Oleh
RAYNA SYURAIHA RABBANI IMRAN
2017021003
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan basa merupakan hal kimia yang mendasar di dalam kehidupan sehari-hari. Kita
seringkali menemukan campuran dari berbagai larutan baik di makanan maupun keperluan
rumah tangga. Merujuk pada Teori Arrhenius, zat yang terkandung pada air yang
menghasilkan ion H+ disebut dengan asam, sedangkan yang terionisasi di dalam air lalu
melepaskan OH- disebut dengan basa.
Dalam menentukan asam dan basa secara kualitatif dengan kertas lakmus, asam dan basa
juga dapat ditentukan secara kuantitatif dengan derajat keasaman atau pH. pH merupakan
parameter yang sering digunakan unuk menentukan derajat keasaman suatu larutan.
Apabila pH suatu larutan < 7, maka dinyatakan sebagai larutan asam, sedangkan apabila
pH suatu larutan > 7 maka dinyatakan sebagai larutan basa, dan apabila suatu pH larutan =
7 maka dinyatakan sebagai larutan netral.
B. Tujuan Praktikum
Larutan dapat diartikan sebagai zat yang terdiri dari campuran dari dua senyawa atau lebih yang
berwujud padatan, cairan, maupun gas. Larutan terlong menjadi 2 jenis, yakni larutan yang bersifat
asam dan larutan yang bersifat basa (Satrohamidjojo, 2016).
Berdasarkan pengamatan pakar kimia terhadap asam dan basa sejak berabad-abad silam, larutan
asam dan basa dapat dibedakan berdasarkan sifat dari larutannya. Larutan yang bersifat asam
memiliki rasa yang masam dan terkadang memiliki sifat korosif, yaitu sifat mudah merusak logam,
besi, dan bahan keras lain. Sedangkan yang bersifat basa mempunyai rasa yang pahit dan bersifat
kaustik atau licin (Hiskia, 1998).
Asam dan basa merupakan hal yang paling mendasar yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-
hari. Dalam menentukan adanya asam dan basa pada suatu sampel, dilakukan sebuah percobaan
yang dinamakan uji asam basa dengan bahan indikator asam basa atau kertas lakmus. Kertas
lakmus biru yang berubah warna menjadi merah menandakan bahwa larutan tersebut bersifat asam.
Sedangkan bila kertas lakmus merah berubah menjadi biru menandakan bahwa larutan tersebut
bersifat basa (Petrucci, 1987).
III. METODE PERCOBAAN
Adapun alat-alat yang digunakan praktikum kali ini adalah pensil, kamera, gelas. Tatakan
gelas, dan sendok makan.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah air mineral, larutan gula,
sabun, pasta gigi, cuka, air jeruk, dan susu putih dengan bahan penguji wortel, kunyit, kol
merah, bayam merah, dan bunga terompet.
B. Waktu
Praktikum ini dilakukan pada pukul 12.00 sampai dengan 16.00, bertempat di rumah
pribadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Percobaan
Warna: abu-abu
Warna: abu-abu keruh
5 Cuka
Warna: menguning
Warna: keruh
7 Susu putih
Warna: bening
Warna: kecoklatan
2 Larutan gula
Warna: bening
Warna: kecoklatan
3 Pasta gigi
Warna: putih
Warna: au-abu keruh
4 Sabun mandi
Warna: bening
Warna: kecoklatan
6 Air jeruk
Warna: oranye
Warna: kecoklatan
7 Susu putih
Warna: putih
Warna: biru muda
4 Sabun mandi
Warna: keruh
Warna: hijau kecoklatan
3 Pasta gigi
Pada percobaan pertama dengan bahan penguji 1 yaitu wortel, tidak terdapat perbedaan
warna yang signifikan karena warna sebelum reaksi dan sesudah reaksi berubah namun
tidak menunjukkan keragaman perubahan warna.
Pada percobaan kedua dengan bahan penguji 2 yaitu kunyit, terdapat perbedaan yang
signifikan yakni dari warna keruh dan kuning. Hal ini dikarenakan kunyit mengandung
kurkuminoid yang memiliki pigmen dominan kuning. Pigmen ini bersifat larut dalam
etanol dan asam asetat glasial dan memilki stabilitas terhadap panas dan suatu asam, namun
peka terhadap cahaya (MacDougall, 2002).
Pada percobaan ketiga dengan bahan penguji 3 yaitu bayam merah, terdapat perubahan
yang spesifik dari sampel setelah reaksi. Warna yang dihasilkan adalah warna coklat yang
beragam dan perubahan warna yang beragam.
Pada percobaan keempat dengan bahan penguji 4 yaitu kol ungu, terdapat perubahan warna
yang beragam pada sampel setelah reaksi yaitu warna biru tosca, ungu, dan merah cerah.
Pada percobaan kelima dengan bahan penguji 5 yaitu bunga terompet, terdapat perubahan
warna yang signifikan dan beragam pada sampel setelah reaksi, yaitu warna ungu
kecoklatan, hijau kecoklatan, dan merah bata.
Berdasarkan percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian indikator asam basa
mengalami perubahan warna yang berbeda dari warna sampel sebelum reaksi. Ini
membuktikan bahwa adanya pergeseran kesetimbangan ketika ditambahkan atau dikurangi
ion H+.
Indikator asam basa yang dapat digunakan sesuai dengan perubahan warna yang terjadi
pada sampel yang sudah ditetesi adalah kunyit, bayam merah, kol ungu, dan bunga
terompet. Hal ini dikarenakan adanya perubahan warna spesifik pada sampel sebelum
reaksi dan sampel sesudah reaksi. Dengan adanya perubahan warna, dapat disimpulkan
terjadi pergeseran kesetimbangan yang menjadikan sampel terbukti mengandung asam
maupun basa.
Bahan-bahan yang bersifat asam adalah bahan-bahan yang berwarna cerah setelah
ditambahkan bahan penguji seperti cuka dan air jeruk. Bahan-bahan yang bersifat basa
adalah bahan-bahan yang berwarna keruh setelah ditambahkan bahan penguji seperti pasta
gigi, sabun, dan susu. Bahan-bahan yang memiliki sifat netral adalah bahan yang tidak
memiliki perubahan signifikan setelah ditambahkan bahan penguji seperti air dan larutan
gula.
V. KESIMPULAN