hari. Hal ini dilakukan agar udara dapat masuk dan
pengujian terhadap antiseptik untuk tangan kita.
Setelah didiamkan selama 3 hari, jamur terbanyak terdapat pada roti yang dilabeli dengan
nama tangan kotor. Hal ini dikarenakan roti dengan tangan kotor tidak terbubuhkan zat
yang mengandung antiseptik sehingga roti tidak memiliki pertahanan utama terhadap
mikroba. Lalu, roti dengan jamur tersedikit adalah roti yang dilabeli dengan nama hand
sanitizer. Hal ini dikarenakan roti sudah terbubuhi zat yang mengandung antiseptik
sehingga roti dapat dipastikan memiliki pertahanan terhadap mikroba.
Tumbuhnya jamur di roti dapat disebabkan oleh derajat keasaman, kelembapan,
temperatur, cahaya, dan juga oksigen. Roti yang tidak ditumbuhi jamur menandakan
bahwa roti tersebut tidak memiliki air sehingga tidak terjadi kelembapan yang menjadi
tempat tumbuhnya jamur.
Adanya sterilisasi pada garpu yang digunakan untuk memasukkan roti pun termasuk
salah satu faktor yang dapat menyebabkan roti berjamur. Apabila kita menggunakan
barang yang sudah terkontaminasi mikroba, maka mikroba tersebut dapat dengan mudah
mengkontaminasi kita apabila kita tidak menyiapkan antiseptik sebagai perlindungan.
Dengan demikian, kita harus senantiasa mencuci tangan kita agar steril dari virus yang
menempel di benda yang kita pegang sehari-hari. Hal ini harus tetap kita lakukan agar
tangan kita tetap higienis karena telah menggunakan antiseptik sebagai perlindungan
utama.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah


1. Sterilisasi adalah metode pemanasan yang diusahakan dapat mematikan semua bentuk
kehidupan mikroba termasuk spora pada permukaan benda.
2. Fungsi dari sterilisasi adalah mematikan semua mikroba dan bakteri patogen yang akan
mengkontaminasi benda mati.
3. Faktor tumbuhnya mikroba pada proses sterilisasi adalah temperatur, kelembapan, derajat
keasaman, cahaya, dan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Farhan J. Husain, dkk. 2014. Sterilisasi Alat-alat Mikrobiologi. Ternate: IAIN Ternate.
Fauzi, Hikmah. 2013. Sterilisasi dan Macam-macamnya. Bogor: Lembaga Sumber Daya
Informasi IPB.

Pruss, A. Girouil, E., dan Rushbrook, P. 2002. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan


Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai