Kerajaan Gowa-Tallo (Kerajaan Makasar)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

KERAJAN ISLAM DI SULAWESI

a.Kerajaan Gowa-Tallo (Kerajaan Makassar)

Latar Belakang

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di
daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai Ujung
pandang.

Kerajaan Gowa-Tallo sebelum menjadi kerajaan islam sering berperang dengan kerajaan lainya di
Sulawesi Selatan,seperti dengan Luwu,Bone,Soppeng,dan Wojo. Kerajaan Luwu yang bersekutu dengan
woojo ditaklukan oleh kerajaan Gowa-Tallo. Kemudian kerajaan wojo menjadi daerah taklukan Gowa
menurut Hikayat Wojo. Dalam serangan Terhadap Kerajan Gowa-Tallo, karaeng Gowa Meninggal dan
seorang lagi terbunuh sekitar pada 1565. Ketiga kerajaan Bone,Wojo,dan Soppeng mengadakan
persatuan untuk mempertahankan kemerdekaanya yang disebut perjanjian Tellumpocco, sekitar 1582.

Di daerah Sulawesi Selatan proses Islamisasi makin mantap dengan adanya para mubalig yang
disebut Dato' Tallu (Tiga dato),Yaitu Dato' Ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal) Dato' Ri
Pattimang (Dato' Sulaeman atau Khatib Sulung), dan Dato' Ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu),
ketiganya bersaudara dan berasal dari kolo Tengah,Minangkabau.

Perkembangan agama Islam di daerah Sulawesi Selatan mendapat tempat sebaik-baiknya bahkan
ajaran Sufisme Khalwatiyah dari Syakih Yusuf al-Makassari juga tersebar di kerajaan Gowa dan kerajaan
lainya pada pertengahan abad ke-17. Karena banyaknya tantangan dari kaum bangsawan Gowa Maka ia
meninggalkan Sulawesi Selatan dan pergi ke Banten.

Peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo

1. Benteng Somba Opu.

Benteng Somba Opu memiliki bentuk persegi empat yang terbuat dari batu
bata dengan ukuran yang bervariasi. Ada sebagian sisi dari benteng Somba
Opu yang panjangnya kurang lebih ada 2 km dan tinggi temboknya 7 sampai 8
meter dengan tebal sekitar 300 cm.Benteng Somba Opu sendiri terdapat di
Maccini Sombala, Kampung Sanrobone, Desa Bontoala, Kecamatan Pallangga,
Kabupaten Gowa. Sampai saat ini peninggalan kerajaan Gowa Tallo tersebut masih ada.
2. Kompleks Makam Raja raja Gowa Tallo.

Komplek makan ini sudah digunakan sejak abad ke-17 sampai abad ke-19
yang sampai sekarang masih ada dan berada di dalam benteng Tallo pada
sudut sebelah timur laut. Salah satu peninggalan dari kerajaan Gowa Tallo
ini terletak di Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang berada di
pinggir sungai Tallo.

3. Masjid Katangka.

Nama lain dari Masjid Katangka adalah Masjid al-Hilal yang dibangun
menggunakan bahan kayu Katangka dan menjadi masjid tertua di propinsi
Sulawesi Selatan. Masjid Katangka dibangun pada tahun 1605 M yang
terletak tepat di sebelah komplek makam Sultan Hasanuddin.

4. Fort Rotterdam.

Benteng Fort Rotterdam dibangun di pinggir pantai sebelah barat dari kota
Makasar, dan lebih dikenal dengan Benteng Ujung Pandang atau Jum
Pandang yang dibangun oleh raja Gowa ke-9 pada tahun 1545.Bahan dasar
dalam pembuatan benteng tersebut adalah tanah liat, memiliki bentuk
seperti penyu yang akan merangkak ke laut. Bentuk tersebut mempunya
filosofi yaitu kerajaan Gowa dapat berjaya di laut dan di darat sebagaimana penyu dapat hidup di darat
dan di laut.

5. Batu Pallantikang

Sesuai dengan namanya, Batu Pallantikang atau Batu Pelantikan adalah


sebuah batu andesit yang digunakan sebagai tempat pengambilan sumpah
oleh raja baru di Kerajaan Gowa Tallo pada masa itu.Hal ini dikarenakan,
Batu Pallantikang atau Batu Pelantikan dipercaya mempunyai tuah, karena
batu ini diyakini sebagai batu yang berasal dari khyangan. Sampai
sekarang, batu ini masih berada di tempat aslinya.

6. Istana Balla Lompoa.

Istana ini terletak di kec. Somba Opu, Kab. Gowa di desa Sungguminasa.
Istana ini dibangun pertama kalinya oleh raja ke-3 Gowa yaitu I
Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonionompo, Sultan Muhammad
Tahir Muhibuddin Tumenangari Sungguminasa. Pos-pos istana sekarang ada 54,memiliki 6 jendela di sisi
kiri dan 4 jendela depan. fungsi museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah dari kerajaan
Gowa Tallo.

Kehidupan Politik

Dibawah perintah Sultan Alauddin (1591-1639 M)dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk
agama lslam. Kerajaan Makassar melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah. Tiga kekuasaan atau
Tellumpocco yang terdiri atas wilayah Bone, Wajo, dan Soppeng dengan usaha yang keras berhasil
ditaklukkan.Kerajaan Makassar menjadi bandar perdagangan yang ramai pada masa Sultan Alauddin.
Hal itu karena wilayahnya yang strategis berada diantara Maluku, Jawa, Kalimantan, dan Malaka. Selain
itu, Jatuhnya Malaka ke Portugis membuat pertumbuhan itu makin cepat.

Sepeninggalan Sultan Alauddin pada tahun 1639, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Sultan Muhammad
Said (1639-1653 M). Pada pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat
sebagai bandar transit, bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku
untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan Belanda. Ia hanya berkuasa selama
setahun.Wafatnya Sultan Muhammad Said membawa anaknya yakni Sultan Hasanuddin menjadi
penguasa kerajaan Makassar.

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai puncak
kejayaannya. Ia berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di
wilayah Indonesia Bagian Timur. Dalam sejarah kerajaan Gowa dicatat tentang sejarah perjuangan
Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatanya terhadap upaya penjajahan politik dan
ekonomi kompeni Belanda (VOC). Semula Voc tidak menaruh perhatian terhadap kerajaan Gowa-Tallo
yang telah mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan. Berita tentang pentingnya Kerajaan Gowa-
Tallo di dapat setelah kapal protugis dirampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral J.P.Coen di dekat
perairan Malaka.Di dalam kapal tersebut terdapat orang makasar. Dari orang Makassr itulah ia
mendapat berita tentang pentingnya pelabuhan Somba Opu sebagai pelabuhan transit terutama untuk
mendatangkan rempah-rempah dari maluku. Pada 1634 VOC memblokir Kerajaan Gowa tetapi tidak
berhasil.

Antara tahun 1637-1638 terjadi perlawanan dengan VOC. Perang di Sulawesi Selatan berhenti setekah
terjadi Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Perjanjian tersebut sangat merugikan kerajaan
Gowa.Berikut isi Perjanjian Bongaya:

1) VOC memperoleh hak monopoli dagang di Makassar.

2) Belanda dapat mendirikan benteng di pusat kerajaan Makassar yang diberi nama Benteng Rotterdam.

3) Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya,seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makassar.

4) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.

Oleh Belanda Sultan Hasanuddin diberi julukan sebagai Ayam Jantan dari Timur.Hal tersebut karena
keberanian Sultan Hasanuddin memporakporandakan pasukan Belanda di Maluku.
Sepeninggal Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Mapasomba(putra Sultan
Hasanuddin). Mapasombamenentang kehadiran Belanda di Makassar.Sikap Mapasomba yang keras dan
tidak mau bekerja sama dengan Belanda menjadikan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-
besaran. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan oleh Belanda.

Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Makassar adalah kerajaan bahari yang berkembang menjadi pusat perdagangan di wilayah
Indonesia Timur. Faktor yang mempengaruhinya adalah letaknya yang strategis, adanya pelabuhan
yang mumpuni dan dikuasainya Malaka ole Portugis pada tahun 1511.

Dalam bidang ekonomi, Kerajaan Makassar memperoleh kemajuan yang pesat.Kemajuan tersebut
terutamadalam bidang perdagangan .Kemajuan tersebut disebabkan oleh beberapa hal berikut.

1) Banyak pedagang hijrah ke makassar setelah Malaka jatuh ke tangan Protugis pada tahun 1511.

2) Orang-orang makassar dan Bugis terkenal sebagai pelaut ulung yang dapat mengamankan wilayah
lautnya.

3) Tersedia banyak rempah-rempah (dari Maluku).

Makassar tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai karena letaknya di tengah-tengah antara Maluku,
Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan Malaka.

Selanjutnya, Kerajaan Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak pedagang dari
Protugis, Inggris, dan Denmark datang berdagang di makassar untuk menjamin dan mengatur
perdagangan dan pekayaran di wilayahnya, Kerajaan Makassar mengeluarkan undang-undang dan
hukum pedagangan yang disebut Ade Allopiloping Bacanna pabalue yang di muat dalam buku Lontana
Amanna Coppa.

Kehidupan Sosial

Walaupun masyarakat Makasar mempunyai kebebasan berusaha dalam mencapai kesejahteraan


hidupnya, Kehidupan sosial masyarakat kerajaan Makassar terkait dengan norma adat yang mereka
anggap sakral. Norma kehidupan sosial Makassar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang di
sebut Pangadakkang.

Selain norma,masyarakat Makassar juga mengenal pelapisan sosial sebagai berikut.

1) Lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan kelurganya disebut dengan Anakarung/
Kareng.

2) Rakyat Kebanyakan disebut dengan to Maradeka.

3) Masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba sahaya yang disebut dengan golongan Ata.

Kehidupan Budaya
Sebagai negara Maritim, sebagian besar masyarakat Makasar yaitu nelayan dan pedagang. Mereka giat
berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya.

Mengingat Makasar sebagai kerajaan maritim dengan sumber kehidupan masyarakat pada aktivitas
pelayaran perdagangan maka sebagian besar kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Hasil
kebudayaan yang terkenal dari Makasar adalah perahu Pinisi dan Lambo. Selain itu juga berkembang
kebudayaan lain seperti seni bangun, seni sastra, seni suara dan sebagainya.

Runtuhnya Kerajaan Gowa-Tallo(Kerajaan Makasar)

Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-
domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka
yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan
Makasar.

Raja Bone Aru Palaka meminta bantuan Belanda untuk menyerang Hasanuddin karena wilayahnya
dikuasai Gowa Tallo, maka dengan cepat Belanda menyambutnya.

Belanda menyerang dari laut, sedangkan Aru Palaka menyerang dari darat. Dengan tekanan yang
demikian berat akhirnya Belanda mempu memaksa Gowa Tallo menandatangani Perjanjian Bongaya
(1667).

Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara
terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun
1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

Anda mungkin juga menyukai